Vous êtes sur la page 1sur 30

Abses Submandibula &

Angina Ludovici
Alkahfi Harifudin
1310211138
A2

Pendahuluan
Terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai
kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam.
Abses leher dalam terbentuk di antara fasia leher dalam sebagai
akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher.
Kebanyakan kuman penyebab adalah golongan Streptococcus,
Staphylococcus, kuman anaerob Bacteriorides atau kuman
campuran

Abses Submandibula

Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang


submaksila, yang dipisahkan oleh otot milohioid.
Ruang submaksila dibagi lagi atas ruang submental dan ruang
submaksila (lateral) oleh otot digastrikus anterior.
Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu
komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala
leher.

Definisi
Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai
pembentukan pus pada daerah submandibula.
Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian
dalam (deep neck infection).
Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula
berasal dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar
limfe submandibula. Mungkin juga kelanjutan infeksi dari ruang
leher dalam lain

Epidemiologi
Penelitian Huang pada tahun 1997 sampai 2002, menemukan
kasus infeksi leher dalam sebanyak 185 kasus. Abses
submandibula (15,7%) merupakan kasus terbanyak kedua
setelah abses parafaring (38,4), diikuti oleh Ludwigs angina
(12,4%), parotis (7%) dan retrofaring (5,9%).
Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang selama
periode Oktober 2009 sampai September 2010 didapatkan abses
leher dalam sebanyak 33 orang. Abses submandibula (26%)
merupakan kasus kedua terbanyak setelah abses peritonsil
(32%), diikuti abses parafaring (18%), abses retrofaring (12%),
abses mastikator (9%), dan abses pretrakeal (3%).

Etiologi
Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur
atau kelenjar limfa submandibula
Sebanyak 61% kasus abses submandibula disebabkan oleh
infeksi gigi.
Sebagian besar disebabkan oleh campuran, aerob, anaerob,
maupun fakultatif anaerob. Bakteri aerob yang sering ditemukan
adalah Stafilokokus, Streptococcus sp, Haemofilus influenza,
Streptococcus Pneumonia, Moraxtella catarrhalis, Klebsiell sp,
Neisseria sp. Bakteri anaerob yang sering ditemukan adalah
kelompok batang gram negatif, seperti Bacteroides, Prevotella,
maupun Fusobacterium

Diagnosis
Gejala klinik
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang

Gejala Klinik dan Pemeriksaan Fisik


Demam, air liur yang banyak, trismus akibat keterlibatan
musculus pterygoid, disfagia dan sesak nafas akibat sumbatan
jalan nafas oleh lidah yang terangkat ke atas dan terdorong ke
belakang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya pembengkakan di
daerah submandibula, fluktuatif, dan nyeri tekan.
Pada insisi didapatkan material yang bernanah atau purulent
(merupakan tanda khas).

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan leukositosis.
Aspirasi material yang bernanah (purulent) dapat dikirim untuk
dibiakkan guna uji resistensi antibiotik
Tomografi komputer (CT-scan)
CT-scan dengan kontras merupakan pemeriksaan baku emas
pada abses leher dalam.
Gambaran abses yang tampak adalah lesi dengan hipodens
(intensitas rendah), batas yang lebih jelas, dan kadang ada air
fluid level

Pembesaran musculus pterygoid medial


(tanda panah), peningkatan intensitas
ruang submandibular dan batas yang jelas
dari musculus platysmal (ujung panah).

Infeksi pada ruang submandibula.


Tampak abses multifokal.

Terapi
Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus
diberikan secara parenteral.
Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk
abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam
narkosis bila letak abses dalam dan luas.
Insisi dibuat pada tempat setinggi os hioid, tergantung letak dan
luas abses.
Pasien dirawat inap sampai 1-2 haru gejala dan tanda infeksi
reda.

Angina Ludovici

Definisi
Ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda
khas berupa :
Pembengkakan seluruh ruang submandibula
Tidak membentuk abses, sehingga keras pada perabaan.
Paling banyak terjadi di daerah anterior neck, pharyngomaxillary
space, retropharynx, dan superior mediastinum.

Epidemiologi
Umumnya terjadi pada orang-orang yang sehat.
Usia paling banyak terjadi antara 20-60 tahun, walaupun usia
antara 12 hari hingga 84 tahun itu ada.
Predominansi laki-laki : perempuan yakni ialah 3:1 hingga 4:1
.

Etiologi
Ludwigs angina biasanya berasal dari sakit gigi, khususnya gigi graham
2 atau 3. Hal ini dikarenakan gigi tersebut memiliki akar yang terbentang
pada otot mylohyoid dan abses disini dapat menyebar ke bagian
submandibular
Bakteri penyebabnya biasanya campuran dan umumnya adalah flora
normal oral. Paling banyak disebabkan oleh Streptococcus viridans dan
Staphylococcus aureus.
Bakteri anaerob yang paling sering menyebabkan ialah bacteroides,
peptostreptococci, and peptococci.
Bakteri Gram positif lainnya yang paling sering menyebabkan Ludwigs
angina ialah Fusobacterium nucleatum, Aerobacter aeruginosa,
spirochetes, and Veillonella, Candida, Eubacteria, dan Clostridium
species.
Bakteri Gram negatif lainnya yang paling sering menyebabkan Ludwigs
angina ialah Neisseria species, Escherichia coli, Pseudomonas species,
Haemophilus influenzae, dan Klebsiella species.

Manifestasi Klinik
Biasanya memiliki riwayat cabut gigi atau poor oral hygiene dan
sakit gigi.
Apabila terjadi sepsis biasanya pasien demam, takipnea, dan
takikardia.
Bengkak dan nyeri di dasar mulut dan bagian anterior leher
Fever, dysphagia, odynophagia, drooling, trismus, toothache, and
fetid breath.
Nyeri tenggorokan dan leher
Pembengkakan di daerah submandibula, tampak hiperemis dan
keras pada perabaan.
Dasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke atas
belakang, sehingga menimbulkan sesak napas, karena sumbatan
jalan napas.

Diagnosis
4 cardinal signs of Ludwigs angina:
Bilateral, lebih dari satu;
Gangrene dengan serosanguinous, membusuk tapi tidak
atau hanya sedikit pus;
Keterlibatan jaringan penyambung, fasciae, dan otot-oto
sekitar tapi tidak pada glandular structures; dan
Menyebar via fascial space continuity lebih sering
dibandingkan melalui lymphatic system.

Terapi
Antibiotik dosis tinggi, untuk kuman aerob dan anaerob, diberikan
secara parenteral.
Eksplorasi dilakukan dengan tujuan dekompresi (mengurangi
ketegangan) dan evakuasi pus (pada angina Ludovici jarang
terdapat pus) atau jaringan nekrosis.
Insisi dilakukan di garis tengah secara horizontal setinggi os hioid
(3-4 jari di bawah mandibula).
Perlu dilakukan pengobatan terhadap sumber infeksi (gigi), untuk
mencegah kekambuhan.
Pasien dirawat inap sampai infeksi reda.

Prognosis
The prognosis in Ludwigs angina depends primarily on immediate
protection of the airway and then on prompt antibioticand
possibly surgicaltreatment of the infection.
Mortality in the preantibiotic era was 50% but, with the advent of
current therapies, has declined to less than 5%

Referensi
Buku Telinga, Hidung, Tenggorokan FKUI 2012
Jurnal Abses Submandibula, Universitas Riau
Clinical review article, Ludwigs Angina oleh David M Lemmonick,
MD

Vous aimerez peut-être aussi