Vous êtes sur la page 1sur 15

Insulin

A.

Definisi Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta di dalam

pankreas.Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh dikenal juga sebagai sebutan
insulin endogen.Namun, ketika kalenjar pankreas mengalami gangguan sekresi
guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon
insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat buatan manusia atau dikenal juga
sebagai sebutan insulin eksogen.
Insulin telah digunakan sebagai terapi pada manusia sejak awal tahun
1990.Insulin memiliki beberapa jenis yang diklasifikasikan berdasar pada durasi
kerjanya. Yang dimaksud dengan durasi kerja insulin adalah lamanya waktu yang
diperlukan oleh insulin untuk mencapai aliran darah dan mulai menurunkan kadar
gula dalam darah sejak ia dimasukkan ke dalam tubuh penderita. Berdasar waktu
yang diperlukan dalam bekerja, insulin terbagi dalam 4 jenis insulin yaitu reaksi
pendek, reaksi panjang, reaksi menengah dan reaksi cepat.
B.

Sekresi Insulin
Sekresi insulin tidak hanya diatur oleh kadar glukosa dalam darah, tapi

juga asam amino tertentu, hormone, dan mediator otonom. Sekresi paling sering
dipicu oleh kadar glukosa darah yang tinggi, yang diambil oleh pengangkut
glukosa memasuki sel -pankreas. G;ukosa difosforilasi glukokinase sebagai
sensor glukosa. Produk metabolism glukosa memasuki rantai respirasi
mitokondria

dan

memicu

ATP, peningkatan

kadat

ATP

menyebabkan

penghambatan kanal K+ yang menghasilkan depolarisasi membrane dan


pemasukan Ca2+, megakibatkan eksositosis insulin.

C.

Sumber Insulin
Insulin

manusia

diproduksi

dengan

teknologi

DNA rekombinan

menggunakan strain khusus dari Eschericia coli atau ragi yang telah diubah secara
genetic sehingga menghasilkan gen yang mengandung insulin manusia.
D.

Pemberian Insulin
Insulin merupakan polipeptida yang didegradasi dalam saluran cerna jika

digunakan per oral. Oleh karena itu, maka insulin biasanya diberikan dengan
injeksi subkutan.

E.

Mekanisme Kerja Insulin


Tempat kerja insulin ialah pada permukaan luar membran sel.Beberapa

peneliti

mendapatkan

bahwa

adenilsiklase

dihambat,

sedangkan

enzim

fosfodiesterase dirangsang. Sintesis glikogen dan glikogenolisis tergantung dari


rangkaian reaksi fostorilasi protein.Siklik AMP mengaktivasi proteinkinase
dengan akibat perangsangan glikogenolisis dan hambatan glukoneogenesis.
Insulin bekerja sebaliknya yaitu ke arah sintesis glikogen.Insulin
mendefosforilasi enzim tertentu dengan akibat terjadinya penghambatan
glikogenolisis dan lipolisis.I nsulin meningkatkan ambilan K+ ke dlm sel,
efekserupa terjadi pada Mg++ dan diduga ion tsb bertindak sebagai
second messenger yang memperantarai kerja insulin.
Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor
glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah
tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan
meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi
sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.
Sekresi insulin dapat dibagi menjadi sekresi insulin basal (saat puasa atau sebelum
makan) dan insulin prandial (setelah makan).

1. Sekresi insulin basal kira-kira 1 unit/jam dan terjadi diantara waktu


makan, waktu malam hari dan keadaan puasa.
2. Sekresi insulin prandial menghasilkan kadar insulin 5-10 kali lebih besar
dari kadar insulin basal dan diproduksi secara pulsatif dalam waktu 0,5-1
jam sesudah makan dan mencapai puncak dalam 30-45 menit, kemudian
menurun dengan cepat mengikuti penurunan kadar glukosa basal.
Kemampuan sekresi insulin prandial berkaitan erat dengan kemampuan
ambilan glukosa oleh jaringan perifer.

Pada pasien diabetes mellitus tidak memiliki kemampuan untuk


mengambil dan menggunakan gula darah, sehingga kadar gula darah meningkat.
1. Pada diabetes tipe I, pancreas tidak dapat memproduksi insulin. Sehingga
pemberian insulin eksogen diperlukan.
2. Pada diabetes tipe 2, pasien memproduksi insulin, tetapi sel tubuh tidak
meerespon insulin dengan normal. Namun demikian, insulin juga
digunakan pada diabetes tipe 2 untuk mengatasi resistensi sel terhadap
insulin.
F.

Kerja Fisik
Tanpa insulin, kontraksi otot dpt menyebabkan glukosa lebih banyak
masuk ke dalam sel. Jadi suatu kerja fisik akan mengurangi kebutuhan
insulin, sehingga mudah terjadi hipoglikemia. Ltulah sebabnya maka
seorang penderita DM yang bekerja lebih berat daripd biasanya, harus
mendapat ekstra kalori atau dosis insulin yang lebih rendah.
1. Jadi hiperglikemia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan,
demikian pula halnya dengan sindrom DM.
2. Secara singkat dapat dikatakan bahwa semua keadaan yang
menghambat produksi dan sekresi insulin,terdapatnya zat yg bersifat
anti-insulin dlm darah serta keadaan yg menghambat efek insulin pd
reseptornya,semua dapat menyebabkan DM.

G.

Indikasi terapi Insulin


Berikut adalah beberapa kondisi yang memerlukan terapi insulin
eksogen :
1. Semua penderita DM Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena
produksi insulin endogen oleh sel-sel kelenjar pankreas tidak ada
atau hampir tidak ada
2. Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan terapi
insulin apabila terapi lain yang diberikan tidak dapat mengendalikan
kadar glukosa darah
3. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan,
infark miokard akut atau stroke
4. DM Gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi
insulin, apabila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
darah.
5. Ketoasidosis diabetic
6. Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia
hiperosmolar non-ketotik.
7. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama
periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan
insulin.
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO (Obat Hiperglikemik Oral)
10. Pada keadaan tertentu di mana kendali glikemik amat buruk dan
disertai kondisi katabolisme, seperti kadar glukosa darah puasa > 250
m g/dL , kadar glukosa darah acak menetap >300 mg/dL, A1C >10%,
atau ditemukan ketonuria, maka terapi insulin dapat mulai diberikan
bersamaan dengan intervensi pola hidup.

H.

Penggolongan Sediaan Insulin


Insulin sampai saat ini dikelompokkan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Kerja cepat dan singkat (rapid acting)
Bentuknya larutan jernih, efek puncak 1 - 3 jam setelah
penyuntikan, durasi kerja sampai 6 jam. Merupakan satu-satunya
insulin yang dapat dipergunakan secara intra vena. Bisa dicampur
dengan insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang.

Empat sediaan insulin yang masuk dalam kategori ini adalah :


insulin regular, insulin lispro, insulin aspart dan insulin glulisine.
Insulin regular merupakan zink insulin yang berbentuk kristalin yang
mudah larut, dan kerja singkat, biasanya diberikan subkutan (dapat
secara intravena dalam keadaan gawat darurat), dan dapat dengan
cepat menurunkan kadar glukosa darah. Kadar puncak insulin regular
terlihat setelah 50-120 menit.
Insulin lispro biasanya diberikan 15 menitsebelum makan atau
segera setelah makan. Insulin glulisine dapat du=igunakan 15 menit
sebelum makan atau 20 menit setelah mulai makan. Sedangkan insulin
aspart harus diberikan tepat sebelum makan.
Semua formula kerja cepat tersebut sesuai untuk pemberian
intravena. Contoh: Actrapid, Humulin R,Reguler Insulin (Crystal Zinc
Insulin/ CZI). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam
bentuk asam dan netral. Contoh sediaan CZI misalnya Velosulin,
Semilente.
2. Kerja menengah/sedang (intermediate acting)
Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 2.5 jam. Puncaknya tercapai
dalam 4 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat
dengan menambahkan bahan yang dapat memperlama kerja obat
dengan cara memperlambat penyerapan insulin kedalam darah.
Dengan menambah protamin (NPH / Neutral Protamin Hagedom) atau
zinc (pada insulin lente), maka bentuknya menjadi suspensi yang akan
memperlambat absorpsi sehingga efek menjadi lebih panjang. Bentuk
NPH tidak imunogenik karena protamin bukanlah protein. Obat ini
digunakan sebagai kontrol basal dan biasanya diberikan bersama
dengan insulin kerja cepat untuk kendali sewaktu makan, biasanya
dikombinasikan dengan insulin lispro (NPL/ Neutral Protamin Lispro)
Contoh : Insulatard, Monotard, Humulin N, NPH, Insulin Lente.
3. Kerja panjang (long acting)
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan
lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup
lama, yaitu sekitar 24 36 jam. Insulin bentuk ini diperlukan untuk

tujuan mempertahankan insulin basal yang konstan. Semua jenis


insulin yang beredar saat ini sudah sangat murni, sebab apabila tidak
murni

akan

memicu

imunogenitas,

resistensi,

lipoatrofi

atau

lipohipertrofi. Contoh: Insulin Glargine, insulin determir Insulin


Ultralente, PZI (Protamine Zinc Insulin).
Insulin glargine : obat ini

lebih

rendah

awitannya

dibandingkan NPH insulin dan memiliki efek hipoglikemik

yang panjang.
Insulin determir : memiliki rantai samping asam lemak yang
dapat meningkatkan kaitan dengan albumin. Dosisiasi lambat

dari albumin mengakibatkan sifat kerja lama.


4. Insulin Eksogen campur antara kerja cepat & kerja sedang (Insulin
premix)
Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja
sedang. Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam).
Berbagai kombinasi pencampuran insulin manusia, seperti 70% NPH
insulin ditambah dengan 30% insulin regular. Contoh : Mixtard 30 / 40.
I.

Cara pemberian insulin


ada beberapa macam:
a. intra vena: bekerja sangat cepat yakni dalam 2-5 menit akan terjadi
penurunan glukosa darah,
b. intramuskuler: penyerapannya lebih cepat 2 kali lipat daripada
subkutan,
c. subkutan: penyerapanya tergantung lokasi penyuntikan, pemijatan,
kedalaman, konsentrasi. Lokasi abdomen lebih cepat dari paha
maupun lengan. Jenis insulin human lebih cepat dari insulin animal,

J.

insulin analog lebih cepat dari insulin human.


Dosis
Dosis dan frekuensi penyuntikan ditentukan berdasarkan kebutuhan setiap
pasien akan insulin. Untuk tujuan pengobatan, dosis insulin dinyatakan
dalam unit (U). Setiap unit merupakan jumlah yang diperlukan untuk
menurunkan kadar gula darah kelinci sebanyak 45 mg% dalam bioassay.
Sediaan homogen human insulin mengandung 25-30 IU/mg.

Cara Kerja Insulin Terhadap DM

Jenis DM ada dua :


1. Diabetes Melitus Tipe 1
Pada Diabetes Melitus Tipe 1 penyebab utamanya ialah terjadinya
kekurangan hormon insulin pada proses penyerapan makanan.
Fungsi utama hormon insulin dalam menurunkan kadar gula darah secara
alami dengan cara :
1. Meningkatkan jumlah gula yang disimpan di dalam hati.
2. Merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula.
3. Mencegah hati mengeluarkan terlalu banyak gula.
Jika insulin berkurang, kadar gula di dalam darah akan meningkat. Gula
dalam darah berasal dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh
hati.Sebagian gula disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk
tenaga.Disinilah

fungsi hormon

insulin sebagai

stabilizer

alami

terhadap kadar glukosa dalam darah. Jika terjadi gangguan sekresi


(produksi)hormon

insulin ataupun

terjadi

gangguan

pada

proses

penyerapanhormon insulin pada sel-sel darah, maka potensi terjadinya


diabetes melitus sangat besar sekali.
DM tipe I atau disebut DM yang tergantung pada insulin.DM
inidisebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi
karenakerusakan dari sel beta pankreas.Gejala yang menonjol adalah
terjadinyasering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering
haus,sebagian besar penderita DM tipe ini berat badannya normal atau
kurus.Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur
hidup.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Jika pada Diabetes Melitus 1 penyebab utamanya adalah dari
malfungsi kalenjar pankreas, pada Diabetes Melitus Tipe 2, gangguan
utama justru terjadi pada volume reseptor (penerima) hormon insulin,
yakni sel-sel darah.
Dalam kondisi ini produktifitas hormon insulin bekerja dengan
baik, namun tidak terdukung oleh kuantitas volume reseptor yang cukup
pada sel darah, keadaan ini dikenal dengan resistensi insulin.Walau belum

dapat dipastikan penyebab utama resistensi insulin, dibawah ini terdapat


beberapa faktor-faktor yang memiliki berperan penting terjadinya hal
tersebut:
1. Obesitas, terutama yang besifat sentral (bentuk tubuh apel)
2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3. Kurang gerak badan (olahraga)
4. Faktor keturunan (herediter)
DM tipe II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM
inidisebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin14dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin
untukmetabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darahtetap
tinggi sehingga terjadi hiperglikemia (Anonim, 2003).

ANALOG AMYLIN SITETIK


Pramlitide merupakan analog amylin sintetik yang dihasilkan sebagai
tambahan bagi terapi insulin sewaktu makan pada pasien DM tipe 1 atau tipe 2.
Pramlitide menunda pengosongan lambung, menurunkan sekresi glucagon
pascaprandial, dan memperbaiki kepuasan. Pramlitide diberikan dengan suntikan
subkutan dan harus disuntikkan segera sebelum makan. Pramlitide tidak boleh
dicampur dalam spuit yang sama dalam sediaan insulin apapun. Efek samping
terutama terjadi pada saluran cerna, seperti mual, anoreksia dan muntah.
Pramlitide tidak bleh diberikan pada pasien yang mengalami gastroparesis
diabetikum atau dengan riwayat ketidakwaspadaan terhadap hipoglikemia.
AGEN-AGEN ORAL : PERANGSANG SEKRESI INSULIN
Agen-agen ini berguna dalam penatalaksanaan pasien yang mengalami
DM tipe 2, namun tidak dapat diterapi dengan diet saja. Pasien dengan penyakit
yang telah lama dapat memerluka kombinasi obat-obat hipoglikemik dengan
insulin atau tanpa insulin untuk memantau hiperglikemia pasien tersebut. Insulin
ditambahkan karena penut=runan progresif pada sel yang terjadi akibat penyakit
DM atau penuaan. Agen hipogilkemia oral tidak boleh dierikan pada pasien
dengan DM tipe 1.

a) SULFONILUREA
Agen ini mencetuskan pelepasan insulin dari sel-sel pancreas. Obat
primer yang digunakan adalah tulbotamide dan derivate generasi kedua
glyburide, glipizide dan glimepiride.
Mekanisme kerja :
Stimulasi pelepasan insulin oleh sel pancreas dengan cara
menghambta kanal K+ sensitive ATP, mengakibatkan

depolarisasi dan pemasukan Ca2+


Penutunan produksi glukosa hepatic
Peningkatan sensitivitas perifer terhadap insulin
Farmakokinetik dan metabolisme obat : diberikan per oral, obat ini
berikatan dengan protein serum, dimetabolisme dalam hepar, dan
diekskresikan oleh hati atau ginjal. Tulbolamide memiliki durasi
kerja terendek (6-12 jam), sedangkan agen-agen generasi kedua

sekitar 24 jam.
Efek samping : cenderung dapat meningkatkan berat badan,
hiperinsulinemia, dan hipoglikemia. Harus digunakan secara hatihati pada pasien dengan insufisiensi hati atau ginjal karena ekresi
obat yang lambat, akumulasinya menyebabkan hipoglikemia.

b) ANALOG MEGLITIDINE
Agen golongan ini meliputi repaglinide dan nateginide. Meskipun bukan
merupakan sulfonylurea, obat ini memiliki kerja yang sama.
Mekanisme kerja : kerjanya bergantung pada fungsi sel pankreas.
Obat ini berikatan pada lokasi yang berbeda pada reseptor
sulfonylurea yang terkait kanal kalium sensitive ATP. Terapi
kombinasi agen ini dengan metformin atau glitazone tampaknya
lebih baik daripada monoterapi dengan salah satu dari dua agen
tersebut. Meglitidinde tidak boleh digunakan dalam bentuk
kombinasi dengan sulfonylurea karena mekanisme kerjanya

tunpang tindih.
Farmakokinetik dan metabolism obat : diabsorbsi dengan baik per
oral setelah 1-30 menit sebelum makan. Kedua meglitidine

dimetabolisme menjadi produk inaktif oleh CYP3A4 di hati dan

diekskresi oleh empedu.


Efek samping : menyebabkan hipoglikemia, namun efeknya masih
lebih rendah dari sulfonylurea. Harus digunakan hati-hati pada
pasien dengan kerusakan hepar.

AGEN-AGEN ORAL : PENYENSITISASI INSULIN


Agen-agen ini menurunkan kadar glukosa darah dengan memperbaiki respon sel
target terhadap insulin tanpa meningkatkan sekresi insulin oleh pankreas.
a) BIGUANID
Metformin merupakan satu-satunya biguanid yang tersedia saat ini.
Obat ini meningkatkan ambilan glukosa dengan penggunaannya oleh
jaringan target sehingga ,menurunkan resitensi insulin.
Mekanisme kerja : menghambat glukoneogensis hepatik.
Metformin juga memperlambat absorpsi gula oleh usus dan
meningkatkan ambilan dan penggunaan glukosa perifer.
Mampu menurunkan hiperlipidemia dalam batas sedang dan
lipoprotein berdensitas sangat rendah menurun, dan kolesterol

lipoprotein berdensitas tinggi.


Farmakokinetik dan metabolism obat : metformin diabsorbsi
dengan baik per oral, tidak berikatan dengan protein serum, dan

tidak dimetabolisme. Ekskresi melalui urin.


Efek samping : sebagian besar pada saluran cerna. Metformin
diindikasikan pada diabetes dengan penyakit ginjal/hepar,
infark miokardium akut, infeksi berat atau ketoasidosis
daibetikum. Harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang
berusia lebih dari 80 tahun atau memiliki riwayat jantung

kongestif atau penyalahgunaan alcohol.


Kegunaan lain : metformin efektif untuk terapi penyakit
ovarium polikistik.

b) THIAZOLIDINEDIONE atau GLITAZONE

Troglitazone merupakan agen pertama dari kelompok ini yang


digunakan unruk terapi DM tipe 2. Dua kelompok anggota ini yang
tersedia adalah pioglitazone dan rosiglitazone.
Mekanisme kerja : agen ini menargetkan reseptor- yang
diaktivasi poliferator peroksisom. Ligan-ligan untuk PRAR-
mengatur produksi adiposit dan sekresi asam lemak, serta
metabolisme glukosa, yang mengakibatkan sensitivitas insulin
pada jaringan adipose, hepar, otot rangka. Hiperglikemia,
hiperinsulinemia, hipertriasilgliserotomia dan peningkatan
kadar HbA1c diperbaiki. TZD menyebabkan redistribusi lemak

yang menguntungkan dari visceral menuju jaringan subkutan.


Farmakokinetik dan metabolism obat : pioglitazone dan
rosiglitazone diabsorbsi sangat baik per oral dan barikatan luas
dengan albumin. Sebagian besar obat akan diekskresikan
melalui empedu dan dieliminasi melalui feses. Agen ini tidak

disarankan untuk ibu hamil.


Efek samping : dapat terjadi peningkatan berat badan.
Glitazone dapat menagkibatkan osteopenia dan peningkatan
resiko fraktur. Efek samping lain meliputi nyeri kepala dan

anemia.
Kegunaan lain: pemulihan resistensi insulin, TZD dapat
menyebabkan

ovulasi

kembali

terjadi

pada

wanita

pramenopause yag memiliki sindrom ovarium polikistik.


AGEN-AGEN ORAL : PENGHAMBAT -GLUKOSIDASE
Acarbose dan miglitol merupakan obat per oral yang aktif digunakan untuk erapi
pasien dengan DM tipe 2.

Mekanisme kerja : digunakan saat permulaan makan. Bekerja menunda


pencernaan karbohidrat sehingga mengakibatkan penurunan kadar glukosa
pascaprandial. Menhasilkan efek dengan menghambat -glukosidase yang
terikat membrane secara reversible pada batas vili usus. Obat ini tidak
merangsang pelepasan insulin dan tidak meningkatkan kerja insulin pada

jaringan target, sehingga tidak menyebabkan hipoglikemia. Namun jika


digunakan

kombinasi

dengan

sulfonylurea

dapat

menyebabkan

hipoglikemia.
Farmakokinetik : acarbose diabsorbsi dengan buruk. Dimetabolisme
terutama oleh bakteri usus dan metabolit tersebut diabsorbsi dan diekskresi
dalam urin. Miglitol diabsorbi sangat baik namun tidak memiliki efek

sistemik. Dikeresikan tanpa diubah oleh ginjal.


Efek samping : kembung, diare, kram abdomen. Tidak boleh digunakan
untuk pasien penyakit usus inflamasi, ulserasi kolon, atau obstruksi usus.

AGEN-AGEN ORAL : PENGHAMBAT DIPEPTIDIL PEPTIDASE-IV


Sitagliptin merupakan penghambat dipeptidil peptidase-IV (DPP) yang
aktif per oral digunkan untuk terapi pasien DM tipe 2.

Mekanisme

kerja

sitagliptin

menghambat

enzimDPP-IV

yang

bertanggungjawab untuk inaktivasi hormone-hormon incretin, seperti


peptide-1-mirip

glucagon.

Pemanjangan

aktivitas

hormone-hormon

incretin mengakibatkan peningkatan pelepasan insulin sebagai respon

terhadap makan dan resuksi sekresi glucagon yang tidak sesuai.


Farmakokinetik dan metabolism obat : sitagliptin diabsorbsi dengan baik
pada pemberian per oral, sebagian besar diekskresi tanpa diubah dalam

urine.
Efek samping : nasofaringitis, dan nyeri kepala.

INCRETIN MIMETICS
Glukosa oral mengakibatjan sekresi insulin yang lebih tinggi disbanding yang
terjadi ketika muatan glukosa yang setara diberikan secara intravena. Efek incretin
memperlihatkan peran penting hormone saluran cerna terutapa GLP-1 dan
polipeptida penghambat gaster. Exenatide merupakan incretin memietics dengan
rangkaian polieptida sekitar 50% yang homolog dengan GLP-1. Exenatide selain
memperbaiki sekresi insulin tapi juga memperlambat pengosongan lambung.
Sebagai polipeptida exenamide harus diberikan secara subkutan.

Kelas obat

Mekanisme

Efek

Resiko

kerja

terhadap

hipoglikemia

Keterangan

insulin
plasma
Sulfonylurea
G1

Merangsang

Ya

sekresi insulin

kenaikan
berat badan

(tulbotamide)
Sulfonylurea G2 Merangsang
(glipizide,

Dapat terjadi

Ya

sekresi insulin

Dapat terjadi
kenaikan

glyburide,

berat badan

glimepidie)
Meglitinide
(nateglinide,

Merangsang

Ya (jarang)

sekresi insulin

Kerja pendek
dengan
hipoglikemia

repaglinide)

lebih sedikit,
efek
pascaprandial

Biguanid

Menurunkan

Tidak

Agen

yang

(metformin)

prouksi

dipilih untuk

glukosa

DM tipe 2.

hepatic

Dapat terjadi

endogen

kenaikan
berat badan.

Tiazolidinedione Berkaitan
(glitazone)
Pioglitazone,
rosiglitazone

Tidak

dengan
reseptor

Efektif untuk
pasien

sangat

yang

resisten

diaktifkan

insulin

poliferator
proksisom

yang

dalam

otot,

lemak

dan

hepar

untuk

meurunkan
resistensi
insulin
Penghambat - Menurunkan
glukosidase
Acarbose

tidak

Digunakan

absorbs

saat

makan.

glukosa

Efek samping
saluran cerna

Miglitol
Penghambat

Meningkatkan

DPP-IV

pelepasan

digunakan

insulin

dengan

bergantung

tanpa makan.

glukosa,

Ditoleransi

menurunkan

baik

stagliptin

sekresi
glukagon

Daftar pustaka

Tidak

Dapat
atau

Anonim.

2006. Obat-Obat

Penting

Untuk

Pelayanan

Kefarmasian edisi

revisi.Fakultas Farmasi UGM.Yogyakarta.


Anonim. 2010. Phenformin.diakses dari http://www.drugbank.ca Price, A. S dan
Wilson, M. L. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit Edisi
IV.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harvey, Richard A. 2009. FARMAKOLOGI ulasan bergambar. Jakarta : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi