Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Salah satu hasil pembangunan kesehatan
di Indonesia adalah meningkatnya Usia
Harapan Hidup (UHH). Keberhasilan
Pembangunan Nasional memberikan
dampak meningkatnya UHH yaitu dari
68,6 tahun 2004 menjadi 70,6 pada
tahun 2009 sampai tahun 2014 UHH
sudah
mencapai
72
tahun.
Meningkatnya UHH menyebabkan
peningkatan jumlah lansia, dimana pada
tahun 2020 diperkirakan akan mencapai
28,8 juta jiwa (Kemenkes RI, 2012).
Di seluruh dunia saat ini jumlah Lansia
sudah lebih dari 629 juta jiwa (satu dari
10 orang berusia lebih dari 60 tahun)
dan pada tahun 2025 jumlah Lansia
diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar
jiwa atau meningkat menjadi 28,9 juta
jiwa (11,4%) dari jumlah penduduk. Hal
ini membuktikan bahwa jumlah lanjut
usia terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya (Nugroho, 2008).
Begitu juga dengan jumlah lansia di
seluruh Indonesia juga mengalami
peningkatan
tiap
dekade
dan
diperkirakan pada tahun 2020, akan
mencapai 28,28 juta jiwa atau 11,34
persen dari total penduduk Indonesia
(Menkokesra, 2011). Hal ini terbukti
berdasarkan data Biro Pusat Statistik
Jawa Barat menunjukkan jumlah
penduduk lansia di atas 60 tahun terjadi
peningkatan dari tahun ke tahun, pada
tahun 2009 sebesar 3.331.241 jiwa
(7,9%), pada tahun 2010 sebesar
3.441.746 jiwa (8,01%) (BPS Jabar,
2010).
Perkembangan
kehidupan
menjadi
lansia ditandai dengan proses menua,
baik secara fisik, mental maupun
psikososial. Semakin lanjut usia
seseorang, maka kemampuan fisiknya
akan semakin menurun, sehingga dapat
mengakibatkan kemunduran pada peranperan sosialnya. Hal ini mengakibatkan
pula timbulnya gangguan dalam hal
mencukupi
kebutuhan
hidupnya,
sehingga
dapat
meningkatkan
ketergantungan
yang
memerlukan
bantuan orang lain
(Tamher &
Noorkasiani, 2009).
Selain masalah fisik, masalah mental
juga dapat terjadi pada lansia. Gangguan
mental yang sering muncul pada masa
ini adalah depresi dan gangguan fungsi
kognitif. Sejumlah faktor resiko
psikososial juga mengakibatkan lansia
mengalami gangguan fungsi kognitif.
Faktor resiko tersebut adalah hilangnya
peranan sosial, hilangnya ekonomi,
kematian teman atau sanak saudaranya,
penurunan
kesehatan,
peningkatan
isolasi karena hilangnya interaksi sosial
dan penurunan fungsi kognitif. Lansia
yang mengalami kesulitan dalam
mengingat atau kurangnya pengetahuan
penting dilakukan pengkajian fungsi
kognitif
dengan
tujuan
dapat
memberikan informasi tentang fungsi
kognitif lansia. Pengkajian fungsi
kognitif pada lansia berfungsi untuk
membantu mengidentifikasi lansia yang
berisiko mengalami penurunan fungsi
kognitif (Gallo, Reichel & Andersen,
2000).
Dampak dari menurunnya fungsi
kognitif pada lansia akan menyebabkan
bergesernya peran lansia dalam interaksi
sosial di masyarakat maupun dalam
keluarga. Hal ini didukung oleh sikap
lansia yang cenderung egois dan enggan
mendengarkan pendapat orang lain,
sehingga mengakibatkan lansia merasa
terasing secara sosial yang pada
akhirnya merasa terisolir dan merasa
tidak berguna karena tidak ada
penyaluran
emosional
melalui
bersosialisasi.
Keadaan
ini
menyebabkan interaksi sosial menurun
baik secara kualitas maupun kuantitas,
karena peran lansia digantikan oleh
generasi muda, dimana keadaan ini
terjadi sepanjang hidup dan tidak dapat
dihindari (Stanley & Beare, 2007).
Berdasarkan penelitian di Indonesia,
peluang mengalami gangguan depresi
bagi orang berusia lanjut cukup tinggi,
yaitu sekitar 13 persen dari populasi
termasuk
Lansia
dilaksanakan
berdasarkan prinsip non diskriminatif,
partisipatif dan berkelanjutan. Pelayanan
kesehatan lansia dimulai dari tingkat
masyarakat di kelompok-kelompok
lansia, dan pelayanan di sarana
pelayanan kesehatan dasar dengan
mengembangkan Posbindu (pos binaan
terpadu) sebagai wadah perawatan bagi
lansia yang berada dibawah pengawasan
Puskesmas setempat.
Pengkajian masalah-masalah Lansia
perlu ditingkatkan, termasuk aspek
keperawatannya
agar
dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan serta
untuk menjamin tercapainya usia lanjut
yang bahagia, berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat di
Indonesia (Tamher & Noorkasiani,
2009).
Mengingat
kondisi
dan
permasalahan Lansia tersebut, maka
penanganan masalah Lansia harus
menjadi
prioritas,
karena
permasalahannya terus berpacu dengan
pertambahan jumlahnya.
Salah satu upaya dalam meningkatkan
kesejahteraan Lansia adakah dengan
mendorong Lansia agar mau dan mapu
melakukan aktifitas fisik. Menurut
Potter (2005) terdapat 4 faktor yang
mempengaruhi aktifitas fisik lansia yaitu
faktor umur, fungsi kognitif, fungsi
psikologis dan tingkat stres.
Seseorang yang pada usia mudanya
memiliki kebiasaan baik dalam menjaga
kesehatan, misalnya mengkonsumsi
makanan serta rutin berolahraga, dan
banyak melakukan aktivitas fisik, maka
pada masa tuanya tentu akan lebih baik
dan bisa tetap produktif. Beraktifitas
fisik yang baik dan teratur akan
membantu keadaan tubuh tetap terjaga
dengan baik, baik itu aktivitas yang
bersifat aerobik maupun aktvitas yang
anaerobik. Tetapi untuk usia lanjut
aktivitas yang baik itu yang bersifat
aerobik. Banyak sekali aktivitas yang
bersifat aerobik yang dianjurkan untuk
diberikan kelompok lansia, agar keadaan
kebugaran dan kesegaran jasmani tubuh
Melakukan
Sedang
Melakuk
an Berat
60-70
35,4
10,0
64,3
34
>70
11
64,7
5,1
2
7
1
5
35,7
35
Total
12
29,2
14,6
23
56,0
41
59,4
17,8
14,2
19
67,8
28
40,6
69
100
0,533
69
Tabelp 4.3
Hubungan Fungsi
Psikologis Dengan Aktiftas Fisik
% Lansia Di
Posbindu Anggrek
Wilayah
Kerja
Puskesmas
49,3Sindangjaya
0,004
Kota Bandung Tahun
2015
50,7
100
Kategori
Berdasarkan tabel 4.2 hasil uji chisquare hubungan Antara faktor umur
dengan
aktifitas
fisik
Lansiamenunjukan terdapat hubungan yang
bermakna (p = 0,004 < 0,05). Lansia
yang melakukan aktifitas berat banyak
terdapat pada Lansia yang berumur 6070 tahun yaitu sebanyak 27 responden
(64,3%), sedangkan Lansia yang
berumur > 70 tahun hanya 9 orang
(5,1%) yang melakukan aktifitas sedang.
Jumlah
Jumlah
Umur
-
Melakukan
Berat
Melakukan
Sedang
Jumlah Total
Melakukan
Ringan
Melakukan
Ringan
Kerusakan
intelektual
ringan
Kerusakan
intelektual
berat
Melakukan
Sedang
Melakukan
Berat
11,8
20,0
23
54,8
2
7
39,1
15
88,2
80,0
19
45,2
4
2
60,9
6
9
100
Jumlah Total
Jumlah
0,004
Stress
ringan
Stress
berat
Jumlah
Melakukan
Ringan
Melakukan
Sedang
Melakukan
Berat
11,8
30,0
60,5
32
46,4
15
88,2
70,0
2
7
1
5
19,0
37
53,6
69
100
Jumlah Total
0,001
Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji chisquare hubungan Antara tingkat stres
dengan
aktifitas
fisik
Lansia
menunjukan terdapat hubungan yang
bermakna (p = 0,001 < 0,05). Lansia
yang melakukan aktifitas berat banyak
terdapat pada Lansia yang mempunyai
tingkat stress nya ringan sebanyak 27
orang (60,5%).
Pembahasan
Faktor Umur Terhadap Aktifitas
Fisik Lansia Di Posbindu Anggrek
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Sindangjaya Kota Bandung
Hasil penelitian pada tabel 4.2 yang
telah dilakukan
dengan derajat
kemaknaan =0,05 (Confidence Interval
95%), maka nilai p value variable umur
sebesar 0,004 < 0,05 kesimpulannya
adalah terdapat hubungan antara umur
dengan aktifitas fisik Lansia. Dari
jumlah responden Lansia di Kelurahan
Pasir Impun Wilayah Kerja Puskesmas
Sindangjaya yaitu sebanyak 69 orang
tetapi yang melakukan aktifitas berat
banyak terdapat pada Lansia yang
10
2. Desain penelitian
Keterbatasan yang terjadi yaitu pada
desain penelitian dalam penelitian
ini mengambil desain penelitian
cross sectional, sehingga penelitian
ini terbatas hanya untuk mencari
hubungan
antara
variabel
independen
dengan
variabel
dependen saja, dan kurang kuat
dalam penentuan sebab akibat
karena pengambilan data pada
variabel independen dan variabel
dependen dilakukan secara bersamasama.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin & Ulliya. (2008). Perbedaan
Tingkat Depresi Lansia Sebelum
dan Sesudah dilakukan Senam
Bugar Lansia di Panti Wredha
Wening Wardoyo. Ungaran.13
Oktober 2013 [dikutip 20 Mei
2015]. Tersedia dari : URL :
http://ejournal.undip.ac.id/index.p
hp/medianers/article/view/738
Andersen, J.R. (2000). Learning and
Memory, an integrated approach.
New York:
John Wiley &
Sons, Inc.
Arikunto, S.(2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: Rineka Cipta.
Aziz Aimul, Hidayat. (2007). Metode
Penelitian Keperawatan dan
Tekhnik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Azwar, S,. (2009). Sikap Manusia, Teori
dan Pengukurannya, Jakarta :
Pustaka Pelajar.
Bandiyah.(2009). Lanjut Usia dan
Keperawatan
Gerontik.
Yogyakarta : Nuha Medika
Badan Pusat Statistik. (2010). Data
statistik Lansia. Provinsi Jawa
Barat. http://BPS.JABAR.go.id,
diakses tanggal 30 Mei 2015
Cahyo Ismawati, S.,dkk.(2010).
Posyandu & Desa Siaga. Nuha
Medika.
Saran
1. Terhadap Puskesmas Sindangjaya
Untuk meningkatkan aktifitas fisik
Lansia dalam hal berkunjungan ke
Posbindu, khusunya untuk perawat
yang bekerja di komunitas, maka
perlu di tingkatkannya pemberian
informasi mengenai pentingnya
melakukan aktifitas fisik, yang
misalnya datang dan melakukan
kegiatan di Posbindu dengan cara
pemberian konseling, pemeriksaan
fisik Lansia, melakukan pengobatan
gratis dan penyuluhan melalui
kerjasama dengan kader-kader
11