Vous êtes sur la page 1sur 6

Dasar Hukum Pemberlakuan Upah Minimum

UU 13 Tahun 2003 memuat peraturan umum mengenai perlindungan terhadap tenaga kerja
dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan
serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia
usaha. Upah dalam UU 13/2003 diatur pada pasal 1 angka 30 yang mneyatakan:
hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut
suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan
bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan
dilakukan
Terkait dengan upah minimum diatur dalam Pasal 88 ayat (2) yang menyatakan:
Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang
melindungi pekerja/buruh.
Pasal 88 ayat (3) menyatakan kembali bahwa kebijakan pengupahan yang melindungi
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliput:
a. Upah minimum;
b.;
c. .dst;
Upah minimum terdiri atas upah minimum wilayah1 atau sektor pada wilayah2 provinsi atau
kabupaten/kota. Upah minimum menjadi dasar penetapan upah yang dibayarkan kepada buruh

1 Pasal 89 ayat (1) poin a UU 13/2003


2 Pasal 89 ayat (1) poin b UU 13/2003

yang diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.3 Pengusaha tidak boleh
membayarkan upah di bawah dari nilai upah minimum. 4
Upah minimum diatur secara lebih spesifik di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013. Definisi dari upah minimum sendiri menurut permen ini
adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang
ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring pengaman.5 Upah minimum dibagi menjadi Upah
Minimum Provinsi (UMP, Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu
provinsi), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK, Upah Minimum yang berlaku di wilayah
kabupaten/kota.) dan upah sektoral Provinsi atau Kabupaten/Kota. UMP ditetapkan oleh
Gubernur6 sedangkan UMK ditetapkan dan diumumkan oleh gubernur atas rekomendasi Dewan
Pengupahan Provinsi dan rekomendasi bupati/walikota.7
Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja kurang dari 1
(satu) tahun.8 Upah minimum dibayar bulanan kepada pekerja/buruh, walaupun dapat pula
dibayarkan mingguan atau 2 mingguan sesuai dengan kesepakatan buruh dan pengusaha. 9 Bagi
pekerja/buruh dengan sistem kerja borongan atau sistem harian lepas yang dilaksanakan 1 (satu)
bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan, upah rata-rata sebulan serendah-rendahnya sebesar
upah minimum yang dilaksanakan di perusahaan yang bersangkutan. Menurut Pasal 1 angka 3
Kepmenakertrans No. KEP.150/MEN/1999 bahwa pekerja borongan atau tenaga kerja borongan
adalah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pengusaha (employer)untuk melakukan pekerjaan
3 Pasal 89 ayat (2) UU 13/2003
4 Pasal 90 ayat (1) UU 13/2003
5 Pasal 1 Angka (1) Permen 7/2013
6 Pasal 6 ayat (1) Permen 7/2013
7 Pasal 7 ayat (1) Permen 7/2013
8 Pasal 15 ayat (2) Permen 7/2013
9 Pasal 17 ayat (1) Permen 7/2013

tertentu dengan pembayaran upah (yang) didasarkan atas volume pekerjaan atau satuan hasil
kerja. Selanjutnya dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 157 ayat 3 menyebutkan dalam hal
upah pekerja/buruh dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil, potongan/borongan atau
komisi, maka penghasilan sehari adalah sama dengan pendapatan rata-rata per hari selama 12
(dua belas) bulan terakhir, dengan ketentuan tidak boleh kurang dari ketentuan upah minimum
provinsi atau kabupaten/kota. Selanjutnya ayat 4 menyatakan dalam hal pekerjaan tergantung
pada keadaan cuaca dan upahnya didasarkan pada upah borongan, maka perhitungan upah
sebulan dihitung dari upah rata-rata 12 (dua belas) bulan terakhir.
Terkait dengan kasus a quo, upah minimum berlaku bagi kontrak konstruksi ini. Penghitungan
upah didasarkan dengan ketentuan dalam Pasal 17 Permenkertrans Nomor 7 Tahun 2013
mengenai Pekerja sistem kerja borongan dengan menarik rata-rata upah sebulan. Penetapan upah
minimum seharusnya berdasarkan (i) Surat Keputusan Gubernur Banten No. 561/Kep.674Huk/2010 dimana ditetapkan UMK bagi Kota Cilegon sebesar 1.224.000 (ii) Keputusan
Gubernur Banten Nomor 561/Kep.886-Huk/2011 tentang Penetapan Upah Minimum Kota
Tangerang Provinsi Banten Tahun 2011 di mana di tetapkan UMK bagi Kota Cilegon sebesar
1.347.000,00.
Side Note:
[Pemohon dalam Repliknya (hal 52) mendasarkan penghitungan upah minimum pada tahun 2011
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor 561/Kep.674-Huk/2010 telah direvisi
melalui Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor 561/Kep.679-Huk/2010 (Bukti P-15a), hal ini
sedikit membingungkan karena Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor 561/Kep.679Huk/2010 adalah mengenai penetapan upah minimum kota Tangerang Provinsi Banten Tahun
2011. Mengingat Proyek dilakukan di wilayah Cilegon, seharusnya Pemohon merujuk pada
ketetapan upah minimum Provinsi atau langsung merujuk pada UMK Kota Cilegon (jika ada) .

Upah Sundulan
Pada dasarnya upah sundulan tidak memiliki peraturan tertulis di dalam peraturan perundangundangan. Hanya saja hal tersebut sudah menjadi kebiasaan apabila upah minimum naik, maka
sundulannya ke atas juga mengalami kenaikan secara proposional.
Bagi pekerja yang sudah menerima upah lebih tinggi dari Upah Minimum Propinsi (UMP),
maka apabila dilakukan peninjauan upah, mengacu pada ketentuan peninjauan upah yang ada
dan sudah diatur dalam PK, PP, maupun PKB, yang merupakan kesepakatan tertulis dan hasil
perundingan antara pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha. Hal ini sebagaimana
ketentuan Pasal 18 Permenaker No. 1 Tahun 1999 yang menyatakan:
Peninjauan besarnya upah bagi pekerja yang telah menerima upah lebih tinggi dari upah
minimum yang berlaku, dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Kesepakatan Kerja Bersama.
Maksud dari ketentuan tersebut yaitu apabila pekerja yang sudah menerima upah lebih tinggi
dari UMP, itu berarti sudah ada perundingan dan kesepakatan tertulis antara pekerja/serikat
pekerja dengan pengusaha yang dituangkan di dalam PK, PP, ataupun PKB/KKB. Dengan
demikian, apabila akan dilakukan peninjauan upah kembali, maka hal tersebut mengacu kepada
hasil kesepakatan tertulis yang sudah tertuang dan diatur di dalam PK, PP, atau PKB/KKB
tersebut. (Sumber: Hukumonline.com)
Ketentuan upah sundulan di dalam Surat Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.
B.407/M/BW/1995 sebagaimana diajukan oleh Pemohon menyatakan bahwa:
Apabila terjadi perselisihan karena upah sundulan, maka dapat dipecahkan dengan cara sebagai
berikut:
[Rumus penghitungan upah sundulan]
Ketentuan ini merupakan petunjuk yang diterbitkan oleh Kemenaker suntuk menyelesaikan
masalah penyesuaian upah aibat kenaikan upah minimum yang dihadapi perusahaan. Beberapa
keputusan Gubernur terkait kenaikan upah minimum turut mengatur mengenai upah sundulan,
misalnya Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor: 2005/XI/Tahun 2013 yang menyatakan:

Pekerja/Buruh yang telah menerima upah diatas ketentuan Upah Minimum Provinsi yang
berlaku, besaran persentase sundulan apabila belun diatur secara tersenditi, agar dapat
dibicarakan secara Bipartit untuk selanjutnya dituangkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
dan/atau pada Peraturan Perusahaan.
Dalam Peraturan Gubernur Provinsi Aceh tentang Upah Minimum Provinsi Aceh Tahun 2014
Pasal 4, menyebutkan:
Perusahaan yang telah memberikan upah lebih tinggi dari ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1, dilarang mengurangi atau menurunkan upah sesuai dengan ketentuan
Dalam Keputusan Gubernur Banten Nomor: 561/Kep.679-Huk/2010 tentang Penetapan Upah
Minimum Konta Tangeran Prov Banten Tahun 2011 menyatakan bahwa:
Bagi perusahaan yang pada saat ditetapkannya Keputusan ini telah membayar Upah Minimum
lebih besar dari jumlah sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU, dilarang mengurangi dan
atau menurunkan upah pekerja.
Adapun dalam Keputusan Gubernur Banten Nomor: 561/Kep.2-Huk/2012 tidak mengatur
mengenai upah sundulan sama sekali. Hanya mengatur terkait bersaran upah bagi pekerja dengan
masa kerja diatas 1 (satu) tahun.
Dapat disimpulkan bahwa upah sundulan memang merupakan praktek yang sangat lazim terjadi
ketika adanya kenaikan upah minimum di suatu wilayah. Namun perlu diingat, berbeda dengan
upah minimum yang diatur secara jelas dalam peraturan perundang-undangan, upah sundulan
lebih merupakan kesepakatan antara perusahaan dengan buruh/serikat pekerja. Surat Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia No. B.407/M/BW/1995, jika dibaca seksama juga bukan
merupakan peraturan pemberian upah sundulan, namun merupakan masukan/arahan ketika
terjadi perselisihan antara perusahaan dengan buruh terkait dengan upah sundulan. Kembali lagi,
hal yang paling penting terkait upah sundulan di dalam kasus a quo adalah pembuktian
bagaimana upah sundulan tersebut mempengaruhi nilai kontrak konstruksi.

Sebagaimana peraturan dalam Pasal 18 Permenaker No. 1 Tahun 1999, dinyatakan bahwa
penghitungan upah sundulan didasarkan dari PK, PP, ataupun PKB/KKB. Pemohon sebenarnya
dapat membuktikan hal ini dengan memberikan PK, PP atau PKB/KKB yang memuat upah
sebelum terjadi kenaikan upah minimum dan PK, PP atau PKB/KKB setelah diadakannya
peninjauan ulang untuk menunjukkan adanya peranguh kenaikan upah minimum terhadap upah
buruh dalam kegiatan konstruksi walaupun upah buruh telah diberikan jauh diatas upah
minimum.

Vous aimerez peut-être aussi