Vous êtes sur la page 1sur 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Prolaps uteri atau inversio uteri adalah suatu keadaan dimana badan rahim

berbalik, menonjol melalui serviks ke dalam atau ke luar vagina (Yohana, Yovita
dan Yessica, 2011). Prolaps uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui
hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia
(sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong uterus.
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama
ligamentum tranversal, dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli
disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia
pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang ketegangannya (Prawirohardjo,
1999:429). Prolapsus uteri disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya karena
kelemahan jaringan ikat di rongga panggul, perlukaan jalan lahir,maupun
menopause. Pada prolapsus uteri gejala sangat berbeda-beda dan bersifat
individual. Terkadang penderita dengan prolaps yang sangat berat tidak
mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan
mempunyai banyak keluhan.
Di Indonesia sejak zaman dahulu telah lama dikenal istilah peranakan turun
dan peranankan terbalik. Penentuan letak alat genital bertambah penting, artinya
bukan saja untuk menangani keluhan-keluhan yang ditimbulkan olehnya, tetapi
juga karena diagnosis letak yang tepat perlu sekali diketahui guna melakukan
berbagai tindakan pada uterus.
1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, ada permasalahan yang perlu dianalisa

dan dijelaskan sebagai berikut :


1.
2.
3.
4.

Apa pengertian prolaps uteri dan bagaimana etiologinya ?


Apa saja klasifikasi dari prolaps uteri ?
Bagaimana gejala dan tanda prolaps uteri ?
Bagaimana pemeriksaan penunjang dan terapinya ?

1.3
1.
2.
3.
4.

Maksud dan Tujuan


Menjelaskan pengertian prolaps uteri dan etiologinya.
Menjelaskan klasifikasi dari prolaps uteri.
Mendeskripsikan gejala dan tanda prolaps uteri.
Mendeskripsikan pemeriksaan penunjang dan terapi pada prolaps uteri.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Definisi
Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya peranakan, yaitu

turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang atau rongga vagina.
Turunnya peranakan dapat terjadi karena adanya kelemahan pada otot besar
panggul sehingga satu atau lebih organ didalam panggul turun (Pajario, 2004).
2.2 Epidemiologi
Prolapsus uteri merupakan salah satu bagian dari prolapsus genitalis,
dimana frekuensi prolapsus genitalis di beberapa negara berlainan. Seperti di
laporkan di klinik dGynecologie et Obstetrique Geneva insidennya 5,7 %, dan
pada periode yang sama di Hamburg 5,4 %. Dilaporkan di Mesir, India dan
Jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada orang negro Amerika, Indonesia
kurang. Dan pada Afrika Selatan jarang sekali terjadi. Di Indonesia prolapsus uteri
lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua, dan wanita
dengan pekerjaan berat. Djafar Siddik pada penyelidikan selama 2 tahun (19691970) memperoleh 63 kasus prolapsus genitalis dari 5.372 kasus ginekologi di
rumah sakit Dr. Pirngadi di Medan, mendapat kasus terbanyak pada grande
multipara dalam masa menopause, dan 31,74 % pada wanita petani, dari 63 kasus
tersebut 69 % berumur 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan
pada wanita nullipara (Winkjosastro-Hanifa, 2005).
2.3 Faktor Risiko
Biasanya partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus
dengan adanya hambatan merupakan penyebab prolapsus genitalis dan
memperburuk prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lainnya adalah tarikan janin
pada pembukaan belum lengkap, prasat Crede yang berlebihan untuk
mengeluarkan plasenta dan sebagainya.

Jadi tidak heran jika prolapsus genitalis terjadi segera setelah partus atau dalam
masa nifas.Ascites dan tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah terjadinya hal
tersebut. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara, faktor penyebabnya adalah
kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus. Dasar panggul
yang lemah oleh kerusakan dasar panggul pada partus (rupture perinea atau
regangan) atau karena umur lanjut.
Prolapsus terjadi bila otot dan ligamentum dasar panggul sangat teregang
terutama akibat persalinan lama atau usia tua (umumnya prolapsus terjadi pada
usia diatas 55 tahun ). Selain hal diatas, faktor risiko lainnya adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
2.4

Obesitas
Keganasan uterus
Diabetes
Bronchitis chronis
Pekerjaan mengangkat beban berat
Tanda dan Gejala
Prolapas dapat terjadi secara akut dalam hal ini dapat timbul gejala nyeri

yang sangat, muntah dan collaps. Prolaps yang akut jarang terjadi.
Prolaps yang berangsur-angsur menimbulkan gejala :
1. Perasaan berat di perut bagian bawah. Disebabkan oleh penarikan pada
ovarium dan peritonium.
2. Nyeri di pinggang.
3. Incontinentia urinae karena pada cystocele dinding belakang urethra tertarik
sehingga faal sphincter kurang sempurna.
4. Kesukaran defekasi pada rectocele
5. Coitus terganggu.
6. Fluor albus karena bendungan vena dan kolpitis juga karena infeksi serta
luka pada portio uteri.
7. Menorrhagi karena bendungan.
8. Infercilitas karena cervicitis.
9. Decubitus
2.5 Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan The International Continence Society (ICS) /


Standarisasi terminologi dan pembagian prolaps organ panggul dibagi
menjadi 4 yaitu :

Stage 0

: prolaps tidak ditemukan

Stage I

: bagian distal struktur mengalami prolaps lebih 1 cm


atas hymen

Stage II

: bagian distal struktur prolaps berada 1cm atau kurang


dari hymen

Stage III

: bagian distal struktur prolaps berada 1 cm bawah


hymen tapi tidak mengalami protusi > 2 cm dari total
panjang vagina

2.6

Stage IV

: eversi komplit (seluruh traktus genitalia bawah).

Komplikasi

1. Keratinus mukosa vagina dan porsio uteri


Ini terjadi pada prodensia uteri, dimana keseluruhan uterus keluar dari
introitus vagina
2. Dekubitus
Dekubitus dapat terjadi karena uterus yang keluar bergeseran dengan paha
dan pakaian. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan sehingga perlu
dibedakan dengan penyakit keganasaan, khususnya bila penderita sudah
berusia lanjut.
3. Hipertropi servik uteri dan elongasio poli
Komplikasi ini dapat didiagnosis dengan periksa lihat dan periksa raba
4. Hidrouerte dan hidronefrosis
Gangguan miksi dan stress incontinnce meyebabkan menyempitnya ureter
sehingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis
5. Sering dijumpai infeksi saluran kencing dan kemandulan terutama pada
prolaps yang berat.

6. Hemorroid dan inkarserasi usus halus sering terjadi sebagai komplikasi


prolaps. Yang terakhir ini memerlukan tindakan operatif.
2.7

Pemeriksaan Penunjang
Friedman dan Little (1961) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut:

1. Penderita pada posisi jongkok disuruh mengejan dan ditemukan dengan


pemeriksaan jari,apakah portio pada normal atau portio sampai introitus
vagina atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina.
2. Penderita berbaring pada posisi litotomi,ditentukan pula panjangnya serviks
uteri.Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan Elongasio
kolli.
3. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan
tidak nyeri tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan.Jika
dimasukkan kedalam kandung kencing kateter logam,kateter itu diarahkan
kedalam sitokel,dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding
vagina.Uretrokel letaknya lebih kebawah dari sistokel, dekat pada oue.
Menegakkan diagnosis retrokel mudah,yaitu menonjolnya rectum kelumen
vagina 1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk lonjong,memanjang dari
proksimal kedistal,kistik dan tidak nyeri.
4. Untuk memastikan diagnosis, jari dimasukkan kedalam rectum,dan
selanjutnya dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen
vagina.Enterokel menonjol kelumen vagina lebih keatas dari retrokel.Pada
pemeriksaan rectal,dinding rectum lurus,ada benjolan ke vagina terdapat di
atas rectum.
2.8 Terapi
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :
1. Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat
2. Pimpin yang benar waktu persalinan, tidak mengejan sebelum waktunya,
kala II jangan terlalu lama, kandung kemih kosongkan, episiotomi agar
dijahit dengan baik, dan periksa episiotomi jika ada indikasi.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan terapi prolap ialah :

1.
2.
3.
4.

Keadaan umum
Umur
Masih bersuami atau tidak
Tingkat prolapse

Terapi prolaps dapat dibagi :


1. Nonoperatif
Dengan mempergunakan pesarium dari ebonite porselen atau karet.
Pesarium dipergunakan untuk pengobatan yang bersifat sementara seperti
a. Prolaps dengan kehamilan
b. Prolaps dalam puerperium
c. Prolaps dengan decubitus ulcus : dipasang pesarium dulu sampai ulcus
sembuh kemudian dilakukan terapi operasi
Juga dapat dipergunakan peasrium kalau terapi operatif tidak mungkin karena
penderita terlalu buruk
2. Operatif
Terapi operatif terutama dilakukan kalau penderita tidak akan melahirkan
anak lagi.
a. Hysterektomi vaginal : hysterectomy vaginal sebagai terapi
prolapas kita pilih kalau ada metrorrhagi, patologi portio atau
tumor dari uterus.
b. Manchester-fothergill
Dasarnya ialah memeperpendek lig. cardinale.
Disamping itu, dasar panggul diperkuat (perineoplastik) dan karena
sering ada elongatio colli dilakukan amputasi dari portio.
Cystocele atau rectocole dapat diperbaiki dengan kolporrhaphia
anterior atau posterior.
c. Transposisi operasi dari Watkins
Prinsipnya ialah menjahit dinding depan uterus pada depan dinding
vagina, setelah corpus uteri dilahirkan dengan membuka plica
vesico uterine.
Corpus uteri dengan demikian terletak antara dinding vagina dan
vesica urinaria dalam hiperanteflexio dan extra peritoneal ; uterus

yang ingin meluruskan diri menyembuhkan cystocele. Di samping


itu dilakukan amputasi portio dan perineoplastik. Kalau perlu juga
kolporrhaphia anterior dan posterior. Setelah operasi ini, wanita
tidak boleh hamil lagi maka sebaiknya dilakukan dalam
menopause.
d. Kolpocleisis (neugebauer-Le Fort).
Dinding depan dan dinding belakang vagina dijahit satu sama lain
sehingga uterus tidak dapat keluar juga dilakukan perineoplastik.
Coitus tidak mungkin lagi setelah operasi ini.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Prolapsus uteri itu sendiri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik

terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi


elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada
keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang ketegangannya.

Faktor penyabab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan
lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina
bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta , reparasi otot-otot
dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri
tersebut akan terjadi secara bertingkat.
3.2

Saran
Perlunya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya prolaps uteri dengan

cara mengosongkan kandung kemih pada kala pengeluaran, penjahitan perineum


yang lege artis, bila perlu lakukan episiotomi, memimpin persalinan dengan baik,
hindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (parasat crede).
Penanganan prolapsus uteri sebaiknya dilakukan dengan menilai keadaan
dari keadaan umum pasien, umur, masih bersuami atau tidak, tingkat prolaps
sehingga didapatkan terapi yang paling ideal untuk setiap pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.


1981. Ginekologi. Bandung: Elstar Offset.
Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ke Tiga. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Suryaningiyah, 2001. Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. Jakrta:
EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP

10

Vous aimerez peut-être aussi