Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2, Juli 2013
Abstract
The pattern of distribution of coalis very important as supporting data mining and the
mining model. By knowing the pattern of distribution of coalit will beable to facilitate
the distribution and direction of mining blocks. Coal distribution patterns strongly
influenced by the formation of coal, coal-forming environmentis also influenced by
geological structures that developed in the study area.
Abstrak
Pola sebaran batubara sangatlah penting sebagai data pendukung arah
penambangan dan model penambangan. Dengan mengetahui pola sebaran
batubara maka akan dapat memudahkan dalam pembagian arah dan blok
penambangan. Pola sebaran batubara sangat dipengaruhi oleh proses
pembentukan batubara, lingkungan pembentukan batubara juga di pengaruhi oleh
struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian.
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan
sumber daya geologi, di tiap tiap pulau yang ada di Indonesia selalu memiliki
kekayaan sumber daya geologi yang dapat di manfaatkan untuk kepentingan umat
manusia. Salah satu sumber daya geologi yang dimiliki oleh Indonesia adalah
sumber daya batubara.Saat ini batubara telah menjadi komoditas ekonomis yang
dapat dimanfaatkan untuk memberikan keuntungan bagi manusia. Namun dengan
keberadaan batubara yang terbatas pada tempat-tempat tertentu menyebabkan
terjadinya peningkatan kegiatan eksplorasi terutama di Pulau Sumatera
Batubara adalah batuan sedimen organik yang mudah terbakar, berasal dari
akumulasi pengendapan bahan tumbuhan dalam kondisi tertutup udara, berwarna
coklat sampai hitam, sejak pengendapannya terkena proses kimia dan fisika
sehingga menyebabkan pengkayaan karbonnya. Lapisan batubara hadir dengan
ketebalan dan arah sebaran yang bervariasi. Faktor utama yang menyebabkan
variasi ini adalah kondisi cekungan dan lingkungan pengendapan tempat
terbentuknya batubara.
Metode Penelitian
Metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan hasil akhir dari penyusunan
laporan penelitian dilakukan dengan studi pustaka yaitu mempelajari semua literatur
baik yang berasal dari text book, majalah, jurnal maupun laporan proyek yang ada
kaitannya dengan penulisan laporan penelitian, serta mencari beberapa
permasalahan yang akan mendasari dalam latar belakang dari kasus yang sedang
diteliti, kemudian melakukan kegiatan survey lapangan untuk menentukan lokasi
pengamatan berdasarkan pemetaan permukaan, pengambilan sampel batuan serta
melakukan pendeskripsian secara megaskopis dan mikroskopis batuan, serta
didukung juga dengan analisa proximate.
Secara umum metodologi yang digunakan adalah:
Pencapaian daerah telitian dapat dilakukan dengan kendaraan roda 4 dari Kota
Palembang 500 km, melewati kota Lahat dan melalui jalan Lintas Sumatera
sampai kearah Tebing Tinggi dengan keadaan jalan cukup baik dan mulus beraspal
hotmik, ditempuh dalam waktu 6 jam, untuk mencapai lokasi daerah telitian bagian
utara ke Desa Wanaraya dari jalan lintas Sumatera dapat ditempuh dengan
kendaraan roda 4, dilanjutkan dengan kendaraan roda 2 dan berjalan kaki.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (berdasarkan Peta AMS /Army Map Service)
GEOLOGI REGIONAL
Daerah penelitian termasuk ke dalam Sub-Cekungan Palembang Selatan yaitu pada
suatu tinggian yang disebut sebagai Musi Flatform. Tinggian Musi ini dibatasi pada
bagian timur oleh Depresi Benakat Gulley dan Lematang Trought, bagian barat oleh
Volcanics Arc Bukit Barisan, bagian utara oleh Pigi Trought dan pada bagian selatan
oleh Saung Naga Graben. Tinggian Musi ini termasuk dalam back arc basin Tersier
Sumatera Selatan
Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan menurut Spyrut (1956
, dalam studi Pulunggono 1986) yang dimodifikasi oleh De Blow, (1969),
Coster, (1974) dan Vail, dkk, (1986) dalam studi Sitompul, dkk, 1992), sebagai
berikut :
Formasi Muara Enim
Formasi ini terdiri dari batulempung, serpih, batupasir dan beberapa lapisan
batubara. Diendapkan pada lingkungan laut dangkal, transisi hingga darat dengan
ketebalan berkisar 450 750 m. Umur formasi ini Miosen Akhir hingga Pliosen
Awal.
Formasi Kasai
Formasi Kasai diendapkan pada fase akhir regresi pada lingkungan fluvial sampai
transisi dan terdiri dari tuff, batuapung, batupasir tufaan dan batu- lempung tufaan.
Umur dari Formasi Kasai ini adalah Pliosen Akhir hingga Pleistosen.
GEOLOGI DAERAH TELITIAN
Geomorfologi daerah telitian
Berdasarkan aspek-aspek penunjang seperti morfografi (meliputi sungai,
dataran, perbukitan, pegunungan), morfometri (meliputi kemiringan dan bentuk
lereng, ketinggian dan beda tinggi, pengaliran sungai), morfo-struktur pasif (meliputi
jenis batuan dan tanah), morfo-struktur aktif (meliputi struktur-struktur geologi), dan
morfo-struktur dinamik (meliputi tingkat pelapukan/erosi berhubungan dengan
lingkungan/kehidupan di sekitarnya) dengan diikutsertakan klasifikasi relief menurut
Van Zuidam (1983), maka penulis membagi daerah penelitian menjadi dua satuan
bentuk asal yang terbagi menjadi dua satuan geomorfik. Dasar pembagian satuan
bentuk asal berdasarkan morfometri dan morfogenesanya. Satuan bentuk asal yang
dijumpai berdasarkan interpretasi pada peta topografi, yaitu bentuk asal
denudasional dan bentuk asal fluvial.Bentuk asal denudasional terbagi perbukitan
terkikis dan lembah tererosi, dan bentukan asal fluvial berupa tubuh sungai.
Bentuk lahan daerah penelitian dapat dibagi menjadi 2 (tiga) satuan bentuk
lahan, yaitu:
Satuan Bentuk lahan Perbukitan Bergelombang (D1)
Satuan ini menempati area seluas 90 % dari seluruh area pemetaan dengan
penyebaran terletak ditimur. Penamaan satuan ini berdasarkan morfologi yang ada
berupa perbukitan, memiliki slope sebesar 5 8 % dengan beda tinggi 5 20 m,
maka tergolong perbukitan berlereng hampir datar sedang. Pada peta topografi
satuan bentuklahan ini dicirikan oleh kenampakan pola kontur yang cukup
renggang.Kenampakan di lapangan satuan bentuklahan ini berupa perbukitan
berlereng hampir landai dengan beda tinggi berkisar antara 5 10 meter.
Foto 2.
1.
2.
Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi satuan batulempung tufan Kasai dengan satuan yang ada di
atasnya yaitu satuan endapan alluvial memiliki hubungan yang tidak selaras dengan
bidang kontak erosional.
Gambar 2. Stratigrafi daerah telitian tanpa skala yang dibuat oleh penulis
Foto. 4. Struktur kekar pada LP21 , lokasi desa wanaraya. Arah kamera N115oE
Tabel 1.1. Tabulasi data Kekar LP21
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lokasi
LP21
Strike
130
125
110
135
130
210
220
235
215
210
Dip
72
70
78
71
74
72
76
77
74
76
N...... E/...
N213 E/75
N130 E/71
N...... E/...
... ,N...... E
79 N088 E
O,
... ,N...... E
69 N170 E
O,
O
o
Warna
Keterangan
Hitam Kecoklatan kusam
Kekerasan
Sedang
Pecahan
subconcoidal
Gores
hitam kecoklatan
Kilap
tanah
Roof
soil
Floor
Batulempung
Bended
Bright - Dull
Bended ( kusam )
Keterangan
Warna
Hitam Kecoklatan
Kekerasan
Sedang
Pecahan
Gores
subconcoidal
Coklat - hitam
kecoklatan
Kilap
Tanah - arang
Roof
soil
Floor
Batulempung
Bended
Bright - Dull
Bended ( kusam )
Parameter
Keterangan
Warna
Hitam Kecoklatan
Kekerasan
Sedang
Pecahan
subconcoidal
Gores
hitam kecoklatan
Kilap
arang
Roof
batulempung
Floor
Batulempung
Bended
Bright - Dull
Bended ( kusam )
Parameter
Warna
Keterangan
Hitam Kecoklatan kusam
Kekerasan
keras
Pecahan
subconcoidal
Gores
hitam kecoklatan
Kilap
arang
Roof
batulpasir
Floor
Batulempung
Bended
Dull Bended
( kusam )
Parameter
Keterangan
Warna
Hitam Kecoklatan
Kekerasan
lunak
Pecahan
subconcoidal
Gores
hitam kecoklatan
Kilap
arang
Roof
batulempung
Floor
Batulempung
Bended
Bright - Dull
Bended ( kusam )
Parameter
Keterangan
Warna
Hitam Kecoklatan
Kekerasan
lunak
Pecahan
subconcoidal
Gores
hitam kecoklatan
Kilap
arang
Roof
batulempung
Floor
Batulempung
Bended
Bright - Dull
Bended ( kusam )
Kemiringan lapisan batubara seamA, seam B, seam C, seam D, seam E dan seam
F pada daerah penelitian memiliki arah kemiringan lapisan relatif ke barat dan timur.
Besar kemiringan lapisan batubara seam A,seam B,seam C, seam D, seam Edan
seam F dari hasil pengukuran kedudukan singkapan di lapangan berkisar antara 8
- 13. Dari parameter tersebut lapisan batubara seam A, B, C, D, E dan F termasuk
lapisan miring landai.
Dari data bawah permukaan berupa data cutting dan core serta digabungkan
dengan data singkapan dengan metode kontur struktur, maka dapat diketahui
sebaran batubara pada daerah telitian yang setempat-setempat serta kemenerusan
lapisan batubara di daerah penelitian bersifat tidak menerus hanya ratusan meter
saja dan berdasarkan analisa korelasi penampang bor on dip pada titik bor BR 1,
BR2 dan BR3 maka di interpretasikan bentuk lapisan batubara daerah telitian
berbentuk melensa dan melembar.
Pola Sebaran Batubara Daerah Telitian
Pola Sebaran batubara pada daerah telitian berdasarkan cropline batubara seam A
o
o
berarah timur laut barat daya dengan besar nilai kedudukan N240 E/10 . s.
Batubara seam B berarah timur laut selatan dengan besar nilai kedudukan
o
o
N205 E/13 . Batubara seam C berarah timur laut barat daya dengan besar
o
o
kedudukan N235 E/8 . Batubara seam D beararah timur laut barata daya dengan
o
o
besar kedudukan N225 E/8 . Batubara seam E berarah timur laut - barat daya
o
o
dengan besar kedudukan N230 E/10 dan batubara seam F berarah timur barat
o
daya dengan besar kedudukan N220 E.
Batubara pada daerah telitian tersebar secara setempat setempat dikarenakan
daerah telitian merupakan daerah pasang surut yang dapat mempengaruhi proses
pembentukan batubara itu sendiri. Lingkungan pengendapan daerah telitian
merupakan lingkungan Upper delta plain fluvial dimana arus sangat berpengaruh
terhadap proses sedimentasi. Sebaran batubara pada daerah telitian dapat dilihat
pada cropline batubara.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian lapangan serta pembahasan sebelumnya, maka pada
daerah telitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 2 bentukan asal dan 2
satuan geomorfik yaitu : a) bentukan asal denudasional yang terdiri dari satuan
geomorfik Perbukitan bergelombang (D1) b) bentukan asal fluvial yang terdiri
dari satuan geomorfik Tubuuh Sungai (F2). Pola aliran di daerah telitian
termasuk pola Subdendritik. Berdasarkan tingkat erosi dan stadia sungai maka
daerah telitian termasuk dalam stadia dewasa.
2. Daerah telitian dibangun oleh 2 satuan batuan dari tua ke muda adalah sebagai
berikut : a) Satuan Batulempung Tufan Kasai, dan b) Satuan Endapan
Alluvial.
3. Daerah telitian termasuk dalam Formasi Kasai, pada Cekungan Sumatera
Selatan, terbentuk pada lingkungan pengendapan Uper Delta Plain Fluvial
dengan sub-lingkungan Chanel dan Marsh-swamp yang terbentuk pada Kala
Pliosen Akhir Plistosen Awal.
4. Struktur Geologi yang berkembang pada daerah telitian berupa struktur kekar /
o
o
o
o
shear joint dengan arah umum Shear Joint N130 E/71 dan N213 E/75
5.
6.
7.
dengan arah umum tegasan utama N170 E/69 untuk kekar pada LP05
o
o
sedangkan arah umum untuk Shear Joint pada LP12 adalah N185 E/85 dan
o
o
o
o
N275 E/81 dengan arah tegasan utama N228 E/82 .
Pada daerah telitian terdapat 6 seam batubara yang merupakan multiple seam,
3 seam berdasarkan data singkapan yang terdapat dilapangan dan 3 seam
berdasarkan hasil pemboran uji. hal tersebut di pengaruhi oleh keadaan pada
saat proses pembentukkan batubara yang relatif tidak stabil, dikeranakan
daerah telitian merupakan daerah Upper delta plain - fluvial dengan subliingkungan pengendapan marsh - swamp.
Ketebalan lapisan batubara pada daerah telitian <1 m dengan ketebalan
masing masing seam antara lain :seamA0,3 0,5m, seam B 0,5 m, seam C
0,6 m, seam D 0,3 m, seam E 0,5 m dan seam F 0,6 m termasuk kedalam
kategori lapisan batubara sangat tipis (Jeremic,1985). Kemenerusan lapisan
batubara pada seam A, B, C, D, E dan Fmemanjang ke arah timur laut barat
daya searah dengan jurus lapisan batuan diperkirakan hanya ratusan meter
saja.
Pola sebaran batubara pada daerah telitian setempat setempat yang
mencerminkan keadaan geologi pada saat pembentukkan batubara
dipengaruhi oleh pasang surut permukaan air sehingga tidak memuungkinkan
terbentuk nya suatu pola sebaran yang menerus sepanjang arah lapisan
pembawa batubara sejauh ribuan meter.
DAFTAR PUSTAKA
Horne, J.C. 1978, Depositional Models in Coal Exploration and Mine Planning in
Appalachian Region.AAPG Convention SEPM Houston, Texas.
Jeremic, M.L., 1985, Strata Mechanics in Coal Mining, A.A. Balkema Publs.,
Netherlands, p.564.
Levey R.A., 1985, Depositional Model for Understanding Geometry of Cretaceous
Coal:
Major Coal Seam Rock Springs Formation, Green River
Basin,Wyoming: AAPG bull., p.1359-1380.
S. Gafoer, T. C Amin and Pardede, 1992, Peta Geologi Lembar Bengkulu,
Sumatera, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Thomas Larry, 2005. Coal Geology.John Wiley & Sons, Ltd.
Von Engeln, O. D, 1942, Geomorphology Systematic and Regional. The Macmillan
Company Newyork.