Vous êtes sur la page 1sur 19

PRESENTASI KASUS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Topik

: Psoriasis

Dokter Pembimbing

: Dr. Rompu Roger Aruan, Sp.KK

Penyaji

: Shannaz

(11.2013.184)

2. KASUS
Identitas Pasien
Nama

: Ny. SN

Jenis Kelamin

: perempuan

Umur

: 39 tahun

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Alamat

: Jln. Swasembada barat XV no.19 RT/RW 05/04

Status Pernikahan

: Menikah

Suku Bangsa

: Jawa

Tanggal Berobat

: 20 Juli 2015

Autoanamnesis (Tanggal 20 juli 2017)


Keluhan Utama

: Bercak Kemerahan yang meninggi pada kulit yang


disertai rasa gatal dan bersisik tebal, berlapis- lapis
berwarna putih pada punggung, kedua lengan, siku,
kedua tungkai sejak 3 bulan yang lalu.

Keluhan Tambahan

: -

Riwayat Perjalanan Penyakit :


Sejak 3 bulan yang lalu pasien mengeluhkan timbulnya bercak bercak
kemerahan pada kulit yang disertai rasa gatal di punggung, kedua lengan, siku dan
kedua tungkai. Awalnya pertama kali pasien mengeluhkan bercak kemerahan sebesar
uang koin 100 rupiah yang terdapat pada kedua lengan nya lama kelamaan bercak
tersebut semakin gatal, lama kelamaan bercak bercak tersebut membesar sehingga
membentuk bercak bercak kemerahan yang meninggi dan bersisik tebal dan berlapis
berwarna putih dan tidak berminyak. Jika bercak bercak kemerahan terasa gatal pasien
mengaruk nya dan mengakibatkan jadi mengelupas. Bila keringatan dan pada malam
hari terasa lebih gatal sehingga pasien menggaruknya, kemudian pasien berobat ke poli
kulit Rumah Sakit Umum Daerah Koja dan diberikan obat dan salep.
2 bulan yang lalu pasien merasa keluhan tersebut berkurang sehingga pasien
tidak pernah berobat lagi dan tidak mengambil obat lagi, kemudian lama kelamaan
muncul kembali bercak bercak kemerahan disertai dengan gatal dan bersisik tebal dan
berlapis berwarna putih sepertih serpihan ketombe jika di garuk, dan makin meluas ke
bagian punggung bercak bercak kemerahan yang sedikit meninggi yang terasa gatal
dan mulai terdapat di kedua tungkai pasien, Pasien tidak demam sebelumnya. Akhirakhir ini pasien mengeluh sedang banyak pikiran. Pasien tidak mrokok dan tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol dan akhirnya pasien memutuskan kembali untuk
berobat ke poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Koja kembali.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya 3 bulan yang lalu.

Tidak ada riwayat diabetes.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti Pasien.
Pemeriksan Fisik (Tanggal 20 juli 2015)
Status Generalis

Keadaan Umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Kompos Mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah

: 130/70 mmHg

Nadi

: 78x/i

Pernafasan

: 20x/i

Suhu

: Afebris

Kepala

:
Bentuk

: Normochepali

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-),


sklera ikterik (-/-).
Pupil isokor kiri kanan

Hidung

: Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut

: Bibir kering (-),


dinding faring hiperemis (-)

Telinga

: Normal, tanda radang (-)

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thoraks

Inspeksi

: Bentuk normal, gerak nafas kedua dada Simetris, lesi


kulit (-)

Palpasi

: Vokal fremitus (+/+) simetris

Perkusi

: Sonor dikedua paru

Auskultasi

Jantung

: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

: SN vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Abdomen

Inspeksi

: Datar, tampak lesi kulit

Palpasi

: Hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior

: akral hangat, oedem (-), sianosis (-)

Ekstermitas Inferior

: akral hangat, oedem (-), sianosis (-)

Genitalia

: Tidak dilakukan pemeriksaan secara langsung

Status Dermatologi
1. Regio lumbal

skuam

Plak eritematosa

Gambar 1. Regio lumbal

Tampak papul eritematosa,diskret, ukuran lentikuler-numular, tidak terartur


,sirkumskrip, multiple, disertai dengan skuama

2. Regio antebrachii dextra dan sinistra

Papul
eritematos
Erosi
dan
krusta

Gambar 2.

Regio
antebrachii dextra

Tampak papul eritematosa, diskret dan beberapa konfluens, ukuran lentikulernumular, tidak teratur, sirkumskrip , multiple, disertai dengan skuama.

Tampak krusta

Tampak erosi

3. Regio genu - cruris dextra dan sinistra

Erosi
dan
krusta
Plakat
eritematous
dengan

Likenifikasi

Plakat
eritematous
dengan

Gambar 3. Regio genu - cruris dextra dan sinistra


Regio genu

Tampak plakat eritematosa sirkumskrip disertai dengan likenifikasi dan skuama


diatasnya
Regio cruris

Tampak plak eritematosa sirkumskrip tidak teratur disertai dengan

skuama

diatasnya

Tampak erosi

Tampak krusta

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Anjuran yang disarankan:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium disini tujuannya untu menyingkirkan diagnosa
banding. Misalnya KOH 10% untuk menyikirkan diagnosis dermatofitosis. Caranya
diambil kerokan di bagian yang terkena kemudian diteteskan KOH 10% dan dilihat
diatas miskoskop pembesaran mulai dari 10x kemudian 40x dan dilihat akan terlihat
hifa dan spora terlihat gambaran hifa sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat dan
bercabang maupun spora berderet (artrospora) pada Tinea (Dermatofitosis) dan
terlihat campuran hifa pendek dan spora spora bulat yang dapat berkelompok
( gambaran Meat ball and spagheti) pada Pitiriasis Versikolor (panu), pada psoriasis
tidak terlihat gambaran hifa.
2. Pemeriksan tetes lilin
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara
menggores dapat dengan pinggir gelas alas.
3. Pemeriksan Auspitz
Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang
disebabkanoleh papilomatous. Cara mengerjakannya demukian : skuama yang
berlapis-lapis dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya
habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak
akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata.
4. Pemeriksan kobner

Fenomena Kobner trauma pada kulit penderita psoriasis misalnya oleh


garukansehingga menimbulkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis.
Timbulkira-kira setelah 3 minggu.1,2,4,5
2. Pemeriksaan Histopatologi1,2,3,4
Pemeriksaan histopatologi, yaitu dengan cara mengambil potongan jaringan
yang akan diperiksa. Jaringan yang sudah dipotong difiksasi dengan larutan fiksasi
seperti formalin 10% supaya sel menjadi keras dan sel-selnya mati. Pewarnaan
dilakukan dengan Hematosilin Eosin (HE) atau dengan orselin dan giemsa Psoriasis
memberikan gambaran histopatologi, yaitu perpanjangan (akantosis) reteridges
dengan bentuk clubike, perpanjangan papila dermis, lapisan sel granuler
menghilang, parakeratosis, mikro abses munro (kumpulan netrofil leukosit
polimorfonuklear yang menyerupai pustul spongiform kecil) dalam stratum
korneum, penebalan suprapapiler epidermis (menyebabkan tanda Auspitz), dilatasi
kapiler papila dermis dan pembuluh darah berkelok-kelok, infiltrat inflamasi
limfohistiositik ringan sampai sedang dalam papila dermis atas.1,2,5,6
Resume
Ny. SN permpuan berumur 39 tahun, mengeluh timbulnya bercak bercak kemerahan
pada kulit yang disertai rasa gatal di punggung, kedua lengan, siku dan kedua tungkai.
Awalnya pertama kali pasien mengeluhkan bercak kemerahan sebesar uang koin yang
terdapat pada kedua tangan nya lama kelamaan bercak tersebut semakin gatal, lama
kelamaan bercak bercak tersebut membesar sehingga membentuk bercak bercak
kemerahan yang meninggi dan bersisik tebal dan berlapis berwarna putih dan tidak
berminyak. Jika bercak bercak kemerahan terasa gatal pasien mengaruk nya dan
mengakibatkan jadi mengelupas. Bila keringatan dan pada malam hari terasa lebih gatal
sehingga pasien menggaruknya, kemudian pasien berobat ke poli kulit Rumah Sakit
Umum Daerah Koja dan diberikan obat dan salep.
2 bulan yang lalu pasien merasa keluhan tersebut berkurang sehingga pasien
tidak pernah berobat lagi dan tidak mengambil obat lagi, kemudian lama kelamaan
muncul kembali bercak bercak kemerahan disertai dengan gatal dan bersisik tebal dan
berlapis berwarna putih sepertih serpihan ketombe jika di garuk, dan makin meluas ke
bagian punggung bercak bercak kemerahan yang sedikit meninggi yang terasa gatal
dan mulai terdapat di kedua tungkai pasien, Pasien tidak demam sebelumnya. Akhir-

akhir ini pasien mengeluh sedang banyak pikiran. Pasin perokok aktif dan tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol dan akhirnya pasien memutuskan kembali untuk
berobat ke poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Koja kembali. Pernah mengalamin
penyakit yang sama, tidak ada riwayat DM, keluarga tidak ada penyakit seperti pasien.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini meliputi pemeriksaan secara umum
dan pemeriksaan dermatologis. Pada pasien ini, secara umum tidak ada kelainan. Pada
status dermatologis, efloresensi terdapat pada Regio lumbal :Tampak papul
eritematosa,diskret, ukuran lentikuler-numular, tidak terartursirkumskrip, multiple,
disertai dengan skuama. Regio antebrachii dextra: Tampak papul eritematosa, diskret
dan beberapa konfluens, ukuran lentikuler-numular, tidak teratur, sirkumskrip

multiple, disertai dengan skuama. Tampak krusta. Tampak erosi. Regio genu : Tampak
plakat eritematosa sirkumskrip disertai dengan likenifikasi dan skuama diatasnya. Regio
cruris: Tampak plak eritematosa sirkumskrip tidak teratur disertai dengan skuama
diatasnya. Tampak erosi. Tampak krusta.
Diagnosis Banding
1. Psoariasis vulgaris
2. Tinea coporis
3. Ptiriasis rosea
4. Liken simplek kronik
5. Parapsoriasis
Diagnosis Kerja
Psoriasis vulgaris
Penatalaksanaan

Umum
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien,
seperti:1,2,5,7
-

menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya.

Membersihkan serta memotong kuku.

mencegah garukan dan gosokan

cukup istirahat

menghindari faktor pencetus.

minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur

Khusus
Penatalaksanaan khusus yaitu dengan memberikasn farmakologi, berupa:
-

Sistemik:
metilprednisolon 3 x 4 mg per hari 7 hari
cetirizine 1 x10 mg tablet per hari selama 7 hari jika gatal
Topikal:
Betamethason dipropionat 0.05% salep yang di oleh tipis tipis pada lesi
yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.

Prognosis
Quo Ad vitam

: Bonam

Quo Ad functionam

: Bonam

Quo Ad sanationam

: Bonam

3. TINJAUAN PUSTAKA

Psoriasis

Definisi
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit kronik yang umum dijumpai, bersifat
rekuren dan melibatkan beberapa faktor misalnya; genetik, sistem imunitas, lingkungan
serta hormonal. Psoriasis ditandai dengan plak eritematosa yang berbatas tegas dengan
skuama berlapis berwarna keputihan. Penyakit ini umumnya mengenai daerah ekstensor
ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia.1
Epidemiologi
Walaupun psoriasis terjadi secara universal, namun prevalensinya pada tiap
populasi bervariasi di berbagai belahan dunia. Studi epidemiologi dari seluruh dunia

memperkirakan prevalensi psoriasis berkisar antara 0,6 sampai 4,8%. Prevalensi


psoriasis bervariasi berdasarkan wilayah geografis serta etnis. Di Amerika Serikat,
psoriasis terjadi pada kurang lebih 2% populasi dengan ditemukannya jumlah kasus
baru sekitar 150,000 per tahun. Pada sebuah studi, insidensi tertinggi ditemukan di
pulau Faeroe yaitu sebesar 2,8%. Insidensi yang rendah ditemukan di Asia (0,4%)
misalnya Jepang dan pada ras Amerika-Afrika (1,3%). Sementara itu psoriasis tidak
ditemukan pada suku Aborigin Australia dan Indian yang berasal dari Amerika Selatan.
Terdapatnya variasi prevalensi psoriasis berdasarkan wilayah geografis dan etnis
menunjukkan adanya peranan lingkungan fisik ( psoriasis lebih sering ditemukan pada
daerah beriklim dingin), faktor genetik, dan pola tingkah laku atau paparan lainnya
terhadap perkembangan psoriasis.
Pria dan wanita memiliki kemungkinan terkena yang sama besar. Beberapa
pengamatan terakhir menunjukkan bahwa psoriasis sedikit lebih sering terjadi pada
pria dibanding wanita. Sementara pada sebuah studi yang meneliti pengaruh jenis
kelamin dan usia pada prevalensi psoriasis, ditemukan bahwa pada pasien yang berusia
lebih muda (<20 tahun) prevalensi psoriasis ditemukan lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pria.
Psoriasis dapat mengenai semua usia dan telah dilaporkan terjadi saat lahir dan
pada orang yang berusia lanjut. Penelitian mengenai onset usia psoriasis mengalami
banyak kesulitan dalam hal keakuratan data karena biasanya ditentukan berdasarkan
ingatan pasien tentang onset terjadinya dan rekam medis yang dibuat dokter saat
kunjungan awal. Beberapa penelitian berskala besar telah menunjukkan bahwa usia
rata-rata penderita psoriasis episode pertama yaitu berkisar sekitar 15-20 tahun, dengan
usia tertinggi kedua pada 55-60 tahun. Sementara penelitian lainnya misalnya studi
prevalensi psoriasis di Spanyol, Inggris dan Norwegia menunjukkan bahwa terdapat
penurunan prevalensi psoriasis dengan meningkatnya usia.1,2
Etiologi dan patogenesis
Secara fisiologis, waktu yang diperlukan untuk suatu pertukaran normal sel
epidermis adalah sekitar 28-30 hari.Pada psoriasis, epidermis di bagian yang terkena
diganti setiap 3-4 hari. Sebelumnya psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit primer
akibat gangguan keratinosit, namun saat ini psoriasis dikenal sebagai suatu penyakit

yang diperantarai oleh sistem imun. Psoriasis melibatkan interaksi kompleks diantara
berbagai sel pada sistem imun dan kulit, termasuk sel dendritik dermal, sel T, neutrofil
dan keratinosit. Pada psoriasis, sel T CD8+ terdapat di epidermis sedangkan makrofag,
sel T CD4+ dan sel-sel dendritik dermal dapat ditemukan di dermis superfisial.
Sejumlah sitokin dan reseptor permukaan sel terlibat dalam jalur molekuler yang
menyebabkan manifestasi klinis penyakit. Psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit
yang diperantarai oleh sistem imun yang ditandai dengan adanya sel T helper (Th)1
yang predominan pada lesi kulit dengan peningkatan kadar IFN-, tumor necrosing
factor- (TNF-), IL-2 dan IL-18. Baru-baru ini jalur Th17 telah dibuktikan memiliki
peranan penting dalam mengatur proses inflamasi kronik. Sebagai pusat jalur ini
terdapat sel T CD4+, yang pengaturannya diatur oleh IL-23 yang disekresikan oleh sel
penyaji antigen (sel dendritik dermal). Sel Th17 CD4+ mensekresikan IL-17 dan IL-22
yang berperan pada peningkatan dan pengaturan proses inflamasi dan proliferasi
epidermal.1
Psoriasis pada dasarnya adalah kondisi inflamasi kulit dengan proses diferensiasi yang
reaktif terhadap epidermis secara abnormal dan hiperproliferasi. Kondisi ini
memberikan manifestasi pertukaran sel epidermis menjadi sangat cepat.Pertukaran sel
cepat ini menyebabkan peningkatan derajat metabolisme dan peningkatan aliran darah
ke sel untuk menunjang metabolisme tersebut. Peningkatan aliran pembuluh darah
menimbulkan eritema. Pertukaran dan proliferasi yang cepat tersebut menyebabkan
terbentuknya sel-sel yang kurang matang. Trauma ringan pada kulit dapat menimbulkan
peradangan berlebihan sehingga epidermis menebal dan terbentuklah plak.
Psoriasis biasanya muncul pada usia akhir dekade kedua. Perjalanan alamiah
penyakit ini sangat berfluktuasi. Misalnya, sinar matahari, istirahat dan musim panas
biasanya baik untuk penderita psoriasis.Infeksi saluran napas bagian atas dapat memacu
kekambuhan psoriasis akut dengan manifestasi erupsi pustula kecil mutipel tubuh
generalisata yang ditandai oleh pustula multipel disertai plak radang dikenal sebagai
psoriasis pustularis.
Pada tahap lanjut, kondisi penyakit ini akan memberikan komplikasi pada
terjadinya sepsis atau suatu artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid,
disebut artritis psoriatika, timbul pada sekitar 5% pasien psoriasis.

Gambaran klinis
Psoriasis merupakan penyakit papuloskuamosa dengan gambaran morfologi,
distribusi, serta derajat keparahan penyakit yang bervariasi. Lesi klasik psoriasis
biasanya berupa plak berwarna kemerahan yang berbatas tegas dengan skuama tebal
berlapis yang berwarna keputihan pada permukaan lesi. Ukurannya bervariasi mulai
dari papul yang berukuran kecil sampai dengan plak yang menutupi area tubuh yang
luas. Lesi pada psoriasis umumnya terjadi secara simetris, walaupun dapat terjadi
secara unilateral. Dibawah skuama akan tampak kulit berwarna kemerahan mengkilat
dan tampak bintik-bintik perdarahan pada saat skuama diangkat. Hal ini disebut
dengan tanda Auspitz. Psoriasis juga dapat timbul pada tempat terjadinya trauma, hal
ini disebut dengan fenomena Koebner. Penggoresan skuama utuh dengan
mengggunakan pinggir gelas objek akan menyebabkan terjadinya perubahan warna
lebih putih seperti tetesan lilin.
Selain dari presentasi klasik yang disebutkan diatas terdapat beberapa tipe klinis
psoriasis. Psoriasis vulgaris yang merupakan tipe psoriasis yang paling sering terjadi,
berupa plak kemerahan berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas, dengan skuama
berwarna keputihan. Lesi biasanya terdistribusi secara simetris pada ekstensor
ekstremitas, terutama di siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genital.
Bentuk lainnya yaitu psoriasis inversa (fleksural), psoriasis gutata, psoriasis pustular,
psoriasis linier, dan psoriasis eritroderma.2

Gambar 1. Eritem tertutup skuama kasar bertumpuk batas tegas1


Pengukuran derajat keparahan psoriasis

Mengukur derajat keparahan atau perbaikan klinis pada psoriasis tampaknya


merupakan hal yang mudah, tetapi pada kenyataannya hal ini menimbulkan banyak
kesulitan. Diperlukan pengukuran objektif yang terpercaya, valid, dan konsisten.
Untungnya lesi pada psoriasis biasanya cukup jelas secara klinis dan oleh sebab itu
relatif mudah untuk melakukan kuantifikasi tetapi sayangnya kuantifikasi sederhana
pada lesi bukan merupakan suatu penilaian yang lengkap pada derajat keparahan,
sebab dampak lesi psoriasis berbeda pada penderita yang satu dengan lainnya.
Konsensus oleh American Academy of Dermatology menyatakan bahwa setiap
penentuan keparahan psoriasis membutuhkan perhatian khusus pada pengaruhnya
terhadap kualitas hidup penderita. Salah satu tehnik yang digunakan untuk mengukur
derajat keparahan psoriasis yaitu dengan menggunakan Psoriasis Area and Severity
Index (PASI). PASI merupakan kriteria pengukuran derajat keparahan yang paling
sering digunakan. Berupa suatu rumus kompleks yang diperkenalkan pertama kali
dalam studi penggunaan retinoid pada tahun 1978. PASI menggabungkan elemen pada
presentasi klinis yang tampak pada kulit berupa eritema, indurasi dan skuama. Setiap
elemen tersebut dinilai secara terpisah menggunakan skala 0-4 untuk setiap bagian
tubuh: kepala dan leher, batang tubuh, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.
Penilaian dari masing-masing tiga elemen kemudian dijumlahkan, selanjutnya hasil
penjumlahan masing-masing area tubuh dikalikan dengan skor yang didapat dari skala
1-6 yang merepresentasikan luasnya area permukaan yang terlibat pada bagian tubuh
tersebut. Skor ini kemudian dikalikan dengan faktor koreksi yang terdapat pada tiap
area tubuh (0.1 untuk kepala dan leher, 0.2 untuk ekstremitas atas, 0.3 untuk batang
tubuh, dan 0.4 untuk ekstremitas bawah). Akhirnya skor dari keempat area tubuh
ditambahkan sehingga menghasilkan skor PASI. Kemungkinan nilai tertinggi PASI
adalah 72 tetapi nilai ini secara umum dianggap hampir tidak mungkin untuk dicapai.
Berdasarkan nilai skor PASI, psoriasis dapat dibagi menjadi psoriasis ringan (skor
PASI <11), sedang (skor PASI 12-16), dan berat (skor PASI >16). Oleh karena
kompleksitas skor PASI tersebut, maka bukan merupakan suatu hal yang mengejutkan
jika skor ini jarang digunakan pada praktek klinis. Skor PASI merupakan suatu sistem
penilaian yang digunakan untuk tujuan penelitian. Pada uji klinis, persentase
perubahan pada PASI dapat digunakan sebagai titik akhir penilaian terapi psoriasis.
The United States Food and Drug Administration (FDA) menggunakan 75% perbaikan

pada skor PASI sebagai penilaian respon terapi pada pasien psoriasis. Beberapa variasi
dari PASI telah dikembangkan untuk memperbaiki kelemahan ini serta untuk
mengurangi waktu dan usaha yang diperlukan dalam melakukan penilaian. Salah satu
variasi yang menarik adalah meminta pasien melakukan PASI modifikasi terhadap
dirinya sendiri. Penilaian ini disebut Self Administered PASI (SAPASI). SAPASI
memiliki korelasi yang baik dengan PASI serta responsif terhadap terapi. SAPASI
khususnya memberikan manfaat pada studi epidemiologi berskala besar dimana
penilaian oleh dokter terhadap semua pasien dianggap tidak praktis.3
Bentuk klinis
1. Psoriasis Gutata: ukuran 0,2-1 cm bentuk bulat atau sedikit lonjong simetris
Predileksi proksimal anggota tubuh di muka dan kulit kepala jarang terdapat.
Sering terdapat pada anak dan dewasa muda atau setelah infeksi akut
streptokokus misal pada saluran nafas bagian atas. Bila lesi terdapat di muka
akan cepat hilang.
2. Psoriasis Plakat: bentuk yang paling sering ditemukan berupa lesi merah tertutup
sisik yang terus berganti dan dapat bertahan berbulanbulan atau tahun. Lesi
kecil yang bergabung dengan lainnya akan membentuk plakat yang pinggirnya
menyerupai gambar peta disebut: Psoriasis Geografika. Bila membentuk
lingkaran dan bergabung satu dengan yang lain menyerupai Gyrus disebut:
Psoriasis Gyrata. Bila penyembuhan terdapat di tengah lesi akan berbentuk
linier. Predileksi: siku lutut skalp retroaurikular lumbal.
3. Psoriasis Pustulosa: ditandai dengan eritema skuama pustul miliar berwarna
putih atau kekuningan. Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama
dianggap sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian
psoriasis.Terdapat dua bentuk Psoriasis Pustulosa yaitu tipe Barber yang
setempat (lokalisata) atau generalisata dan tipe Zumbusch. Pada psoriasis
pustulosa tipePada psoriasis pustulosa tipe Barber terdapat pustul-pustul miliar
yang steril pada telapak tangan dan telapak kaki. Pada psoriasis pustulosa tipe
Zumbusch terdapat pustul pada lesi psoriasis dan kulit yang normal. Pustul
bergerombol sirsinar yang disertai demam, leukositosis dan dengan keadaan
umum pasien tampak sakit yang kemudian akan menjadi eritroderma. Penyakit
ini terjadi karena penghentian obat kortikosteroid sistemik dan perluasan

psoriasis itu sendiri. Pada penderita Psoriasis pada dasar kukunya terjadi
penebalan dan kehilangan kecerahan, di sebut Pitting Nail.
4. Psoriasis inversus (psoriasis fleksural): psoriasis tersebut mempunyai tempat
predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan namanya.
5. Psoriasis eksudativa: bentuk tersebut sangat jarang, biasanya kelainan psoriasis
kering, tetapi padabentuk ini kelainannya membasah seperti dermatitis akut.
6. Eritrodermapsoriatik: eritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan
topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya
lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan
skuama tebal menyeluruh. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samarsamar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.3,4
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan psoriasis yaitu:
1) Trauma kulit: garukan atau gesekan dan tekanan atau tahanan yang berulangulang pada saat gatal digaruk terlalu berat atau penekanan anggota tubuh terlalu
sering pada saat beraktifitas. Bila psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk
dikorek maka akan menyebabkan kulit bertambah tebal.
2) Stres yang tidak terkendali
3) Infeksi fokal
4) Obat anti hipertensi dan antibiotik
5) Mengoleskan obat terlalu keras pada kulit
6) Endokrin: cahaya, gangguan metabolik, alkohol, merokok.4
Diagnosis
Diagnosis psoriasis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan
histopatologi. Apabila ditemukan fenomena bercak lilin, fenomena Auzpitz dan
fenomena Koebner dapat memberikan diagnosis yang tepat.1
Diagnosis banding
1. Dermatitis seboroik: skuama berminyak kekuning-kuningan predileksi pada
tempat yang seboroik.
2. Tinea kapitis: keluhannya gatal sekali pada sediaan langsung di temukan jamur.

3. Candidosis: gatal akut atau subakut eritem ada lesi satelit berupa vesikel-vesikel
atau papul-papul kecil basah (madidan).
4. Pitirisis rosea: tidak ada gejala konstitusi biasanya gatal ringan skuama halus lesi
inisial (Herald Patch) soliter bentuk oval atau anuler diameter 3 cm mirip pohon
cemara terbalik predileksi di badan lengan atas bagian proksimal dan paha atas
seperti pakaian renang zaman dahulu.4
Histopatologi
Hiperkeratosis (penebalan stratum korneum), parakeratosis (inti-inti masih
terlihat jelas pada penebalan stratum korneum), Akantosis (penebalan stratum
spinosum), Abses Munro(pada stratum spinosum terdapat kelompok sel leukosit),
Papilomatosis dan Vasodilatasi di Subepidermis. Penipisan epidermis lempeng
suprapapilar dengan kadang-kadang terdapat pustul spongioformis kecil. Berkurangnya
atau hilangnya stratum granulosum. Pada dermis ditemukan infiltrasi sel-sel polinuklear,
limfosit, dan monosit serta pelebaran dan berkelok-kelok ujung-ujung pembuluh darah.2
Penatalaksanaan
1) Pengobatan Psoriasis
Sampai saat ini penyakit psoriasis belum diketahui penyebabnya secara pasti
sehingga belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan secara total
penyakit psoriasis tetapi dapat membantu untuk mengontrol gejala dari penyakit
tersebut.
2) Pengobatan promotif
Menenangkan pasien dan memberikan dukungan emosional adalah hal yang
sangat tidak terhingga nilainya. Menekankan bahwa psoriasis tidak menular
serta suatu saat akan mengalami psoriasis akan remisi spontan dan tersedianya
pengobatan yang bervariasi untuk setiap bentuk dari psoriasis.
3) Pengobatan preventif
Menghindari atau mengurangi faktor pencetus, yaitu stres psikis, infeksi fokal,
endokrin, seta pola hidup lain yang dapat meningkatkan resiko penurunan sistem
imun seperti seks bebas sehingga bisa tertular penyakit AIDS.

4) Pengobatan kuratif:
o Topikal: Preparat ter mempunyai efek anti radang. Ada tiga jenis:
(a) Fosil Iktiol atau kurang efektif untuk psoriasis
(b) Kayu (Oleum kadini dan oleum ruski) sedikit memberikan efek iritasi
(c) Batu Bara (Liantar dan Likuor karbonis detergen); Pada Psoriasis
yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batu bara
dengan konsentrasi 2-5% dimulai dengan konsentrasi rendah, jika tidak
ada perbaikan konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih efektif, maka daya
penetrasinya harus dipertinggi dengan cara menambahkan asam salisilat
dengan konsentrasi 3% atau lebih. Untuk mengurangi daya iritasinya,
dapat dibubuhi seng oksida 10% sebagai vehikulum dalam bentuk salap.
1) Kortikosteroid; Harus dipilih golongan kortikosteroid yang potensi dan
vehikulumnya baik pada lokasinya misalnya senyawa flour. Jika lesinya
hanya beberapa dapat pula disuntikkan triamsinolon asetonid intralesi.
Pada setiap muka didaerah lipatan digunakan krem. Di tempat lain
digunakan salap. Pada daerah muka lipatan dan genitalia eksterna dipilih
potensi sedang. Bila digunakan potensi kuat pada muka dapat
memberikan efek samping, diantarnya teleangiektasi, sedangkan di
lipatan berupa striae atrofikans. Pada bagian tubuh dan ekstremitas
digunakan salap dengan potensi kuat atau sangat kuat bergantung pada
lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan potensi dan frekuensinya
dikurangi.
2) Ditranol (Antralin); Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2%-0,8%
dalam pasta atau salap. Penyembuhan biasanya terjai dalam waktu 3
minggu.
3) Etetrinat (Tegison,Tigason); digunakan bagi psoriasis yang sukar
disembuhkan dengan obat -obat lain. Dosis bervariasi. Pada bulan
pertama diberikan 1 mg/kg berat badan. Jika belum terjadi perbaikan
dosis dapat dinaikkan menjadi 0,5 mg/kg berat badan.
4) Pengobatan dengan penyinaran; Digunakan sinar ultraviolet artifisial, di
antaranya sinar A sebagai yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut

dapat digunakan tersendiri atau kombinasi dengan psoralen (8metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA atau bersama-sama
dengan preparat Ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckeman.
5) Pengobatan Sistemik
o Kortikosteroid hanya dapat digunakan pada psoriasis eritrodermik,
psoriasis pustulosa generalisata dan psoriasis artrits. Dosis permulaan 4060 mg prednison sehari. Jika telah sembuh dosis di turunkan perlahanlahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara
mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis
pustulosa generalisata.
o Obat Sitostatik biasanya digunakan Metotreksat pemberian per os 2 hari
berturut-turut dalam seminggu dengan dosis sehari peroral 7,5-12,5 mg.
Dapat pula di berikan secara intramuskuler dengan dosis 15-25
mg/minggu. Efek samping pada hati ginjal dan sumsum tulang belakang.
o Levodova
Dosis 2 x 250 mg sampai 3 x 500 mg, efek samping berupa mual muntah,
anoreksia, hipotensi, gangguan psikis dan pada jantung. DDS (Diamino
Difenil Sulfan) dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe
barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek samping anemia hemolitik,
methemoglobin dan agranulositosis.
6) Pengobatan psikologis
Psikoterapi digunakan untuk membenahi pikiran dan dari pikiran inilah mampu
untuk mengontrol kondisi tubuh. Terapi relaksasi seperti meditasi juga mampu
untuk mengendalikan emosi yang memicu stres dan menekan kemunculan dan
tingkat keparahan psoriasis. Selain itu cognitive behavior therapy CBT) juga
efektif digunakan untuk merubah pola pikir negatif penderita dengan
menghadirkan pandangan dan pemikiran baru bahwa penderita tidak mengalami
sakit lebih parah dibanding dirinya.5
Prognosis
Psoriasis tidak menyebabkan kematian tetapi bersifat kronik dan residif.
Penyakit psoriasi tidak sembuh sama sekali sehingga seolah-olah penyakit ini dapat

timbul kembali sepanjang hidup. Memperhatikan tanda dan gejala biasanya


membutuhkan terapi seumur hidup. Penyakit psoriasis biasanya menjadi lebih berat dari
waktu ke waktu tetapi tidak mungkin untuk muncul dan menghilang.4
Daftar pustaka
1. Djuanda A, Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Balai penerbit
FKUI; 2010.
2. Java, Harper, Arnold. Text book of pediatric: dermatology. Volume 2. Second
Edition.2006.
3. Graham-Brown R, Burns T. Lecture notes: dermatologi. Ed. 8. Jakarta:
Erlangga; 2005.
4. Siregar, R S. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Ed. 2. Jakarta: EGC; 2005.
5. Sularsito, Sri Adi. Dermatologi praktis. Ed. 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1986.

Vous aimerez peut-être aussi