Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kesehatan sangatlah fleksibel dengan mengikuti perkembangan zaman. Hal itu
dapat dilihat dengan perkembangan penyakit dan cara mengatasinya. Penyakit
sangatlah berbahaya bagi tubuh manusia, apalagi yang dapat mengganggu jiwa
manusia. Karena itu ketika penyakit dapat membahayakan maka secepat mungkin harus
dicari cara mengatasinya atau pengobatan terhadap penyakit yang diderita, demikian
pula penyakit struma yang menyebabkan pembengkakan pada leher.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) mencatat sekitar 20 persen pasien
endokrin menderita gangguan fungsi tiroid. "Gangguan tiroid menempati urutan kedua
daftar penyakit endokrin setelah diabetes," kata Ketua Perkeni Prof Dr Achmad
Rudijanto di sela-sela Asia And Ocenia Thyroid Association Congress (AOTA) di Kuta,
Bali, Minggu (21/10).
Tingginya jumlah penderita gangguan hormon yang mengatur metabolisme tubuh
disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat akan gejala dan kelainan tiroid.
Gangguan fungsi tiroid ada dua yaitu kekurangan hormon tiroid (hipotiroid) dan
kelebihan (hipertiroid). Gejala umum dari keduanya secara umum adalah pembesaran
kelenjarnya atau dikenal gondok atau struma. Kelainan hipotiroid pada perempuan
risikonya lebih besar dibandingkan dengan pria. Diperkirakan sekitar 2,5 persen ibu
hamil mengalami gangguan hormon tersebut.
Maka dari itu pada kesempatan ini penulis akan memaparkan sebuahmakalah
mengenai struma nodosa serta hal-hal yang menyangkut penyakit ini.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis membatasi masalah agar tidak membahas yang meluas,
batasan makalah ini adalah :
1. Anatomi dan fisiologis kelenjar thyroid
2. Pengertian penyakit struma, hipertiroid, dan hipotirid
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan teori dan konsep penyakit struma, hipertiroid, dan hipotirid.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologis kelenjar thyroid
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian penyakit struma, hipertiroid, dan
hipotirid
c. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dan patofisiologi penyakit struma,
hipertiroid, dan hipotirid
d. Mahasiswa
dapat
mengetahui
manifestasi
klinik,
komplikasi
dan
BAB II
LANDASAN TEORITIS
disebut pharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua
pada foramen ceacum, yang berada ventral di bawah cabang farings I.
Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch
melalui saluran yang disebut ductus thyroglossus.
Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus
thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra
cervicalis 5, 6, dan 7.
Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan
di pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang lain.
a. Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
1) Arteri thyroidea superior (arteri utama)
2) Arteri thyroidea inferior (arteri utama)
3) Terkadang masih pula terdapat arteri thyroidea ima, cabang langsung dari
aorta atau arteri anonyma.
b. Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:
1) Vena thyroidea superior (bermuara di Vena jugularis interna)
2) Vena thyroidea medialis (bermuara di Vena jugularis interna)
3) Vena thyroidea inferior (bermuara di Vena anonyma kiri)
c. Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan:
1) Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis
2) Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis
Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu
menuju ke kelenjar limfe yang dalam sekitar vena jugularis. Dari sekitar vena
jugularis ini diteruskan ke limfonoduli mediastinum superior.
d. Persarafan kelenjar tiroid:
1) Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior
2) Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang
N.vagus)
N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita
suara terganggu (stridor/serak).
e. Vaskularisasi
Kelenjar tiroid disuplai oleh arteri tiroid superior, inferior, dan terkadang juga
arteri tiroidea ima dari arteri brachiocephalica atau cabang aorta. Arterinya
Sistem Limfatik
Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai
nodus prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus pretracheal serta
paratracheal. Beberapa bahkan juga mengalir ke nodus brachiocephal yang
terhubung dengan tymus pada mediastinum superior
2. Fisiologi
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah
lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada cincin
trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan
mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang penting
yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah
lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat
plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan.
Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang
mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat
berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
a. Proses pembentukan hormon tiroid adalah:
1) Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini
dapat memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah.
2) Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresi hormon tiroid
3) Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh
enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4) Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan
menggantikan hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi
karena afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar
daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5) Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I
menjadi diiodotirosin)
6) Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi
triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin
atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi
untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal
ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma.
Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat
kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih
mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997)
b. Efek Hormon Tiroid
1) Efek
hormon
Meningkatkan
tiroid
dalam
jumlah
dan
meningkatkan
aktivitas
sintesis
mitokondria
protein
serta
adalah
meningkatkan
akan
menaikkan
kecepatan
transpor
aktif
dan
tiroid
dapat
Efek Pada berat badan. Bila hormone tiroid meningkat, maka hampir selalu
menurunkan berat badan, dan bila produksinya sangat berkurang, maka
hampir selalu menaikkan berat badan. Efek ini terjadi karena hormone tiroid
meningkatkan nafsu makan.
8) Efek
pada
Respirasi.
Meningkatnya
kecepatan
metabolism
akan
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai
kesulitan bernapas dan disfagia.
2. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor
penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:
a. Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di
daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium,
misalnya daerah pegunungan.
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai).
d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
3. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk
ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam
kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid
Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada
fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4)
dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik
negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui
rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar
hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
4. Klasifikasi
a. Berdasarkan Fisiologisnya
1) Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan
kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter
atau struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali
pembesaran pada leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat
mengakibatkan kompresi trakea.
2) Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid
sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari
kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon.
Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi
atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop
atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi.
Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap
udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit
kasar, rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan
penurunan kemampuan bicara.
3) Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan
sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon
tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis
antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya
produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar.
Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat,
keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain
itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian
atas, mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok,
dan atrofi otot.
b. Berdasarkan Klinisnya
1) Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan
struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas
ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan
memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan
(struma multinoduler toksik).
Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophthalmic
goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara
hipertiroidisme lainnya.
Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap
selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam
sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar
tiroid hiperaktif.
Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan
pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut
sebagai hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi
tetapi bukan mencegah pembentuknya.
Apabila gejala-gejala hipertiroidisme bertambah berat dan mengancam
jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa
khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara dan
menelan, koma dan dapat meninggal.
4) Struma vaskulosa
a) Tampak pembuluh darah (biasanya arteri), berdenyut
b) Auskultasi : Bruit pada neoplasma dan struma vaskulosa
c) Kelenjar getah bening : Paratracheal Jugular Vein.
6. Komplikasi Struma
a. Penyakit jantung hipertiroid
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada
jantung oleh hormon tiroid dan menyebabkan kontraktilitas jantung meningkat
dan terjadi takikardi sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien
yang berumur di atas 50 tahun, akan lebih cenderung mendapat komplikasi
payah jantung.
b. Oftalmopati Graves
Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia, aliran
air mata yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat mengganggu kualitas
hidup pasien sehinggakan aktivitas rutin pasien terganggu.
c. Dermopati Graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas tibia
bagian
bawah
(miksedema
pretibia),
yang
disebabkan
penumpukan
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi
penduduk di daerah endemik sedang dan berat.
b. Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
c. Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik
diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan
anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc 0,8
cc.
d. Tindakan operasi
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi bila
pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada organ
sekitarnya, indikasi, kosmetik, indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai.
8. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1) Anamnesa
a) Usia dan jenis kelamin
b) Benjolan pada leher, lama dan pembesarannya
c) Gangguan menelan, suara serak (gejala penekanan), nyeri
d) Riwayat radiasi di daerah leher dan kepala
e)
Asal/tempat tinggal
f)
Riwayat keluarga
j)
Integritas ego ; mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil, depresi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
a) Struma toksik : kurus meski banyak makan, irritable, keringat banyak,
nervous, palpitasi, tidak tahan udara panas, hipertoni simpatikus (kulit
basah, dingin dan tremor halus).
b) Struma non toksik : gemuk, malas dan banyak tidur, ganggun
pertumbuhan.
(2) Derajat 0b
ditegakkan
e) Derajat II : Mudah terlihat pada posisi kepala normal
f)
Rasional
pernafasan
dan Mengetahui
suara
perkembangan
dari
gangguan pernafasan.
memelihara
bersihan
jalan
nafas.dan ventilasi.
f)
g) Perhatikan
yang
menumpuk
dalam
Kriteria hasil
Intervensi
a) Kaji pembicaraan klien secara Suara
periodik.
Rasional
parau dan sakit
tenggorokan
merupakan
pada
faktor
komunikasi
dengan Mengurangi
respon
bicara
yang
terlalu banyak.
Rasional
Mencegah hyperekstensi leher dan
melindungi integritas pada jahitan
pada luka.
nyeri.
c) Intruksikan
pada
menggunakan
klien
tangan
kolaborasi
untuk
yang
menjalani
kesulitan
dengan menelan.
pemberian Memutuskan transfusi SSP pada
rasa nyeri.
Kriteria hasil
Intervensi
a) Diskusikan
Rasional
tentang Mempertahankan daya tahan tubuh
keseimbangan nutrisi.
klien.
zat
goitrogenik thyroid.
makanan
kalsium.
oleh
kekurangan
hormone
tiroid.
Hipotiroidisme
kognital
dapat
mengakibatkan kretinisme.
Hipotyroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat
kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999)
Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe :
a. Hipotyroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid
b. Hipotyroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
c. Hipotyroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus
2. Etiologi
Hipotiroidisme biasanya terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidisme yang
mengalami terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini
paling sering ditemukan pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan
kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroidime pada
lansia laki-laki.
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
a. Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus
b. Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid
Keadaan
ini
menyebabkan
pembesaran
kelenjar
tyroid.(
Hotma
Rumahorbo,1999)
Patofisiologi hipotiroidisme brdasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat
menyebabkan hipotiroidisme, yaitu :
a. Hipotiroidisme sentral (HS)
Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hipofisis, maka
disebut hipotiroidisme sekunder, sedangkan apabila kegagalan terletak di
hipothalamus disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena tumor
hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya karena desakan tumor, gangguan visus,
sakit kepala, tetapi juga karena produksi hormon yang berlebih (ACTH penyakit
Cushing, hormon pertumbuhan akromegali, prolaktin galaktorea pada wanita dan
impotensi pada pria). Urutan kegagalan hormon akibat desakan tumor hipofisis
lobus anterior adalah gonadotropin, ACTH, hormon hipofisis lain, dan TSH.
b. Hipotiroidisme Primer (HP)
Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon berkurang akibat anatomi
kelenjar.
Jarang
ditemukan,
tetapi
merupakan
etiologi
terbanyak
dari
jaringan,
hormon
merembes
masuk
sirkulasi
dan
terjadi
g. Penurunan CO
h. Kebutuhan oksigen menurun
i.
Hiperlipidemia
j.
Hiperkolestrolemia
k. Anemia
l.
m. Penurunan peristaltik
n. Anoreksia
o. Peningkatan BB
p. Konstipasi
q. absorbsi glukosa lambat
r.
s. Apatis
t.
Berbicara lambat
u. Sering berkeringat
v. Udema
w. Dispnea
5. Komplikasi
Komplikasi koma miksedema adalah komplikasi yang bisa mengancam nyawa
pasien dengan hipotiroidisme. Selain itu, gagal pernafasan juga dikaitkan dengan
hipotiroidisme biasanya dengan koma miksedema. Hipotiroidisme kronik dapat
mengakibatkan gangguan kardiovaskuler. Tanda dan gejaala seperti nyeri dada
dan dispnea.
6. Penatalaksanaan
Tujuan primer penatalaksaan hipotioidisme adalah memulihkan metabolisme
pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon
yang hilang. Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothroid) merupakan preparat
terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.
Yang perlu diperhatikan adalah dosis awal dan cara menaikan dosis tiroksin.
Tujuan pengobatannya :
a. Meringankan keluhan dan gejala
b. Menormalkan metabolisme
c. Menormalkan TSH
d. Membuat T3 dan T4 normal
e. Menghindari komplikasi dan resiko
Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksakanan subsitusi :
a. Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosisi awal dan makin landai
meningkatan dosis.
b. Geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati.
Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan peru kosong dan tidak
bersama bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit
sindrom malabsorsi, short bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium
hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll) ( Aru
W. sudoyo:1939).
Penatalaksanaan medis umum lainnya :
a. Farmakoligi: Penggantian hormon tiroid seperti natrium levotiroksin (synthoroid),
natrium liotironin (cytomel).
b. Diet rendah kalori (Barbara Endang:569)
c. Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
7. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas klien
mudah
lupa,
obstipasi.
Metabolisme
rendah
menyebabkan
bradikardia, tidak tahan dingin, berat badan naik dan anoreksia. Kelainan
psikologis meliputi depresi, meskipun nervositas dan agitasi dapat terjadi.
Kelainan reproduksi yaitu oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada orang dewasa, paling sering mengenai wanita dan ditandai oleh
peningkatan laju metabolik basal, kelelahan dan letargi, kepekaan terhadap
dingin, dan gangguan menstruasi. Bila tidak diobati, akan berkembang
menjadi miksedema nyata. Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan
kretinisme. Sedangkan Pada remaja hingga dewasa, manifestasinya
merupakan peralihan dengan retardasi perkembangan dan mental yang
relatif kurang hebat serta miksedema disebut demikian karena adanya
edematus, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan
mukopolisakarida hidrofilik pada jaringan ikat di seluruh tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama berbulanbulan, sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak menyadari,
bahkan menganggapnya sebagai efek penuaan. Pasien mungkin kedokter
ketika mengalami keluhan yang tidak khas seperti lelah dan penambahan
berat badan. Dokter akan meminta pemeriksaan laboratorium yang tepat,
yaitu kadar T4 rendah dan TSH yang tinggi, sehingga diagnosis hipotirodisme
dapat diketahui pada tahap awal ketika gejalanya masih ringan.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hyperkinesia
2) Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan
diastolik menurun, takikardi walaupun waktu istirahat, disritmia dan murmur.
3) Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah
4) Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis
5) Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan kabur
6) Perubahan Nutrisi / Metabolik : Berat badan menurun, nafsu makan dan
asupan makan bertambah serta kolesterol dantrigliserida serum menurun.
7) Perubahan Muskuloskeletal : Otot lemah, tonus otot kurang dan sulit berdiri
dari posisi duduk
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan
hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada
yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
2) Pemeriksaan sidik tiroid
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi,
dan yang utama adalah fungsi bagian bagian tiroid.
3) Pemeriksaan Ultrasonografi ( USG )
Dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat, cair dan
beberapa bentuk kalainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti
apakan suatu nodul ganas atau jinak
4) Biopsis aspirasi jarum halus
Biopsi ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu
keganasan.
5) Termografi
Adalah metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu
tempat dengan memakai Dynamic Telethermographi.
6) Petanda Tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobin ( TG ) serum.
d. Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan
1) Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses
kognitif.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Kriteria hasil
stimulasi
melalui
percakapan
dan
aktifitas
yang
tidak
menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress
pada pasien.
d) Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.
Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang
berlebihan atau kurang.
2) Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi panas.
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal.
Kriteria hasil
Intervensi
b) Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya bantal
pemanas, selimut listrik atau penghangat).
Rasional
c) Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar
suhu normal pasien.
Rasional
miksedema.
d) Lindungi terhadap pajanan hawa dingin dan hembusan angin.
Rasional
Kriteria hasil
Intervensi
tidak keras.
4) Kurangnya
tentang
program
pengobatan
untuk
terapi
yang di resepkan
Intervensi
pasien
menyusun
jadwal
dan
cheklist
untuk memastikan
resepkan
d) Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang
berlebihan dan kurang.
Rasional
Berfungsi
sebagai
pengecekan
bagi
pasien
untuk
yang normal.
Intervensi
Rasional
adekuat.
c) Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati
Rasional
Intervensi
terhadap stress.
c) Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi
kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit
Rasional
Meyakinkan
pasien
dan
keluarga
tentang
penyebab
perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif di mungkinkan jika
di lakukan terapi yang tepat.
C. Asuhan Keperawatan Hyperthyroid
1. Pengertian Hyperthyroid
Hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif) adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid
menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin. Hipertiroidisme dapat secara signifikan
mempercepat metabolisme tubuh, menyebabkan penurunan berat badan tiba-tiba,
detak jantung yang cepat atau tidak teratur, berkeringat dan gelisah atau mudah
tersinggung (Anonim, 2010).
thyroid-stymulating
immunoglobulin
(TSI),
suatu
antibodi
yang
ini,
toksikosis
tanpa
hipertiroidisme,
biasanya
self-limiting
disease
(Djokomoeljanto, 2009).
4. Klasifikasi
Hipertiroidisme dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid yang
berlebihan. Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering dijumpai
yaitu penyakit Graves dan goiter nodular toksik. Pada penyakit Graves terdapat dua
kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin
tak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid, dan
hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah,
gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat
badan menurun, sering disertai dengan nafsu makan yang meningkat, palpitasi dan
takikardi, diare, dan kelemahan serta atropi otot. Manifestasi ekstratiroidal
b. Gastrointestinal
c. Muskular
: Rasa lemah
d. Genitourinaria
e. Kulit
onikolisis
f.
Psikis dan saraf : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik
dyspnea
g. Jantung
Skelet
6. Komplikasi
Aritmia biasa terjadi pada pasien yang mengalami hipertiroid dan merupakan
gejala yang terjadi pada gangguan tersebut. Setiap individu yang mengeluhkan
aritmia harus dievaluasi untuk mengetahui terjadinyagangguan tiroid.
Komplikasi hipertiroid yang mengancam jiwa adalah krisis tirotoksik ( badai
tiroid), yang dapat terjadi secara spontan pada pasien hipertiroid, yang menjalani
terapi atau selama pembedahan kelenjar tiroid, atau dapat terjadi pada pasien
yang tidak terdiagnosis hipertiroid. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah
yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia
( sampai 106oF) dan apabila tidak diobati terjadi kematian.
7. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang ditujukan untuk menghilangkan gejala penatalaksanaan
bergantung pada etiologi hipertiroidisme.
a. Farmakologi terapi dengan obat antihipertiroid.
b.
Kulit
kering
atau
bersisik,
muntah,
pembesaran
thyroid
Intervensi :
a) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat
dari
sirkulasi
b) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh
otot jantung atau iskemia
c) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal
(seperti krekels)
Rasional : Murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung
meningkat pada keadaan hipermetabolik
d) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering,
nadi
berhubungan
kebutuhan
dengan
hipermetabolik
dengan
peningkatan
energy
energy
Intervensi :
a) Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat, takikardia
mungkin ditemukan
b) Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat
menimbulkan agitasi, hiperaktif dan insomnia
c) Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolism
d) Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massase
Rasional : Meningkatkan relaksasi
3) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan
dengan penurunan berat badan)
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
-
Intervensi :
a) Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
Rasional
: Peningkatan
gangguan
sekresi
insulin/terjadi
resisten
yang
menyebabkan
mengakibatkan
hiperglikemia
b) Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan
masukan
terapi antitiroid
c) Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan
vitamin
peningkatan
stimulasi
SSP/mempercepat
aktifitas
mental,
menurunan
stimulasi
eksternal
dapat
menurunkan
saraf/agitasi
Meningkatkan
relaksasi,menurunkan
hipersensitifitas
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah kami menyusun makalah yang berjudul Makalah Askep Gangguan Kelenjar
Tiroid kami dapat menyimpulkan diagnosa yang mungkin muncul dari beberapa askep
diatas yaitu:
1. Diagnosa yang mungkin muncul pada Askep Struma adalah sebagai berikut :
a. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder
terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas,
pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri, kerusakan nervus
laringeal yang ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan,
udema otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak
tegang.
d. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang
ditandai dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
2. Diagnosa yang mungkin muncul pada Askep Hipothyroid adalah sebagai berikut :
a. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif
b. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi panas.
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
d. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian
tiroid seumur hidup
e. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
f.
3. Diagnosa yang mungkin muncul pada Askep Hiperthyroid adalah sebagai berikut :
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme,peningkatan beban kerja jantung
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energy
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan
peningkatan
metabolisme
(peningkatan
nafsu makan/pemasukan
DAFTAR PUSTAKA