Vous êtes sur la page 1sur 25

Aspek Hukum Tranplantasi Organ/

Jaringan

Aspek Hukum Tranplantasi Organ/ Jaringan


Transplantasi organ/ Jaringan tubuh manusia
merup tindakan medik bermanfaat bagi pasien
dgn ggn fungsi organ tubuh yg berat.
Tindakan medis ini hrs dipertimbangkan dr segi
nonmedik yi; segi Agama, hukum budaya, etika
dan moral.
Kendala terbatasnya jumlah donor keluarga dan
donasi organ jenazah
Perlu kerja sama yg saling mendukung antar
pakar yg terkait (hukum, kedokteran, sosiologi,
pemuka Agama, pemuka masy) dgn pem.&
swasta

Jenis2 transplantasi
Pencakokan ; berupa sel, jaringan, maupun
organ tubuh:
1. Autograft (Auto Transplantasi) pemindah dr
satu tempat ketempat lain dlm tubuh sendiri.
2. Allograft; pemind dr satu tubuh ke tubuh lain yg
sama spesiesnya
3. Isograft; pemind dr satu tubuh ke tubuh lain yg
identik
4. Xenograft; pemindahan dari satu tubuh ke
tubuh lain yg tidak sama spesiesnya.
Organ / jar.tubuh yg akan dipindahk dpt diambil
dari donor yg hidup atau jenazah baru mati /
meninggal

Organ/ jar.dari donor hidup; kulit, ginjal,


sumsum tulang dan darah(transfusi).
Organ/ jar.dari jenazah, jantung, hati, ginjal,
cornea, pancreas, paru dan sel otak
2 dasa warsa terakhir, dikembangkan teknik
transplantasi spt transplantasi arteri
mamaria interna dlm operasi lintas coroner
oleh George E.Green; dan transplantasi
sel2 substansia nigra bayi yg meningal kpd
pasien peny Parkinson.
Semua upaya cakokan ini hrs ada peninjau
dlm sudut hukum dan etika.

Aspek Hukum Transplantasi


Segi hkm,transpl organ/ jar dan sel tubuh
merupakan usaha mulia dlm upaya
menyehatk & mensejahterak manusia walau
perbuatan melawan hkm pidana yi; pidana
penganiayaan. Ada alasan pengecualian
hukuman, atau paham melawan hkm secara
material, perbuatan tsb tdk lagi diancam
pidana dpt dibenarka.
Dlm PP No.18 th 1981 ttg bedah mayat
klinis, bedah mayat anatom dan transplant
alat, jar tubuh manusia tercantum dlm psl2
ttg transplantasi:

Pasal 1. a & b dst.


c. Transplantasi adalh rangkaian tindakan
kedokteran utk pemindahan dan atau jar tubuh
manusia yg berasal tubuh org lain dlm rangka
pengobatan utk menggantikan alat atau jar tubuh
yg tdk berfungsi dg baik
d. Donor adlh org yg sumbangk alat / jar tubuhnya
kpd org lain utk keperluaan kes.
Pasal 10, Transplan alat/ jar tubuh manusia dilakuk
dg memperhat, alat tubuh manusia merup kumplan
jar2 yg dibent bbrp jenis sel membentuk serta faal
tertentu dan hrs persetujuan tertulis pasien atau
keluarganya yg terdekat setekah pasien
meninggal.

Pasal 11,
a. transplant alat/ jar tubuh manusia hanya dilakuk
dokter yg ditunjuk oleh Menkes.
b. transplant alat/ jar tubuh manusia tidak boleh
dilakuk dokter yg merawat/ yg mengobati donor ybs
Pasal 12,; Dlm rangka transplant, penentuan saat
mati ditentuk 2 org dokter yg tdk ada sangkut paut
medik dgn dokter yg melakuk transplant
Pasal 14; Pengambilan alat / jar tub manusia utk
transplant atau Bank mata dr korban kecelakaan yg
meninggal, dilakuk dgn persetujuan tertulis keluarga
terdekat.

Pasal 15 ; Sebelum persetujuan ttg transplant alat/


jar tubuh manusia diberik donor hidup, calon
donor ybs terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yg
merawatnya, termsk dokter konsultan mengenai
operasi, akibat2nya dan kemungkinan2 yg dpt
terjadi, dan ybs menyadari sepenuhnya arti dari
pemberitahuan tsb
pasal 16 ; donor/ keluarga donor yg meningal tdk
berhak atas kompensasi material apapun sbg
imbalan transplant
Pasal 17; Dilarang memperjual belikan alat/ jar
tubuh manusia.

Pasal 18; dilarang mengirim dan menerima


alat/jar tubuh manusia
Penjelasan ps 17 & 18, dsbtk bhw alat/ jar tubuh
manusia sbg anugerah Tuhan yg Maha Esa kpd
setiap insan tdklah sepantasnya dijadikan objek
utk cari keuntungan. Pengiriman alat/ jar tubuh
manusia ke dan dri luar negeri hrslah dibatasi
dlm rangka penelitian ilmiah, kerja sama dan
saling menolong dlm keadaan tertentu.
Selanjutnya dm UU.No.36 thn 2009 ttg keseh
dicantumkan bbrp pasal ttg transplantasi; antara
lain:
Pasal 64 :

Pasal 64 :
Penyembuh peny & pemulihan kes dpt dilakukan
mell transplant organ/ jar tubuh, implan obat/ alat
keseh, bedah plastik dan rekontruksi serta
penggunaan sel punca.
Ayat tsb diatas dilkukan hanya utk tujuan
kemanusian dan dilarang utk dikomersik dgn dalih
apapun
Pasal 65;
Transplant organ/ jar tubuh hanya dpt dilakukan
oleh tenaga kes yg memp.keahlian dan
kewenangan, dilakuk difasilitas yankes tertentu.
Pengambil organ/ jar tubuh donor hrs memperh
kes pendonor ybs dan mendpt persetujuan
pendoor, ahliwaris atau keluarganya

Pasal 66 : Transplantasi sel, baik yg brasal dari


manusia maupun hewan, hanya dpt dilakuk
apabila telah terbukti keamanan dan
kemnfaatannya.
Pasal 67 : Pengambilan & pengiriman spesimen
atau bgn organ tubuh hanya dpt dilakukn oleh
tenaga kes yg punya keahlian dan kewenangan
serta dilakuk di fasilitas yankes tertentu
Pasal 68 : Pemasangan implan obat atau alat
kes ketubuh manusia hanya dpt dilakuk nakes
yg punya ahli & wewenang serta dilakuk di
fasilitas yankes tertentu

Pasal 69 : Bedah plastik & rekonstruksi


hanya dpt dilakuk oleh nakes yg punya ke
ahlian dan wewenang utk itu,tdk boleh
bertentangan dg norma yg berlaku dlm masy
dan tdk ditujukan utk mengubah identitas
Pasal 70 : Penggunaan sel punca hanya dpt
dilakuk utk tujuan penymbuhan peny dan
pemulihan kes, dilarang digunak utk tujuan
reproduksi dan tdk boleh berasal dari sel
punca embrionik.
Ketentuan lebih lanjut diatur dlm PP / permen

Aspek Etik Transplantasi


Transplant merup upaya terakhir utk nolong seorg
pasien dgn kegagalan fungsi salah satu organ
tubuh.
Dari segi etika kedokteran, tindakan ini wajib
dilakuk, jika ada indikasi dg landasan bbr pasal dlm
Kodeki
Pasal 2 : Seorg dokter hrs senantiasa berupaya
melaksanak profsinya sesuai dg standar profesi
tertinggi.
Pasal 7d : Setiap dokter hrs senantiasa mengingat
akan kewajibannya melindungi hidup insani

Pasal 10 ; Setiap dokter wajib bersikap tulus


ikhlas dan menggunak segala ilmu dan
keterampilannya utk kepentingan pasien. Dlm hal
ia tdk mampu melakuk sesuatu pemeriks atau
pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia
wajib merujuk pasien ke dokter yg punya keahlian
pd peny tersebut
Menilik pasal2 tsb diatas, para dokter hrs
menguasai, mengembangk dan memanfaatka
iptek transplant utk kemashlahatan pasien dan
keluarga
Pasal2 ttg transplant dlm PP No 18 thn 1981, pd
hakikatnya telah mencakup aspek etik.

Dekade terakhir telah diteliti kemungkinan dilakuk


transplant wajah (face transplans). Transplnt
wajah tdk bertujuan utk kosmetik atau kcantikan,
melaink suatu terapi utk ubah wajah yg rusak
berat, mis; trauma, combustio, kanker mulut yg
libatk mata, bibir dan pipi. Mell transplant wajah
dgn metode bdah rekonstruksi dihrpk penampilan
wajahnya lebih normal.
Transplant wajah pertama dilakuk di RS Lyon,
P,cis thn 2005, dipimpin dr. jean-Michel-Dubernard
dgn pasiennya Adelie yg wajahnya robek akibat
anjingnya mengganas, shg hidung, dagu dan
bibirnya hilang. Donornya yi; seorg pasien yg
otaknya tdk berfungsi lagi. Transplant sukses;
Adelie miliki hidung, dagu dan bibir baru

Segi medis; maslhnya yi; bgm agar pasien


mmiliki kemampuan menoleransi terapi
imunosupresi agresif yg sangat dibutuhk utk
atasi reaksi penolakan tubuh thd kulit dan organ
yg dicangkokan.
Obat ini dikonsumsi seumur hidup oleh resipien,
harganya mahal, beri efek samping yg berat,
mis; gagal ginjal. Obat diberi dihentikan akibatk
komplikasi fatal.
Msalah lain; prosedur operasionalnya belum
sempurna, terutama menyambung vaskuler dan
syaraf di wajah, akibatnya ekspresi gerakan
wajah tdk ideal, terlih.se-olah2 topeng

Segi Etik : Transplant wajah banyak kritik dr


pakar bioetika, psikolog, psikiater dll.
Bagi yg pro mngatak bhw transplant wajah
membantu resipien dlm penampilannya dlm
masy.
Bagi yg kontra, merasa amat berat bagi resipien
mengemban pemakaian wajah org lain yg
meninggal, dampaknya pd keluarga donor &
resipien dan masalah kepribadian resipien tdk
sesuai dg donor, shg sulitk adaptasi dg wajah
baru
Di Indonesia transplant wajah(face off) telah
dilakuka pd seorg wanita Siti Nurjazila (Lisa)

Siti Nurjazila(Lisa) berusia 22 thn, di RS


Sutomo Surabaya thn 2006, oleh tim
dipimpin dr.M Syaifuddin Noer, SpBP.
Wajah Lisa derita cedera berat dan rusak,
diduga ulah suaminya yg kasar. Pada
operasi face off ini kulit diambil dari
punggung pasien sendiri dan memerlukan
pembedahan bertahap. Rumitnya
transplantasi wajah ini, dari segi medis,
etik dan hukum masih memerlukan
pembahasan lanjutan

Kesimpulan
Aspek hukum:

Etika Penelitian
Untuk meningk derajat kes, kebanyakan adalah
sumbangan hasil dari penelitian pd manusia
Men.WHO; Penelitian kes ialah penelitian
biomedik, obat2, alat2 kedokteran, radiasi dan
pencitraan, RM, bahan biologik, juga peneitian
epidemiologi,sosial dan psikologik
Tujuan penelitian kes yi; memberi masukan iptek
serta pengetahuan lain yg perlu utk menunj
pembangun kes utk wujudk drajat kes yg optimal
bagi masy.
Tujuan akhir ilmu pengetahu adalah utk
kesejahteraan umat manusia. Nilai sebenarnya
adalah tertletak penerapannya pd masy.

Pedoman acuannya dr dokumen


internasional/ Nasional
1. Nuremberg Code(1947): Tercipta dari tindakan
dokter Nazi secara paksa tawanan kamp
konsentrasi. Isi penting: The voluntary consent
of the human subject is obsolutely essential
2. Universal Declaration of Human Right(1948).
Selanjutnya 1966 ditetapkan International
Convenant on Civil and Political Rights.
3. The Decleration of Helsinki(WMA,2000).
Deklerasi I 1964 utk etik penelitian kes dan 6 x
diamandemen. Terakh th 2002 berisi pedoman
Etik Penelitian kes baik klinik maupun non klinik

4. Operational Guidelines for ethics Comitte that


review Biomedical Research (WHO,2000);
membahas cara pembent Komisi Etik Penelitian
Kes(KEPK), tujuan, keanggotaan, tata cara kerja,
cara pengajuan proposal, pengkajian protokol,
pembuatan keputusan dll.
5. International Ethical Guidelines for Biomedical
Research Involving Human Subjects
(CIOMs,2002). Council of International of medical
sciences(CIOMS). Adalah organisasi non
pemerintah, berafiliasi dgn WHO. Ditujukan pd
Negara berkembang
6. Pedoman Cara Uji Klinik yg baik (CUKB) di
Indonesia (2001).

Prinsip Etika Umum Penelitian


1. Hormati harkat martabat manusia

(respect for

Ingat hak otonomnya. Beri perlindungan


thd kerugian atau penyalahgunaan (harm and abuse).
2. Beneficence. Upayak manfaat maksimal dg
kerugian minimal dan prinsip Nonmaleficence.
3. Keadilan (justice). Menyangkut keadilan
distributif dlm pembagian seimbang beban dan
manfaat (usia, gender, ekonomi, budaya dan etnik).
person)

Vous aimerez peut-être aussi