Vous êtes sur la page 1sur 15

1.

2 Konsep Usia Lanjut


1.2.1 Pengertian
Usia lanjut adalah seseorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun
atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu
hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial)
1.2.2 Perubahan Kondisi Fisik Usia Lanjut
Masa usia lanjut dimulai sejak seseorang menginjak usia 60 tahun, akan tetapi
proses kelainan fisik sudah dimulai sejak 40 tahun. Perubahan fisiologis yang terjadi
pada usia tersebut adalah :
1) Perubahan warna rambut karena hilangnya pigmen
2) Kelainan gigi geligi yang sering berakibat gangguan mengunyah
3) Gangguan pencernaan dan proses absorbsi makanan di dalam usus yang
menyebabkan lebih sensitif terhadap makanan pedas dan berbumbu
4) Kulit menjadi kering dan terjadi hiperpigmentasi
5) Tonus otot berkurang sehingga wajah menjadi keriput, otot lengan dan kaki
lembek.
Sejak usia tersebut akan dimulai terjadinya kelainan fisik atau gangguan
kesehatan yang merupakan

tanda awal dari kelainan degeratif misalnya infeksi

seperti penyakit influenza dan diare. Selain itu sering muncul gejala-gejala penyakit
degeneratif lain seperti kencing manis, darah tinggi, kelainan kardiovaskuler. Untuk
meminimalkan kelainan yang terjadi pada usia lanjut, perlu dilakukan upaya
pencegahan sejak usia dewasa muda agar selalu mengikuti pola hidup sehat
1.2.3 Masalah-Masalah pada Usia Lanjut
1) Osteoporosis
Adalah penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya masa tulang akibat
proses menua, yang dapat menyebabkan tulang menjadi kropos dan rapuh
sehingga mudah patah, hal ini terjadi karena adanya penyusutan jaringan tulang
2) Penyakit Jantung Koroner
Kelainan jantung yang disebut penyakit jantung koroner merupakan penyakit
yang banyak ditemukan pada usia lanjut. Dan ternyata penyakit jantung koroner
telah banyak ditemukan pada usia 50 tahun. Terjadinya penyakit jantung koroner
ada kaitannya dengan keadaan tekanan darah yang tinggi, tingginya kadar lemak
dalam darah, tingginya kadar gula darah, dan kelebihan berat badan

3) Kelainan Aliran Darah Ke Otak


Adalah gangguan aliran darah pada susunan saraf pusat/otak yang sering terjadi
pada usia lanjut dapat berupa perdarahan atau kekurangan aliran darah yang dapat
mengakibatkan kematian atau gejala sisa yang bersifat menetap seperti
kelumpuhan sebagian atau kedua anggota gerak dan ketidakmampuan bicara,
yang dapat menganggu aktifitas lansia
4) Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan pada usia lanjut berupa kelainan refraksi disebabkan oleh
prose sdegenratif dan bersifatnya fisiologis. Kelainan ini terjadi karena daya
akomodasi yang menurun dan disebabkan oleh perubahan tonus otot mata
5) Gangguan Fungsi Reproduksi
Gangguan reproduksi yang berkaibat pada gangguan hubungan seksual dapat
terjadi pada usia lanjut baik pada laki-laki maupun perempuan. Pada perempuan
gangguan fungsi reproduksi disebabkan karena berkurangnya hormon estrogen,
sehingga vagina teras kering dan sakit bila bersenggama. Gangguan pada lakilaki yang sering adalah masalah impotensi, gangguan ereksi dan terjadinya
pembesaran prostrat.
6) Gangguan Kesehatan Lainnya
Kecuali gangguan karena beberapa penyebab diatas, pada usia lanjut dapat terjdi
juga beberapa penyakit lainnya, seperti :
a) Gangguan pencernaan : diare, konstipasi
b) Kelainan endokrin : kecing manis
c) Kelainan tulang : rematoid artritis
1.2.4 Pembinaan Usia Lanjut
Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan dalam mencakup upaya preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif melalui pendekatan yang tepat, koordinasi yang
baik dan terpadu secara teknis dan manajerial dengan tujuan mengusahakan masa tua
yang bahagia dan berguna
1.2.6 Pelayanan Usia Lanjut
1) Upaya memelihara kondisi kesehatan, dengan aktifitas fisik, kemampuan dan
mental yang mendukung antara lain melalui deteksi dini dan pemeriksaan berkala
usia lanjut olahraga dna kegiatan kerohanian serta rekreasi
2) Melakukan diagnosa dini dan pengobatan secara tepat
3) Memelihara kemandirian usia lanjut secara maksimal

4) Memberikan moral dan perhatian yang maksimal agar usia lanjut hidup tenang di
akhir hayat
1.3 Teori Penuaan
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak
mencolok. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak
seorangpun mengetahui penyebab penuaan atau mengapa manusia mejadi tua pada
usia yang berbeda-beda. Secara umum, teori penentuan dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu teori generic dan teori nongenetik (Pudjiastutik, 2003 : 4-5)
1.3.1

Teori Genetik
Memfokuskan mekanisme penuaan yang terjadi pada nukleus sel

1.3.2

Teori Hayflick
Menurut studi hayflick dan Moorehead (1961), penuaan disebabkan oleh

berbagai faktor, antara lain perubahan fungsi sel, efek kumulatif dari tidak normalnya
sel dan kemunduran sel dalam organ
1.3.3

Teori Rekanaman/Crascription
Merupaan tahap awal dalam pemindahan informasi dari DNA ke sintesis

protein
1.3.4

Teori Non Genetik


Memfokuskan lokasi diluar nukleus sel, seperti organ, jaringan dan sistem

1.3.5

Teori Radikal Bebas


Karena radikal bebas mampu merusak membran sel, lisosom, mitokondria

dan inti melalui reaksi kimia. Hasil reaksi radikal bebas adalah turunnya aktivitas
enzim, kerusakan fungsi membran dan menyebabkan sel sel tidak dapar regenerasi
1.3.6

Teori Autoimun
Diakibatkan oleh antibody yang bereaksi terhadap sel normal dan

merusaknya. Rekasi ini terjadi karena tubuh gagal mengenal sel normal dan
memproduksi antibody yang salah. Akibatnya antibody itu bereaksi terhadap sel
normal, disamping sel abnormal yang menstimulasi pembentukannya
1.3.7

Teori Hormonal
Donner Denkle percaya bahw apusat penuaan terletak pada otak yang

didasarkan pada studi hipotiroidisme. Hipotiroidisme dapat menjadi fatal apabila


tidak diobati dengan tiroksin, sebab seluruh manifestasi dari penuaan akan tampak,

seperti penurunan sistem kekebalan kulit, keriput dan penurunan metabolisme secara
perlahan
1.3.8

Teori Pembatasan Energi


Diet nutrisi tinggi yang rendah kalori berguna untuk meningkatkan fungsi

tubuh agar tidak cepat tua. Tinggi rendahnya diet mempengaruhi perkembangan
umur dan adanya penyakit.
Selain teori genetik dan non genetik, juga terdapat teori kejiwaan sosial yang
dikutip dari keperawatan gerontik karangan Wahyudi Nugroho (2000 : 18)
Membagi teori kejiwaan sosial menjadi :
I.

Aktivitas atau kegiatan (activity theory)


a. ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
berlangsung. Teori ini menyatakan bahjwa pada lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam suatu kegiatan sosial
b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia
c. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

II. Kepribadian berlanjut (continuity theori)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa yang
terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality
yang dimilikinya
III. Teori Pembebasan (disengagement theori)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduruan
individu dengan lainnya. Pad alanjut usia pertama diajukan oleh Cumming and
Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mul;ai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik
diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi
kehilangan ganda (Triple Loos), yakni :
a. Kehilangan peran (Loos of Role)
b. Hambatan kontak social (Restriction of Contacts and relation Ships)
c. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values)

1.4 Program Pelayanan Kesehatan Lansia Di Puskesmas


Kebijakan, target/sasaran dan indikator keberhasilan, serta kegiatan program
di Puskesmas tentang masalah kesehatan pada penyakit Hipertenti ditekankan pada
kontrol rutin untuk menjaga tekanan darah dalam ambang yang normal.
1.5 Konsep Penyakit
1.5.1

Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Mansjoer, dkk.
2001)
1.5.2

Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Hipertensu esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,


disebut juga hipertensi idiopatik. Faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin angientesin, defek
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyabab seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, dan
ayndrom cushing, feokromosition, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dll
1.5.3

Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.

Muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain
yang sering timbul adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa
berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing
1.5.4

Panatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko

penyakit kardiovaskuler dan moratalitas serta mordibitas yang berkaitan. Tujuan


terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg
dan tekanan distolik di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Dapat di
capai dengan modifikasi gaya hidup atau dengan obat anti hipertensi.

BAB II
LAPORAN KASUS

b. Pengkajian
A. Data Umum

No

1. Nama (KK)

: Tn. Karji

2. Umur :

80 tahun

3. Alamat

: Desa Kembangbilo RT.02 / RW.03

4. Pendidikan

: SD

5. Pekerjaan

: Tani

6. Komposisi Keluarga

Nama

Sex

Hubungan
PendiUmur
Dengan KK
dikan

Pekerjaan

Status
Kesehatan

Tn. Karji

KK

80 th

SD

Tani

Sakit

Ny. Tasminah

Istri

75 th

SD

IRT

Sehat

7. Genogram

Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Pasien
: Balita 2 tahun
: Satu rumah
8. Tipe Keluarga : Keluarga Besar
9. Suku Bangsa : Jawa / Indonesia

10. Agama : Islam


11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Ekonomi keluarga cukup, anak ikut membantu bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
12. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Keluarga tidak pernah berekreasi, hanya di rumah, menonton TV dan
mendengarkan radio/tape
c. Riwayat dan Tahap Perkembangan
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Ny. R pernah menderita TBC, sudah berobat 6 bulan dan dinyatakan
sembuh, tetapi empat bulan yang lalu klien mengatakan batuk ada darahnya.
2.

Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi


Keluarga pernah memeriksakan Ny. R ke puskesmas sehingga terpenuhi
dalam hal pengobatannya tetapi untuk pencegahan penularan klien dan
keluarga belum tahu sehingga belum terpenuhi

3.

Riwayat Keluarga
Ny. R mengalami gejala-gejala TBC seperti batuk ada darah, berat badan
menurun.

4.

Riwayat Keluarga Sebelumnya


Keluarga mengatakan sebelumnya tidak ada yang menderita penyakit TBC.

d. Pengkajian Keluarga
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah + lebar 7 m x panjang 12 m terdiri dari 2 kamar tidur, 1
dapur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi, kandang di belakang rumah
Tipe bangunan adalah semi permanen dan berlantai keramik, sumber
air yang digunakan Sumur Bor, kebiasaan masak menggunakan kompor dan
kayu bakar.

Denah rumah :

4
3

2
1

Ket :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Teras
Ruang Tamu
Kamar Tidur
Kamar Tidur
Ruang tengah
Ruang Belakang
Dapur
Kandang

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Jarak antar rumah didesa ini berdekatan sehingga interaksi dengan tetangga
berjalan lancar, namun keluarga sering berinteraksi dengan tetangga yang
terdekat dengan rumahnya
3. Mobilitas Geografi Keluarga
Sejak sakit Ny. R tidak bekerja, sehingga Ny. P dengan anaknya harus
bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Ny. R mengatakan bahwa berkumpul dengan keluarga, menonton TV, di
rumah tetangga dan mengobrol dengan tetangganya.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Ny R mengatakan bahwa dia berobat di Puskemas
e. Struktur Keluarga
1. Pola Komukasi Keluarga
Antar anggota keluarga saling memperhatikan satu sama lain anggota
keluarga, saling memberi informasi satu sama lain dengan menggunakan
bahasa jawa
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga dalam memecahkan masalah dengan cara berdiskusi dengan seluruh
anggota keluarga dan dalam mengambil keputusan dengan cara musyawarah
bersama

3. Struktur Peran Keluarga


Tn. Karji berperan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah di Bantu
anaknya Tn. R. Ny. R sebagai ibu rumah tangga dan menantunya Ny. H
merawat anaknya yaitu cucu Ny. R. Ny. S karena sudah lansia hanya
membantu membersihkan sekitar rumah dengan menyapu
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dikeluarga menyesuaikan dengan nilai ajaran
yang dianut dan norma yang berlaku di lingkungan masyarakat
f. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga mengatakan sudah tahu tentang penyakit TBC yang dideritanya Ny.
R tetapi dikira sudah sembuh karena sudah pernah berobat selama enam
bulan
2. Fungsi Sosialisasi
Dalam keluarga berinteraksi dengan orang lain seperti biasa
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga sudah tahu tentang penyakit TBC, tetapi tidak tahu cara
penularannya
b. Kemampuan

keluarga

mengambil

keputusan

mengenai

tindakan

kesehatan yang tepat


Keluarga sudah memeriksakan Ny R
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga menganjurkan minum obat secara teratur
d. Kemampuan memelihara lingkungan rumah yang sehat
Keluarga belum mengetahui upaya pencegahan TB paru ditandai dengan
rumah pencahayaan kurang, jendela tertutup
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di
masyarakat
Keluarga sudah tahu bila ada anggota yang sakit berobat ke puskesmas
4. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang di miliki 1 orang anak laki-laki

5. Fungsi Ekonomi
Keluarga berobat dengan biaya sendiri
VI.

Stress dan Kooping Keluarga


1. Stressor Jangka Pendek dan Panjang
a. Stress jangka pendek yaitu cemas dengan adanya darah saat batuk
b. Stress jangka panjang yaitu stressor cemas dengan adanya rencana
pengobatan dengan waktu yang lama
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi / Stressor
Keluarga menyarankan untuk berobat ke puskemas
3. Strategi Yang Digunakan
Keluarga mengobati penyakitnya dengan periksa ke puskesmas atau mantra
terdekat
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Keluarga tidak pernah membahas masalah yang diderita, karena sudah pernah
berobat

VII.

Aktivitas Hidup Sehari-Hari

Pola Makan

: 3 x sehari

Nutrisi

: Nasi, sayur-sayuran, ikan laut, tahu, tempe, daging ayam.


Kebiasaan memasak pedas dan asin

Istirahat dan Tidur : Ny. R mengatakan tidak ada kesulitan dalam istirahat dan
tidur
Aktivitas

: Pagi hari Ny. R biasanya memasak dan mengasuh


cucunya bila saatnya musim tanam dan panen Ny. R
membantu suaminya di sawah, bila malam menonton TV
bersama keluarganya

VIII. Pemeriksaan fisik


TD

: 100/70 mmHg

: 80x /menit

RR

: 28x /menit

Postur Tubuh : Kurus


Penglihatan

: Normal

Pendengaran : Normal

IX.

Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan kedatangan petugas kesehatan dapat membantu
menjelaskan cara pencegahan dan cara penularan penyakit TBC

X.

Analisa Data

No
Data
1
Data Subyektif :

Etiologi

- Keluarga mengatakan Ny. R 4 Ketidaktahuan


bulan lalu batuk ada darah

keluarga dalam

Masalah
Resiko terjadi
kekambuhan

- Keluarga mengatakan tidak tahu mengenal masalah


cara mengatasi keluhan yang

pada penyakit TB

dialami Ny. R sehingga

Paru

menyarankan pergi ke
puskesmas
Data Obyektif :
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi: 80x /mnt
- Terlihat pucat, badan kurus
- Mengasuh cucu yang masih
balita
Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Resiko terjadi kekambuhan berhubungan dengan Ketidaktahuan keluarga dalam
mengenal masalah pada penyakit TB Paru

PENGHITUNGAN SKOR

Kriteria
1. Sifat Masalah

Penghitungan
2/3 x 1

Skor
2/3

x2

3/3 x 1

2/2 x 1

- Ancaman kesehatan
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah
- Sebagian

3. Potensial

masalah

untuk

dicegah
- Tinggi
4. Menonjolnya Masalah
- Masalah berat harus segera
ditangani

Total

3 2/3

PERENCANAAN TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN


No
1

Diagnosa Keperawtan
Keluarga
Resiko

ketidaktahuan

Umum

Khusus

terjadi Keluarga dapat Dapat

kekambuhan
berhubungan

Tujuan

mengenali

mengidentifikasi

dengan kekambuhan
keluarga penyakit

Kriteria Evaluasi
Kriteria
Standar
Verbal

Pengertian TB paru

Tanda dan gejala TB 2. Diskusikan

adanya

TB kekambuhan

dalam mengenal masalah paru

penyakit TB paru

pada penyakit TB Paru

di dalam anggota
keluarganya

Rencana Intervensi

dengan

keluarga

mengenai

paru

masalah pencegahan dan penularan TB paru di

Cara pencegahan TB

keluarganya

Paru
-

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang TB paru

Cara Penularan TB
Paru

3. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya


atas penjelasan
4. Berikan pertanyaan dari hal yang dijelaskan
5. Bimbing keluarga untuk dapat memahami apa
yang telah disampaikan

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DAN EVALUASI


No
1

Diagnosa Keperawtan
Keluarga
Resiko

ketidaktahuan

Umum

Implementasi

Khusus

terjadi Meningkatkan

kekambuhan
berhubungan

Tujuan

pengetahuan
dengan keluarga

- Menambah

1. Membina

pengetahuan
keluarga

keluarga tentang

hubungan

Evaluasi
saling 1. Keluarga

percaya
2. Mengkaji pengetahuan keluarga
tentang penyakit TB paru

dalam mengenal masalah kekambuhan

penyakit

TB 3. Mendiskusikan tentang penyakit

pada penyakit TB Paru

paru;

paru

TB

menyebutkan

tentang

penyakit, pencegahan dan penularan TB paru

tentang

penyakit

mampu

menyebabkan komplikasinya

TB paru, cara pencegahan dan 3. keluarga dapat melakukan perawatan pada


pencegahan
penularan
salah satu anggotanya yang terkena TB paru
dan penularan 4. Memberikan kesempatan keluarga
TB paru

cara

2. Keluarga dapat mencegah hal-hal yang bisa

untuk bertanya atas penjelasan


yang kurang dimengerti
5. Memberikan pertanyaan dari hal
yang dijelaskan dan memberi
pujian atas jawaban yang benar
6. Membimbing
mengulangi
dijanjikan

keluarga
apa

yang

untuk
telah

Vous aimerez peut-être aussi