Vous êtes sur la page 1sur 85

ASKEP PADA KLIEN

DENGAN Gangguan
Syaraf Tepi/Perifer
Oleh: Ns. Hendri Budi, M.Kep.
Sp.MB

Cedera Medulla Spinalis


Hernia Nucleus Pulposus
Low Back Pain (LBP)
Myastenia Gravis
Sindrom Gullan Barre

SUSUNAN SYARAF TEPI

TERDIRI DARI 2 SYARAF / NERVUS:


NERVUS CRANIALIS
12 BUAH
KELUAR DARI BATANG OTAK
NERVUS SPINALIS
31 PASANG
KELUAR DARI MEDULLA SPINALIS

Nervus spinalis 31 psg

S.d nama segmen dari ruas-ruas


tulang belakang (jumlah 33 buah)

Segmen servikalis
Segmen thorakalis
Segmen lumbalis
Segmen Sacralis
Coxygeus

Nervus spinalis 31 psg

Terdiri dari pleksus yang namanya


sesuai dengan segmen ruas-ruas
tulang belakang (jumlah 31 psg)

Nervus spinalis servikalis


Nervus spinalis thorakalis
Nervus spinalis lumbalis
Nervus spinalis Sacralis

Bersifat sensoris dan motoris

11

NERVUS CRANIALIS

Jumlahnya 12 buah

The 12 Cranial Nerves

I - Olfactory
II - Optic
III - Oculomotor
IV - Trochlear
V - Trigeminal
VI - Abducens
VII - Facial
VIII - Auditory
IX - Glossopharyngeal
X - Vagus
XI - Accessory
XII - Hypoglassal

FISIOLOGI SYARAF TEPI


PERIPHERAL NERVOUS SYSTEM/
SISTEM SYARAF TEPI

Bertanggung jawab atas hubungan saraf pusat


dengan seluruh tubuh. Dibagi atas:
SENSORIK
Afferen

Membawa impuls dari saraf perifer ke otak


Memberi tahu otak keadaan ekstremiti atas dan bawah
ke otak
Dapat dari saraf somatik (kulit, otot rangka atau sendi)
atau visceral / OTONOM (dari organ DALAM w/i kavitas
tubuh sentral)

MOTORIK
Efferen

Menghantarkan impuls dari otak ke alat gerak/organ


(otot/ kelenjar)
10

FISIOLOGI SYARAF TEPI


PERIPHERAL NERVOUS SYSTEM/
SISTEM SYARAF TEPI

SENSORIK
Afferen

Luar Kulit, otot rangka, (syaraf Somatik)


Dalam tubuh : organ dalam (syaraf otonom)

MOTORIK
Efferen

Menghantarkan impuls dari otak ke alat


gerak/organ (otot/ kelenjar)

Somatis : otak ke kulit, otot rangka


Otonom : otak ke otot polos, otot jantung, kelenjar

11

Segmental Nervus
Spinalis

12

The Peripheral Nervous System

PERIPHERAL NERVOUS
SYSTEM/
SISTEM SYARAF TEPI

Sistem Syaraf Tepi terdiri dari :


1. Sistem Syaraf Somatik
(bersifat sensoris dan motoris)
2. Sistem Syaraf Autonom
(bersifat sensoris dan motoris)
a.
b.

Sistem syaraf Simpatis


Sistem syaraf Para Simpatis

Sistem syaraf somatik


Brain

Saraf dari dan


ke spinal cord /
Medulla spinalis

Sensory
Neuron

kontrol gerakan
otot rangka
Skin receptors
tubuh

Motor
Neuron
Interneuron

somatosensory
inputs

Reflex volunter
Reflex Skeletal

Muscle

11

Sistem Syaraf Autonom

Merupakan system saraf campuran.


Serabut-serabut aferennya membawa
masukan dari organ-organ viseral
(menangani pengaturan denyut
jantung, diameter pembuluh darah,
pernapasan, pencernaan makanan,
rasa lapar, mual, pembuangan dan
sebagainya).

18

19

Persarafan kranial

Fungsi Saraf-saraf
Kranial
N. I : Olfaktorius
Fungsi : Sensorik khusus
(menghidu, membau)
N. II : Optikus
Fungsi : Sensorik khusus melihat

Fungsi Saraf-saraf
Kranial
N. III
Okulomotorius
Fungsi : Somatomotorik, visero
motorik
Meninervasi m. Rektus internus
(medialis), m. Rektus superior dan
m. Rektus inferior, m levator
palpebra, serabut visero motorik
mengurus m. Sfingter pupil dan
m. Siliare (lensa mata).

Fungsi Saraf-saraf
Kranial
N. IV
Trokhlearis
Fungsi : Somatomotorik
Menginervasi m. Obliqus
superior. Kerja otot ini
menyebabkan mata dapat
dilirikkan ke bawah dan nasal.

Fungsi Saraf-saraf
Kranial
N. V
Trigeminus
Fungsi : Somatomotorik,
somatosensorik
Bagian motorik : mengurus otototot untuk mengunyah, ayitu
menutup mulut, menggerakkan
rahang ke bahwa dan samping
dan membuka mulut.

Fungsi Saraf-saraf Kranial


N. V
Trigeminus
Bagian sensorik :

Cabang Oftalmik mengurus sensibilitas dahi, mata,


hidung, kening, selaput otak, sinus paranasal dan
sebagian mukosa hidung.
Cabang maksilaris mengurus sensibilitas rahang
atas, gigi atas, bibir atas, pipi, palatum durum,
sinus maksilaris dan mukosa hidung.
Cabang mandibularis mengurus sensibilitas rahang
bawah, bibir bawah, mukosa pipi, 2/3 bagian depan
lidah dan sebagian telinga, meatus dan selaput
otak.

Fungsi Saraf-saraf
Kranial
N. VI
Abdusen
Fungsi : Somatomotorik
Meninervasi m. Rektus eksternus
(lateralis).
Kerja mata ini menyebabkan lirik
mata ke arah temporal

Fungsi Saraf-saraf
Kranial
N. VI
Facialis
Fungsi : Pada wajah dan lidah
Somatomotorik,
Viseromotorik,
Viserosensorik,
Pengecapan,
Somatosensorik

Fungsi Saraf-saraf
Kranial
N. VIII Akustikus
Fungsi :
Sensorik khusus pendengaran
dan keseimbangan

Fungsi Saraf-saraf
Kranial
N. IX
Glossofaringeus
Fungsi :
Somatomotorik,
Viseromotorik,
Viserosensorik,
Pengecapan,
Somatosensorik

Fungsi Saraf-saraf
Kranial
N. X
Vagus
Fungsi :
Somatomotorik,
Viseromotorik,
Viserosensorik,
Somatosensorik

Fungsi Saraf-saraf
Kranial
N. XI
aksesorius
Fungsi : Somatomotorik pada otot
bahu dan leher:
Otot sternocleidomastoideus
Otot trapezius
N. XII Hipoglosus
Fungsi : Somatomotorik pada lidah.

ASKEP PADA KLIEN


DENGAN MYASTHENIA
GRAVIS
Oleh: Ns. Hendri Budi, M.Kep.
Sp.MB

Pengertian

Myasthenia gravisadalah
gangguan autoimun yang
merusak komunikasi antara
syaraf dan otot (neuromuscular
junction), mengakibatkan
peristiwa kelemahan otot.

Patofisiologi

Kelenjar thymus memerintahkan sel sistem


kekebalan untuk menghasilkan
antibodi yang menyerang acetylcholine
(neurotransmitter).
antibodi yang menyerang enzim yang
berhubungan dengan neuromuskular junction.

Adanya reaksi antara neuromuskularreseptor dengan neurotransmiter


acetycholine.
Reaksi menyebabkan komunikasi antara sel
syaraf dan otot terganggu sehingga terjadi
kegagalan dalam transmisi impuls saraf

Anatomy and
Physiology

36

Neurotransmitter
Acetylcholine
Norepinephrine
Serotonin
Dopamine
GABA
Glycine
Endorphins

Neurotransmitter

Merupakan zat kimia yang


disintesisi dalam neuron dan
disimpan dalam gelembung
sinaptik di ujung neuron.

Zat kimia ini dilepaskan dari ujung


akson terminal dan juga
direabsorbsi untuk di daur ulang

Neurotransmitter

Fungsi :
Merupakan cara komunikasi antar
neuron
Setiap neuron melepaskan suatu
transmitter
Zat kimia tersebut menyebabkan
perubahan permeabilitas membran sel
neuron
Hal ini menyebabkan terjadinya
tranmisi impuls (kimia dan listrik)

Sinap : tempat neuron-neuron


mengadakan kontak sesama neuron /
Tempat penyaluran impuls
Celah sinaptik :
Ruang antara suatu neuron dengan
neuron lainnya
Neuron prasinaptik : Neuron asal impuls
Neuron Postsinaptik : Neuron pembawa
impuls

Neurotransmitter

Terdapat sekitar 30 jenis neuro transmitter


Misalnya :

Norephineprin
Acetilcholin
Dopamin
Serotonin
Glisin
GABA (Asam Gama Amino Butirat)

Dasar pembuatan obat-obat syaraf otonom

CARA KERJA

Neuron mengeluarkan neurotransmitter


Perubahan permeabilitas membran sel neuron :
menurun
Mudah terjadi perpindahan ion2 dari dalam / luar sel
Sel neuron menjadi tdk seimbang
Mempengaruhi neuron berikutnya tdk seimbang
hantaran impuls
Neuron yg pertama berusaha mencapai
keseimbangan dg melakukan potensial aksi /
transportasi aktif (perpindahan ion dari konsentrasi
rendah ke tinggi butuh energi Na-K ATP Ase)
Kalau sudah seimbang neuron istirahat

43

Images02 no 10

11

48

Pengertian

Myasthenia gravisadalah
gangguan autoimun yang
merusak komunikasi antara
syaraf dan otot, mengakibatkan
peristiwa kelemahan otot.

Etiologi

Belum diketahui
Diduga :

Akibat kerusakan pada sistem kekebalan.


Faktor herediter
Gangguan kelenjar tymus :

65% orang yang mengalamimyasthenia


gravismengalami pembesaran kelenjar thymus,
10% memiliki tumor pada kelenjar thymus
(thymoma).

Dapat dipicu oleh infeksi, operasi, atau


penggunaan obat-obatan tertentu, seperti
nifedipine atau verapamil (hipertensi), quinine
(malaria), dan procainamide (aritmia jantung).

Neonatal myasthenia

Terjadi pada 12% bayi yang ibunya


mengalami myasthenia gravis.
Antibodi melawan acetylcholine,
yang beredar di dalam darah,
terus ke plasenta menuju janin.
Bayi mengalami kelemahan otot
yang hilang beberapa hari sampai
beberapa minggu setelah lahir

Pendahuluan

Myasthenia gravis merupakan


penyakit auto imun.
Myasthenia gravis lebih sering
terjadi pada para wanita : usia 20
dan 40 tahun. Prevalensi wanita :
pria = 3 : 1
Jarang, terjadi selama masa anakanak.

Patofisiologi

Diduga : adanya gangguan pada fungsi


kelenjar thymus.
Kelenjar thymus berisi sel otot (myocytes)
dengan reseptor acetylcholine.
Sistem kekebalan menghasilkan antibodi
yang menyerang salah satu jenis reseptor
pada otot
Normalnya : kelenjar thymus dapat
membedakan antara tubuh dan zat asing.

Patofisiologi

Kelenjar thymus memerintahkan sel


sistem kekebalan untuk menghasilkan
antibodi yang menyerang acetylcholine.
antibodi yang menyerang enzim yang
berhubungan dengan neuromuskular junction.

Adanya reaksi antara neuromuskularreseptor dengan neurotransmiter


acetycholine.
Reaksi menyebabkan komunikasi antara
sel syaraf dan otot terganggu sehingga
terjadi kegagalan dalam transmisi impuls
saraf

Patofisiologi

Menyerang otot yang


dikendalikan oleh saraf kranial
(wajah, bibir, lidah, leher, dan
tenggorokan) tetapi dapat juga
menyerang otot-otot lainnya.
Terjadi kelemahan otot /
gangguan fungsi motoris

Antibodies
Block/destroy muscular junction receptors site
Decreased on number of acetylcholine receptors
Diminished acetylcholine uptake
Diminished impulse transmission
Innervated muscles are less contraction

Ocular and facial

Respiratory

Manifestations
of myasthenia gravis

Musculoskeletal

Nutritional

Images02 no 10

Pemeriksaan Syaraf

Nervus Cranialis motorik : III, V, VII,


IX, X, XI, XII
Nervus Spinalis motorik
N. Spinalis Somatis Servikalis,
N. Spinalis Somatis Torakalis, lumbalis,
sacralis

Reflek Fisiologis (-)


Reflek Patologis (-)

Reflek PADA ORG


NORMAL

Reflek Fisiologis (+)


Reflek Patologis (-)

Reflek PADA
PATOLOGIS

Reflek Fisiologis (-) Lesi di LMN


(serabut saraf, naik motoris
maupun sensoris)Mis : Miastenia
Gravis
Reflek Patologis (+) Lesi di
UMN (upper motor neuron) : Otak,
meningen, medulla spinalis

Reflek

Reflek Fisiologis
Reflek Patologis

Reflek Fisiologis
Reflek tendon dalam
Derajatnya : 0 = absen reflek
1=Menurun
2 = Normal
3 = Hiperreflek
4 = Hiperreflek dg
klonus

Reflek

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Persarafan segmental
Jaw reflek (N V)
Biceps, brachioradialis ( C 5 & C 6)
Tricep ( C 7 & C 8)
Finger fleksor (Hofman) C 8 & T 1
Platelar reflek ( L 3 & L 4)
Ankle reflek ( L 5,S 1-2 )

Reflek superficial
Reflek kulit perut : epigastrium T 6-9,
abdomen tengah T 9-11, Hiogastrium T 11-L1
Abdomen digores dari arah luar menuju umbilikus
--- kontraksi dinding perut
2. Kremaster ( L 1-2)
Paha bagian dalam digoreskontraksi kremaster
dan penarikan testis ke atas
3. Reflek anus ( S3-4-5)
Pakai sarung tangan ujung jari dimaasukkan
kedalam cincin anus terasa kontraksi spingter
ani
4. Reflek bulbokavernosus
Kulit penis atau glan dicubit terlihat kontraksi
bulbokavernosus
5. Reflek Plantar ( L 5, S 1-5)
Telapak kaki dirangsang akan timbul fleksi jari kaki
seperti pemeriksaan Babinski
1.

Reflek primitive
Grasp di tangan dan kaki
Sentuh telapak tangan atau kaki timbul
reflek menggenggam

Suck, snout, rooting, palmomental


Sentuh didepan mulut timbul reflek
mengisap, mencucu
Gores telapak tangan timbul reflek
gerakan wajah (palmomental)

Glabelar
Ketok dahi dari belakang pasien timbul
mata berkedip

Reflek patologis
Babinski
Telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian
lateral menuju pangkal ibu jari, timbul dorso
fleksi ibu jari dan pemekaran jari-jari lainnya.
Chadock
Tanda babinski akan timbul dengan menggores
punggung kaki dari arah lateral ke depan
Openheim
Mengurut tibia dengan ibu jari, jario telunjuk,
jari tengah dari lutut menyusur kebawah (+ =
babinski)

Reflek Patologis
Gordon
Otot gastroknemius ditekan (+ sama
dengan Babinski)
Scahaefer
Tanda babinski timbul dengan memijit
tendon Achiles
Rosollimo
Mengetok bagian basis telapak jari kaki
(+) fleksi jari-jari kaki

Reflek Patologis

Mendel Rechterew
Mengetok bagian dorsal basis jari kaki
(+) fleksi jari kaki

Hoffman Trommer
Positif timbul gerakan
mencengkram pada petikan kuku
jari telunjuk atau jari tengah

Gejala Misatenia
Gravis

Mata dan Wajah


Muskuloskletal
Pernafasan
Nutrisi

Gejala

Kelopak mata lemah dan layu.


Kelemahan otot mata

40% pasien mengalami kelemahan otot mata


85% segera mengalami kelemahan otot mata.
15% pasien, hanya otot-otot mata yang
terkena,

Otot mata lemah, yang menyebabkan


penglihatan ganda.
Kesulitan berbicara dan menelan

Gejala

Kelemahan pada lemah otot skeletal


Otot leher lemah
Kelemahan berlebihan pada otot yang
terkena setelah digunakan.
Kelemahan tersebut hilang ketika otot
beristirahat tetapi berulang ketika
digunakan kembali.
Seluruh tubuh mengalami kelemahan
Kelemahan otot pernafasan gagal nafas

Diagnostik :

Anamnesa : adanya kelemahan, khususnya


ketika mata atau otot wajah terkena atau
ketika kelemahan meningkat dengan
penggunaan pada otot yang terkena dan
hilang dengan istirahat.
Tes darah :
Untuk mendeteksi antibodi terhadapacetylcholine
receptor
Pasien diminta melatih otot yang terkena sampai
lelah kemudian diberikan obat. Jika cepat
memperbaiki kekuatan otot (+)
Pemberian obat-obatan yang meningkatkan
acetylcholine Mis : Edrophonium Chlorida atau
Neostigmin Metilsulfat IV, maka fungsi otot akan
pulih

Diagnostik :

Elektromiografi (perangsangan otot,


kemudian merekam kegiatan listrik)
Tes imaging :
Computed tomography(CT)
ataumagnetic resonance
imaging(MRI) pada dada : untuk
menilai kelenjar thymus apakah
mengalami thymoma.

Penatalaksanaan

Obat-obatan yang meningkatkan jumlah


acetylcholine (antikholineterase ) :
Neostigmin Metilsulfat dan Piridostigmin
bromida, untuk meningkatkan kekuatan dan
fungsi otot.
Obat untuk menekan reaksi autoimun, :
kortikosteroid, seperti prednison,
atauimmunosuppressant, seperti
cyclosporine atau azathioprine.
Pemberian Immune globulin
Plasmapheresis
Support pernafasan
Operasi : untuk mengangkat kelenjar thymus
(thymoma)

Pengobatan :

PARACETAMOL
tab 3 x 1
BELAPHEN
tab 3x1
MERISLON
tab 3x1
BRAIN ACT
i.v 3 x 500
METHYLPREDNISOLONE i.v
3 X 500 mg
RANITIDINE
i.v 2 x 4 mg
MESTINON : PROSTIGMIN
q 6 hrs ( i.v : s.c )

Askep

Pengkajian
Diagnosa
Intervensi
Implementasi
Evaluasi

Askep ..?
Pengkajian
Diagnosa
Intervensi
Implementasi
Evaluasi

Pengkajian
Anamnesa
Pemeriksaan

fisik
Laboratorium dan
diagnostik

Pemeriksaan Fisik

Mata : ptosis, diplopia


Hidung : NGT tube, nasal voice
Mulut dan kerongkongan : sulit
menelan, tidak bisa membuka mulut
Paru : Kesulitan bernafas
Extremitas : Extremitas bawah :
lemah, tidak bisa bergerak bebas,
kekuatan otot menurun

Neurological
Examination

III ptosis
IV, VI ( diplopia )
V tidak bisa membuka mulut
IX Tidak bisa menelan
XII Tidak bisa menelan

Diagnosa Keperawatan

Ineffective breathing pattern


related to respiratory muscles
weakness
Impaired gas exchange related to
ineffective breathing pattern and
muscle weakness
Risk for injury neuromuscular
impairment
Impaired physical mobility related
to neuromuscular impairment

Diagnosa Keperawatan

Fatigue related to increased energy


needs from muscular involvement
Self care deficit, related to
musculoskeletal impairment
Impaired verbal communication
related to neuromuscular
impairment
Knowledge deficit related lack of
exposure

Rencana Tindakan

Lihat Buku Sumber


(NCP) = doenges
Nursing diagnosis : Linda Juaal
Carpenito
NIC and NOC

TERIMA - KASIH

Vous aimerez peut-être aussi