Vous êtes sur la page 1sur 8

Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa Barat sebelumnya pada Abad

Pertengahan, selain itu juga menurunnya pengaruh Kekaisaran Byzantium di timur yang disebabkan
oleh gelombang baru serangan Muslim Turki. Pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir Abad Ke9, dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa sesudah peng-Kristen-an bangsa-bangsa
Viking, Slavia, dan Magyar, telah membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan
secara salah untuk bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk setempat. Gereja berusaha untuk
menekan kekerasan yang terjadi melalui gerakan-gerakan Pax Dei dan Treuga Dei. Usaha ini dinilai
berhasil, akan tetapi para ksatria yang berpengalaman selalu mencari tempat untuk menyalurkan
kekuatan mereka dan kesempatan untuk memperluas daerah kekuasaan pun menjadi semakin tidak
menarik. Pengecualiannya adalah saat terjadi Reconquista di Spanyol dan Portugal, dimana pada saat
itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan lain dari beberapa tempat di Eropa bertempur melawan
pasukan Moor Islam, yang sebelumnya berhasil menyerang dan menaklukan sebagian besar
Semenanjung Iberia dalam kurun waktu 2 abad dan menguasainya selama kurang lebih 7 abad.

Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk
memerangi kaum Muslim. Paus memberikan baik restu kepausan standar maupun pengampunan bagi
siapa saja yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang dari Kekaisaran
Byzantium yang sedang terancam oleh ekspansi kaum Muslim Seljuk, menjadi perhatian semua
orang di Eropa. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII
dan sekali lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.

Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus
Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dan menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam
wilayah kekaisaran tersebut. Hal ini dilakukan karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran
Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di
Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil

mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, alAkraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir
seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung
antara gereja Katolik Barat dengan gereja Ortodoks Timur, Alexius I mengharapkan respon yang
positif atas permohonannya. Bagaimanapun, respon yang didapat amat besar dan hanya sedikit
bermanfaat bagi Alexius I. Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk
mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem, setelah
Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 1078 dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang
berkedudukan di Mesir. Umat Kristen merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk
menguasai Baitul Maqdis.

PERANG
Perang Salib I
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman,
berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey,
Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka
berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan
County Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai
Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya.
Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M dan mendirikan
Kerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib
melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre
(1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond.

Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak, berhasil
menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya

dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali
Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.

Perang salib II
Kejatuhan County Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib
kedua.Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis
VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di
Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi. Mereka tidak berhasil
memasuki Damaskus. Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh
Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin alAyyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah berhasil
mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah
merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam
Pertempuran Hittin, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan
Kerajaan Yerusalaem melalui taktik penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Latin
di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus
merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad
dari Montferrat berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali.
Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.

Perang Salib III

Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun
menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja
Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis memunculkan Perang

Salib III. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Richard dan
Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa - saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa melalui jalur darat, melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena
tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju Tanah Suci, Richard
dan Philip sempat menguasai Siprus dan mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan
berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota
kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke Perancis untuk "menyelesaikan" masalah kekuasaan di
Perancis dan hanya tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak mampu
memasuki Palestina lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal 2
Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan Shalahuddin yang disebut
dengan Shulh al-Ramlah.Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi
berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.

Perang Salib IV
Dua tahun setelah kematian Salahuddin berkobar perang salib keempat atas inisiatif Paus Celestine
III. Namun sesungguhnya peperangan antara pasukan muslim dengan pasukan Kristen telah berakhir
dengan usianya perang salib ketiga. Sehingga peperangan berikutnya tidak banyak dikenal. Pada
tahun 1195 M. pasukan salib menundukkan Sicilia, kemudian terjadi dua kali penyerangan terhadap
Syria. Pasukan kristen ini mendarat di pantai Phoenecia dan menduduki Beirut. Anak Salahuddin
yang bernama al-Adil segera rnenghalau pasukan salib. la selanjutnya menyerang kota perlindungan
pasukan salib. Mereka kemudian mencari tempat perlindungan ke Tibinim, lantaran semakin kuatnya
tekanan dari pasukan muslim, pihak salib akhirnya menempuh inisiatif damai. Sebuah perundingan
menghasilkan kesepakatan pada tahun 1198M, bahwa peperangan ini harus dihentikan selama tiga
tahun.

Perang Salib V

Belum genap mencapai tiga tahun, Kaisar Innocent III menyatakan secara tegas berkobarnya perang
salib ke lima setelah berhasil rnenyusun kekuatan miliier. Jenderal Richard di lnggris menolak keras
untuk bergabung dalam pasukan salib ini, sedang mayoritas penguasa Eropa lainnya menyarnbut
gembira seruan perang tersebut. Pada kesempatan ini pasukan salib yang bergerak menuju Syria tibatiba mereka membelokkan geiakannya menuju Konstantinopel. Begitu tiba di kota ini, mereka
membantai ribuan bangsa romawi baik laki-laki maupun perempuan secara bengis dan kejam.
pembantai ini berlangsung dalam beberapa hari. Jadi pasukan muslim sama sekali tidak mengalami
kerugian karena tidak terlibat dalam peristiwa ini.

Perang salib VI
Pada tahun 613 H/1216M, Innocent III mengobarkan propaganda perang salib ke enam. 250.000
pasukan salib, mayoritas Jerman, mendarat di Syria. Mereka terserang wabah penyakit di wilayah
pantai Syria hingga kekuatan pasukan tinggal tersisa sebagian. Mereka kemudian bergerak menuju
Mesir dan kemudian mengepung kota Dimyat. Dari 70.000 personil, pasukan salib berkurang lagi
hingga tinggal 3.000 pasukan yang tahan dari serangkaian wabah penyakit. Bersamaan dengin ini,
datang tambahan pasukan yang berasal dari perancis yang bergerak menuju Kairo. Narnun akibat
serangan pasukan muslim yang terus-menerus, mereka men jadi terdesak dan terpaksa rnenempuh
jalan damai. Antara keduanya tercapai kesepakatan damai dengan syarat bahwa pasukan salib harus
segera meninggalkan kota Dimya.
Perang Salib VII
Untuk mengatasi konflik politik internal, Sultan Kamil mengadakan perundingan kerja sarna dengan
seorang jenderal Jerman yang bernarna Frederick. Frederick bersedia membantunya rnenghadapi
musuh-musuhnya dari kalangan Bani Ayyub sendiri, sehingga Frederick nyaris menduduki dan
sekaligus berkuasa di yerusalem. Yerusalem berada di bawah kekuasaan tentara salib sampai dengan
tahun 1244 M., setelah itu kekuasaan salib direbut oleh Malik al-shalih Najamuddi al-Ayyubi atas
bantuan pasukan Turki Khawarizmi yang berhasil meiarikan diri dari kekuasaan Jenghis Khan.

Perang Salib VIII


Dengan direbutnya kota Yerusalern oleh Malik al- Shalih, pasukan salib kembali menyusun
penyerangan terhadap wilayah lslam. Kali ini Louis IX, kaisar perancis, yang memimpin pasukan
salib kedelapan. Mereka mendarat di Dirnyat dengan mudah tanpa perlawanan yang beranti. Karena
pada saat itu Sultan Malikal-shalih sedang menderita sakit keras sehingga disiplin tentara muslim
merosot. Ketika pasukan Louis IX bergerak menuju ke Kairo melalui jalur sungai Nil, mereka
mengalami kesulitan lantaran arus sungai mencapai ketinggiannya, dan mereka juga terserang oleh
wabah penyakit, sehingga kekuatan salib dengan mudah dapat dihancurkan oleh pasukan Turan Syah,
putra Ayyub.

Setelah berakhir perang salib ke delapan ini, pasukan Salib-Kristen berkali-kali berusaha mernbalas
kekalahannya, namun selalu mengalami kegagalan.

Akibat Perang salib


Perang salib yang berlangsung lebih kurang dua abad membawa beberapa akibat yang sangat berarti
bagi perjalanan sejarah dunia. Perang salib ini menjadi penghubung bagi bangsa Eropa mengenali
dunia lslam secara lebih dekau yang berarti kontak hubungan antara barat dan timur semakin dekat.
Kontak hubungan barat-timur ini mengawali terjadinya pertukaran ide antara kedua wilayah tersebut.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tata kehidupan masyarakat timur yangmaju menjadi daya dorong
pertumbuhan intelektual bangsa barat, yakni Eropa. Hal ini sangat-besar andil dan peranannya dalam
meahirkan era renaissance di Eropa.

Pasukan salib merupakan penyebar hasrat bangsa Eropa dalam bidang perdagangan dan perniagaan
terhadap bangsa-bangsa timur. Selama ini bangsa barat tidak mengenal kemajuan pemikiran bangsa

timur. Maka perang salib ini juga membawa akibat timbulnya kegiatan penyelidikan bangsa Eropa
mengenai berbagai seni dan pengetahuan penting dan berbagai penemuan yang teiah dikenali ditimur.
Misalnya, kompas kelautan, kincir angin, dan lain-lain, Mereka juga menyelidiki sistem pertanian,
dan yang lebih penting adalah mereka rnengenali sistem industri timur yang telah maju. Ketika
kembali ke negerinya, Eropa, mereka lantas mendirikan sistem pemasaran barang-barang produk
timur. Masyarakat barat semakin menyadari betapa pentingnya produk-produk tersebut. Hal ini
menjadikan sernakin pesatnya pertumbuhan kegiatan perdagangan antara timur dan barat. Kegiatan
perdagangan ini semakin berkembang pesat seiring dengan kemajuan pelayaran di laut tengah.
Namun, pihak muslim yang semula menguasai jalur pelayaran di laut tengah kehilangan
supremasinya ketika bangsa-bangsa Eropa menempuh rute pelayaran laut tengah secara bebas.

Mengapa Perang salib gagal?


Pada zaman Perang Salib, tentara Islam tumbuh menjadi kekuasaan adidaya dunia. Mereka mengusai
perdagangan dan ilmu pengetahuan. Salah satu hal penting lainnya adalah tentara Islam lebih bersatu
dibandingkan kerajaan Eropa.

Sementara pihak lain menuding kelemahan iman bangsa Kristen Eropa, (1) saya ingin melihat dari
sudut yang lebih duniawi. Tentara Salib berasal dari Eropa, menempuh perjalanan jauh hingga ke
Timur Tengah. Saat itu, transportasi tidak sebagus sekarang. Korban jatuh dengan cepat selama
perjalanan, entah karena kelelahan atau kecapaian. Medan pertempuran juga berbeda. Medan Eropa
berupa hutan di mana kuda adalah suatu keuntungan sementara di Timur Tengah, medan perang
berupa padang pasir panas di mana unta adalah keuntungan. Belum lagi peristiwa bodoh
tenggelamnya Kaisar Barbarossa. Ini menandakan Tentara Salib tidak menguasai medan dengan baik.
Sistem logistik belum berkembang. Tentara Salib bertempur dengan baju zirah yang cocok di udara
sejuk Eropa tetapi baju perang tentara Islam yang simpel terbukti lebih cocok untuk udara gurun.
Sering terjadi perdebatan kekuasaan antara pemimpin Tentara Salib yang baru datang dengan

penguasa Kerajaan Salib yang sudah ada duluan. Ini disebabkan karena kerajaan Kristen Eropa bukan
suatu kerajaan tunggal sehingga persaingan kuasa terjadi. Belum lagi, kudeta dan perang yang terjadi
di daerah asal sementara sang raja berperang di Timur Tengah. Semua hal ini menyebabkan
kekalahan Tentara Salib.

KESIMPULAN
Perang Salib adalah usaha bangsa Kristen Eropa untuk membebaskan Timur Tengah dari cengkraman
Islam. Para Tentara Salib adalah orang-orang saleh yang rela menanggung derita perang demi tujuan
mulia. Meski kenyataannya Perang Salib tidak sukses besar, ini tidak bearti Tuhan meninggalkan
Gereja Katolik. Tuhan dapat membawa kebaikan dari sesuatu yang nampaknya tidak baik. Perang
Salib bukanlah kesalahan sejarah. Perang Salib adalah peristiwa Abad Pertengahan sehingga analisis
mengenainya harus menggunakan kacamata Abad Pertengahan, bukan kacamata zaman modern.
Perang Salib memang harus terjadi. Deus Vult.

Vous aimerez peut-être aussi