Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Agregat merupakan bahan pembentuk beton yang mempunyai komposisi yang paling besar
dalam struktur beton yang telah mengeras. Jelaskan sifat dan karakteristik agregat yang baik
untuk bisa menghasilkan beton dengan kekuatan optimal.
Jawab:
Agregat merupakan bahan pembentuk beton yang mempunyai komposisi yang paling besar
dalam struktur beton yang telah mengeras.Untuk agregat kasar ukuran butirnya diatas 4,75 mm
sedangkan agregat halus dibawah nilai tersebut
2. Untuk campuran beton, agregat terdiri atas agregat halus dan agregat kasar. Apa pengaruh
aggregat terhadap sifat-sifat beton, baik untuk beton segar maupun untuk beton yang telah
mengeras apabila kita tidak melakukan distribusi gradasi butiran yang baik?
Jawab:
Distribusi ukuran butiran didefinisikan sebagai proporsi agregat dalam suatu campuran beton
(Mindess et al., 1996). Distribusi ukuran agregat diperoleh melalui prosedur analisis saringan
sesuai dengan ASTM C 136-06 "Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine dan Coarse
Agregat". Standar ini memberikan batas-batas tertentu baik untuk agregat halus maupun agregat
kasar yang digunakan dalam campuran beton ini. Studi eksperimental ini meliputi pengaruh
proporsi agregat pada karakteristik mekanis suatu beton. Terdapat lima jenis variasi distribusi
ukuran yang diselidiki, yaitu mulai dari luar batasan atas dan bawah, tepat pada batas-batas
standar, hingga pada distribusi yang ideal. Rancangan campuran beton berdasarkan metode DOE
(Departement of Environtment). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa untuk proporsi
campuran yang sama, ukuran partikel yang halus akan menghasilkan kuat tekan yang relatif lebih
tinggi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kepadatan dari campuran mortar, sementara luasan
agregat pada mortar berkurang. Studi ini membuktikan bahwa kuat tekan optimal pada silinder
beton diperoleh bukan sebagai fungsi modulus kehalusan agregat, tetapi sebagai hubungan
langsung terhadap distribusi ukuran agregatnya. Distribusi yang ideal sesuai dengan standar,
memberikan hasil terbaik.
3. Untuk mengetahui mutu dari agregat, pemeriksaan apa saja yang diperlukan terhadap
sifat-sifat fisisnya?
Jawab:
Pemeriksaan agregat halus mencakupi pemeriksaan berat isi, berat jenis dan penyerapan agregat
halus,analisa saringan, kotoran organik, ekivalensi pasir.
Pemeriksaan agregat halus mencakupi pemeriksaan berat isi, berat jenis dan penyerapan agregat
kasar,analisa saringan, keausan agregat kasar.
4. Untuk apakah dilakukan pemeriksaan analisa saringan (sieve analysis) dari agregat
pembentuk beton?
Jawab:
Analisa saringan adalah suatu kegiatan untuk mengetahui distribusi ukuran agregat dengan
menggunakan saringan standar tertentu apakah agregat cocok digunakan sebagai bahan pembuat
beton.pemeriksaan dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan
agregat kasar dengan menggunakan saringan. untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah
persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat
ditunjukan dalam table atau grafik.
5. Karena agregat mempunyai komposisi terbesar dalam beton, maka agregat secara langsung
juga akan mempengaruhi sifat-sifat beton. Sebutkan sifat-sifat beton segar dan beton yang
telah mengeras yang dipengaruhi oleh agregat!
Jawab:
Karena agregat mempunyai komposisi terbesar dalam beton, maka agregat secara langsung juga
akan mempengaruhi sifat-sifat beton.
Sebutkan sifat-sifat beton segar dan beton yang telah mengeras yang dipengaruhi oleh
agregat!
a) Perbandingan agregat dan semen campuran,
b) Kekuatan agregat,
c) Bentuk dan ukuran,
d) Tekstur permukaan,
e) Gradasi,
f) Reaksi kimia, dan
g) Ketahanan terhadap panas.
6. Sebutkan jenis-jenis semen yang anda ketahui beserta kegunaannya!
Jawab:
Semen Portland Tipe I (OPC)
Semen Portland Jenis I adalah semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling klinker semen dan
gypsum. Semen Portland Jenis I memenuhi persyaratan SNI No. 15-2049-2004 Jenis I dan
ASTM C150-2004 tipe l.Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan
tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus), seperti: Bangunan bertingkat
tinggi Perumahan Jembatan dan jalan raya Landasan bandar udara Beton pratekan
Bendungan saluran irigasi Elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving
block, buis beton, roster, dan lain-lain.
adalah Class G, High Sulfat Resistance (HSR) disebut juga sebagai (Basic OWC". Aditif dapat
ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur tertentu.
8. Sebutkan dan jelaskan bahan pengikat lainnya yang saudara ketahui selain semen!
Jawab:
Bahan pengikat lainnya yang dapat digunakan sebagai pengganti semen adalah tanah liat.
Bahkan ada kemungkinan bahwa api ditemukan untuk tujuan mengubah batu kapur menjadi
gamping, yang memanas waktu dicampur dengan air, dan secara lambat menjadi kaku. Selain
itu, pemakaian abu terbang sebagai bahan subtitusi didasarkan atas beberapa alasan. Abu terbang
merupakan limbah industri dari Pembangkit Listrik TenagaUap (PLTU) dan limbah bahan bakar
mesin-mesin pabrik. Indonesia memiliki dua PLTU dengan bahan bakar batu bara yang setiap
tahun nya menghasilkan banyak sekali limbah abu terbang. Pertama, PLTU di Suralaya
menghasilkan limbah abu terbang sebanyak 700.000 ton/tahun dan kedua, adalah PLTU di
Paiton Jawa Timur dengan produksi abu terbang mencapai 1.000.000 ton/tahun. Selain dua
PLTU di atas, masih ada beberapa industri yang menggunakan bahan bakar batu bara yang
menghasilkan limbah abu terbang, contohnya PT. Tjiwi Kimia Putra (Sudjatmiko Nugroho;
2005). Melihat begitu banyaknya limbah yang dihasilkan, maka masalah yang timbul adalah
bagaimana memanfaatkan limbah tersebut agar tidak mencemari lingkungan dan bila perlu
limbah tersebut menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
diakibatkan oleh pergantian panas dan dingin. Daya perusak kimiawi, seperti air laut (garam),
asam sulfat, alkali, limbah, dan lain-lain. Daya tahan terhadap aus (abrasi) yang disebabkan ole
gesekan orang berjalan kaki, lalu lintas, gerakan ombak, dan lain-lain.
10. Bagaimanakah hubungan antara faktor air semen (water cement ratio) dengan kuat tekan
beton?
Jawab:
Faktor Air Semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen dalam campuran adukan
beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, maka semakin rendah
mutu/kekuatan beton. Nilai FAS yang rendah ditambah dengan kekuatan agregat yang baik
dipercaya dapat meningkatkan mutu beton. Tapi nilai FAS yang terlalu rendah dapat mengurangi
kemudahan pekerjaan pada beton itu sendiri.
11. Jelaskan proses hydrasi pada beton!
Jawab:
Hidrasi adalah pelarutan suatu zat dengan pelarut air. Ketika semen dilarutkan dengan air, maka
terjadilah reaksi hidrasi yang menghasilkan berbagai macam senyawa kimia.Reaksi hidrasi
semen tersebut merupakan reaksi eksoterm. Sehingga sistem melepaskan kalor kelingkungan
yang akan menyebabkan lingkungan mengalami kenaikan suhu. Kenaikan suhu oleh reaksi
hidrasi tersebut dinamakan panas hidrasi. Tinggi rendahnya panas hidrasi yang dihasilkan saat
semen beraksi dengan air bergantung pada komposisi senyawa kimia yang dihasilkan saat terjadi
reaksi hidrolisis material semen di dalam air.
Mekanisme hidrasi silicate (C3S dan C2S)
2(3CaO.SiO2) + 6 H2O 3CaO.SiO2.3 H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4 H2O 3CaO.SiO2.3 H2O + Ca(OH)2
Mekanisme hidrasi Aluminat (C3A)
Adanya gipsum di dalam semen menyebabkan reaksi calsium aluminat menghasilkan calsium
sulfo aluminat hidrat.
3CaO.Al2O3+ CaSO4.2H2O + 10 H2O 3CaO.Al2O3.CaSO4+ 12 H2O
3CaO.Al2O3+ Ca(OH)2+ 12 H2O 3CaO.Al2O3.Ca(OH)2.12 H2O
Mekanisme hidrasi tetracalsium aluminoferrit (C4AF)
4CaO.Al2O3.Fe2O3+ 2Ca(OH)2+ 10H2O 64CaO.Al2O3.Fe2O3.12 H2O
12. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hydrasi beton!
Jawab:
1. Umur
2. Komposisi
3. Kehalusan
4. Perbandingan air dan semen
5. Temperatur
berada diantara butiran semen dan agregat yang berfungsi sebagai bola pelincir sehingga adukan
beton menjadi lebih mudah diaduk. Penambahan AEA membuat beton mempunyai sifat
penyusutan yang kecil dan membuat beton lebih kedap air.
Bahan yang biasa digunakan untuk membuat AEA adalah damar vinsol yang merupakan
senyawa asam abiet (abietic acid) atau biasa disebut dengan soda api.
b) Jenis bukan detergent
Jenis ini biasanya berupa bubuk aluminium halus. Bubuk ini apabila bercampur dengan air pada
beton akan bereaksi membentuk gelembung udara gas hidrogen. Biasanya digunakan juga bahan
stabilisator (Natrium Stearat) agar gelembungnya dapat tersebar merata dan stabil.
5. Sebutkan jenis-jenis admixture yang anda ketahui beserta kegunaannya dan jelaskan cara
kerjanya di dalam campuran beton!
Jawab:
Menurut ASTM C.494, admixture dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu :
1) Tipe A : Water Reducing Admixture (WRA)
Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air pengaduk untuk menghasilkan
beton dengan konsistensi tertentu. Dengan menggunakan jenis bahan tambah ini akan dapat
dicapai tiga hal, yaitu :
o Hanya menambah/meningkatkan workability.
Dengan menambahkan WRA ke dalam beton maka dengan fas (kadar air dan semen) yang sama
akan didapatkan beton dengan nilai slump yang lebih tinggi. Dengan slump yang lebih tinggi,
maka beton segar akan lebih mudah dituang, diaduk dan dipadatkan. Karena jumlah semen dan
air tidak dikurangi dan workability meningkat maka akan diperoleh kekuatan tekan beton keras
yang lebih besar dibandingkan beton tanpa WRA.
o Menambah kekuatan tekan beton.
Dengan mengurangi/memperkecil fas (jumlah air dikurangi, jumlah semen tetap) dan
menambahkan WRA pada beton segar akan diperoleh beton dengan kekuatan yang lebih tinggi.
Dari beberapa hasil penelitian ternyata dengan fas yang lebih rendah tetapi workability tinggi
maka kuat tekan beton meningkat.
o Mengurangi biaya (ekonomis).
Dengan menambahkan WRA dan mengurangi jumlah semen serta air, maka akan diperoleh
beton yang memiliki workability sama dengan beton tanpa WRA dan kekuatan tekannya juga
sama dengan beton tanpa WRA. Dengan demikian beton lebih ekonomis karena dengan
kekuatan yang sama dibutuhkan jumlah semen yang lebih sedikit.
2) Tipe B : Retarding Admixture
Bahan tambah yang berfungsi untuk memperlambat proses waktu pengikatan beton. Biasanya
digunakan pada saat kondisi cuaca panas, memperpanjang waktu untuk pemadatan,
pengangkutan dan pengecoran.
3) Tipe C : Accelerating Admixtures
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat proses pengikatan dan pengembangan
kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan untuk memperpendek waktu pengikatan semen
sehingga mempecepat pencapaian kekuatan beton. Yang termasuk jenis accelerator adalah :
kalsium klorida, bromide, karbonat dan silikat. Pda daerah-daerah yang menyebabkan tinggi
tidak dianjurkan menggunakan accelerator jenis kalsium klorida. Dosis maksimum yang dapat
ditambahkan pada beton adalah sebesar 2 % dari berat semen.
4) Tipe D : Water Reducing and Retarding Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pengaduk yang
diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu sekaligus
memperlambat proses pengikatan awal dan pengerasan beton. Dengan menambahkan bahan ini
ke dalam beton, maka jumlah semen dapat dikurangi sebanding dengan jumlah air yang
dikurangi. Bahan ini berbentuk cair sehingga dalam perencanaan jumlah air pengaduk beton,
maka berat admixture ini harus ditambahkan sebagai berat air total pada beton.
5) Tipe E : Water Reducing and Accelerating Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pengaduk yang
diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu sekaligus
mempercepat proses pengikatan awal dan pengerasan beton. Beton yang ditambah dengan bahan
tambah jenis ini akan dihasilkan beton dengan waktu pengikatan yang cepat serta kadar air yang
rendah tetapi tetap workable. Dengan menggunakan bahan ini diinginkan beton yang mempunyai
kuat tekan tinggi dengan waktu pengikatan yang lebih cepat (beton mempunyai kekuatan awal
yang tinggi).
6) Tipe F : Water Reducing, High Range Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih. Dengan
menmbahkan bahan ini ke dalam beton, diinginkan untuk mengurangi jumlah air pengaduk
dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan tinggi
dengan jumlah air sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan (workability beton) juga lebih
tinggi. Bahan tambah jenis ini berupa superplasticizer. Yang termasuk jenis superplasticizera
dalah : kondensi sulfonat melamine formaldehyde dengan kandungan klorida sebesar 0,005 %,
sulfonat formaldehyde, modifikasi lignosulphonat tanpa kandungan klorida. Jenis bahan ini dapat
mengurangi jumlah air pada campuran beton dan meningkatkan slump beton sampai 208 mm.
Dosis yang dianjurkan adalah 1 % - 2 % dari berat semen.
7) Tipe G : Water Reducing, High Range Retarding admixtures
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih sekaligus
menghambat pengikatan dan pengerasan beton. Bahan ini merupakan gabungan superplasticizer
dengan memperlambat waktu ikat beton. Digunakan apabila pekerjaan sempit karena
keterbatasan sumberdaya dan ruang kerja.
6. Sebutkan jenis-jenis beton berdasarkan kelas kuatnya dan jelaskan karakteristiknya! \
Jawab:
a. Beton kelas I
Beton untuk pekerjaan-pekerjaan non strukturil. Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian
khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan,
sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I dinyatakan
dengan Bo.
b. Beton kelas II
Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil secara umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian
yang cukup dan harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi
dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K175, dan K225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan-bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak
disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K125, K175 dengan keharusan untuk memeriksa
kekuatan tekan beton secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji.
c. Beton kelas III
Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil yang lebih tinggi dari K225. Pelaksanaannya
memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli.
Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap yang dilayani oleh
tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu.
7. Apakah yang dimaksud dengan beton mutu struktural dan non-struktural? Jelaskan!
Jawab:
Beton untuk pekerjaan-pekerjaan non strukturil.
Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada
pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak
disyaratkan pemeriksaan
b.Beton normal/biasa
Dipakai untuk konstruksi tempat tinggal biasa dengan berat volume1,8 - 2,8 ton/m3. Jenis
aggregatnya antara lain : pasir, batu pecah, atau batu pecah.
c.Beton ringan
Berat volume nya antara 0,6-1,8 ton/m3 ,dipakai untuk bangunan pemikul beban ringan.
Aggregat yang digunakan ialah batu lempung expended clay,verum culie dan lain-lain.
9. Jelaskan langkah-langkah dalam perhitungan mix design untuk beton berdasarkan Metode
ACI 211.1-91.
Jawab:
Tahap 1 : Diperlukan informasi material
Tahap 2 : Pemilihan slump
Tahap 3 : Ukuran agregat maksirnum
10. Jelaskan langkah-langkah dalam perhitungan mix design untuk beton berdasarkan Metode
DOE (Department of Environment / British Standard).
Jawab:
Perhitungan mix design untuk beton berdasarkan Metode DOE (Department of
Environment/British Standard) adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan Tekan Karakteristik Ialah suatu nilai kekuatan beton umur 28 hari dimana jumlah
yang cacat tidak lebih dari 5%, artinya kekuatan yang ada hanya 5% yang diperbolehkan dari
jumlah yang dites.
2. Standar deviasi.
3. Nilai tambah (Margin) Adalah hasil faktor dari deviasi standar dimana faktor K tergantung
pada banyaknya yang cacat dan jumlah benda uji.
4. Kekuatan rata-rata (cr) yang akan dicapai. Adalah kuat tekan karakteristik ditambah nilai
tambah.
5. Jenis semen.
6. Jenis agregat kasar dan halus.
7. Faktor air semen (FA S).
8. Faktor air semen maksimum : faktor air semen yang dipakai adalah faktor air semen yang
terendan.
9. Slump.
10. Ukuran agregat maksimum
11. Kadar air bebas: kebutuhan air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi semen, bukan untuk
peresapan air.
12. Kadar semen : didapat dari membagi kadar air bebas dibagi dengan FAS.
13. Kadar semen maksimum: bila tidak dituangkan dapat diabaikan.
14. Kadar semen ditetapkan untuk persyaratan kondisi tertentu. Mungkin ditetapkan persyaratan
kondisi tertentu.
15. Faktor air semen yang disesuaikan : bila kadar semen berubah karena lebih kecil dari kadar
semen minimum yang ditetapkan, maka faktor air semen harus diperhitungkin kembali.
16. Susunan besar batu agregat halus.
17. Persentase fraksi pasir : makin halus pasir, persentase pasir makin kecil. Untuk pasir zone 2
persentasenya antara 31 % - 40 % sedangkan untuk zone 1 persentasenya antara 40%-55%.
18. Berat jenis relative agregat gabungan : terdiri dari persentase pasir dikalikan berat jenis
agregat kasar. Bila tidak ada data maka digunakan berat jenis pasir ( agregat halus ) 2,5 t/m3 dan
untuk agregat kasar 2,6 t/m3.
19. Berat jenis beton.
20. Kadar agregat gabungan adalah berat jenis beton dikurangi jumlah (kadar) semen dan air.
21. Kadar agregat halus adalah persentase fraksi pasir dikalikan jumlah agregat campuran. Dan
ini merupakan jumlah pasir
11. Adakah perbedaaan antara kuat tekan karakteristik (fck) dengan fc? Tolong anda jelaskan!
Jawab:
Kekuatan tekan karakteristik beton (fck) ialah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar
hasil-hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu
terbatas sampai 5% saja. Yang diartikan dengan kekuatan tekan beton senantiasa ialah kekuatan
tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang bersisi 15 (+0,06) cm pada umur 28
hari.
Kuat tekan beton(fc) adalah kuat tekan beton yang disyaratkan (dalam Mpa), didapat
berdasarkan pada hasil pengujian benda uji silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Penentuan nilai fc boleh juga didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang didapat dari
hasil uji tekan benda uji kubus bersisi 150 mm. Dalam hal ini fc didapat dari perhitungan
konversi berikut ini. Fc=(0,76+0,2 log fck/15) fck, dimana fck adalah kuat tekan beton (dalam
MPa), didapat dari benda uji kubus bersisi 150 mm. Atau perbandingan kedua benda uji ini,
untuk kebutuhan praktis bisa diambil berkisar 0,83.
12. Jelaskan urutan pencampuran bahan-bahan pembentuk beton yang menghasilkan kekuatan
optimal!
Jawab:
1. Persiapan bahan campuran sesuai dengan rencana berat pada wadah yang terpisah.
2. Persiapkan wadah yang cukup menampung volume beton basah rencana.
3. Masukkan agregat kasar dan agregat halus ke dalam wadah.
4. Dengan menggunakan skop atau alat pengaduk, lakukan pencampuran agregat.
5. Tambahkan semen pada agregat campuran dan ulangi proses pencampuran, sehingga
diperoleh adukan kering agregat dan semen yang merata.
6. Tuangkan 1/3 jumlah air total kedalam wadah, dan lakukan pencampuran sampai terlihat
konsistensi adukan yang merata.
7. Tambahkan lagi 1/3 jumlah air kedalam wadah dan ulangi proses untuk mendapatkan
konsistensi adukan.
8. Lakukan pemeriksaan SLUMP.
9. Apabila nilai SLUMP telah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan benda uji silinder dan
kubus beton. Jika belum tercapai nilai SLUMP yang diinginkan, tambahkan sisa air dan lakukan
pengadukan kembali.
10. Lakukan perhitungan berat jenis beton basah.
11. Buatlah benda uji silinder dan kubus sesuai dengan petunjuk. Jumlah benda uji ditetapkan
berdasarkan volume adukan.
12. Lakukan pencatatan hal-hal yang menyimpang dari perencanaan,terutama pemakaian jumlah
air dan nilai SLUMP.
14. Apakah yang anda ketahui tentang susut dan rangkak beton?
Jawab :
Susut
Menurut Edward G. Nawi susut beton pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu: susut
plastis dan susut pengeringan. Susut plastis terjadi beberapa jam setelah beton segar dicor ke
dalam acuan. Permukaan yang diekspos seperti pelat lantai akan lebih mudah dipengaruhi oleh
udara kering karena adanya bidang kontak yang luas. Dalam hal demikian terjadi penguapan
yang lebih cepat melalui permukaan beton dibandingkan dengan pergantian oleh air dari lapisan
beton yang lebih bawah. Sebaliknya susut pengeringan terjadi setelah beton mencapai bentuk
akhirnya dan proses hidrasi pasta semen telah selesai. Susut pengeringan adalah berkurangnya
volume elemen beton jika terjadi kehilangan uap air karena penguapan. Fenomena sebaliknya,
yaitu pertambahan volume karena penyerapan air, disebut swelling. Dengan perkataan lain, susut
dan swelling menunjukkan adanya perpindahan air ke luar dan ke dalam struktur gel pada beton
akibat adanya perbedaan kelembaban atau perbedaan kejenuhan di antara elemen-elemen yang
berdekatan. Fenomena ini tidak bergantung pada beban luar. Susut adalah proses yang tidak
reversibel. Jika beton yang sudah benar-benar susut kemudian dijenuhkan dengan air, maka tidak
akan tercapai volume asalnya. Gambar 2.2 menunjukkan pertambahan regangan susut sh
terhadap waktu. Laju perubahannya berkurang terhadap waktu karena beton yang semakin
berumur akan semakin tahan tegangan dan semakin sedikit mengalami susut. Dengan demikian
kurva ini asimtotis untuk t yang semakin besar.
Rangkak
Rangkak adalah regangan yg meningkat akibat pengaruh waktu terjadi pada beton yang dibebani
secara tetap dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu pada balok beton dikenal istilah
short-term (immediate) deflection dan long-term deflection.
(bleeding) yang berlebihan untuk mencapai kekuatan yang direncanakan. Unsur-unsur yang
mempengaruhi sifat kemudahan dikerjakan antara lain:
1.Jumlah air yang dipakai dalam campuran beton. Makin banyak air yangdipakai makin mudah
beton segardikerjakan.
2.Penambahan semen ke dalam campuran juga memudahkan cara pengerjaan adukan beton,
karena diikuti dengan bertambahnya air campuran untuk memperoleh nilai fas yang tetap.
3.Gradasi campuran pasir dan kerikil. Apabila mengikuti gradasi campuran yang telah
disarankan oleh peraturan, maka adukan beton akan mudah dikerjakan.
4.Pemakaian butir-butir batuan yang bulat mempermudah cara pengerjaan beton.
5.Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai juga berpengaruh terhadaptingkat kemudahan
pengerjaan.
6.Cara pemadatan adukan beton. Bila dilakukan dengan alat getar, makadiperlukan tingkat
kelecakan (keenceran) yang berbeda.
Faktor utama yang mempengaruhi wokability adalah kandungan air di dalamcampuran,
sedangkan faktor lainnya adalah gradasi agregat, bentuk, dan tekstur permukaan agregat,
proporsi campuran serta kombinasi gradasi. Tingkat kemudahan pengerjaan berkaitan erat
dengan tingkat kelecakan (keenceran) adukan beton. Untuk mengetahui tingkat kelecakan
adukan beton biasanya dilakukan dengan percobaanslump. Makin besar nilai slump berarti
adukan beton semakin encer dan ini berartisemakin mudah dikerjakan. Pada umumnya nilai
slump berkisar antara 5 - 12,5 cm.
membawa semen dan butir-butir halus pasir, yang pada akhirnya setelah beton mengeras akan
tampak sebagai selaput. Lapisan ini dikenal sebagailaitance.Bleeding biasanya terjadi pada
campuran beton basah(kelebihan air) atau campuran adukan beton dengan nilai slump tinggi.
b. Ketahanan Beton
Dikatakan mempunyai ketahanan yang baik apabila bertahan lama dalam kondisi tertentu tanpa
mengalami kerusakan selama bertahun-tahun. Kondisi yang dapat mengurangi daya tahan beton
dapat disebabkan faktor dari luar dan dari dalam beton itu sendiri. Faktor luar antara lain cuaca,
suhu yang ekstrem, erosi,kembang dan susut akibat basah atau kering yang silih berganti dan
pengaruh bahan kimia. Faktor dari dalam yaitu reaksi agregat dengan senyawa alkali.
Kemudahan pengerjaan (wokability) adalah merupakan tingkat kemudahan adukan beton untuk
diaduk, diangkut, dituang, dan dipadatkan tanpa mengurangi homogenitas beton, dan beton tidak
terurai (bleeding) yang berlebihan untuk mencapai kekuatan yang direncanakan
21. Jelaskan pengertian durability!
Jawab:
Durabilitas (ketahanan) adalah ketahanan beton menghadapi segala kondisi dimana dia
direncanakan, tanpa mengalami kerusakan (deteriorate) selama jangka waktu layannya (service
ability). Beton yang demikian disebut mempunyai ketahanan yang tinggi (durable).
22. Jelaskan pengertian flowability pada beton segar!
Jawab:
Flowability adalah salah satu bagian dari pengujian beton segar yang dihasilkan berdasarkan tes
slump untuk mengetahui kemampuan mengalir campuran dari beton segar.
23. Jelaskan pengertian compactability pada beton!
Jawab:
Compactability adalah salah satu bagian dari pengujian beton segar yang dihasilkan berdasarkan
tes slump untuk mengetahui tingkat kemampuan campuran beton untuk memadat.
24. Jelaskan pengertian bleeding dan segregation pada beton!
Jawab:
Bleeding adalah pengeluaran air dari adukan beton yang disebabkan oleh pelepasan air dari pasta
semen. Sesaat setelah dicetak, air yang terkandung di dalam beton segar cenderung untuk naik ke
permukaan.
Segregasi adalah kecenderungan pemisahan bahan-bahan pembentuk beton. Segregasi sangat
besar pengaruhnya terhadap sifat beton keras. Jika tingkat segregasi beton sangat tinggi, maka
ketidaksempurnaan konstruksi beton juga tinggi. hal ini dapat berupa keropos, terdapat lapisan
yang lemah dan berpori, permukaan nampak bersisik dan tidak merata.
25. Jelaskan hal-hal yang dapat mempengaruhi durabilitas beton, serta jelaskan jenis beton apa
yang dapat menghasilkan durabilitas yang baik dan mengapa?
Jawab:
Hal hal yang dapat mempengaruhi durabilitas beton :
a) Pengaruh fisik (physical attack) : pelapukan oleh cuaca membeku dan mencair (freezing and
thawing), terjadi pada pasta semen dan aggregate basah dan kering bergantian, terjadi pada pasta
semen perubahan temperatur yang drastis, terjadi pada pasta semen dan aggregate.
b) Pengaruh kimia (chemical attack) : penetras larutan / unsur kimia kedalam beton serangan
sulfat, terjadi pada pasta semen reaksi alkali-aggregate, terjadi pada aggregat serangan asam dan
alkalis, terjadi pada pasta semen korosi baja tulangan, terjadi pada tulangan.
c) Pengaruh mekanis : perubahan volume akibat perbedaan sifat thermal dari aggregat thd pasta
semen, terjadi pada pasta semen dan aggregat abrasi (pengikisan), terjadi pada pasta semen dan
aggregat aksi elektrolisis, terjadi pada pasta semen.
fy).Ketika tercapai titik tersebut, kecepatan dibatasi agar tidak melebihi 1/16 mm/min dari
panjang reduction section hingga tercapainya titik kuat leleh. Sedangkan kecepatan untuk
menentukan kuat tarik adalah tidak boleh melebihi 1/10 mm/min dari panjang reduction section.
Pembatasan kecepatan minimum juga harus diatur tidak boleh kurang dari 1/10 mm/min
kecepatan maksimal.
29. Apakah kegunaannya dilakukan percobaan slump pada adukan beton segar?
Jawab:
Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh angka slump beton. Pengujian ini dilakukan
terhadap beton segar yang mewakili campuran beton. Hasilpengujian ini digunakan dalam
pekerjaan :
1) Perencanaan campuran beton;
2) Pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.
32. Jelaskan mengapa jenis pembebanan, kecepatan dan besar pembebanan, metode pengujian
dapat mempengaruhi kekuatan beton?
Jawab:
Karena setiap pembebanan, uji kecepatan dan besar pembebanan memiliki kalibrasi yang
berbeda-beda sehingga mempengaruhi kekuatan beton pada setiap metode yang digunakan dalam
pengujian beton.
33. Apakah yang anda ketahui tentang non-destructive test pada beton keras?
Jawab:
Adalah pengujian beton yang dilakukan dengan tidak merisak beton yang akan diuji. Uji tak
rusak (NDT) adalah grup macam teknik analisis yang digunakan dalam ilmu pengetahuan dan
industri untuk mengevaluasi sifat dari komponen, material atau sistem tanpa menyebabkan
kerusakan. Karena NDT tidak permanen mengubah anggaran yang diperiksa, itu adalah sangat berharga teknik yang dapat menghemat uang dan waktu dalam evaluasi produk, pemecahan
masalah, dan penelitian. NDT umum metode ini termasuk ultrasonik, magnetik-partikel, penetran
cair, radiografi, dan pengujian eddy-saat ini.
NDT adalah alat yang sering digunakan dalam rekayasa forensik, teknik mesin, teknik elektro,
teknik sipil, rekayasa sistem, teknik penerbangan, obat-obatan, dan seni.
Non-destructive tests
hammer test
core drill
ultra sonic velocity pulse (bisa untuk beton umur muda)
acoustic emission testing
leak testing
liquid penetrant testing
infrared and thermaltesting
35. Apakah yang anda ketahui tentang beton mutu tinggi (high-strength concrete) dan beton
mutu ultra tinggi (ultra high-strength concrete)?
Jawab:
Sesuai dengan perkembangan teknologi beton, kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah
sesuai dengan kemajuan tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada tahun 1950an, beton dengan
kuat tekan 30 MPa sudah dikategorikan sebagai beton mutu tinggi. Pada tahun 1960an hingga
awal 1970an, kriterianya lebih lazim menjadi 40 MPa. Saat ini, disebut mutu tinggi untuk kuat
tekan diatas 50 MPa, dan 80 MPa sebagai beton mutu sangat tinggi, sedangkan 120 MPa bisa
dikategorikan sebagai beton bermutu ultra tinggi.
36. Apakah yang anda ketahui tentang beton yang bisa memadat sendiri (self-compacting
concrete)?
Jawab:
Beton memadat mandiri (self compacting concrete, SCC) adalah beton yang mampu mengalir
sendiri yang dapat dicetak pada bekisting dengan tingkat penggunaan alat pemadat yang sangat
sedikit atau bahkan tidak dipadatkan sama sekali.Beton ini dicampur memanfaatkan pengaturan
ukuran agregat, porsi agregat dan van admixture superplastiziser untuk mencapai kekentalan
khusus yang memungkinkannya mengalir sendiri tanpa bantuan alat pemadat.Sekali dituang ke
dalam cetakan, beton ini akan mengalir sendiri mengisi semua ruang mengikuti prinsip
grafitasi,termasuk pada pengecoran beton dengan tulangan pembesian yang Sangat rapat.Beton
ini aka mengalir ke semua celah di tempat pengecoran dengan memanfaatkan berat sendiri
campuran beton Ladwing, II M.,Woise,F.,Hemrich, W . and Ehrlich, N . (2001).Beton
memadat mandiri pertama kali dikembangkan di jepang pada tahun 1990-an sebagai upaya untuk
mengatasi persoalan pengecoran komponen gedung artistik dengan bentuk geometri tergolong
rumit bila dilakukan pengecoran beton normal.Riset temtang beton memadat mandiri masih terus
dilakukan hingga sekarang dengan banyak aspek kajian, misalnya ketahanan
(durability),permeabilitas dan kuat tekan (compressive strength).Kekuatan tekan beton kering
102 Mpa sudah dapat dicapai karena penggunaan admixture superplastiziser yang
memungkinkan npenuruna rasio air-semen (w/c) hingga nilai w/c = 0,3 atau lebih kecil.
Mekanisme Pengaliran Beton Memadat Mandiri
Menurut Hela dan Hubertova (2006) kemampuan mengalir dengan tingkat ketahanan terhadap
segregasi yang tinggi pada beton memadat mandiri disebabkan oleh dua resep kunci sebagai
berikut :
a. Penggunaan superplastiziser yang memadai dengan sangat ketat mengatur komposisi agregat
pada campuran.
b. Rasio air-semen (w/c-ratio) yang rendah dengan mengendalikan volume agregat yang
dikombinasikan denhan agregat pengisi 0,125 mm menyebabkan campuran beton ini tidak
mudah mengalami segregasi.
Pada komposisi campuran beton, perbedaan utama beton memadat mandiridenganbeton
konvensional adalah penggunaan porsi bahan pengisi yang cukup besar, sekitar 40 % dari
volume total campuran beton.Bahan pengisi ini adalah pasir butiran halus dengan ukuran butiran
maksimum (dmax ) 0,125 mm.Porsibesar bahan pengisi ini menyebabkan campuran beton
cenderung berprilaku sebagai pasta.Penggunaan superplastiziser yang memadai, biasanya
berbahan polycarboxylate, memungkinkan penggunaan air pada campuran dapat dikurangi,
namun pengurangan pengerjaan (workability) dan kemampuan pengaliran (flowability)
campuran beton dapat dijaga.
Bahan pengisi tambahan lain yang digunakan dalam penbuatan beton memadat mandiri adalah
abu terbang , silica fume, terak (blastfurnace slag), metakaolin dan lain-lain.Hela dan Hubertova
(2006).
Beton Memadat Mandiri untuk Pembuatan Komponen Bangunan Pracetak
Kemudahan dalam hal pencetakan tidak memerlukan penggetar menjadikan beton memadat
mandiri banyak dimanfaatkan dalam industri komponen pracetak.Rise, G.and Skarendahl, A.
(1999).Beberapa artikel tentang penggunaan beton memadat mandiri untuk bahan beton pracetak
panel dinding dan lantai bangunan ditulis oleh Tegar, Rudolf (2001),perancangan dan
penbangunan gedung The Phaeno Science Center di Wolfsburg,Meyer dan Bahrie
(2004),pengalaman produsen beton pracetak Consolis di Eropa menggunakan bahan beton
memadatmandiri, Juvas (2004).
Menurut Rise,Grand Skarendahl, A. (1999),pada pekerjaan pembetonan struktur beton pracetak,
Penggunaan beton memadat mandiri sangat berkontribusi pada penggunaan item pekerjaan dan
peningkatan kecepatan kerja.Penggunaan beton memadat mandiri akan memperpendek siklus
waktu pencetakan.Hal ini berarti bahwa dengan waktu kerja tertentu, tingkat produktifits dalam
bentuk jumlah hasil produk akan lebih tinggi dibandingkan capaian pada sistem pembetonan
normal.Keuntungan lain adalah penghematan energi yang digunakan untuk penggetar dan
penghilangan suara bising yang memungkinkan perbaikan suasana lingkungan pekerjaan proyek.
37. Apakah yang anda ketahui tentang beton ringan (light-weight concrete)?
Jawab:
Dibuat dengan menggunakan agregat ringan atau dikombinasikan dengan agregat normal
sedemikian rupa sehingga dihasilkan beton dengan berat isi yang lebih kecil (lebih ringan)
daripada beton normal. Berat isi beton ringan mencapai 2/3 dari beton normal. Tujuan
penggunaan beton ringan adalah untuk mengurangi berat sendiri dari struktur sehingga
komponen struktur pendukungnya seperti pondasinya akan menjadi lebih hemat.
Agregat yang digunakan untuk memproduksi beton ringan merupakan agregat ringan juga.
Agregat yang digunakan umumnya merupakan hasil pembakaran shale, lempung, slates, residu
slag, residu batu bara dan banyak lagi hasil pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat ringan
sekitar 1900kg/m3 atau berdasarkan kepentingan penggunaan strukturnya berkisar antara 14401850kg/m3 , dengan kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 MPa.
38. Apakah yang anda ketahui tentang beton serat (fibre reinforced concrete)?
Jawab:
Beton berserat adalah beton yang dicampur dengan serat (fiber) yang berfungsi meningkatkan
property si beton itu. Di masa kini, beton berserat lebih berfungsi meningkatkan kekuatan tarik
atau juga meningkatkan daktilitas si beton.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunannya yang terdiri dari bahan semen, agregat
kasar,agregat halus, air dan bahan tambah (Tri Mulyono, 2003). Kelebihan beton yaitu memilki
kuat desak yang tinggi, tahan api dan mudah dibentuk. Namun disamping mempunyai kelebihan
tersebut, beton juga mempunyai kelemahan yaitu, kuat tarik yang rendah.Usaha untuk
menambah kuat tarik beton, dilakukan dengan cara menambah serat (fiber) dalam campuran
beton, penambahan serat ( fiber ) dilakukan dengan cara memberikan semacam penulanganyang
disebarkan merata dengan orientasi sebaran yang acak dengan tujuan meningkatkan kuat tarik
beton.Ada berbagai macam bahan fiber yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat
betonseperti yang telah dilaporkan oleh ACI Committee 544 (1982) dan Soroushian & Bayasi
(1987).Bahan bahan fiber tersebut antara lain berupa serat baja ( steel fiber ), kaca ( glass fiber
),plastic( polypropylene ) dan karbon (carbon) serta serat alami yang berasal dari tumbuhtumbuhan sepertiijuk, serat bambu dan lainnya.Pada penelitian ini digunakan serat berupa serat
anyaman kawat (kasa) aluminium pada kadar optimum yaitu sebesar 0,2% dengan variasi
panjang serat dengan tujuan untuk mendapatkan nilaikapasitas lentur yang paling maksimum.
dilakukan variasi terhadap prosentase polimer dan filler yakni abu terbang sedangkan bahan
penyusun lainnya tetap.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanik serta pengaruh
persentase polimer terhadap harga redaman yang dilakukan dengan Modal Testing. Untuk
mengetahui hal tersebut dilakukan serangkaian pengujian terhadap agregat serta beton
polimer.Dari basil pengujian didapat kuat tekan 19,02 MPa s.d 41,489 MPa, kuat tekan
maksimum didapat pada prosentase polimer 55%, untuk kuat tarik dicapai 4,300 MPa s.d 6,023
MPa, kuat tarik maksimum didapat pada prosentase polimer 65%. Nilai modulus elastisitas
dengan cara tekan dan cara lentur masing-masing 952,4 s.d 1956,4 MPa serta 1212,985 s.d
3812,067 MPa, nilai modulus membesar dari kadar filler 50% lalu 35% sampai 45%. Konstanta
poison yang didapat 0,12 s.d 0,21 sedangkan nilai redaman 1,669% s.d 3,017%. Hasil juga
menunjukkan bahwa semakin banyak prosentase polimer maka harga loss factor (ri), koefisien
redaman (c) dan damping ratio (p,) semakin kecil, ini menunjukkan abu terbang sebagai filler
berpengaruh untuk menaikkan loss factor, koefisien redaman serta damping ratio.
40. Jelaskan metoda dan prosedur asesmen struktur beton eksisting dan apa kegunaannya?
Jawab:
Tahapan asesmen yaitu tahapan asesmen awal dan asesmen detail. Tahapan analisis dilakukan
terhadap kondisi kekuatan komponen struktur. Proses asesmen dilakukan melalui pengujian
lapangan dan laboratorium. Pengujian di lapangan biasanya menggunakan peralatan Schmidt
Rebound Hammer Test dan Ultrasonic Pulse Velocitymeter untuk mengetahui kuat tekan beton;
Theodolite, Waterpass, dan meteran untuk pengukuran geometris bangunan; Microcrackmeter
untuk mengetahui lebar dan kedalaman retakan; dan Rebar Locator/R-bar meter serta
Kaliper/Jangka Sorong untuk mengetahui jumlah dan diameter baja tulangan terpasang.
Pengujian di laboratorium untuk uji tarik baja tulangan terpasang. Analisis data biasanya
menggunakan progam SAP 2000 v14.0.0 Advanced dan alat pendukung lainnya.
Kegunaannya ialah bertujuan untuk mengetahui kekuatan sisa, nilai defleksi, dan interstory drift
pada komponen struktur bangunan serta mengetahui tingkat keamanan struktur pada kondisi
eksisting beton/bangunan.
41. Jelaskan teknik dan metode perbaikan (retrofitting) dan perkuatan (strengthening) struktur
beton yang anda ketahui.
Jawab:
Metode dan material perbaikan
Penentuan metode dan material perbaikan umumnya tergantung pada jenis kerusakan yang ada,
disamping besar dan luasnya kerusakan yang terjadi, lingkungan dimana struktur berada,
peralatan yang tersedia, kemampuan tenaga pelaksana serta batasan-batasan dari pemilik seperti
keterbatasan ruang kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan biaya perbaikan. Jenis
kerusakan yang sering terjadi adalah kerusakan berupa keretakan dan spalling (terlepasnya
bagian beton).
A. Keretakan
Keretakan dibedakan retak struktur dan non-struktur. Retak struktur umumnya terjadi pada
elemen struktur beton bertulang, sedang retak non-struktur terjadi dinding bata atau dinding nonbeton lainnya. Untuk retak non-struktur, dapat digunakan metode injeksi dengan material pasta
semen yang dicampur dengan expanding agent serta latex atau hanya melakukan sealing saja
dengan material polymer mortar atau polyurethane sealant. Sedang pada retak struktur,
digunakan metode injeksi dengan material epoxy yang mempunyai viskositas yang rendah,
sehingga dapat mengisi dan sekaligus melekatkan kembali bagian beton yang terpisah. Proses
injeksi dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin yang bertekanan, tergantung pada
lebar dan dalamnya keretakan.
B. Spalling
Metode perbaikan pada kerusakan spalling, tergantung pada besar dan dalamnya spalling yang
terjadi.
C. Patching
Untuk spalling yang tidak terlalu dalam (kurang dari selimut beton) dan area yang tidak luas,
dapat digunakan metode patching. Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual,
dengan melakukan penempelan mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus
diperhatikan adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan; sehingga benar-benar didapatkan
hasil yang padat.
Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjakan, tidak susut dan tidak jatuh
setelah terpasang (lihat maksimum ketebalan yang dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk
pekerjaan perbaikan overhead. Umumnya yang dipakai adalah monomer mortar, polymer mortar
dan epoxy mortar.
D. Grouting
Sedang pada spalling yang melebihi selimut beton, dapat digunakan metode grouting, yaitu
metode perbaikan dengan melakukan pengecoran memakai bahan non-shrink mortar. Metode ini
dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan pompa. Pada metode perbaikan ini
yang perlu diperhatikan adalah bekisting yang terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada
kebocoran spesi yang mengakibatkan terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu menahan
tekanan dari bahan grouting. Material yang digunakan harus memiliki sifat mengalir dan tidak
susut. Umumnya digunakan bahan dasar semen atau epoxy.
Apabila spalling yang terjadi pada area yang sangat luas, maka sebaiknya digunakan metode
Shot-crete. Pada metode ini tidak diperlukan bekisting lagi seperti halnya pengecoran pada
umumnya.
Metode shotcrete ada dua sistim yaitu dry-mix dan wet-mix.Pada sistim dry-mix, campuran yang
dimasukkan dalam mesin berupa campuran kering, dan akan tercampur dengan air di ujung
selang. Sehingga mutu dari beton yang ditembakkan sangat tergantung pada keahlian tenaga
yang memegang selang, yang mengatur jumlah air. Tapi sistim ini sangat mudah dalam
perawatan mesin shotcretenya, karena tidak pernah terjadi blocking. Pada sistim wet-mix,
campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran basah, sehingga mutu beton yang
ditembakkan lebih seragam. Tapi sistim ini memerlukan perawatan mesin yang tinggi, apalagi
bila sampai terjadi blocking. Pada metode shotcrete, umumnya digunakan additive untuk
mempercepat pengeringan (accelerator), dengan tujuan mempercepat pengerasan dan
mengurangi terjadinya banyaknya bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).
Metode perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan berupa spalling yang cukup dalam
adalah dengan metode Grout Preplaced Aggregat. Pada metode ini beton yang dihasilkan adalah
dengan cara menempatkan sejumlah agregat (umumnya 40% dari volume kerusakan) kedalam
bekisting, setelah itu dilakukan pemompaan bahan grout, kedalam bekisting. Material grout yang
umumnya digunakan adalah polymer grout, yang memiliki flow cukup tinggi dan tidak susut.
Dalam pemilihan metode pengkuatan, harus diperhatikan beberapa hal yaitu kapasitas struktur,
lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang tersedia, kemampuan tenaga pelaksana serta
batasan-batasan dari pemilik seperti keterbatasan ruang kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu
pelaksanaan dan biaya perkuatan.
Metode perkuatan yang umumnya dilakukan adalah : - Memperpendek bentang dari struktur
dengan konstruksi beton ataupun dengan konstruksi baja.
Tujuannya adalah memperkecil gaya-gaya dalam yang terjadi, tetapi harus dianalisa ulang akibat
dari perpendekan bentang ini yang menyebabkan perubahan dari gaya-gaya dalam tersebut.
Umumnya dilakukan dengan menambah balok atau kolom baik dari beton maupun dari baja.
Umumnya digunakan beton sebagai material untuk memperbesar dimensi struktur; dengan
adanya admixture beton generasi baru, dimungkinkan untuk menghasilkan beton yang dapat
memadat sendiri (self compacting concrete), dibahas di bagian 4 Self Compacting Concrete.
Akibat dari penambahan dimensi tersebut, maka harus diperhatikan bahwa secara keseluruhan
beban dari Bangunan tersebut bertambah, sehingga harus dilakukan analisa secara menyeluruh
dari struktur atas sampai pondasi.
Tujuan dari penambahan ini adalah untuk menambah kekuatan pada bagian tarik dari struktur
Bangunan. Didalam penambahan plat baja tersebut, harus dijamin bahwa plat baja menjadi satu
kesatuan dengan struktur yang ada, umumnya untuk menjamin lekatan antara plat baja dengan
struktur beton digunakan epoxy adhesive.
Dengan metode ini, kapasitas struktur ditingkatkan dengan melakukan prestress di luar struktur,
bukan didalam seperti pada struktur baru. Yang perlu diperhatikan adalah penempatan anchor
head, sehingga tidak menyebabkan perlemahan pada struktur yang ada. Material yang umumnya
digunakan adalah baja prestress, tetapi pada saat ini sudah mulai digunakan bahan dari FRP
(Fibre Reinforced Polymer).
Prinsip daripada penambahan FRP sama seperti penambahan plat baja, yaitu menambah
kekuatan di bagian tarik dari struktur. Tipe FRP yang sering dipakai pada perkuatan struktur
adalah dari bahan carbon, aramid dan glass. Bentuk FRP yang sering digunakan pada perkuatan
struktur adalah Plate / Composite dan Fabric / Wrap. Bentuk plate lebih efektif dan efisien untuk
perkuatan lentur baik pada balok maupun plat serta pada dinding; sedang bentuk wrap lebih
efektif dan efisien untuk perkuatan geser pada balok serta untuk meningkatkan kapasitas beban
axial dan geser pada kolom.
Self Compacting Concrete atau yang umum disingkat dengan istilah SCC adalah beton segar
yang sangat plastis dan mudah mengalir karena berat sendirinya mengisi keseluruh cetakan yang
dikarenakan beton tersebut memiliki sifat-sifat untuk memadatkan sendiri, tanpa adanya bantuan
alat penggetar. Beton SCC yang baik harus tetap homogen, kohesif, tidak segregasi, tidak terjadi
blocking, dan tidak bleeding. Pemakaian beton SCC sebagai material repair dapat meningkatkan
kualitas beton repair oleh karena dapat menghindari sebagian dari potensi kesalahan manusia
akibat manual compaction. Pemadatan yang kurang sempurna pada saat proses pengecoran dapat
mengakibatkan berkurangnya durabilitas beton. Sebaliknya dengan beton SCC struktur beton
repair menjadi lebih padat terutama pada daerah pembesian yang sangat rapat, dan waktu
pelaksanaan pengecoran juga lebih cepat.
-Workability
Berdasarkan spesifikasi SCC dari EFNARC, workabilitas atau kelecakan campuran beton segar
dapat dikatakan sebagai beton SCC apabila memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu:
-Filling ability
-Passing ability
-Segregation resistance
Filling ability adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir dan mengisi keseluruh bagian
cetakan melalui berat sendirinya.
Passing ability adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir melalui celah-celah antar besi
tulangan atau bagian celah yang sempit dari cetakan tanpa terjadi adanya segregasi atau
blocking.
Segregation resistance adalah kemampuan beton SCC untuk menjaga tetap dalam keadaan
komposisi yang homogen selama waktu transportasi sampai pada saat pengecoran.
-Metoda Test
Metoda test pengukuran workability telah dikembangkan untuk menentukan karakteristik beton
SCC dan sampai saat ini belum ada satu jenis metoda test yang bisa mewakili ketiga syarat
karakteristik beton SCC seperti tersebut di atas. Dari beberapa metoda test yang telah
dikembangkan akan dibahas hanya tiga macam metoda yang dianggap dapat mewakili ketiga
kriteria workability tersebut di atas.
-Slump-Flow
Slump-flow test dapat dipakai untuk menentukan filling ability baik di laboratorium maupun di
lapangan; dan dengan memakai alat ini dapat diperoleh kondisi workabilitas beton berdasarkan
kemampuan penyebaran beton segar yang dinyatakan dengan besaran diameter yaitu antara 60
cm 75 cm. Kebutuhan nilai slump flow untuk pengecoran konstruksi bidang vertikal berbeda
dengan bidang horisontal. Kriteria yang umum dipakai untuk penentuan awal workabilitas beton
SCC berdasarkan tipe konstruksi adalah sebagai berikut :
Untuk konstruksi vertikal, disarankan menggunakan slump-flow antara 65 cm sampai 70 cm.
Untuk konstruksi horisontal disarankan menggunakan slump-flow antara 60 cm sampai 65 cm.
-Slump-Flow test
Bila menggunakan beton yang dapat memadat sendiri, perlu diperhatikan jumlah air, flow dari
beton serta dipastikan tidak adanya bleeding dan segregasi.
- Pot life.
Adalah waktu yang dibutuhkan dari pengadukan hingga material tersebut terpasang. Apabila
waktu telah melebihi pot life-nya, maka material yang sudah tercampur jangan digunakan.
- Kekuatan tekan.
Seperti pada pelaksanaan kontruksi baru, dimana dilakukan kontrol kualitas pada mutu beton
yang ada; maka saat pelaksanaan dari perbaikan dan perkuatan, juga harus dilakukan hal yang
sama, dengan melakukan pengambilan sample sesuai standard yang ada. (ASTM C39 beton,