Vous êtes sur la page 1sur 14

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu perusahaan ataupun pabrik yang memiliki kegiatan produksi pastilah
dalam proses produksinya melakukan kegiatan pengangkutan dan pemindahan
bahan baku. Kegiatan pengangkutan dan pemindahan bahan baku tersebut
haruslah dimanajemen dan direncanakan pada awal sebelum membangun
perusahaan atau pabrik. Kegiatan pengangkutan dan pemindahan baku di dalam
perusahaan atau pabrik sering disebut dengan material handling.
Material handling yang dilakukan diharapkan dapat memperlancar proses
produksi secara efektif dan efisien serta dapat menghemat biaya produksi dan
waktu kegiatan produksi. Oleh karena itu, kegiatan material handling haruslah
direncanakan dan dianalisis dengan baik agar perusahaan dan pabrik tidak
mengalami kerugian. Pada makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian
material handling, perencanaan, perhitungan jarak dan ongkos/biaya, dan
peralatan yang digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan material handling?
2. Bagaimanakah perencanaan material handling dalam suatu perusahaan
atau pabrik?
3. Bagaimanakah cara perhitungan ongkos material handling?
4. Apakah peralatan-peralatan yang digunakan dalam kegiatan material
handling?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang dapat disusun dari rumusan masalah di atas
adalah:
1. Mengetahui pengertian material handling.
2. Mengetahui perencanaan material handling dalam suatu perusahaan atau
pabrik.

3. Mengetahui dan memahami perhitungan jarak dan ongkos material


handling.
4. Mengetahui peralatan-peralatan yang digunakan dalam kegiatan material
handling.

II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Material Handling
2

Menurut Rochman, et al. (2010), material handling bisa diartikan sebagai


pergerakan, penyimpanan, perlindungan, pengendalian material di seluruh proses
manufaktur dan distribusi termasuk penggunaan dan pembuangannya. Atau bisa
didefinisikan sebagai penyediaan material dalam jumlah, kondisi, posisi, waktu
dan tempat yang tepat untuk mendapatkan ongkos yang efisien.

Gambar 1. Penanganan material handling secara manual


Purwaningsih dan Purnawan (2007) juga menyatakan bahwa material
handling adalah suatu kegiatan dalam memindahkan barang, dan bisa juga
dikatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan, pemindahan,
pengepakan, penyimpanan, sekaligus pengendalian dari bahan atau material
dengan segala bentuknya. Kegiatan material handling dalam perusahaan melewati
tiga tahapan pengembangan, yaitu:
1. Konvensional yaitu pemindahan bahan atau material yang masih
sederhana, dengan fasilitas yang terbatas dan perhatian sedikit saja
diberikan pada keterkaitan antara-antara keadaan yang terpisah.
2. Kontemporer yaitu pemindahan bahan yang mempunyai aliran barang
yang menyeluruh.
3. Modern atau berorientasi ke sistem yaitu peindahan bahan dan kegiatan
distribusi secara fisik sebagai bagian dari suatu sistem, termasuk
pemindahan bahan dari semua sumber pasokan, seluruh pemindahan
dalam pabrik, dan distribusi barang jadi ke pelanggan.
2.2 Perencanaan Material Handling

Perencanaan material handling di dalam perusahaan atau pabrik haruslah


menyesuaikan dengan tata letak ataupun layout dari perusahaan karena tata letak
yang baik dapat menangani sistem material handling secara menyeluruh. Jika
sistem material handling yang kurang sistematis menjadi masalah yang cukup
besar dan mengganggu proses produksi (Wignjosoebroto, 1996 dalam Susetyo, et
al., 2010).
Rochman, et al. (2010) mengatakan bahwa tujuan utama perencanaan
material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi dan guna
meningkatkan efisiensi perpindahan material dari satu departemen ke departemen
lainnya. Oleh karena itu, perlu memperhatikan beberapa pertimbangan seperti
karakteristik material, tingkat aliran material, tipe tata letak pabrik dan peralatan
yang sesuai. Pertimbangan lain yang harus dilakukan adalah aliran material yang
menyangkut jumlah material dan jarak perpindahan material.
Tabel 1. Karakteristik dari metode material handling

Menurut Herjanto (2008), perencanaan penanganan material adalah suatu


komponen penting dalam perencanaan fasilitas, terutama dalam kaitannya dengan
desain tata letak. Ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan di dalam
perencanaan penanganan material, yaitu:
1. Sistem penanganan material yang disusun harus dapat memenuhi tujuan
dan persyaratan dasar, serta mempertimbangkan keinginan masa datang.
2. Sistem kegiatan penanganan dan dan penyimpanan hendaknya merupakan
suatu sistem operasi yang terintegrasi termasuk dalam penerimaan,

inspeksi, penyimpanan, produksi, perakitan, pengemasan, pergudangan,


pengangkutan dan transportasi.
3. Peralatan penanganan material dan prosedurnya agar didesain sedemikian
rupa dengan mempertimbangkan faktor kemampuan manusia dan
keterbatasannya, sehingga dapat terjadi interaksi yang efektif dengan
manusia yang menggunakan sistem.
4. Metode dan peralatan penanganan material yang dipilih harus memberikan
biaya per unit angkut yang rendah.
5. Faktor pemakaian energi dari sistem penanganan material dan prosedurnya
harus diikutsertakan dalam melakukan justifikasi ekonomi.
6. Penggunaan ruangan harus dimanfaatkan seefektif mungkin.
7. Sedapat mungkin manfaatkan gaya berat untuk memindahkan material,
dengan tetap memperhatikan keterbatasan yang menyangkut faktor
keselamatan tenaga kerja, kerusakan maupun kehilangan produk.
8. Untuk meningkatkan informasi pengendalian material, sedapat mungkin
gunakan

komputerisasi

dalam

sistem

penanganan

material

dan

penyimpanan.
9. Dalam penanganan dan penyimpanan, arus data agar dapat diintegrasikan
dengan arus fisik material.
10. Urutan operasi dan tata letak peralatan harus efektif dan efisien.
11. Metode dan peralatan penanganan material agar distandarisasikan
sehingga terdapat kesamaan dalam pelaksanaan dan acuan yang
digunakan.
12. Peralatan penanganan material jika mungkin dimekanisasikan untuk
meningkatkan efisiensi.
13. Metode dan peralatan penanganan material yang digunakan harus
memiliki dampak minimal terhadap lingkungan.
14. Metode penanganan harus sesederhana mungkin, dengan mengeliminasi,
mengurangi, atau mengkombinasikan gerakan dan atau peralatan yang
tidak perlu.
15. Metode dan peralatan yang dipilih sedapat mungkin bisa digunakan untuk
berbagai tugas dalam berbagai kondisi operasi.
16. Metode dan peralatan penanganan material harus sesuai dengan peraturan
keselamatan yang berlaku.
17. Sistem penanganan material harus mencakup rencana pemeliharaan dan
jadwal perbaikan untuk semua peralatan serta kebijaksanaan jangka
panjang untuk penggantian peralatan dan metode yang using.

2.3 Ongkos Material Handling


Menurut Susetyo, et al. (2010), kendala yang dialami perusahaan dalam
proses dan fasilitas produksi adalah dalam hal pemindahan bahan baku yang
kurang efisien. Seperti dalam proses produksinya terdapat aliran pemindahan
bahan yang berpotongan (cross movement) dikarenakan tata letak mesin yang
kurang teratur sehingga dapat mengakibatkan proses produksi terganggu, jarak
antar departemen produksi yang cukup jauh sehingga dapat menimbulkan ongkos
material handling yang cukup besar. Oleh karena itu perlu adanya suatu
pertimbangan bagaimana membuat atau mengubah tata letak fasilitas yang lebih
efektif dan efisien.
Umumnya, biaya yang diperlukan dalam kegiatan material handling
cukup besar. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan biaya
perpindahan barang yakni melalui perbaikan tata letak penempatan barang. Tata
letak penempatan barang yang baik adalah tata letak yang memungkinkan barang
yang tersimpan dapat terjangkau dan jarak pemindahan yang minimum. Jarak
pemindahan yang minimum akan dapat mengurangi biaya perpindahan barang
sehingga dapat mengurangi total biaya operasional gudang (Tompkins dan Smith,
1990 dalam Karonsih, et al., 2013).
Susetyo, et al. (2010) juga mengatakan bahwa pemilihan ongkos material
handling sebagai kriteria keberhasilan dari relayout disebabkan oleh beberapa
alasan, yaitu:
1. Ongkos material handling cukup besar dan terjadi secara terus menerus di
samping juga termasuk dalam klasifikasi ongkos variabel. Material
handling pada dasarnya merupakan kegiatan yang tidak produktif yaitu
dalam arti tidak memberikan nilai tambah apa-apa dari material yang
dipindahkan.
2. Ongkos material handling dapat dengan mudah dihitung. Biasanya ongkos
material handling akan proporsional dengan jarak pemindahan material.
3. Ongkos material handling seringkali akan sangat dipengaruhi oleh
relayout-nya sendiri.

Pengukuran jarak dilakukan dengan pengukuran rectilinier dan pada pengukuran


jarak masing-masing tidak memperhatikan adanya lintasan, sehingga pengukuran
dilakukan secara langsung dari masing-masing titik tengah departemen produksi.
Karonsih, et al. (2013) juga menyatakan bahwa perhitungan jarak
dilakukan dengan dengan mengukur jarak antara titik keluar masuk dengan titik
pusat blok penyimpanan dari masing-masing material. Untuk mengetahui jarak
pemindahan dihitung menggunakan metode rectilinier yaitu dengan rumus di
bawah ini:

Untuk menghitung ongkos material handling pada layout awal ialah dengan
rumus:
OMH = Biaya Mesin + Biaya Operator
dimana biaya mesin dapat dihitung dengan rumus:

Kemudian untuk perhitungan ongkos material handling per meternya dapat


dihitung dengan rumus:

Sehingga, ongkos material handling tiap satuan jaraknya adalah:

2.4 Peralatan Material Handling


Menurut Purwaningsih dan Purnawan (2007), ada beberapa desain
peralatan material yang umum terdapat dalam dunia industri, yaitu:
1. Peralatan Kontainer dan Pengunitan
a. Kontainer: Pallet; Skid dan Skid boxes

Gambar 2. Skid Boxes


Sumber: Google image (2015)
b. Pengunitan: Stretchwrap; Palletizers
2. Peralatan Transportasi Material, yaitu peralatan yang menggunakan gaya
berat atau tenaga (mesin), biasanya digunakan untuk memindahkan
muatan merata dari tempat ke tempat sepanjang satu lintasan tetap, dengan
fungsi utama mengantar.
a. Konveyor: Chute conveyor; Belt conveyor (Flat belt conveyor,
Telescoping belt conveyor, Troughed belt conveyor, Magnetic belt
conveyor); Roller conveyor; Wheel conveyor (ban pengantar yang
membawa beban di atas serangkaian peluncur, yang bergerak di atas
bantalan); Peluncur pengangkut bertenaga (listrik); Corong gravitasi
(luncuran yang terbuat dari logam); Slat conveyor; Chain conveyor; Tow
line conveyor; Trolley conveyor; Power and free conveyor; Cart-on-Track
conveyor; Sorting conveyor (Deflector, Push diverter, Rake puller,

Moving slat conveyor, Pop-up skewed wheels, Pop-up rollers, Tilting slat
conveyor, Tilt tray sorter, Cross belt sorter, Bombardier sorter).

Gambar 3. Belt conveyor


Sumber: Google image (2015)
b. Kendaraan industri: Walking (Hand truck and hand cart, Pallet jack,
Walkie stacker); Riding (Pallet truck, Platform trucks, Counterbalanced
lift truck, Straddle carrier, Mobile yard crane); Automated (Automated
guided vehicle, Automated electrical monorail, Sorting transfer vehicle)

Gambar 4. Pallet jack


Sumber: Google image (2015)
c. Monorel, Hoist dan Crane: Monorel; Hoist; Crane (Jib crane, Bridge
crane, Gantri crane, Stacker crane)

Gambar 5. Jib crane


Sumber: Google image (2015)
3. Peralatan Penyimpanan dan Pengumpulan
a. Unit load storage and retrieval: Unit load storage equipment (Block
stacking, Pallet stacking frame, Single deep selective rack, Double-deep
rack, Drive-in rack, Drive-thru rack, Pallet-flow rack, Push-back rack,
Mobile rack, Cantilever rack); Unit load retrieval equipment (Walkie
standart, Counterbalance lift truck, Narrow aisle vehicle, Automated
storage/Retrieval machines).

Gambar 6. Pallet stacking frame


Sumber: Google image (2015)
b. Small load storage and retrieval equipment: Operator to stock equipment
(Bin shelving, Modular storage drawers in cabinets, Carton flow rack,
Mezzanine, Mobile storage, Pallet); Operator to stock retrieval equipment
(Picking cart, Order picker truck, Person abroad automated storage and
10

retrieval machine, Robotic retrieval); Stock to operator equipment


(Carousels, Minoload automated storage and retrieval machine, Vertical
lift module, Automatic dispenser)

Gambar 7. Bin shelving


Sumber: Google image (2015)

4. Peralatan Identifikasi
a. Automatic identification and recognition: Bar coding; Optical character
recognition; Radio frequency tag; Magnetic stripe; Machine vision.

Gambar 8. Machine vision


Sumber: Google image (2015)
b. Automatic, paperless communication: Radio frequency data terminal;
Voice headset; Light and computer aids; Smart card.

11

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Material handling adalah suatu kegiatan dalam memindahkan barang, dan
bisa juga dikatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan,
pemindahan, pengepakan, penyimpanan, sekaligus pengendalian dari
bahan.
2. Tujuan utama perencanaan material handling adalah untuk mengurangi
biaya produksi dan guna meningkatkan efisiensi perpindahan material dari
satu departemen ke departemen lainnya.
3. Ongkos material handling dapat dihitung dengan rumus:
OMH = Biaya Mesin + Biaya Operator
4. Peralatan material handling yaitu: Peralatan Kontainer dan Pengunitan,
Peralatan

Transportasi

Material,

Peralatan

Penyimpanan

dan

Pengumpulan, dan Peralatan Identifikasi.


3.2 Saran

12

Diharapkan mahasiswa agar lebih mencari informasi dan materi mengenai


material handling dari beberapa sumber, sehingga mahasiswa lebih mudah
memahami kegiatan material handling dalam suatu pabrik.

DAFTAR PUSTAKA

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo.


Karonsih, S. Nurrisa; N. W. Setyanto; dan C. F. M. Tantrika. 2013. Perbaikan
Tata Letak Penempatan Barang di Gudang Penyimpanan Material
Berdasarkan

Class

Based

Storage

Policy.

Diakses

dari

http://jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jrmsi/article/viewFile/40/64
pada 30 Maret 2015.
Purwaningsih, Ratna dan P. A. Wicaksono. 2007. Ergonom Industri. Buku Ajar.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Rochman, Taufiq; R. D. Astuti; dan R. Patriansyah. 2010. Peningkatan
Produkstivitas Kerja Operator melalui Perbaikan Alat Material
Handling dengan Pendekatan Ergonomi. Performa, 9(1):1-10.
Susetyo, Joko; R. A. Simanjuntak; dan J. M. Ramos. 2010. Perancangan Ulang
Tata Letak Fasilitas Produksi dengan Pendekatan Group Technology

13

dan Algoritma Blocplan untuk Meminimasi Ongkos Material


Handling. Jurnal Teknologi, 3(1):75-84.

14

Vous aimerez peut-être aussi