Vous êtes sur la page 1sur 5

ASPEK POLITIK NEGARA KEBANGSAAN

INDONESIA

KELOMPOK SOEKARNO :
MARK SIMON JAZEDO
DHANY FEBRIANTARA
M. RAFI SYAHPUTRA
MUHAMMAD IQBAL
M. REZA SAPUTRA
RIJALUN ARRIDHO
NOVEL GULTOM
DENY FASLA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
2015

A. PENDAHULUAN
Negara Indonesia memiliki ragam serta corak disetiap bagiannya masing-masing.
Negara Indonesia memiliki 17.000 pulau, beragam suku, budaya dan adat istiadat serta
agama. Masing masing ragam ini merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, suatu
yang berakar dari sejarah yang sama, memiliki cita-cita yang sama dan tujuan yang sama
yang tertuang dalam ideologi dan konstitusi Negara Republik Indonesia.
Berbagai rintangan dan liku perjuangan dialami para pejuang dan pemimpin Negara
diawal kemerdekaan, begitu pula dengan upaya permusan Ideologi Negara dan Konstitusi
Negara Republik Indonesia dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan seluruh raykat
Indonesia.
Bersamaan dengan ini Indonesia merupakan negara kebangsaan dalam persekutuan
hidup manusia secara filosofis memiliki unsur susunan kodrat jasmani (raga) dan rohani
(jiwa), sifat kodrat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa serta sebagai makhluk pribadi penjelmaan hakikat
manusia monopluralis yang ter-Integritas,yang semuanya berakar dari nilai-nilai Ideologis
Negara Indonesia.
Selain itu, ada berbagai macam aspek dan pandangan tentang Negara Kebangsaan
Indonesia yang bersumber dari Ideologi Negara, diantaranya politik, sosial, ekonomi, budaya,
agama, pendidikan dan lain-lain, yang semakin berubah seiring dengan perkembangan suatu
negara dan pengaruh dari globalisasi. Namun disini kami membahas tentang aspek politik
dan berbagai dinamika perkembangan politik zaman sekarang diukur dengan dasar ideologi
dan konstitusi Negara Indonesia.
B. PERMASALAHAN
Partai politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pengelolaan Negara. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
pengkajian tentang partai politik memang merupakan suatu perkara yang senantiasa harus
diajukan mengingat banyak sekali keprihatinan atas kondisi partai politik saat ini, khususnya
di Indonesia. Terdapat banyak kejadian-kejadian yang berupa penyimpangan dan
penipuan serta korupsi politik dalam praktik-praktik politik yang dilakukan oleh elite
politik terhadap partai politik. Sebagai sebuah kendaraan politik, maka partai politik
dipergunakan oleh para individu-individu untuk meraih kekuasaan. Memang benar, bahwa
partai politik adalah mesin politik untuk dapat berpartisipasi dan meraih kekuasaan dalam
proses pengelolaan Negara. Namun, ambisi meraih kekuasaan yang berasal dari kader-kader
tertentu dalam sebuah partai politik telah mereduksi arti penting dari partai politik di
Indonesia. Keadaan partai politik yang pada awalnya menjadi tumpuan untuk motor

penggerak ide dan gagasan baru untuk sampai pada kesejahteraan rakyat telah berubah
menjadi pertempuran egoisitas individu untuk berkuasa. Partai politik yang pada awalnya
menjadi harapan besar lahirnya pemimpin-pemimpin bangsa yang berkualitas telah berubah
menjadi arena oportunis kalangan eksternal untuk menunggu dipinang serta dicalonkan
untuk menjadi legislatif atau eksekutif. Maka, bukan merupakan suatu masalah yang
mengherankan ketika image partai-politik di mata publik menjadi negatif. Belum lagi
maraknya kasus korupsi politik yang diakibatkan oleh cost politik yang tinggi sehingga partai
politik menjadi lumbung terciptanya bibit-bibit koruptor.
C. PEMBAHASAN
Sebagaimana definisi tentang partai politik yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka kita memperoleh sebuah informasi mengenai eksistensi dari partai politik sebagai
sebuah instrument politik untuk memperoleh kekuasaan. Tetapi permasalahan kemudian
muncul ketika individu-individu yang terdapat dalam partai politik hanya berorientasi pada
bagaimana cara untuk memperoleh kekuasaan tersebut, sehingga kekuasaan menjadi muara
akhir dari kontestasi politik yang dikejar oleh partai politik. Sehingga makna luhur dari
aktivitas politik yang lebih menekankan aspek fungsional dari politik menjadi terbengkalai,
yakni melakukan pemeliharaan atau pengaturan terhadap berbagai macam urusan umat.
Aktivitas partai politik hanya berhenti pada level bagaimana cara memperoleh kekuasaan,
padahal seharusnya tidak demikian, namun harus dilengkapi pula dengan bagaimana
kekuasaan yang telah diperoleh tersebut digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Kondisi demikian mengakibatkan syahwat politik untuk berkuasa yang dominan,
bukan semangat pengabdian terhadap masyarakat.
Disisi lain terjadi sebuah aliansi partai politik terhadap masyarakat sehingga berakibat
pada timbulnya jarak dan kesenjangan antara partai politik dengan masyarakat. Jarak yang
besar ini membuat masyarakat mulai berfikir bahwa mereka bisa hidup tanpa partai politik.
Yang paling menyedihkan adalah kekecewaan begitu mendalam di masyarakat karena mereka
merasa tidak pernah diperhatikan dan diurusi oleh partai politik. Hal ini jelas akan
menurunkan angka partisipasi politik masyarakat, yang nantinya akan tercermin dari
meningkatnya jumlah Golput.
Selain faktor hanya mementingkan orientasi kekuasaan dan terjadinya aliansi partai
politik terhadap masyarakat, permasalahan yang juga dihadapi oleh partai politik adalah
korupsi. Sejak 1999, tradisi korupsi menjelang pemilu merupakan sebuah hal yang akan
cukup mengemuka. Pada 1999, kasus korupsi BLBI naik ke permukaan, dilanjutkan dengan
pemilu 2004 dengan kasus suap Pemilihan Gubernur BI Miranda Gultom kepada anggota

DPR untuk pemenangannya. Pada 2009, kasus Bank Century mengguncang publik dengan
segala dramanya. Kasus korupsi yang melibatkan Bendahara Partai Demokrat Nazaruddin
yang mengalir ke pendanaan politik dan disinyalir untuk persiapan Pemilu 2014. Badan
Anggaran DPR juga lekat dengan kasus korupsi untuk kepentingan parpol. Penyaluran Dana
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPID) juga diduga sarat korupsi yang
berakhir pada pendanaan parpol, kasus Wisma Atlet, dan juga Hambalang. Serta masih
banyak kasus korupsi lainnya yang disinyalir memiliki keterkaitan dengan parpol.
Disinyalir muara kasus korupsi politik adalah untuk pendanaan politik pemilu tahun
2014. Partai politik umumnya enggan ketika dimintai laporan keuangan. Sebagian besar tidak
berkenan memberikan dengan dalih pendanaan parpol bukan konsumsi publik, atau
memberikan laporan yang tidak lengkap, bahkan ada parpol yang tidak punya laporan
keuangan.
D.

KESIMPULAN
Maka dapat kita simpulkan bahwa aspek politk terhadap dinamika partai politik
Indonesia memiliki kecenderungan akan kekuasaan pada pemerintahan dan kurang
mementingkan kebutuhan negara itu sendiri. kecenderungan ini lebih menitik beratkan pada
penguasaan pemerintahan diberbagai sektor. Pada dasarnya partai politik merupakan sarana
untuk penyampaian aspirasi masyarakat yang menginginkan hal yang lebh baik. Partai politik
adalah merupakan salah satu saja dari bentuk pelembagaan sebagai wujud ekspresi ide-ide,
pikiran-pikiran, pandangan, dan keyakinan bebas dalam masyarakat demokratis. Kelemahan
partai politik mekanisme internal yang menjamin demokratisasi melalui partisipasi anggota
partai politik itu sendiri dalam proses pengambilan keputusan. Mekanisme keterbukaan partai
melalui mana warga masyarakat di luar partai dapat ikut-serta berpartisipasi dalam penentuan
kebijakan yang hendak diperjuangkan melalui dan oleh partai politik. Penyelenggaraan
negara yang baik dengan makin meningkatnya kualitas pelayanan publik, serta keterbukaan
dan

akuntabilitas

organisasi

kekuasaan

dalam

kegiatan

penyelenggaraan

negara.

Berkembangnya pers bebas yang semakin profesional dan mendidik. Media pers adalah
saluran komunikasi massa yang menjangkau sasaran yang sangat luas. Kuatnya jaminan
kebebasan berpikir dan berekspresi, serta kebebasan untuk berkumpul dan beorganisasi
secara damai.
Permasalahan-permasalahan yang menimpa partai politik di negeri ini disebabkan
oleh faktor sistem yang berakibat langsung terhadap berbagai macam tindakan korupsi politik
yang dilakukan oleh kader-kader partai, Mungkin memang ada benarnya bahwa secara
individu tidak semua anggota partai politik yang masuk kedalam sistem itu adalah orang yang

jahat, diantara mereka masih ada orang-orang baik yang punya keikhlasan untuk berjuang
memikirkan nasib dan permasalahan bangsa, walaupun mungkin itu jumlahnya sangat
jarang di antara mereka, tetapi yang menjadi permasalahan adalah sejauh mana mereka
dapat terus bertahan dalam kondisi seperti itu, jika tidak terpental karena kuatnya ikatan
idealisme yang dipegangnya serta harus terus makan hati, maka ada kecenderungan mereka
dapat berubah menjadi individu-individu yang pragmatis dalam aktivitas politik yang
dilakukannya dalam parlemen.

Terima Kasih

Vous aimerez peut-être aussi