Vous êtes sur la page 1sur 11

BERAKHIRNYA PEMERINTAHAN

ORDE BARU
D
I
S
U
S
U
N

O
L
E
H

Kelompok 2:
Dima Nurohmah Hayati
Hariyati
Risky Devi Sartika
MADRASAH ALIYAH NEGERI TANJUNG SELOR
Bulungan 2011

Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah segala puji hanya diserahkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah sejarah ini dengan tema BERAKHIRNYA PEMERINTAHAN
ORDE BARU. salawat dan salam tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Saw.
Yang telah membawa kita dari zamannya Onta kezaman toyota,dari zaman yang Biadab
menjadi zaman yang Beradab sehingga kita dapat merasakan kenikmatannya samapi
saat ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada kami untuk kami
mencari penyebab-penyebab dan peristiwa-peristiwa yang terjadi ketika BERAKHIRNYA
PEMERINTAHAN ORDE BARU.Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan
Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan,maka dari itu
kami mohon Maaf yang sebesar-besarnya dan kami juga menyadari bahwa tanpa
bantuan dan support dari teman-teman dan guru-guru makalah ini tidak mungkin selesai
sebagaimana mestinya.untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan mendukung kami dalam menyelesasikan makalah ini.Semoga
Allah Swt memberikan pahala yang lebih atas bimbingan dan pengarahan serta
perhatian yang telah diberikan kepada kami dengan niat yang seikhlas-ikhlasnya.Amin
amin Allahumma amin.

Tanjung selor, 10 Oktober 2011

Penulis
2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orde baru berkuasa selama 32 tahun, hal ini tentu bukan waktu yang pendek.
Lamanya kekuasaan yang dipegang mengakibatkan banyak terjadi penyelewengan.
Antara lain munculnya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Tahukah kamu bagaimana
sikap masyarakat menghadapi hal ini. Anak-anak, bagaimanakah seandainya mesin
pompa air dinyalakan terus sedangkan kran air tidak dibuka? Hal itu tentunya mesin
air tersebut akan panas dan ketika dibuka akan terasa air meledak ke segala arah.
Begitu juga Negara Republik Indonesia tercinta ini ketika di bawah pemerintahan
Orde Baru yang sangat lama memerintah. Maka masalah-masalah bangsa ini dari
yang ringan hingga yang berat bertahun-tahun yang belum teratasi akhirnya
menimbulkan kekecewaan masyarakat. Puncak kekecewaan itu dilampiaskan dalam
suatu aksi demonstrasi untuk menumbangkan kekuasaan Orde Baru. Suatu
kekuatan tersebut dimotori oleh para mahasiswa yang menginginkan suatu
perubahan atau reformasi di bidang politik, ekonomi dan hukum. Bagaimana
peristiwa berakhirnya Orde Baru dan lahirnya Reformasi tersebut akan kita pelajari
dalam bab ini. Dengan mempelajari bab ini tentunya kita akan dapat memahami
peran para pelajar ataupun mahasiswa pada masa lalu dalam menegakkan
keadilan. Dengan demikian para pelajar merupakan bagian penting dari elemen
bangsa dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

B. Rumusan masalah
Bagaimana peristiwa berakhirnya pemerintahan orde baru?
Peristiwa apa yang terjadi setelah bearkhirnya pemerintahan orde baru?

C. Tujuan
Agar kita dapat mengetahui bagaimana peristiwa berakhirnya pemerintahan orde
baru dan awal lahirnya reformasi.

Bab II
3

Tinjauan Materi
A. Pembahasan
Perjalanan sejarah Orde Baru yang panjang, Indonesia dapat melaksanakan
pembangunan dan mendapat kepercayaan dari dalam maupun luar negeri. Rakyat
Indonesia yang menderita sejak tahun 1960- an dapat meningkat kesejahteraannya.
Akan tetapi keberhasilan pembangunan pada waktu itu tidak merata karena terjadi
kesenjangan sosial ekonomi yang mencolok antara si kaya dan si miskin. Bahkan
Orde Baru ingin mempertahankan kekuasaannya terus menerus dengan berbagai
cara. Hal ini menimbulkan berbagai efek negatif. Berbagai bentuk penyelewengan
terhadap nilai- nilai Pancasila dan Undang- Undang D1asar 1945 itu disebabkan
oleh adanya tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sejak pertengahan tahun
1996 situasi politik di Indonesia memanas. Golongan Karya yang berkeinginan
menjadi mayoritas tunggal (Single Majority) mendapat tekanan dari masyarakat.
Masyarakat menuntut adanya perubahan di bidang politik, ekonomi, demokratisasi
dalam kehidupan sosial serta dihormatinya hak asasi manusia. Hasil Pemilihan
Umum 1997 yang dimenangkan Golkar dan menguasai DPR dan MPR banyak
mengandung unsur nepotisme. Terpilihnya Jenderal Purnawirawan Soeharto
sebagai Presiden RI banyak mendapat reaksi masyarakat. Sedangkan pembentukan
Kabinet Pembangunan VII dianggap berbau Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).
Pada saat memanasnya gelombang aksi politik tersebut Indonesia dilanda krisis
ekonomi sejak pertengahan tahun 1997 sebagai pengaruh krisis moneter yang
melanda wilayah Asia Tenggara. Harga-harga kebutuhan pokok dan bahan pangan
membumbung tinggi dan daya beli rakyat rendah. Para pekerja di perusahaan
banyak yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sehingga semakin
menambah pengangguran. Hal ini diperparah lagi dengan tindakan para
konglomerat yang menyalahgunakan posisinya sebagai pelaku pembangunan
ekonomi. Mereka menambah hutang tanpa kontrol dari pemerintah dan masyarakat.
Akibatnya perekonomian mengalami krisis, nilai rupiah terhadap dollar merosot
tajam hampir Rp.15.000,00 per dollar AS. Perbankan kita menjadi bangkrut dan
banyak yang dilikuidasi. Pemerintah banyak mengeluarkan uang dana untuk Kredit
Likuidasi Bank Indonesia (KLBI) sehingga beban pemerintah sangat berat. Dengan
demikian kondisi ekonomi di Indonesia semakin parah.
4

Melihat kondisi bangsa Indonesia yang merosot di berbagai bidang tersebut maka
para mahasiswa mempelopori demonstrasi memprotes kebijakan pemerintah Orde
Baru dengan menentang berbagai praktek korupsi, kolusi nepotisme (KKN).
Kemarahan rakyat terhadap pemerintah memuncak pada bulan Mei 1998 dengan
menuntut diadakannya reformasi atau perubahan di segala bidang baik bidang
politik, ekonomi maupun hukum. Gerakan reformasi ini merupakan gerakan untuk
menumbangkan kekuasaan Orde Baru yang telah mengendalikan pemerintahan
selama 32 tahun. Pada awal Maret 1998 Kabinet Pembangunan VIII dilantik, akan
tetapi kabinet ini tidak membawa perubahan ke arah kemajuan. Oleh karena itu
rakyat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di berbagai bidang
kehidupan baik bidang politik, ekonomi, hukum maupun sosial budaya. Pada awal
Mei 1998 mahasiswa mempelopori unjuk rasa menuntut dihapuskannya KKN,
penurunan harga-harga kebutuhan pokok, dan Soeharto turun dari jabatan Presiden.
Ketika para mahasiswa melakukan demonstrasi pada tanggal 12 Mei 1998 terjadilah
bentrokan dengan aparat kemananan. Dalam peristiwa ini beberapa mahasiswa
Trisakti cidera dan bahkan tewas. Di antara mahasiswa Trisakti yang tewas adalah
Elang Mulya Lesmana, Hery Hartanto, Hendriawan Sie, dan Hafidhin Royan.
Pada tanggal 13-14 Mei 1998 di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massa
dengan membakar pusat-pusat pertokoan dan melakukan penjarahan. Pada tanggal
19 Mei 1998 puluhan ribu mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR. Mereka
menuntut Soeharto turun dari jabatan presiden akan tetapi Presiden Soeharto hanya
hanya mereshufle kabinet. Hal ini tidak menyurutkan tuntutan dari masyarakat. Pada
tanggal 20 Mei 1998 Soeharto memanggil tokoh-tokoh masyarakat untuk
memperbaiki keadaan dengan membentuk Kabinet Reformasi yang akan dipimpin
oleh Soeharto sendiri. Tokoh-tokoh masyarakat tidak menanggapi usul Soeharto
tersebut.
.Keberhasilan Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan
ekonomi, harus diakui sebagai suatu prestasi besar bagi bangsa Indonesia. Di
tambah dengan meningkatnya sarana dan prasarana fisik infrastruktur yang dapat
dinikmati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Namun, keberhasilan ekonomi maupun infrastruktur Orde Baru kurang diimbangi
dengan pembangunan mental ( character building ) para pelaksana pemerintahan
(birokrat), aparat keamanan maupun pelaku ekonomi (pengusaha / konglomerat).

Kalimaksnya, pada pertengahan tahun 1997, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
yang sudah menjadi budaya (bagi penguasa, aparat dan penguasa)
B. Faktor Penyebab Munculnya Reformasi
Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde
Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum.
Tekad Orde Baru pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Setelah

Orde

Baru

memegang

tumpuk

kekuasaan

dalam

mengendalikan

pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan


kekuasaannya atau status quo. Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu
semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan
penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada
UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.
1. Krisis Politik
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan
permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok
tertentu, bahkan lebih banyak di pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945
Pasal 2 telah disebutkan bahwa Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Pada dasarnya secara de jore (secara
hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil dari
rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan
direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan ikatan
kekeluargaan (nepotisme).
Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada institusi
pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidak percayaan itulah yang menimbulkan
munculnya gerakan reformasi. Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan
reformasi total di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dam MPR yang
dipandang sarat dengan nuansa KKN.
Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima paket
undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya :

UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum

UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang


DPR / MPR

UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.

UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum

UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.

Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah menimbulkan


ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi oleh kelompok
tertentu, konglomerasi, tidak mempu menghapuskan kemiskinan pada sebagian
besar masyarakat Indonesia. Kondisi dan situasi Politik di tanah air semakin
memanas setelah terjadinya peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996. Peristiwa ini
muncul sebagai akibat terjadinya pertikaian di dalam internal Partai Demokrasi
Indonesia (PDI).
Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, bukan hanya
menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat menuntut adanya
reformasi baik didalam kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan Indonesia. Di
dalam kehidupan politik, masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah pada
pihak oposisi sangat besar, terutama terlihat pada perlakuan keras terhadap setiap
orang atau kelompok yang menentang atau memberikan kritik terhadap kebijakankebijakan yang diambil atau dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, masyarakat juga
menuntut agar di tetapkan tentang pembatasan masa jabatan Presiden.
Terjadinya ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997 telah memicu
munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik yang berbeda.
Menjelang akhir kampanye pemilihan umum tahun 1997, meletus kerusuhan di
Banjarmasin yang banyak memakan korban jiwa.
Pemilihan umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak.
Golkar yang meraih kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap pencalonan
kembali Soeharto sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun 1998 2003.
Sedangkan di kalangan masyarakat yang dimotori oleh para mahasiswa
berkembang arus yang sangat kuat untuk menolak kembali pencalonan Soeharto
sebagai Presiden.
7

Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai Presiden
Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul tekanan pada
kepemimpinan Presiden Soeharto yang dating dari para mahasiswa dan kalangan
intelektual.
2. Krisis Hukum
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak
ketidakadilan. Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan
mahasiswa, masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat
menghendaki adanya reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan
masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang sebenarnya.
3. Krisi Ekonomi
Krisi moneter yang melanda Negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996,
juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia
ternyata belum mampu untuk menghadapi krisi global tersebut. Krisi ekonomi
Indonesia berawal dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat.
Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia
menjadi 0% dan berakibat pada iklim bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi
moneter Indonesia mengalami keterpurukan yaitu dengan dilikuidasainya sejumlah
bank pada akhir tahun 1997. Sementara itu untuk membantu bank-bank yang
bermasalah, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan pemerintah ini tidak dapat memberikan hasil,
karena pinjaman bank-bank bermasalah tersebut semakin bertambah besar dan
tidak dapat di kembalikan begitu saja.
Krisis moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan Negara, tetapi juga
telah menghancurkan keuangan nasional.
Memasuki tahun anggaran 1998 / 1999, krisis moneter telah mempengaruhi aktivitas
ekonomi yang lainnya. Kondisi perekonomian semakin memburuk, karena pada
akhir tahun 1997 persedian sembilan bahan pokok sembako di pasaran mulai
menipis. Hal ini menyebabkan harga-harga barang naik tidak terkendali. Kelaparan
dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat. Untuk mengatasi kesulitan
8

moneter, pemerintah meminta bantuan IMF. Namun, kucuran dana dari IMF yang
sangat di harapkan oleh pemerintah belum terelisasi, walaupun pada 15 januari
1998 Indonesia telah menandatangani 50 butir kesepakatan (letter of intent atau Lol)
dengan IMF.
Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak
terlepas dari masalah utang luar negeri.
Utang Luar Negeri Indonesia Utang luar negeri Indonesia menjadi salah satu faktor
penyebab munculnya krisis ekonomi. Namun, utang luar negeri Indonesia tidak
sepenuhnya merupakan utang Negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang
swasta. Utang yang menjadi tanggungan Negara hingga 6 februari 1998 mencapai
63,462 miliar dollar Amerika Serikat, utang pihak swasta mencapai 73,962 miliar
dollar Amerika Serikat.
Akibat dari utang-utang tersebut maka kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia
semakin menipis. Keadaan seperti ini juga dipengaruhi oleh keadaan perbankan di
Indonesia yang di anggap tidak sehat karena adanya kolusi dan korupsi serta
tingginya kredit macet.
Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945 Pemerintah Orde Baru mempunyai tujuan
menjadikan Negara Republik Indonesia sebagai Negara industri, namun tidak
mempertimbangkan kondisi riil di masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan
sebuah masyarakat agrasis dan tingkat pendidikan yang masih rendah.Sementara
itu, pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah jauh
menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Dalam Pasal 33 UUD 1945
tercantum bahwa dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk
semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Sebaliknya,
sistem ekonomi yang berkembang pada masa pemerintahan Orde Baru adalah
sistem ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai
bentuk monopoli, oligopoly, dan diwarnai dengan korupsi dan kolusi.
Pola Pemerintahan Sentralistis Sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh
pemerintah Orde Baru bersifat sentralistis. Di dalam pelaksanaan pola pemerintahan
sentralistis ini semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara
sentral dari pusat pemerintah yakni di Jakarta.Pelaksanaan politik sentralisasi yang
9

sangat menyolok terlihat pada bidang ekonomi. Ini terlihat dari sebagian besar kekayaan
dari daerah-daerah diangkut ke pusat. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan
rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat. Politik sentralisasi ini juga dapat dilihat dari
pola pemberitaan pers yang bersifat Jakarta-sentris, karena pemberitaan yang berasala dari
Jakarta selalu menjadi berita utama. Namun peristiwa yang terjadi di daerah yang kurang
kaitannya dengan kepentingan pusat biasanya kalah bersaing dengan berita-barita yang
terjadi di Jakarta dalam merebut ruang, halaman, walaupun yang memberitakan itu pers
daerah.
4. Krisi KepercayaanDemontrasi di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar setelah
pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei
1998. Puncak aksi para mahasiswa terjadi tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti
Jakarta. Aksi mahasiswa yang semula damai itu berubah menjadi aksi kekerasan setelah
tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto,
Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan.Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya
solidaritas dari kalangan kampus dan masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan
yang dipandang tidak demokratis dan tidak merakyat.Soeharto kembali ke Indonesia,
namun tuntutan dari masyarakat agar Presiden Soeharto mengundurkan diri semakin
banyak disampaikan. Rencana kunjungan mahasiswa ke Gedung DPR / MPR untuk
melakukan dialog dengan para pimpinan DPR / MPR akhirnya berubah menjadi mimbar
bebas dan mereka memilih untuk tetap tinggal di gedung wakil rakyat tersebut sebelum
tuntutan

reformasi

total

di

penuhinya.

Tekanan-tekanan

para

mahasiswa

lewat

demontrasinya agar presiden Soeharto mengundurkan diri akhirnya mendapat tanggapan


dari Harmoko sebagai pimpinan DPR / MPR. Maka pada tanggal 18 Mei 1998 pimpinan
DPR/MPR mengeluarkan pernyataan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri.Presiden
Soeharto mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat di
Jakarta. Kemudian Presiden mengumumkan tentang pembentukan Dewan Reformasi,
melakukan perubahan kabinet, segera melakukan Pemilihan Umum dan tidak bersedia
dicalonkan kembali sebagai Presiden.Dalam perkembangannya, upaya pembentukan
Dewan Reformasi dan perubahan kabinet tidak dapat dilakukan. Akhirnya pada tanggal 21
Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri/berhenti sebagai Presiden
Republik Indonesia dan menyerahkan Jabatan Presiden kepada Wakil Presiden Republik
Indonesia, B.J. Habibie dan langsung diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai
Presiden Republik Indonesia yang baru di Istana Negara.

10

Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Makalah ini dibuat agar kita siswa siswi lebih mengetahui bagaimana
pemerintahan orde baru yang dulu terjadi di Indonesia.Makalah ini juga
banyak memberikan keterangan-keterangan mengenai kejadian politik dan
ekonomi pada masa pemerintahan orde baru hingga berakhirnya orde baru
serta lahirnya Reformasi setelah berakhirnya orde baru.

B. Saran
Untuk mengoptimalkan Makalah ini perlu bimbingan dan perhatian lebih dari
guru,agar siswa siswi dalam membuat Makalah ini bukan hanya sekedar tahu
tetapi memahami lebih dalam hal-hal apa saja yang dapat di ambil sebagai
suatu pelajaran dalam peristiwa yg terjadi di Indonesia pada masa
Pemerintahan Orde Baru serta lahirnya Reformasi setelah berakhirnya
Pemeritahan Orde Baru.

11

Vous aimerez peut-être aussi