Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Wiwit W
( III.11.3094)
YanuarLuki F( III.11.3095)
Yayan A
( III.11.3096)
Yeni N F
( III.11.3097)
Lembar Pengesahan
Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Masalah Kesehatan
Penyakit katarak
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
Subechan Anggoro
Sukiswati
Tito Arinto
Vera Fitria R
5.
6.
7.
8.
Wiwit W
YanuarLuki F
Yayan A
Yeni N F
Pembimbing
KATA PENGANTAR
2
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa.Berkat karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun secara khusus untuk memenuhi tugas seminar akhir semester
6 .Makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Rusnoto S.K.M, M,Kes (Epid) selaku Ketua Stikes MuhammadiyahKudus
2. Ns. Dewi Hartinah S.Kep.,M.Si.Med selaku pembimbing
3. Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu/satu
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
....3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
1.3 RUMUSAN MASALAH
6
7
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
8
2.1.2 Proses Menua
8
2.1.3 Teori Proses Menua
10
2.1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia 11
2.1.5 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Ketua
12
2.1.6 Perubahan perubahan Yang Terjadi Pada Lansia..12
2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia13
2.2 KOnsep katarak
2.2.1 PENGERTIAN
13
2.2.2 ETIOLOGI
14
2.2.3 KLASIFIKASI
14
2.2.4 TANDA DAN GEJALA
16
2.2.5 PATOFISIOLOGI
16
2.2.6 PATHWAY
18
2.2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 19
2.2.8 PENATALAKSAAN MEDIS
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
22
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN31
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
34
3.4 IMPLEMENTASI KEP
36
3.5 EVALUASI
37
4
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
.....38
.....38
BAB I
PENDAHULUAN
Semakin tingginya harapan hidup, maka semakin tinggi pula factor resiko terjadinya
berbagai masalah kesehatan.Masalah umum yang di alami para lansia adalah rentannya
kondisi fisik para lansia terhadan berbagai penyakit karena berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi pengaruh dari luar serta menurunnya efisiensi mekanisme homeostatistik
oleh karena hal tersebut lansia mudah terserang berbagai penyakit.
Ada beberapa perubahan fisik pada lansian yang dapat menjadi suatu kondisi lansia
terserang penyakit, seperti perubahan kardiofaskuler yaitu menurunnya kekuatan otot-otot
pernafasan, serta perubahan pada pendengaran dan perubahan pada penglihatan. Terdapat
beberapa macam penyakit yang bisa menimpa para lansia antara lain katarak,
hipertensi,diabetes militus,jantung koroner,stroke dan lain sebagainya.
Macam-macam masalah kesehatan tersebut yang sering menimpa lansia yaitukatarak
kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir
dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit
lainnya.
Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan
prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury,
2007).
Oleh karena itu, dari fenomena di atas mahasiswa tertarik untuk membuat makalah
dengan judul lansia dengan katarak agar memberi pengetahuan kepada mahasiswa lain serta
masyarakat pada umumnya dan lansia.
1.2 TUJUAN PENULISAN
A. TUJUAN UMUM
Untuk memahami konsep Asuhan Keperawatan keluarga dengan katarak
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah penulisan makalah ini, penulis mampu :
a. Agar mahasiswa mengetahui defenisi lansia dan katarak
b. Agar mahasiswa mengetahui etiologi dari katarak
c. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi dari katarak
6
d.
e.
f.
g.
h.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1)
2)
3)
4)
1992).
Tiga
tahap
ini
berbeda
baik
secara
biologis
maupun
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak
harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal
ini diartikan:
1)
2)
3)
Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994)
menyebutkan masalah masalah yang menyertai lansia yaitu:
1)
2)
3)
Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,
4)
5)
Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar
adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap
ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag
diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
10
- Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b)
kehilangan peran
2.
3.
2)
3)
Status kesehatan
4)
Pengalaman hidup
5)
Lingkungan
6)
Stres
Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ
tubuh,
diantaranya
sistim
pernafasan,
pendengaran,
penglihatan,
Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a)
b)
Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d)
Keturunan (hereditas)
e)
Lingkungan
f)
g)
3)
Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,
1970)
Depresi mental
2)
Gangguan pendengaran
3)
Bronkhitis kronis
4)
5)
6) Anemia
7)
Demensia
ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Penyebab
katarak lainnya meliputi :
1. Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2. Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau
3.
4.
5.
6.
7.
2.2.3 KLASIFIKASI
1. Katarak primer
Katarak primer, menurut umur ada tiga golognan yaitu :
1. Katarak juvenilis (umur <20 tahun ),
2. Katarak presenilis (umur sampai 50tahun)
3. katarak senilis (umur sampai 50tahun )
Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium (Yasin, 2009):
a. Stadium Insipien
1. Stadium paling dini
2. Kekeruhan lensa terdapat pada bagian perifer berbentuk bercak-bercak yang
tidak teratur
3. Pasien mengeluh gangguan penglihatan melihat ganda dengan satu mata
4. Tajam penglihatan belum terganggu
5. Proses degenerasi belum menyerap cairan mata yang kedalam lensa sehingga
terlihat bilik mata depan yang kedalaman normal.
b. Stadium Imatur
1. Proses degenerasi mulai menyerap cairan mata kedalam lensa sehingga lensa
2. Menjadi cembung.
3. Terjadi pembengkakan lensa yang dapat menjadi katarak intumesen.
4. Terjadi miopisasi
5. Dapat terjadi glaucoma sekunder
14
3.
1) Menderita rubella
2) Diabetes mellitus
3) Toksoplasmosis,
4) Hipoparatiroidisme
5) Galaktosemia
2.2.4
15
PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah stuktur posterior iris yang jernih, transparan
mempunyai
kekuatan
refraksi
yang
besar.lensa
mengandung
tiga
komponen
anotomis.Pada zona sentral terdapat nucleus di perifer ada korteks dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior dengan bertambahnya usia ,nucleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.Disekitar apasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus.apasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarakyang paling bermakna Nampak seperti Kristal salju pada
jendela.
Perubahan fisik dan kimia pada lensamengakibatkan hilangnya transpirasi
perubahan pada serabut halus multiple (zanula) yang memanjang dari barang silier
kesekitar daerah diluar lensa.misalnyadapat menyebabkan penglihatan
pengalami
distrosi perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koogulasi sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya keretina.Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensanormal terjadi disertai influk air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar . Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak. (Brunner dan suddarth , 2002).
16
2.2.6 PATHWAY
Usia lanjut
mata
alcohol
defek
/ rokok congenital
penggunaan
obat : steroid
penyakitsistemis
penyakit
metabolic : DM
jangka panjang
Perubahan nucleus dan
korteks lensa
Lensa keruh
Kurang infornasi
Kurang
pengetahuan
KATARAK
17
Gangguan sensori
perceptual penglihatan
cemas
Non operasi
Rupture kapsul
lensa semi
permeable
kerusakan lensa
ruang anterior
operasi
lensa pengganti
sayatan selaput
bening
Tekanan vena-vena
mengadakan drainase
humor akuos
jahitan banyak
penyembuhan lama
buta
penigkatan TID
Resti
infeksi
2.2.7
ablasio
Gg penerimaan
sensori
Resiko cidera
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
(1) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
(2) Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
(3) Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)
(4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
(5) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
(6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
18
2.2.8
PENATALAKSAAN MEDIS
Salah satu cara pengobatan katarak adalah dengan cara pembedahan ,yaitu:
a. lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga
pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia).
Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
b. Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit
seperi glaukoma dan uveitis.
c. Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi
lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga
korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun
dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik
ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa
bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn
telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun,
katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn.
d. Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu
fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan
insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi
penglihatan pasien meningkat.
e. Kacamata (aphakic spectacles)
Setelah ekstraksi katarak, mata klien tidak mempunyai lensa yang disebut
afakia.Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sefris (+) 10D supaya dapat
melihat jauh.Koreksi ini harus diberikan 3bulan pasca operasi sebab sebelum 3
bulan keadaan refraksi masih berubah ubah, karena keadaan luka belum tenang
dan astigmatismenya tidak tetap.
f. Lensa kontak
19
Keuntungan pilihan ini adalah ukuran bayangan hanya 7% lebih besar dari pada
ukuran normal, sehingga kedua mata berfungsi bersama.Lapang pandang tidak
berubah/ konstriksi.Kerugiannya dapat terjadi lakrimasi, risiko tinggi komplikasi,
kemungkinan penolakan lensa dan biaya mahal.
BAB III
ASKEP KELUARGA
A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 15 Juli 2014 di rumah keluarga Tn. Y pukul 09.30
WIB
1.
Data Umum
a. Identitas Keluarga
Identitas Kepala Keluarga
Nama
: Tn. Y
Jenis Kelamin
: Laki Laki
Suku
: Jawa
Umur
: 45 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Buruh Pabrik
20
Alamat
b. Komposisi Keluarga
N
Nama
Hub
dgn
Umur
Pendidi
BC
kan
KK
1
2
3
Tn.M
Ny.N
An.V
L
P
P
Bapak
Istri
Anak
80 th
39 th
7 th
POLIO
Status Imunisasi
DPT
Hepatiti
KET
Campak
s
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Sakit
SMP
SD
b. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Sakit
: meninggal
: Tinggal serumah
d. Tipe Keluarga
21
keluarga Tn. Y merupakan keluarga Besar (extended family) yang terdiri dari
kakek, ayah, ibu, anak.
e. Suku Bangsa
Tn. Y menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di
lingkungan orang-orang yang bersuku jawa.Tn. Y berkomunikasi dengan bahasa Jawa
dan bahasia Indonesia baik antara anggota keluarga maupun kelurga sekitar.
f. Agama
Semua anggota keluarga Tn. Y beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai
keyakinan di rumah karena jauh dari masjid.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
penghasilan keluarga Rp. 700.000 perbulan yang diperoleh dari hasil Buruh
Pabrik Tn. Y. Namun Penghasilannya tidak Tetap. Sedangkan Ny. N bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan sekitar
Rp.
500.000,- dan sisanya untuk keperluan lain lain seperti membayar listrik, kebutuhan
anak sekolah.
h. Sifat Keluarga
1. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan oleh Tn. Y( kepala keluarga ). Setelah
itu meminta keputusan meminta pertimbangan ( dimusyawarahkan ) kepada seluruh
keluarga dirumah.
2. kebiasaan Hidup Sehari-hari
a. Kebiasaan tidur/istirahat
Tn M : tidur malam jam 21.00 dan bangun jam 04.00, tidak pernah tidur siang
Tn Y : tidur malam jam 21.00 dan bangun jam 04.00, tidak pernah tidur siang
Ny. N : tidur malam jam 20.00 dan bangun jam 05.00, tidak pernah tidur siang
An. V : tidur malam jam 20.00 dan bangun jam 06.00, jarang tidur siang
22
23
Denah Rumah :
Dapur
KM
K.T
R. TV
K.T
k. T
R.T
jika perlu rujukan ke RS terdekat yang berjarak kurang lebih 3 Kilometer dari rumah
sehingga harus ditempuh menggunakan mobil ataupun montor.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
keluarga Tn. Y dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa
Indonesia. Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga.,
keluarga biasanya bertukar pendapat dan menceritakan hal-hal yang terjadi dalam keluarga.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga Tn. M adalah penentu keputusan terhadap suatu masalah karena Tn.
M sebagai orang yang paling tua.keluarga Tn. Y sangat menyayangi dan menghargai Tn.
M.
Tn. M berperan sebagai seorang kakek sekaligus seseorang yang paling tua didalam
keluarga .
25
dan tentram. Apabila ada persoalan dibicarakan bersama dan dicarikkan jalan keluarnya
agar tidak terjadi masalah
b. Fungsi Sosialisasi
Tn. S mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan
baik.keluarga Tn. S menganut kebudayaan jawa. Keluarga Tn. S berusaha untuk tetap
memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling menghormati dan menghargai.
Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada di masyarakat sekitar, sehingga
dapat menyesuiakan dan berhubungan baik dengan para tetangga atau masyarakat
sekitar.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
-
d. Fungsi Reproduksi
Tn. Y memiliki Satu orang anak., Ny. N menggunakan Tidak menggunakan alat
kontrasepsi untuk mengatur jarak anak selanjutnya .
26
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. Y termasuk keluarga Kurang mampu, hal ini dapat dilihat dari
penghasilan keluarga tiap bulannya sekitar Rp 750.000/perbulan.Keluarga Tn. Y dapat
memenuhi setiap kebutuhan sandang, pangan dan papan walaupun dengan kapasitas
seadanya saja.
6. Stres Dan koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
-
menghadapi
suatu
permasalahan
keluarga
Tn.
: 100/80 mmHg
Berat Badan
: 45 kg
Tinggi Badan
: 162 cm
Nadi
: 80 x/mnt
RR
: 20 x/mnt
Termometer
: 36,5 C
GDS
: 150ml/dl
: 110/70 mmHg
27
biasanya
Berat Badan
: 40 kg
Tinggi Badan
: 158 cm
Nadi
: 82 x/mnt
RR
: 20 x/mnt
Termometer
: 36,5 C
: 120/80 mmHg
Berat Badan
: 19 kg
Tinggi Badan
: 95 cm
Nadi
: 80 x/mnt
RR
: 20x/mnt
Termometer
: 36,5 C
d. Tn. M
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Berat Badan
: 45 kg
Tinggi Badan
: 180 cm
Nadi
: 120 x/mnt
RR
: 20x/mnt
Termometer
: 36,5 C
TGL
9 Juli
2014
Data
Data subyektif :
Keluarga Tn. Y
mengatakan Bahwa takut
apabila dioperasi
Masalah
Ansietas pre op
28
Etiologi
Ketidak mampuan keluarga
dalam mengambil
keputusan
9 Juli
2014
Data obyektif
- TD Tn M. 130/80
mmHg
- Nadi Tn. M 120 x/
mnt
Data Subyektif
Resiko cidera
Ketidakmampuan keluarga
dalam memodifikasi
lingkungan yang baik
Data Obyektif
-
ragu-ragu
Jarak pandang K 50
mtr
Kamar mandi jauh
dari kamar
SKORE
1/3 x 1 = 1/3
PEMBENARAN
Masalah dapat
diatasi
apabila
diubah ( bobot 2 )
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
kerena
keluarga
pendidikan
mau
diberikan
kesehatan
tentang
ditangani
Masalah dapat
diubah
karena
29
Keluarga
menyadari
betapa
1/3
SKORE
1/3 x 1 = Masalah
Kemungkinan
masalah
1/3
PEMBENARAN
keluarga
lingkungan
dapat
diatasi
mengetahui
yang
baik
apabila
tentang
untuk
dapat
diubah x 2 = 1
( bobot 2 )
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
Keluarga
kurang
tahu
tentang
Potensial masalah untuk dicegah ( bobobt 1 3/3 x 1 = keluarga kurang tahu masalah biasa
)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
3/3
30
x1=
Total
Keluarga
menyadari
betapa
31
C. Intervensi masalah
Tujuan
Diagnose
Rencana Tindakan
Criteria Evaluasi
NO Keperawatan
Keluarga
1
Umum
Khusus
Setelah
Ansietas
keluarga Tn Y
khususnya Tn M
b/d KMK dalam
Mengambil
keputusan untuk
mengatasi
dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 3x
pertemuan
diharapkan
keluargamampu
mengambil
keputusan
Criteria
Respon
Setelah 3 x 30
menit keluarga
mampu Mengambil
keputusan untuk
mengatasi katarak
dg :
1. Menyebutka
n akibat dari
katarak bila
tdk segera
diatasi
2. Mengambil
keputusan
Verbal
Standar
1. Keluarga menyebutkan
pengertian
penyakit
katarak yaitukekeruhan
pada lensa tanpa nyeri
yang berangsur angsur
penglihatan
kabur
akhirnya
dapat
tidak
menerima cahaya.
2. Menyebutkan
akibat
katarak jika tdk segera
ditangani :Katarak jika
sudah terlalu parah dan
secara
sederhana
&
mudah dimengerti
2. Diskusikan dg keluarga tentang
akibat katarak bila tdk segera
ditangani
leaflet
3. Motivasi
mengulangi
dg
menggunakan
keluarga
apa
dijelaskan
4. Fasilitasi untuk
untuk
yang
merujuk
telah
ke
yankes
5. Berikan pujian
mengakibatkan
kebutaan.
32
utk merawat
Respon
3. Keluarga
Afektif
untuk
anggota
memutuskan
membawa
keluarga
keluarga dg
yang
mengalami katarak ke
katarak
yankesterang
untuk
dapat membaca.
4. Lensa mata berubah
menjadi buram seperti
2
Resiko cidera
Setelah
pada keluarga
dilakukan
Tn. Y khusunya
tindakan asuhan
Tn . M b/d
Ketidakmampua keperawatan
n keluarga dalam selama 3x
memodifikasi
pertemuan
lingkungan yang
diharapkan
Baik
keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan
Setelah dilakukan
kunjungan selama
1 x 30 menit,
keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan
Respon
kaca susu.
Keluarga dapat menyebutkan
verbal
33
D. Implementasi
N
Dx.Kep
Tujuan
Keluarga
Khusu
Tanggal
Implementasi
Evaluasi
s
1.
Ansietas
pada
Jumat,
keluarga Tn. Y
11 Juli
Khususnya pada
2014
Tn
Jam :
b/d
Ketidakmampua
n
14.30
dimengerti
o Mendiskusikan dg keluarga tentang
akibat
katarak
bila
tdk
segera -
dijelaskan
Keluarga
mengatakan
keluarga
mengambil
keputusan
- TD Tn. M 100/80
2
- Nadi 80 x/mnt
1. menjelaskan kepada keluarga mengenai DS :
Resiko keluarga
Jumat
Tn.
12 Juli
2014
b/d
Ketidakmampua
n
keluarga
memodifikasi
lingkungan
DO :
-
Tn.
mampu
melakukan
35
E. Evaluasi
No
Evaluasi
Diagnosa
1.
S:
-
- Keluarga megatakan sudah mengerti / paham tentang apa yang telah dijelaskan
Keluarga mengatakan akanmelakukan operasi secepatnya.
O:
-
A: Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
S:
- Keluarga megatakan sudah mengerti / paham tentang apa yang telah dijelaskan.
O:
-
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan intervensi
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap
ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.Memasuki masa tua berarti
mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan
kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional
meningkat dan kurang gairah
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah.Yaitu slah satunya adalah katarak.
Katarak adalah kelainan mata yang terjadi pada lensa di mana cairan dalam lensa
menjadi keruh.Karena cairan dalam lensa keruh, lensa mata kelihatan putih dan cahaya
tidak dapat menmbusnya.Orang yang mengidap katarak melihat seperti melalui kaca
jendela yang kotor karena keruhnya lensa menghalangi masuknya cahaya ke
retina.Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan orang tua
Penyebab katarak lainnya meliputi :Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak
Senilis, Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X
atau benda benda radioaktif, Penyakit mata seperti uveitis, Penyakit sistemis seperti
DM., Defek congenital, Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid, Rokok dan
Alkohol.
4.2 SARAN
Untukmencapaisuatukeberhasilan yang baikdalampembuatanMakalahselanjutnya,
makapenulismemberikan saran kepada:
1.
2.
makalah selanjutnya.
pembaca
Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi
penulis sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca guna untuk pembuatan
makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Arif Mansjoer,dkk.(1999). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta
Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). buku saku patofisiologi. EGC : Jakarta
Darling,H Vera dan Thorpe, R Margaret. (1996) Perawatan Mata. Yayasan Essentia Medica
dan Andi : Yogyakarta
38
39