Vous êtes sur la page 1sur 2

SALAH SATU KUNCI SUKSES APLIKASI INACBGs DI RUMAH SAKIT

Umi Sjarqiah
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yangdiselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Dengan di mulainya
JKN maka yang paling terasa berubah adalah pada sistem pembayaran yaitu
dengan memakai sistem INA CBGs.
INA CGBs adalah sistem pembayaran dengan kelompok diagnosa penyakit berupa
tarif paket prospektif untuk pelayanan rawat jalan dan rawat inap selama satu
episode perawatan. Komitmen pemilik dan pimpinan RS sangat penting. Ada 3 pilar
yang harus dimiliki yaitu: coding, costing dan clinical pathway dan ketiga pilar
tersebut harus dilengkapi dengan IT yang baik sebagai pengendalian yang di pimpin
oleh seorang case manager. RS harus memiliki semua pilar tersebut bila ingin
sukses di era JKN.
Bagaimana ketiga pilar tersebut bekerja?
Pilar Coding : tahap pertama adalah mengenalkan code diagnosis dan prosedur
berdasarkan ICD X dan ICD IX CM kepada semua dokter. Dokter harus dapat
mengenal diagnosis yang terbiasa di tulis dalam bahasa latin menjadi bahasa
Inggris. Diperlukan sosialisasi secara kelompok SMF atau personal untuk hal ini.
Demikian juga perawat dan seluruh pegawai rumah sakit. Bagian rekam medik saat
ini memainkan peranan yang sangat penting. Garda terdepan adalah IGD dimana
saat pasien masuk diagnosis kerja sudah tegak dalam 1x24jam dan kumpulkan
semua diagnosis serta pemeriksaan penunjang yang dapat meningkatkan tarif
sehingga memasuki ruangan rawat inap telah diketahui prospektif biayanya.
Kendalikan obat dan penunjang sesuai Clinical Pathway sejak awal.
Pilar costing:
Setelah prospektif biaya untuk kasus tersebut diketahui maka melalui tim costing ,
setiap dokter, perawat dan tim keuangan dapat melihat apakah kasus ini
merupakan kasus donor (untung) atau kasus resipien (rugi). Case manajer bersama
Tim costing mengumpulkan dan memasukkan ke dalam kelompok tersebut agar
dapat selalu memantau kasus yang masuk. Diakhir bulan dapat terlihat apakah
kasus donor lebih banyak dari kasus resipien. Bila melakukan tindakan diluar clinical
pathway, maka dokter mengajukan varian melalui persetujuan case manager.
Sebaiknya case manager adalah seorang dokter yang melakukan analisa terhadap
semua data yang masuk dan memberi masukan kepada ke tiga pilar tersebut.

Pilar Clinical Pathway: berisi tentang aktivitas selama pasien masuk RS. Setiap RS
harus menyusun clinical pathway sebagai acuan dan pengendalian untuk merubah
perilaku masyarakat di rumah sakit khususnya perilaku dokter.

Bahwa dokter harus merubah perilaku untuk melengkapi resume medik selengkaplengkapnya dengan tulisan yang etrbaca atau mampu menggunakan IT, harus mau
memikirkan bagaimana cara inovasi yang efektif dan efisien bila biaya untuk pasien
resipien. Bahkan dapat membuat penelitian-penelitian terbaru tentang pengobatan
dan teknik operasi dalam rangka efektifitas dan efisiensi tersebut.
Buatlah tim BUSER (buru sergap) untuk kelengkapan dokumen rekam medik yaitu
dokter jaga ruangan dan kepala ruangan yang senantiasa memonitor kelengkapan
rekam medik ini, jadikan hal tersebut sebagai penilaian kinerja dokter jaga dan
kepala ruangan.
Komite medik dan komite keperawatan yang solid yang selalu membahas tentang
mutu profesi masing2.
RS sakit harus berbenah dalam rangka berkompetisi sehat di era JKN ini, bila tidak
maka kemungkinan akan banyak yang gulung tikar. Hanya RS yang bisa efisien dan
merubah perilaku SDM nya yang dapat bertahan di era JKN.

Vous aimerez peut-être aussi