Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LONCAT INDAH
Disusun Oleh:
Segala puji bagi Allah Yang Maha Besar atas dilimpahan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Penulis berupaya
menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya agar dapat dipahami dengan mudah
oleh par pembacanya.
Setiap bagian dalam makalah ini selalu di mulai dengan motivasi yang
menunjukkan bagaimana setiap isi tulisan yang disajikan akan berguna jika
dipelajari. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
A. Sejarah
Loncat
Indah
...................................................................................................
2
B. Pengertiajn
Loncat
Indah
...................................................................................................
9
C. Tehnik
Latihan
Loncat
Indah
...................................................................................................
15
BAB
23
DAFTAR PUSTAKA
III
KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
Loncat indah adalah olahraga yang pertama kali ditemukan di Eropa dan
mulai menjadi olahraga kompetisi di Inggris pada tahun 1905. Loncat indah
merupakan perpaduan gerakan akrobatik di udara dan loncatan. Pada dasarnya
loncat indah terdiri dari loncatan yang dimulai dari langkah take off atau pantulan
take off kemudian masuk ke air. Penggunaan papan loncat adalah kombinasi dari
gerakan saat di udara setelah take off dan sebelum masuk ke air.
Di Indonesia sendiri olahraga loncat indah kalah populer dibandingkan
renang. Hal ini dikarenakan loncat indah memiliki resiko yang cukup berbahaya
ketika terjadi kecelakaan. Walaupun begitu olahraga loncat indah tetap
mempunyai tempat di hati para pemacu adrenalin. Seperti para peserta The Cliff
Diving World Series. Dalam acara yang disponsori Red Bull para perenang locat
indah tidak melakukannya di kolam renang, melainkan dari tebing. Walaupun
terlihat ekstrim, tapi dalam melakukan loncat indah dari tebing para perenang
mampu memukau para penonton. Selain karena dilakukan dari ketinggian yang
ekstrim, gerakan akrobatik yang mereka lakukan juga sangat indah sehingga
mereka terlihat memiliki sayap. Acara ini diikuti oleh perenang dari berbagai
negara yang memiliki rasa keberanian yang tinggi. Penyelenggaraannya pun
selalu berpindah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Beberapa pengertian dari loncat indah antara lain adalah olahraga
yang memperlihatkan keterampilan dan seni bergerak. Inti gerakan pada
loncat indah terletak pada saat peloncat melakukan gerak sebelum masuk
ke dalam air. Olahraga ini dilakukan dengan loncatan pada papan tolak,
kemudian melakukan gerakan di udara dan akhirnya terjun masuk ke
dalam air.
kepada akal
bahwa indera itu bisa menyesatkan seperti dalam mimpi atau khayalan,
maka dia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa data keinderaan tidak
dapat diandalkan.4
Cogito ergo sum dianggap sebagai fase yang paling penting dalam
filsafat Descartes yang disebut sebagai kebenaran filsafat yang pertama
(primum philosophium). Aku sebagai sesuatu yang berpikir adalah suatu
substansi yang seluruh tabiat dan hakikatnya terdiri dari pikiran dan
keberadaannya tidak butuh kepada suatu tempat atau sesuatu yang bersifat
bendawi.
Untuk menguatkan gagasannya, ia mengemukakan ide-ide bawaan
(innate ideas). Descartes berpendapat bahwa dalam dirinya terdapat tiga
ide bawaan yang telah ada pada dirinya sejak lahir, yaitu pemikiran, Tuhan
dan keluasan. Argumen tentang ide bawaan tersebut adalah ketika saya
memahami diri saya sebagai makhluk yang berpikir, maka harus diterima
bahwa pemikiran merupakan hakikat saya. Ketika saya mempunyai ide
sempurna, maka pasti ada penyebab sempurna bagi ide tersebut, karena
akibat tidak mungkin melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu
tidak lain adalah Tuhan. Adapun alasan tentang keluasan karena saya
mengerti ada materi sebagai keluasan, sebagaimana diketahui dan
dipelajari dalam ilmu geometri.
Mengenai substansi, Descartes menyimpulkan bahwa selain dari
Tuhan ada dua substansi, yaitu jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran dan
materi yang hakikatnya adalah keluasan. Tetapi, karena Descartes telah
menyangsikan adanya dunia di luar dirinya, maka ia kesulitan
membuktikan adanya dunia luar tersebut. Bagi Descartes, satu-satunya
alasan untuk menerima adanya dunia luar adalah bahwa Tuhan akan
menipu saya sekiranya Ia memberi ide keluasan. Namun tidak mungkin
Tuhan sebagai wujud yang sempurna akan menipu saya. Jadi, di luar saya
benar-benar ada dunia material.
Adapun Spinoza beranggapan bahwa hanya ada satu substansi,
yaitu Tuhan. Jika Descartes membagi substansi menjadi tiga, yaitu tubuh
(bodies), jiwa (mind) dan Tuhan, maka Spinoza menyimpulkan hanya ada
4 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam perspektif (Cet. XVI; Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 100-101.
satu substansi. Adapun bodies dan mind bukan substansi yang berdiri
sendiri, melainkan sifat dari satu substansi yang tak terbatas. Ketika ia
ditanya,Bagaimana membedakan atribut bodies dan mind? Spinoza
memberi jawaban mengejutkan: Anda hanyalah satu bagian dari substansi
kosmik (universe). Jika demikian, alam semesta juga adalah Tuhan. Bagi
Spinoza, Tuhan dan alam semesta adalah satu dan sama. Ya, Spinoza
percaya kepada Tuhan, tetapi Tuhan yang dimaksudkannya adalah alam
semesta ini. Tuhan Spinoza itu tidak berkemauan, tidak melakukan
sesuatu, tak mempedulikan manusia dan tak terbatas (ultimate). Inilah
penjelasan logis dan dapat diketahui tentang Tuhan menurut Spinoza.5
Sebagai penganut rasionalisme, Spinoza dianggap sebagai orang
yang tepat dalam memberikan gambaran tentang apa yang dipikirkan oleh
penganut rasionalisme. Ia berusaha menyusun sebuah sistem filsafat yang
menyerupai sistem ilmu ukur (geometri). Seperti halnya orang Yunani,
Spinoza mengatakan bahwa dalil-dalil ilmu ukur merupakan kebenarankebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Spinoza meyakini bahwa jika
seseorang memahami makna yang dikandung oleh kata-kata yang
dipergunakan dalam ilmu ukur, maka ia pasti akan memahami makna yang
terkandung dalam pernyataan sebuah garis lurus merupakan jarak
terdekat di antara dua buah titik, maka kita harus mengakui kebenaran
pernyataan tersebut. Kebenaran yang menjadi aksioma.
Contoh ilmu ukur (geometri) yang dikemukakan oleh Spinoza di
atas adalah salah satu contoh favorit kaum rasionalis. Mereka berdalih
bahwa aksioma dasar geometri seperti, sebuah garis lurus merupakan
jarak yang terdekat antara dua titik, adalah idea yang jelas dan tegas yang
baru kemudian dapat diketahui oleh manusia. Dari aksioma dasar itu dapat
dideduksikan sebuah sistem yang terdiri dari subaksioma-subaksioma.
Hasilnya adalah sebuah jaringan pernyataan yang formal dan konsisten
yang secara logis tersusun dalam batas-batas yang telah digariskan oleh
suatu aksioma dasar yang sudah pasti.
2. Idealisme
5 Ahmad Tafsir, op. cit., h. 137-138.
adalah
menunjukkan
bagaimana
kita
mempunyai
pengetahuan tentang sesuatu selain diri kita dan cara kerja pikiran itu
sendiri.10
2. Paragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma
berasal dari kata Yunani. Makna pragmatisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya
sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis.
Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.
Dan aliran ini menekankan pada praktik dalam mengadakan pembuktian
pembenaran dari sesuatu hal yang dapat dilihat dari tindakannya yang
praktis atau dari segi kegunaan.
Menurut pragmatisme, berpikir itu mengabdi pada tindakan, dan
tugas pikir itu untuk bertindak. Hal ini mengakibatkan tindakan-tindakan
itu menjadi kriteria berpikir dan kegunaan. Dengan kata lain, hasil dari
tindakan itu menjadi suatu kebenaran.
Sebagai aliran filsafat, pragmatisme berpendapat bahwa pengetahuan
mencari, bukan sekedar untuk tahu demi tahu, melainkan untuk mengerti
masyarakat dan dunia. Pengetahuan bukan sekedar objek pengertian,
permenungan atau kontemplasi, tetapi untuk berbuat sesuatu bagi
kebaikan, peningkatan serta kemajuan masyarakat dunia. Pragmatisme
lebih memprioritaskan tindakan daripada pengetahuan dan ajaran, dan
kenyataan pengalaman hidup di lapangan daripada prinsip muluk-muluk
yang melayang di dunia. Oleh karena itu, prinsip untuk menilai pemikiran,
gagasan, teori, kebijakan, pernyataan tidak hanya cukup berdasarkan
logisnya dan bagusnya rumusan-rumusan tetapi berdasarkan dapattidaknya dibuktikan, dilaksanakan dan mendatangkan hasil.
William James adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang
terkenal sebagai salah seorang pendiri Mazhab Pragmatisme. Selain
sebagai filsuf, James juga terkenal sebagai seorang psikolog. William
James menentang pandangan sebelum dia bahwa kesadaran tidak
mewujudkan kesatuan lahiriah. Ia justru menyatakan bahwa kesadaran
adalah suatu fungsi yang bersumber dari pengalaman murni. Pengalaman
murni adalah perubahan-perubahan yang terus dari kehidupan manusia dan
akan menjadi bahan refleksi manusia pada masa depan. Oleh karena itu,
James menolak adanya kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, dan
bersifat tetap serta berdiri sendiri. Menurut James kebenaran selalu dapat
diubah dan direvisi oleh pengalaman murni.
Menurut James, pragmatisma adalah teori yang sesuai dengan
keinginannya, atau lebih tepatnya, sebuah metode. Yang tidak untuk
dibandingkan dengan pemahaman religius ataupun filsafat yang mencoba
memberikan penjelasan dan pengarahan didalam hidup. Pragmatisma,
berdasarkan pendapat James, adalah bersifat radikal empiris, bukan
kealamian. Didalam bukunya dia mengatakan: Tidak ada yang baru dari
metode pragmatisma. Pragmatisma mewakili sifat-sifat empiris. dan
diwaktu yang sama pragmatisma ada bukan untuk memberikan hasil yang
istimewa, melainkan hanyalah sebuah metode. Pragmatisma tidak
memiliki doma, dan doktrin didalam metodenya. Tidak ada hasil yang
berbeda, lebih lanjut lagi, tetapi hanyalah sifat-sifat pemahamanlah yang
dimaksudkan dari metode pragmatisma. Sifat-sifat seperti melihat sesuatu
sebagaimana adanya, dasar-dasar, kategori, pengenalan keinginan; dan
melihat jauh ke belakang, sebab-akibat dan fakta.
Pragmatisma merupakan anthropocentis murni, dengan alasan itu
pulalah dipakai kata humanisme untuk menggambarkan pragmatisma.
Menurut Kantian, pragmatisma adalah humanisme selama tidak mewakili
kemampuan berpikir didalam dunia nyata. Sedangkan, menurut Kant,
dengan pemahaman dan pemikiran yang lebih jernih, mempercayai
kemampuan pemikirian dalam menciptakan gambaran tetap dari bumi
(apapun yang menjadi dasarnya), pragmatisma menolak pandangan itu.
Adalah Schilcore (pelopor filsafat pragmatisma) yang menyadari adanya
inti dari kenyataan yang dapat dirasakan. Keliatannya sama dengan
pandangan Kant, tetapi diantara keduanya ada pemisah yaitu perbedaan
mendalam antara rasioanlisme dan empirisme.
Berdasarkan hal itulah, semua ketertarikan dan alasan pribadi, dan
pemikiran murni dari idealisme Hegel dapat kita katakan tidaklah ada.
Alasan tidak menciptakan fakta; hanyalah memberi perintah dan
mengelompokkan fakta. Seperti halnya saya menyatakan sesuatu itu benar,
dan saya terus menyatakannya sampai sesuatu itu menjadi lebih dari
sekedar
alasan;
Saya
menyatakannya
dengan
pemikiran
yang
mengingatkan saya akan hubungannya dengan apa yang saya lakukan dan
pikirkan.
Menurut James, penilaian dan hukuman adalah penuntun sedehana
dari tingkah laku, sehingga pemikiran akan norma kita tidak bersifat
selamanya; lebih kepada menyesuaikan teradap situasi. Dampaknya,
perbedaan antara penilaian fakta dan penilaian harga serta perbedaan
antara alasan teoris dan alasan praktikal menghilang. Kata-kata benardan
nyata menyatakan bentuk dari nilai perasaan ketidakbergunaan; dan kata
baik adalah sebuah penyamaran. Ini adalah bukti dimana James secara
tidak sadar membenarkan pendapat Nietzche mengenai kekacauan
pemakaian teori norma primordial.
muncul
sebagai
reaksi
terhadap
pandangan
manusia
bebas
dengan
mempercayai
tuhan.
Kiergard
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo, Sejarah Pemikiran Barat Dari yang Klasik Sampai yang
Modern, 2013.
Ahmadi, Asmoro. Filsafat Umum, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Cet. VI; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998),
Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali, selanjutnya disebut Bambang,
Filsafat Untuk Umum (Cet. I; Jakarta: Prenada Media, 2003),
Jean Paul Sartre, Eksistensialisme dan Humanisme, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2002
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam perspektif (Cet. XVI; Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2003), h. 100-101.
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu (Cet. VII; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), h. 58-59.