Vous êtes sur la page 1sur 17

Case Science Session

AMBLIOPIA

Oleh
Tiffany Adelina
1110312063
Dieni Rahmatika A 1110312072
Yeap Chen Pan
0810314161

Preseptor
Dr. Weni Helvinda, Sp.M (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP M. DJAMIL PADANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penglihatan merupakan salah satu indra penting bagi manusia yang berfungsi sebagai
indra penglihatan selain itu membantu dalam perkembangan identitas diri, kepandaian dan
keterampilan. Proses penglihatan mengalami perkembangan dimulai sejak bayi lahir. Terdapat
beberapa periode kritis untuk mencapai tingkat yang matang. Periode kritis pertama yang paling
menentukan ialah 6 bulan pertama kehidupan, kemudian sampai 2 tahun, berikutnya sampai 5
tahun. Sesudah 5 tahun masih ada perkembangan, tetapi sudah tidak begitu pesat lagi sampai usia
9 tahun. Selama masa ini sistem penglihatan peka terhadap faktor ambliopiogenik yaitu deprivasi
cahaya, kurang fokusnya alat optic dan strabismus. Hal ini dapat menyebabkan penurunan
ketajaman secara perlahan yang pada akhirnya menetap. 1,2
Sistem penglihatan saat lahir belum sempurna dengan tajam penglihatan 1 per tak
terhingga. Perkembangan tajam penglihatan berlangsung selama bulan pertama dalam
kehidupan. Retina, nervus optikus dan korteks visual mulai berkembang pada umur 1 minggu.
Mielinisasi saraf optic, perkembangan korteks visual dan pertumbuhan badan genikulatum lateral
berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan. Fovea yang merupakan bagian dari retina
yang paling sensitive, perkembangan sempurna pada umur 4 tahun. Rangsangan penglihatan
penting untuk perkembangan penglihatan normal. Perkembangan jaras penglihatan di system
saraf pusat membutuhkan otak yang menerima banyangan dengan jelas dan seimbang. Berbagai
proses yang mempengaruhi atau menghambat perkembangan jaras penglihatan pada otak dapat
menimbulkan ambliopia.2
Ambliopia adalah keadaan berkurangnya tajam penglihatan tapi tidak disertai kelainan
organik pada mata dan tidak dapat diperbaiki dengan kaca mata. Ambliopia merupakan kelainan
fungsi penglihatan dan masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Penyebab
ambliopia terbanyak adalah strabismus. Insiden ambliopia pada tahun awal sebelum anak

sekolah lebih kurang 0,4 % per tahunnya. Dapat diasumsikan 2-3 % balita yang lahir tiap
tahunnya dapat kehilangan tajam penglihatan akibat ambliopia.2
Ampliopia dapat dicegah dan diobati khususnya bila dapat terdeteksi dini. Oleh karena
itu upaya yang sangat penting dalam penanggulangannya ialah dalam hal melakukan deteksi dini
kasus-kasus ambliopia dan langkah langkah pengobatan secara dini dan adekuat berdasarkan
hal diatas maka perlu diketahui cara diagnosis dini bagi penderita ambliopia.2

1.2. Batasan Masalah


Pembahasan clinical science session (CSS) ini dibatasi pada klasifikasi, patofisiologi,
diagnosis, dan penatalaksanaan ambliopia.

1.3. Tujuan Penulisan


Penulisan CSS ini bertujuan untuk memahami dan menambah pengetahuan tentang
ambliopia.

1.4. Metode Penulisan


Metode penulisan CSS ini adalah tinjauan kepustakaan berdasarkan beberapa literatur .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Ambliopia berasal dari bahasa Yunani amblys yaitu kabur, dan ops adalah penglihatan.
Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai
dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. Ambliopia
dikenal juga dengan istilah lazy eye atau mata malas. Keadaan ini tidak berhubungan langsung
dengan kelainan struktur mata atau kelainan pada jalur visual posterior. Kurangnya tajam
penglihatan pada ambliopia tidak dapat dikoreksi dengan kaca mata dan tidak ditemukan kausa
organik pada pemeriksaan fisik mata. Pada kasus yang keadaannya baik dapat dikembalikan
fungsi penglihatan dengan pengobatan.1,3,4
2.2. Epidemiologi
Insiden ambliopia pada tahun awal sebelum anak sekolah lebih kurang 0,4 % per
tahunnya. Dapat diasumsikan 2-3 % balita yang lahir tiap tahunnya dapat kehilangan tajam
penglihatan akibat ambliopia.2
2.3. Klasifikasi
Klasifikasi ambliopia berdasarkan etiologi, yaitu:
a. Ambliopia Strabismik
Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam pada anak sebelum
penglihatan tetap). Ambliopia strabismik ini merupakan salah satu bentuk ambliopia yang paling
sering ditemukan dengan onset dini (usia <6 8 tahun). Pada ambliopia strabismik terjadi
supresi pada mata untuk mencegah gangguan penglihatan (diplopia), dimana kedudukan bola
mata tidak sejajar sehingga hanya satu mata yang diarahkan pada benda yang dilihat.1,2
Ambliopia strabismik terjadi pada sekitar 50% pasien dengan esotropia kongenital
(konstan tropia), tetapi sangat jarang pada pasien dengan strabismus intermiten (misal,
4

eksotropia intermiten) atau pada pasien strabismus yang disertai penyakit lain (misal, Duanes
sindrom) karena mereka dapat mengkompensasi dengan cara memalingkan wajah saat melihat.
Ambliopia strabismik dapat menjadi berat dan pada beberapa kasus visusnya 20/200 bahkan bisa
lebih buruk.3,4
b. Ambliopia Anisometropia
Ambliopia anisometropia merupakan jenis ambliopia terbanyak kedua setelah ambliopia
strabismus. Ambliopia anisometropia berkembang ketika terjadi kelainan refraksi yang tidak
sama pada kedua mata yang

menyebabkan bayangan pada satu retina tidak fokus secara

berkesinambungan. Kondisi ini sebagian dihasilkan dari efek langsung bayangan kabur pada
perkembangan tajam penglihatan pada mata yang dipengaruhi dan sebagian dari kompetisi
interocular atau hambatan yang sama (tapi tidak perlu identik) bertanggungjawab untuk
ambliopia strabismus. Secara relatif hiperopia derajat ringan atau anisometropia astigmat (1-2 D)
dapat memicu ambliopia ringan. Anisometropia miopia ringan (kurang dari -3 D) biasanya tidak
menyebabkan ambliopia, tapi miopia tinggi unilateral (-6 D atau lebih) sering menyebabkan
ambliopia berat.3 Bila gangguan penglihatan amat sangat besar, sering didapat bukti adanya
malformasi atau perubahan degeneratif pada mata ametropa yang menyebabkan kerusakan
fungsional atau menambah faktor ambliopiogenik.5
c. Ambliopia Isometropia
Ambliopia isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak dikoreksi, yang
ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata kiri. Walaupun telah dikoreksi dengan baik,
tidak langsung memberi hasil penglihatan normal. Tajam penglihatan membaik setelah koreksi
lensa dipakai selama suatu periode waktu (beberapa bulan). Khas untuk ambliopa tipe ini yaitu
hilangnya penglihatan ringan yang dapat diatasi dengan terapi penglihatan, karena interaksi
abnormal binokular bukan merupakan faktor penyebab, tetapi akibat bayangan retina yang
kabur.5
d. Ambliopia deprivasi
Ambliopia deprivasi dahulu disebut dengan ambliopia ex anopsia atau ambliopia nirpakai
yang disebabkan oleh obstruksi visual aksis. Penyebab terbanyak adalah katarak kongenital atau
5

katarak didapat dini yang menyebabkan penurunan pembentukan bayangan dan akhirnya
menimbulkan ambliopa. Insiden ambliopia deprivasi paling jarang terjadi tetapi paling merusak
dan paling sulit diobati. Kehilangan penglihatan ambliopia akibat hasil dari oklusi unilateral
aksis visual cenderung lebih buruk daripada yang dihasilkan dari deprivasi bilateral dengan
derajat yang sama karena efek interokular menambahkan pengaruh perkembangan langsung
degradasi bayangan berat. Bahkan pada kasus bilateral, ketajaman penglihatan dapat 20/200 atau
lebih buruk. Pada anak yang lebih kecil dari 6 tahun, densitas katarak kongenital yang menempati
daerah sentral, 3 mm atau lebih dianggap dapat menyebabkan ambliopia berat.1,3,4
2.4. Patofisiologi
Ambliopia dapat terjadi dengan dua mekanisme, yaitu nirpakai (non-use) dan supresi.
Ambliopia nirpakai terjadi akibat elemen visual retino-kortikal tidak dipergunakan pada saat
masa kritis perkembangan penglihatan.6 Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat
dan terutama interaksi kompetitif antar jalur penglihatan di kedua mata pada visual korteks untuk
berkembang hingga dewasa.3 Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir, tapi mereka harus belajar
bagaimana menggunakan mata mereka. Mereka harus belajar bagaimana untuk fokus dan
bagaimana cara menggunakan kedua mata bersamaan.7 Gangguan penglihatan yang disebabkan
oleh hal apa pun, kongenital atau didapat, selama periode kritis perkembangan (pada manusia,
mungkin berlangsung sampai usia 8 tahun) akan menghambat pembentukan penglihatan normal
pada mata yang sakit.8 Gangguan tersebut dapat menyebabkan kehilangan pengenalan bentuk,
interaksi binocular abnormal, atau keduanya, sehingga terjadi penurunan tajam penglihatan
unilateral atau bilateral.8
Ambliopia supresi terjadi pada tingkat kortikal dimana terdapat skotoma absolut pada
penglihatan binokular untuk mencegah diplopia pada mata yang juling, atau hambatan binokular
pada bayangan retina yang tidak jelas. Supresi tidak berhubungan dengan masa perkembangan
penglihatan.6 Supresi merupakan suatu proses otak yang mengabaikan bagian bayangan
tertentu yang diterima oleh mata yang berdeviasi sehingga pasien dapat menghindari diplopia.1
Mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih belum jelas, namun studi
eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada binatang dan percobaan laboratorium
pada manusia dengan ambliopia teah memberikan beberapa masukan, pada binatang percobaan
menunjukkan gangguan sistem penglihatan fungsi neuron yang dalam/besar yang diakibatkan
6

pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat kehilangan kemampuan
dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata, dan sel yang masih reponsif fungsinya
akhirnya dapat menurun. Kelainan juga terjadi pada neuron badan genikulatum lateral.
Keterlibatan retina masih belum dapat disimpulkan.3
2.5. Manifestasi Klinis
Tanda pada mata dengan ambliopia adalah berkurangnya pengihatan satu mata,
menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding, hilangnya sensitivitas
kontras, mata mudah mengalami fiksasi eksentrik, adanya anisokoria, tidak mempengaruhi
penglihatan warna, biasanya daya akomodasi menurun, ERG dan EEG penderita ambliopia
selalu normal yang berarti tidak terdapat kelainan organik pada retina maupun korteks serebri.1
2.6. Diagnosis
Anamnesis
Bila menemui pasien ambliopia, ada 4 pertanyaan penting yang harus kita tanyakan dan
harus dijawab dengan lengkap, yaitu:9
1. Kapan pertama kali dijumpai kelainan ambliogenik? (seperti strabismus, anisometropia,
dll)
2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan?
3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu?
4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?
Jawaban dari keempat pertanyaan tersebut akan membantu kita dalam membuat prognosisnya.
Onset anomaly

Jelek s/d sedang


Lahir s/d usia 2

Sedang s/d baik


2 s/d 4 tahun

Baik s/d sempurna


4 s/d 7 tahun

amblyiogenik
Onset terapi minus

tahun
>3 tahun

1 s/d 3 tahun

<1 tahun

onset anomaly
Bentuk dan

Koreksi optik

Koreksi optik dan

Koreksi optik

keberhasilan dari

kemajuan VA

patching, kemajuan

penuh, patching,

terapi awal

(visual acuty)

VA (visual acuty)

kemajuan VA

minimal

sedang (moderate)

signifikan.
Latihan akomodasi,

koordinasi matatangan dan fiksasi


adanya stereopsis
Kepatuhan

Tidak s/d kurang

Lumayan s/d

dan alternasi
Cukup/sangat patuh

sedang
Faktor primer yang berhubungan dengan prognosis ambliopia 5
Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang menderita strabismus
atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan predisposisi seorang anak menderita
ambliopia. Strabismus dijumpai sekitar 4% dari keseluruhan populasi. Frekuensi strabismus yang
diwariskan berkisar antara 22% - 66%. Frekuensi esotropia diantara saudara sekandung,
dimana pada orang tua tidak dijumpai kelainan tersebut, adalah 15%. Jika salah satu orang
tuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga 40%.10
Pemeriksaan fisik
Pemerikaan Visus
Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan
mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihatan yang
dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar kepada kedua fungsi tadi, selalu abnormal.
Telah diketahui bahwa penderita ambliopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun
linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf yang terisolasi akibat turunnya kemampuan
penglihatan kontras, maka dapat kita lakukan dengan masking, hal ini disebut Crowding
Phenomenon.15
Terkadang mata ambliopia memiliki ketajaman penglihatan 20/20 (6/6) pada huruf di
chart yang terisolasi dengan masking, namun ketajaman visus turun hingga 20/100 (6/30) bila
ada interaksi bentuk (countour interaction) ketika masking dihilangkan. Perbedaan yang besar ini
terkadang muncul juga sewaktu pasien yang sedang diobati kontrol, dimana tajam
penglihatannya jauh lebih baik pada huruf isolasi daripada huruf linear. Oleh karena itu,
ambliopia belum dikatakan sembuh hingga tajam penglihatan linear kembali normal.9,15
Menentukan tajam penglihatan mata ambliopia pada anak adalah pemeriksaan yang
paling penting. Walaupun untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya sulit pada

pasien anak anak, tapi untungnya penatalaksanaan ambliopia sangat efektif dan efisien pada
anak anak.9,10,15
Anak yang sudah mengetahui huruf balok dapat di tes dengan kartu Snellen standar.
Untuk Non-verbal Snellen, yang banyak digunakan adalah tes E dan tes HOTV. Tes lain
adalah dengan simbol LEA. Bentuk ini mudah bagi anak usia 1 tahun, dan mirip dengan
konfigurasi huruf Snellen. Caranya sama dengan tes HOTV.15
Bila pada pemeriksaan visus subjektif dicurigai menderita ambliopia, perlu dilakukan
pemeriksaan visus objektif untuk memastikan secara objektif gangguan refraktif dan koreksinya.
Pemeriksaan visus objektif yaitu dengan Retinoskop.9,10,15

Simbol LEA dan HOTV Chart

Snellen Chart

Retinoskopi
Menentukan sifat fiksasi
Pada pasien ambliopia, sifat fiksasi haruslah ditentukan. Penglihatan sentral terletak pada
foveal; pada fiksasi eksentrik, yang digunakan untuk melihat adalah daerah retina parafoveal
hal ini sering dijumpai pada pasien dengan strabismik ambliopia daripada anisometropik
ambliopia. Fiksasi eksentrik ditandai dengan tajam penglihatan 20/200 (6/60) atau lebih buruk
lagi. Tidak cukup kiranya menentukan sifat fiksasi hanya pada posisi refleks cahaya korneal.
Fiksasi didiagnosis dengan menggunakan visuskop dan dapat didokumentasi dengan kamera
fundus Zeiss. Tes lain dapat dengan tes tutup alternat untuk fiksasi eksentrik bilateral.9,10
Visuskop
Visuskop adalah oftalmoskop yang telah dimodifikasi yang memproyeksikan target
fiksasi ke fundus. Mata yang tidak diuji ditutup. Pemeriksa memproyeksikan target fiksasi ke
dekat makula, dan pasien mengarahkan pandagannya ke tanda bintik hitam.9,10
Posisi tanda asterisk di fundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang beberapa kali untuk
menentukan ukuran daerah fiksasi eksentrik. Pada fiksasi sentral, tanda asterisk terletak di fovea.
Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser sehingga asterisk bergerak ke daerah ekstrafoveal dari
fiksasi retina.9,10
Alternate Cover Test untuk Fiksasi Eksentrik Bilateral
Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan terjadi pada
pasien pasien dengan ambliopia bilateral dan dalam hal ini pada penyakit makula bilateral
dalam jangka lama. Misalnya bila kedua mata ekstropia atau esotropia, maka bila mata
10

kontralateral ditutup, mata yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada usaha untuk refiksasi
bayangan. Tes visuskop akan menunjukkan adanya fiksasi eksentrik pada kedua mata.9,10
Tes Penglihatan Stereoskopik
Tes stereoskopik dapat mendeteksi adanya gangguan penglihatan stereoskopik
(stereopsis). Pada penderita ambliopia unilateral, dapat ditemukan disparitas penglihatan
stereoskopik pada uji stereoskopik sebab penderita ambliopia unilateral hanya mengandalkan
salah satu matanya untuk melihat, sehingga kemampuan stereopsisnya berkurang. Studi
menunjukkan tes stereoskopik memiliki spesifitas yang tinggi dalam mendeteksi ambliopia pada
anak. Beberapa variasi tes stereo yang dapat dilakukan yaitu tes TNO, Titmus, Randot, dan
Frisby.9,16

TNO Stereotest

Titmus Stereotest

Randot Stereotest

Frisby Stereotest

2.7. Penatalaksanaan
Ambliopia pada kebanyakan kasus dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu dekade
pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula peluang
keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil, hal ini tidak menjamin penglihatan
11

optimal akan tetap bertahan, maka para klinisi harus tetap waspada dan bersiap untuk
melanjutkan penatalaksanaan hingga penglihatan matang (sekitar umur 10 tahun).9,10,17
Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah-langkah berikut:17

Menghilangkan (bila mungkin) semua penyebab gangguan penglihatan seperti katarak

Koreksi kelainan refraksi

Memakai mata ambliopia secara aktif dengan cara membatasi penggunaan


mata yang lebih baik.

Pengangkatan Katarak
Katarak pada anak sangat berpotensi menyebabkan ambliopia, sehingga harus segera
dioperasi. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama kehidupan sangat
penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal. Pada kasus katarak bilateral,
interval operasi pada mata yang pertama dan kedua sebaiknya tidak lebih dari 1-2 minggu.
Terbentuknya katarak traumatik berat dan akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat
dalam beberapa minggu setelah kejadian trauma, bila memungkinkan, sebab katarak traumatik
sangat bersifat amblyopiogenik. Kegagalan dalam menjernihkan media, memperbaiki visus,
dan pemakaian aktif mata yang cedera, akan mengakibatkan ambliopia berat dalam beberapa
bulan pada anak.9,10,17
Koreksi refraksi
Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat diterapi
dengan kacamata atau lensa kontak. Ukuran kaca mata untuk mata ambliopia diberi dengan
koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia. Bila dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa
kontak merupakan pilihan, karena bila memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya
(estetika) buruk. kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun,
sehingga ia tidak dapat mengompensasi hipermetrop yang tidak dikoreksi seperti pada mata anak
normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan sesegera mungkin untuk menghindarkan
terjadinya ambliopia deprivasi. Ambliopia anisometropik dan ambliopia isometropik akan sangat
membaik walau hanya dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan.9,10,17
Oklusi dan degradasi optikal
1. Oklusi
12

Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi pilihan, yang
keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full time) atau paruh waktu
(part-time).10,13,18
Oklusi full time
Oklusi full- time pada mata yang lebih baik yaitu oklusi yang diberikan setiap saat
kecuali 1 jam waktu terjaga. Hal ini sangat penting dalam pentalaksanaan ambliopia dengan cara
penggunaan mata yang rusak. Biasanya penutup mata yang digunakan adalah penutup adhesif
yang tersedia secara komersial.9,10,18
Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka sewaktu tidur.
Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak opak, atau Annisas Fun
Patches dapat juga menjadi alternatif full-time patching bila terjadi iritasi kulit atau perekat
patch-nya kurang lengket. Full-time patching hanya dilakukan bila strabismus konstan
menghambat penglihatan binokular, karena full-time patching mempunyai resiko menimbulkan
kecanggungan dalam penglihatan binokular.18
Ada suatu aturan/standar yang mengatakan full-time patching diberikan selama 1 minggu
setiap tahun, misalnya penderita ambliopia pada mata kanan berusia 3 tahun harus memakai fulltime patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi kembali. Hal ini untuk menghindarkan terjadinya
ambliopia pada mata yang baik.18
Oklusi part-time
Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan memberi hasil sama dengan
oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya tergantung dari derajat ambliopia.
Ambliopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam penjelasan peranan full-time
patching dibanding part-time. Studi tersebut menunjukkan, pasien usia 3-7 tahun dengan
ambliopia berat (tajam penglihatan antara 20/100=6/30 dan 20/400=6/120), full-time patching
memberi efek sama dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain, patching 2
jam/hari menunjukkan kemajuan tajam penglihatan hampir sama dengan patching 6 jam/hari
pada ambliopia sedang/moderate (tajam penglihatan lebih baik dari 20/100) pasien usia 3-7
tahun. Dalam studi ini, patching dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/hari.18
Idealnya, terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau tajam
penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing-masing mata. Hasil ini tidak selalu

13

dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan kemajuan, maka penatalaksanaan harus tetap
diteruskan.9,10,18
2. Degradasi Optik
Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan kualitas
penglihatan (degradasi optik) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih buruk dari mata
yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi (penalization). Sikloplegik (biasanya atropine
tetes 1% atau homatropine tetes 5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang lebih baik
sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur bila melihat dekat.9,10,13
ATS menunjukkan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dengan patching
untuk ambliopia sedang (tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100). ATS juga
memperlihatkan bahwa pemberian atropine pada akhir minggu (weekend) memberi perbaikan
tajam penglihatan sama dengan pemberian atropine harian yang dilakukan pada kelompok anak
usia 3 7 tahun dengan ambliopia sedang. Ada juga studi terbaru yang membandingkan atropine
dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7 tahun, menunjukkan atropine merupakan pilihan
efektif.10,13
Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi, yaitu tidak
mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan atropinisasi, anak sulit untuk
menggagalkan metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu sesering oklusi.10,13
Metode pilihan lain dengan prinsip yang sama adalah dengan memberikan lensa positif
dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah terjadinya efek samping
farmakologik atropine.13,17
Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien dengan
mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama, jadi tidak mengganggu
kemampuan penglihatan binokular.13,17
2.8. Komplikasi dari Penatalaksanaan
Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia dapat menyebabkan terjadinya ambliopia pada
mata yang baik. Oklusi full-time merupakan tindakan yang paling beresiko tinggi dan harus
dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow-up pertama setelah pemberian oklusi
dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1 minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4

14

minggu untuk anak usia 4 tahun). Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak
perlu sesering oklusi full-time, tapi follow-up reguler tetap penting.13,17
Hasil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi alternat, tajam
penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua mata.13,17
Lama terapi tergantung pada hal berikut :17

Derajat ambliopia

Pilihan terapeutik yang digunakan

Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih

Usia pasien
Semakin berat ambliopia, dan semakin tua usia membutuhkan penatalaksanaan yang

lebih lama. Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat memberi perbaikan ambliopia strabismik
berat dalam waktu 1 minggu. Sebaliknya, anak yang lebih dewasa yang memakai penutup hanya
seusai sekolah dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih untuk dapat
berhasil.17
2.9. Prognosis
Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi oklusi
pertama. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat tercapai. Hal ini
semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Hanya kesembuhan parsial yang dapat
dicapai bila usia lebih dari 10 tahun.13 Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan ambliopia adalah
sebagai berikut:13

Jenis Ambliopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan
organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan ambliopia strabismik prognosisnya
paling baik.

Usia dimana penatalaksanaan dimulai: Semakin muda pasien maka prognosis semakin
baik.

Dalamnya ambliopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam penglihatan awal
pada mata ambliopia, maka prognosisnya juga semakin baik
DAFTAR PUSTAKA

15

1.

Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.

2.

Press L, Coats D. 2004. Amblyopia. Harley Pediatric Ophtalmology fifth. Edition.


Philadelphia, Pennsylvania.

3.

American Academy Ophtalmology. 2006. Pediatric Ophtalmology. San Fransisco.

4.

Wright, Kenneth W, et.al. 2006. Handbook of Pediatric Ophtalmology and Strabismus.


Springer: New York.

5.

Amblyopia in Common Eye Conditions Disorders and Diseases. Available at:


http://www.middleseweye.com/eye_conditions.htm.

6.

Cole AE, etc. 2012. Amblyopia. Sanfransisco, Amerika.

7.

Amblyopia

Treat

Lazy

Eye

in

early

childhood.

Available

at

http://www.eyesite.ca/english/public-information/eyeconditions/pdfs/amblyopia.pdf#search=amblyopia
8.

Riordan-Eva P, Whitcher JP. 2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta : EGC.

9.

Rouse MW et al. Care of the Patient with Amblyopia. In: Optometric Clinical Practice
Guideline. American Optometric Association, 1994.

10.

Webber AL, Wood J. Amblyopia: prevalence, natural history, functional effects and
treatment; A Review. Clinical and Experimental Optometry, 2005.

11.

Hess RF, Mansouri B, Thompson B. A new binocular approach to the treatment of


Amblyopia in adults well beyond the critical period of visual development. IOS Press,
2010.

12.

Jeon ST, Maurer D, Lewis TL. The Effect of Video Game Training on the Vision of Adults
with Bilateral Deprivation Amblyopia. Koninklijke Brill, Leiden, 2012.

13.

Wright KW. Visual Development and Amblyopia. In: Handbook of Pediatric Strabismus
and Amblyopia. Springer, USA, 2006.
16

14.

Healthy Eyesight and Childhood Development: Amblyopia. National Collaborating Centre


for Aboriginal Health, 2013.

15.

DuBois L. Chapter 2: Visual Acuity. In: Clinical Skills for the Ophthalmic Examination:
Basic Procedures, 2nd Ed. Slack Inc, 1990.

16.

Farvardin M, Afarid M. Evaluation of stereo tests for screening of amblyopia. IRCMJ,


Iran, 2007.

17.

Guidelines for The Management of Amblyopia. Pediatric Sub-Committee, 2006.

18.

The Pediatric Eye Disease Investigation Group. A Randomized Trial of Prescribed


Patching Regimens for Tretment of Severe Amblyopia in Children. American Academy of
Ophthalmology, Elsevier, 2003.

17

Vous aimerez peut-être aussi