Vous êtes sur la page 1sur 5

A.

Atresia Rekti dan Anus


a. Konsep Dasar
Atresia (tresis) berarti keadaan tidak ada atau tertutupnya lubang badan
normal atau organ tubular secara congenital, disebut juga clausura. Ani
berarti anus imperforate. Jadi Atresia Ani adalah bentuk kelainan bawaan
dimana tidak adanya lubang dubur terutama pada bayi.
b. Penyebab
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12
minggu atau 3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di
daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yamgg
terjadi antara minggu ke 4 sampai minggu ke-6 usia kehamilaan.
Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium
(mengeluarkan tinja menyerupai tinja), dan perut membuncit.
c. Diagnosa
Anamnesis perjalanan yang khas dan gambaran klinis perut yang membuncit
seluruhnya merupakan kunci diagnosis pemeriksaan penunjang yang dapat
membantu menegakkan diagnosisialah pemeriksaan radiologik dengan enema
barium. Disini akan terlihat gambaran klasik seperti daerah transisi dari
lumen sempit ke daerah yang melebar. Pada foto 24 jam kemudiaan terlihat
retensi barium dan gambaran makrokolon pada hirschsprung segmen
panjang. Pemeriksan biobsy hisap rektun dapat digunakan untuk mencari
tanda histologik yang khas yaitu tidak adanya sel ganglion parasimpatik di
lapisan muskularis mukosa dan adanya serabut saraf yang menebal pada
pemeriksaan histokimia, aktivitas kolnaterase meningkat. Atresia ani
biasanya jelas sehingga diagnosis sering dapat di tegakan segera setelah bayi
lahir dengan melakukan inspeksi secara tepat dan cermat pada daerah
perinium. Diagnosis kelainan anuerektum tipe pertama dan keempat dapat
terlewatkan sampai diketahui bayi mengalami distensi perut dan mengalami
kesulitan mengeluarkan mekonium.
d. Klasifikasi
Kelainan bentuk anoerektum dapat ditemukan dalam berbagai macam tipe
yang sampai sekarang masih belum dapat di ketahui secara lengkap. Lqqd
dan Gross pada tahun 1934 mengajukan klassifikasi terdiri atas 4 tipe yang
masih banyak di gunakan oleh para ahli hingga pada saat ini adalah :
a) Tipe I: Saluran anus atau rektum bagian bawah mengalami stenosis
dalam berbagai derajat.
b) Tipe II : terdapat suatu membran tipis yang menutupi anus karena
menetapnya membrane anus.
c) Tipe III : anus tidak terbentuk dari rektum berakhir sebagai kantung yang
buntu terletak pada jarak tertentu dari klit di daerah anus seharusnya
terbentuk (lekukan anus)

d) Tipe IV : saluran anus dan rektum bagian bawah membentuk suatu


kantung buntu yang terpisah pada jarak tertentu dari ujung rektum yang
berakhir sebagai suatu kantung buntu. Jenis yang paling sering
ditemukan adalah tipe III, sementara tipe IV merupakan bentuk yang
paling jarang ditemukan.
e. Penanganan
Bagi pengidap kelainan tipe I dengan stenosis yang ringan dan tidak
mengalami kesulitan mengeluarkan tinja tidak membutuhkan penanganan
apapun. Sementara pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setiap
hari dengan karakter uretra, dilator hegar, atau speculum hidung berukuran
kecil. Selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi sendiri dirumah dengan
jari tangan. Dilatasi dikerjakan beberapa hari seminggu selama kurang lebih
6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai
keadaan normal.konstipasi dapat di hindari dengan pengaturan diet yang baik
dan pemberian laktulose. Bentuk operasi yang diperlukan pada tipe II , baik
tanpa atau dengan fistula, adalah anoplasti pcrincum, kemudian dilanjutkan
dengan dilatasi pada anus yang baru selama 23 bulan. Tindakan ini paling
baik dilakukan dengan dilator Hegar selama bayi di rumah sakit dan
kemudian orang tua penderita dapat memakai jari tangan di rumah sampai
tepi anus lunak sserta mudah di lebarkan. Pada tipe III, apabila jarak antara
ujung rektum yang buntu ke lekukan anus kurang dari 1,5 cm, pembedahan
rekonstruktif dapat dilakukan melalui anoproktoplasti pada massa neonatus.
Akan tetapi, pada tipe III biasanya perlu di lakukan kolostomi pada masa
neonatus sebelum dilakukan pembedahan definitif pada usia 12-15 bulan.
Kolostomi bermanfaat untuk :
1) Mengatasi
obstruksi
usus,
memungkinkan
pembedahaan
rekonstruktif dapat di kerjakan dengan lapangan operasi yang bersih.
2) Memberikan kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan
pemeriksaan lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rectum
yang buntu serta menemukan kelainaan bawaan yang lain, kolostomi
dapat dilakukan pada kolon transversum atau sigmoideum. Beberapa
metode pembedahan rekonstruktif yang dapat dilakukan adalah
operasi abdominoperinium terpadu pada usia 1 tahun, anorektoplasti
sagital posterior pada umur 812 bulan, dan pendekataan sakrum
menurut metode Stephen setelah bayi berumur 6-9 bulan. Dilatasi
baru dapat dimulai 10 hari setelah operasi dan selanjutnya dilakukan
oleh orang tua di rumah, mula-mula dengan jari kelingking
kemudian dengan jari telunjuk selama 23 bulan setelah pembedahan
definitive. Penanganan pada tipe IV dilakukan dengan kolostomi,
untuk kemudian dilanjutkan dengan operasi abdominal pull-throgh
seperti pada kassus megakolon congenital.
3) Contoh kasus ilustrasi assuhan pada bayi dengan Atresia ani tingkat
IV
a) Langkah pertama, lakukan pengkajian data subyektif, data
didapatkan dari klien, suami, keluarga, atau yang mengantar

bila saat itu klien adalah rujukan dari bidan, dukun, lainnya,
misal :
Identitas (Biodata)
Bayi bernaama An. A, umur bayi 3 hari, Tgl/jam/lahir 10
November 2009 berjenis kelamin laki-laki, Berat Badan
3500 gram, Panjang Badan 50 cm, dari ibu Ny. R umur 25
tahun, dan ayah Tn. U umur 29 tahun, Suku bangsa:
jawa/Indonesia, agama Islam, keduanya berpendidikan SMA
pekerjaan ayah wiraswaasta, Pendapatan keluarga Rp.
2.000.000,-/bulan, Alamat rumah Jl. Antah Berantah Telp.
006406XX.
Anamnesa (Data Subyektif)
Bayi datang di bawa ibunya datang pada tanggal 13
November 2009, pukul 09.00 WIB, ke rumah bidan A,
Riwayat penyakit selama kehamilan ibu tidak pernah
mengalami : Perdarahan, Pre Eklampsi, Eklampsi, penyakit
Kelamin, Kebiasan Waktu Hamil : Tidak berpantang
makanan, tidak pernah mengkonsumsi Obat-obatan/jamu,
tidak pernah merokok. Riwayat Persalinan Sekarang : Jenis
persalinan pervaginam, kelahiran di tolong bidan , lama
persalinan 8 jam, kala I selama 7 jam, kala II 1 jam,
Ketuban pecah spontan, warna putih keruh, Bau khass,
Jumlah 150 cc, tidak ada Komplikasi persalinan baik ibu
maupun bayi. Keadaan bayi waktu lahir baik, nilai Apgar
8/10. Resustasi tidak dilakukan hanya dilakukan
Penghisapan Lendir.
Langkah kedua: kaji data obyektif didapatkan melalu
pemeriksaan
fisik,
pemeriksaan
Obstretik,
hasil
Laboraturium, dan penunjang lain misalkan Rontgen,
Ultrasonogarfi, Cardiotopograf dan lain-lain. Misal :
pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.
Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
Keadaan Umum baik, Suhu 35,7C. Pernapasan 45 x/menit.
Denyut Jantung : 120 x/menit, Berat Badan sekarang : 3500
gram, Panjang Bandan : 50 cm, Pemeriksaan fisik secara
sistematis: Kepala tidak ada kapuk suksedaneum, Ubunubun tampak tidak UUK dan UUB, Muka tampak
kemerahan tidak ada benjolan, Mata tidak ada strabismus,
tidak ada katarak, Telinga tidak ada kelainan bentuk daun
telinga, Mulut tidak ada labioschizis, labiopalatoschizis,
Hidung tidak ada polip, Leher tidak ada hematoma,
sternokleidomastoideus, dada normal, puting susu simetris,
pernapasan baik, Tali pusat bersih tidak ada perdarahan,
Punggung tidak ada spina bifda, genetalia ada scrotum,

lubang penis ada di ujung penis, Anus Atresia ani tipe IV,
Reflek Reflek : moro ada, reflek rooting ada, Reflek tonic
neck ada, Antropometri : Lingkar kepala 36 cm, lingkar
dada 34 cm, Eliminasi : miksi sudah berwarna jernih,
meconium tidak keluar mekonium.
b) Langkah kedua lakukan interprestasi data dalam bentuk
diagnosa, masalah dan kebutuhan.
Dari data diatas didapatkan : Diagnosa : bayi baru lahir
dengan Atrasia ani tipe IV.
Masalah : Neonatus tidak dapat mengeluarkan mekonium
(tinja yang menyerupai pita), disertai dengan perut yang
buncit dan keras, Kebutuhan : Tindakan operasi.
Diagnosa dan Masalah Potensial : bayi mungkin mengalami
Atresia ani tipe IV.
Masalah potensial : Putusnya saluran pencernaan dari atass
dengan anus sehingga bayi lahir dengan anus, tetapi saluran
rektum tidak terhubung ke anus, ketidakmampuan
mengeluarkan tinja yang berakibat terjadinya penumpukan
feses dalam saluran cerna.
Kebutuhan Tindakan Segera serta Kolaborasi : Rujukan
operasi dan kolaborasi dengan Dokter Anak.
c) Langkah ketiga, keempat dan kelima dan keenam setelah
diagnosa ditetapkan, masalah muncul, serta adanya
kebutuhan, lakukan evaluasi, Dari diagnosa dan masalah
diatas planning yang dilakukan :
Rencana Asuhan : Beritahukanlah hasil peneriksaan padaa
ibu dan ayahnya, Jelasskan pada ibu tentang keadaan
bayinya sekarang, Sarankan pada ibu agar bayinya untuk
segera
dilakukan operasi, lakukan informed consent,
tenangkan ibu dan ayahnya, buat surat rujukan, siapkan
rujukan.
Pelaksanaan Implementasi
a. Menberikan informasi pada ibu tentang hasil
pemeriksaan bahwa bayinya saat ini mengalami
kelainan yaitu memiliki lubang anus tetapi saluran
pembuangan dari pencernaan terputus sehingga
tidak terhubung.
b. Jelaskan pada ibu bahwa kelainan yang diderita
bayinya menyebabkan tidak bisa BAB, perut
membuncit sehingga bayinya menangis dan menjadi
rewel, disebabkan penumpukan feses.
c. Memberikan imformed consent, dan menyiapkan
surat persetujuan untuk dilakukan rujukan, merujuk
Bayi ibu ke Dokter Anak untuk segera di operasi.
Evaluasi

Ibu mengerti dengan semua penjelasan Bidan, dan bersedia


untuk melakukan operasi pada bayinya

Vous aimerez peut-être aussi