Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DIABETES MILITUS
Oleh:
PUGUH SIGIT P
0910720070
1. DEFINISI
a. Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & Suddart,
2002 : 1220),
b. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Soegondo, 2009).
c. Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya ( ADA, 2005).
d. Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia)
2006, seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah
puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL. Kadar gula darah
sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam.
2. KLASIFIKASI DM
Klasifikasi diabetes melitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi (2007 :
70) antara lain :
a. Insulin Dependent Diabetes Melitus ( IDDM ) atau DM Tipe 1
Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang berhubungan
dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada
insulin fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi pada semua usia
muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunitas (kekebalan
tubh) yang kemudian merusak pulau Langerhans di pankreas. Kelainan
berdampak pada penurunan fungsi insulin.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ) atau DM Tipe 2
Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada
semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada
kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik
selama stres.
c. Diabetes melitus tipe lain
DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
hiperglikemik terjadi karena penyakit lain : penyakit pankreas, hormonal,
alat/ bahan kimia, endrokrinopati, kelainan reseptor insulin, sindrom genetik
tertentu.
d. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi normal atau
tetap tidak berubah.
e. Gestational Diabetes Melitus ( GDM )
Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam
kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui.
Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali
lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan
produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin maka mengakibatkan
hiperglikemi. Resisten insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen,
progesteron,
prolaktin
dan
plasenta
laktogen.
Hormon
tersebut
mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi aktivitas
insulin.
3. ETIOLOGI
Penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes melitus tipe II menurut Guyton & Hall (2002), yaitu:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
4. FAKTOR RESIKO DIABETES MELITUS TIPE II
Menurut ehsa (2010) faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes melitus tipe II dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
- Riwayat keluarga diabetes
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes melitus orang tua.
Biasanya, seseorang yang menderita diabetes melitus mempunyai
anggota keluarga yang juga terkena penyakit tersebut.
- Ras atau latar belakang etnis
Resiko diabetes melitus tipe II lebih besar pada hispanik, kulit hitam,
penduduk asli Amerika, dan Asia
- Riwayat diabetes pada kehamilan
Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari
4,5 kg dapat meningkatkan risiko diabetes melitus tipe II.
b. Faktor resiko yang dapat diubah
- Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
- Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes melitus tipe II,
hal ini pankreas mempunyai kapasitas disebabkan jumlah/kadar insulin
oleh sel maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu, mengonsumsi
makanan secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam
jumlah memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat
dan menyebabkan diabetes melitus
- Gaya hidup
Makanan cepat saji dan olah raga tidak teratur merupakan salah satu
gaya hidup di jaman sekarang yang dapat memicu terjadinya diabetes
melitus tipe II
- Obesitas
Seseorang dikatakan obesitas apabila indeks massa tubuh (BMI) lebih
besar dari 25. HDL (baik kadar kolesterol) di bawah 35 mg/dl dan / atau
tingkat trigliserida lebih dari 250 mg/dL dapat meningkatkan resiko
diabetes melitus tipe II
- Hipertensi
5. PATOFISOLOGI
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresis insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambila glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin
yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal/sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes melitus tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekrsi insulin yang merupakan ciri khas diabetes melitus tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
6. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes melitus menurut
Riyadi (2007 : 80 ) yaitu :
- Poliuria ( Peningkatan pengeluaran urin)
- Polidipsia ( Peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan
keluarnya air menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti
penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat peka).
Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretik hormone) dan
menimbulkan rasa haus.
- Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
- Polifagia (Peningkatan rasa lapar)
7. KOMPLIKASI
a. Komplikasi akut
- Ketoasidosis diabetik
Adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh
trias, terutama diakibatkan oleh defisiensi insulin absolut atau insulin
relatif.
- Hipoglikemi
status
mengidentifikasikan,
kesehatan
dan
pola
pertahanan
penderita
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit
Adanya
Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita
sehubungan
dengan
penyakitnya
serta
tanggapan
keluarga
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f.
Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i.
Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++
++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
A. Diagnosa keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Defisit volume
cairan
berhubungan
dengan:
- Kehilangan
cairan tubuh
dalam jumlah
banyak
- Kegagalan
fungsi regulasi
Resiko Infeksi
NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ...x24 jam, kelebihan
volume cairan dapat berkurang atau
teratasi.
Kriteria hasil:
N
Kriteria
Score
o
1
Temperature :
5
(36,5 37,5 c)
2
Perubahan status
5
mental (-)
3
Nadi dalam batas
5
normal : 60-100 mmHg
4
RR: 12-20 x/mnt
5
5
Tekanan darah :
5
(100-140/60-90mmhg)
6
Turgor kulit
5
7
Produksi urine 0,5-1
5
ml/Kg BB/jam
8
Konsistensi urine
5
normal (kuning jernih,
tidak ada endapan)
9
CRT < 2s
5
10 Mukosa membrane dan 5
kulit kering (-)
11 Hematokrit 35%-50%
5
12 Penurunan berat badan 5
secara signifikan (-)
13 Rasa haus berlebihan
5
(-)
14 Kelemahan (-)
5
Setelah dilakukan tindakan
NIC
Monitoring:
1. Observasi status mental
2. Monitor imput serta output urine dan catat
adanya perubahan jumlah, warna dan
konsentrasi urine
3. Monitor turgor kulit, membrane mukosa dan
perasaan haus klien.
4. Monitor adanya tanda dehidrasi
5. Ukur tanda-tanda vital dan CVP
6. Ukur CRT, kondisi dan suhu kulit
7. Timbang berat badan sesuai indikasi
8. Kaji status mental
Mandiri:
1. Memasang dan mempertahankan akses vena
perifer (infus)
2. Berikan perawatan kulit pada bagian
penonjolan tulang.
Pendidikan kesehatan:
1. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake
cairan.
2. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake
nutrisi untuk meningkatkan kadar albumin
darah
Kolaborasi:
1. Berikan terapi cairan sesuai instruksi dokter
2. Berikan transfuse darah sesuai hasil kolaborasi
dengan medis
3. Berikan terapi farmakologi untuk meningkatkan
jumlah urine output
4. Kolaborasi pemeriksaan kadar elektrolit, BUN,
creatinin dan kadar albumin.
Kontrol infeksi
berhubungan
dengan faktor
resiko prosedur
invasive
Resiko kadar
glukosa darah
tidak stabil
Berhubungan
dengan:
- Kurangnya
pengetahuan
tentang
penatalaksanaan
diabetes
- Monitoring kadar
Tidak terdapat
fungsiolesa
Keterangan :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ....x24 jam, kadar glukosa
darah stabil.
N
o
1
2
3
Kriteria
Kadar glukosa darah
sesaat: <200 mg/dl
Kadar glukosa darah
puasa: < 126 mg/dl
Kadar glukosa darah
2 jam post pandrial:
< 200 mg/dl
Scor
e
5
5
5
Monitoring:
1. Monitor kadar gula darah
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia:
poliuria, polidipsi, poliphagi
3. Monitor adanya keton pada urin
4. Monitor tanda dan gejala hipoglikemia:
tremor, keringat dingin, iritabilitas,
takikardi, palpitasi, mual, pusing, sukar
konsentrasi, kelemahan)
5. dentikfikasi faktor penyebab hiperglikemia
atau hipoglikemia
glukosa
inadekuat
- Kurangnya
penatalaksanaan
diabetes
4
Poliuria (-)
5
Polidipsi (-)
6
Poliphagi (-)
7
Ketonuria (-)
8
Tremor (-)
9
Keringat dingin (-)
1
Iritabilitas (-)
0
1
Takikardi (-)
1
1
Palpitasi (-)
2
1
Mual (-)
3
1
Pusing (-)
4
1
Sukar konsentrasi (-)
5
Keterangan :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Mandiri:
1. Batasi aktivitas saat gula darah > 250
mg/dl, khususnya jika ada urin keton
2. Lindungi pasien dari cedera karena
hiperglikemia/hipoglikemia
Pendidikan kesehatan:
1. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake
cairan
2. Ajarkan klien untuk cek kadar gula darah
secara teratur
Kolaborasi:
1.
2.
3.
4.
5.
PATOFISIOLOGI:
DIFISEINSI INSULIN
- Sel dan pulau langerhans kurang peka
terhadap rangsangan -->sentak insulin
sesudah makan tidak begitu kuat
- Menekan jumlah resptor insulin pada
target
- Faktor Herediter:
- Degenerasi/tertekannya sel/
perbedaan kepekaan seseorang
terhadap pertambahan umur
- Faktor Herediter:
Berkembangnya kekebalan pada
sel -> distruksi, autonom pada sel
- Degenerasi ringan pada sel
- Penyakit virus
Diabetes Mellitus
IDDM
NON IDDM
Glikosuria
Glikosilasi
Retina
Retina angiopati
katarak lentis
Fasilitas
transmembran
asam amino
berkurang
Hiperglikemia
Lensa mata
PK
Arterosklerosis
Angiopati
Berat badan
menurun
Mk: Penurunan
dtt, kelelahan
Asam amino
sulit masuk
sel
Berat badan
menurun
Asetil Ko A meningkat
Mk: Penurunan
dtt, kelelahan
Ketogenesis meningkat
kolesterol meningkat
Hiperkolesterolemia dan
ketonimia
Osmolalitas
urine meningkat
Volume urine
meningkat
Masalah Kesehatan:
Gangguan pola makan
PK:
Neuropati
MK:
-Potensial cedera
-Potensial kerusakan
jaringan kulit
Gagal
jantung
Pembuluh
darah kecil
Ganggren
dengan arkus
kecil
Trombosis dengan
oklusi p.d
Perubahan
kulit, atropi
Amputasi minor
Gangguan luas
Ulserasi
MK: Kerusakan
jaringan perifer
Osmotik diuresis
Rasa haus
meningkat
Sisntesis
protein
menurun
PK: Ketoasidosis
Penurunan Proses
-Transkripsi
-Translasi
-Replikasi
-Proliterasi sel
Pertumbuhan jaringan
terhambat
PK Infeksi
Arterosklerosis
Masalah kesehatan:
Resiko tinggi perluasan
infeksi dan Kelelahan
Diuresis
Pembuluh darah besar/
makrovaskuler/makroangiopati
-Berkeringat
-Gemetar, sakit
kepala, Palpitasi
Hipoglikemia
Kelainan Metabolisme
Mk:
Kebutuhan belajar
penatalaksanaan
penyakit
Poliori
MK:
-Gangguan pola
eliminasi
-Gangguan
volume cairan
Dehidrasi
(air dan glukosa
terbuangan
PK: Koma
Diabetikum
MK: Gangguan
pemenuhan
kebutuhan O
DAFTAR PUSTAKA
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Puguh Sigit P
Kendalsari
NIM
: 0910720070
Tgl. Praktik
27/1/2014
---
15/2/2014
A. Identitas Klien
Nama
:
Usia
:
Jenis Kelamin
:
Alamat
:
Ny. S
60 tahun
Perempuan
RT 07 RW 14
No. RM
Tgl. Masuk
Tgl. Pengkajian
Sumber informasi
: (-)
: (-)
: 4 februari 2014
:Klien
dan
menantu
No. Telp
: (-)
Nama klg. dekat yg bisa dihubungi :
Status Pernikahan
: Janda
Agama
: Islam
Status
: Anak
Suku
: Jawa
Alamat
: RT 07 RW 14
Pendidikan
: SD
No. Telp
: (-)
Pekerjaan
:
Pendidikan
: SMA.
Lama Bekerja
: (-)
Pekerjaan
: Wiraswasta
B. Status Kesehatan Saat ini
Klien mengeluh nyeri pada tengkuk leher dan gringgingan
C. Riwayat Kesehatan Saat ini
Klien mengatakan merasa nyeri dan berat di tengkuk leher. Keluhan
pada tengkuk terasa + 2 hari terakhir pada waktu bangun tidur. Klien juga
mengeluh sering terbangun saat tidur secara tiba-tiba dan memiliki sakit DM
kurang + 10 tahun. sering merasa geringgingen di kaki dan tangan. Gula
darah terakhir pada bulan januari yaitu 180. Klien rutin minum obat
Glibenklamid. Klien juga sudah mengatur pola makan dan menghindari
makanan yang manis-manis. Pandangan klien juga kabur sejak terdiagnosa
Diabetes Militus pada tahun 2000
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan (jenis & waktu) :
kaki kanan tertusuk kayu
b. Operasi (jenis & waktu) : Klien tidak pernah melakukan operasi
c. Penyakit
:
Kronis
: Diabetes Militus
d. Terakhir masuk RS
: Klien tidak ingat tanggal masuk RS
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll) : Klien tidak alergi
3. Imunisasi : Tidak terkaji
Klie
n
Perempuan hidup
Perempuan Meninggal
Laki-laki Hidup
Laki-Laki Meninggal
F.
Riwayat Lingkungan
Klien mengikuti posyandu lansia secara rutin dan pergi ke mushola
G. Pola Aktifitas-Latihan
Makan/minum
Mandiri
Mandi
2x sehari
Berpakaian/berdandan
Mandiri
Toileting
Mandiri
Mandiri
Berjalan
Mandiri
Naik tangga
Tidak Terkaji
Jenis diit/makanan
Frekuensi/pola
: 2x sehari
Porsi yg dihabiskan
: + 10 sendok
Komposisi menu
: nasi+lauk
Pantangan
Napsu makan
: baik
Jenis minuman
Frekuensi/pola minum
Gelas yg dihabiskan
: 5-9 gelas
: Tidak
: Tidak
Pola Eliminasi
BAB:
- Frekuensi/pola
: 1x sehari
- Konsistensi
: Lunak
- Kesulitan
- Upaya mengatasi
: tidak ada
BAK:
J.
- Frekuensi/pola
: Sering
- Konsistensi
: cair
- Kesulitan
- Upaya mengatasi
: tidak ada
: 3 kali sehari
: ya
: 2 hari sekali
: ya
: 3 kali sehari
: 3 kali sehari
: 1 kali sehari
Kesulitan
: Tidak ada
Upaya yg dilakukan
: tidak ada
( ) sendiri
sebutkan,anak
2. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: klien berdiskusi
dengan menantu dan anaknya
3. Harapan setelah menjalani perawatan: ingin matanya tidak buramlagi dan
jelas
4. Perubahan yang dirasa setelah sakit: Tidak ada
L. Konsep Diri
1. Gambaran diri : Klien merasa tubuhnya terlalu gemuk sehingga klien rajin
berolahraga untuk mengurangi berat badannya.
2. Ideal diri : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya.
3. Harga diri : Klien merasa tubuhnya sehat meskipun tekanan darahnya
tinggi
4. Peran : Klien berperan sebagai seorang istri, ibu, dan nenek
5. Identitas : Klien merupakan seorang ibu, istri dan nenek.
: 18 x/mnt
: 90 x/menit
Pemeriksaan Fisik
Kepala:
Warna
: Sebagian besar rambut klien beruban
Kebersihan : Kulit kepala klien tampak bersih
Distribusi
: Merata dan sedang
Kerontokan : Ya
Keluhan
: klien mengeluh pusing
Mata:
Bentuk
: Simetris
Konjungtiva
: Tidak anemis
Sclera
: Tidak ikterus
Strabismus
: Tidak ada
Penglihatan
: pandangan kabur
Peradangan
: Tidak
Riwayat katarak
: Tidak ada
Keluhan
: Tidak ada
Hidung:
Bentuk
: Simetris
Peradangan
: Tidak ada
Penciuman
: Baik
Mulut dan tenggorokan:
Kebersihan
: Bersih
Mukosa
: Lembab
Peradangan/stomatitis
: Tidak ada
Gigi/Geligi
: Gigi geraham tanggal
Radang gusi
: Tidak tampak radang gusi
Kesulitan mengunyah
: Tidak
Kesulitan menelan
: Tidak
Telinga:
Bentuk
: Simetris
Kebersihan
: Bersih
Peradangan
: Tidak
Pendengaran
: normal
Keluhan lain
: Tidak ada
Leher:
Posisi Trakea
: Simetris
Pembesaran kel.tiroid
: Tidak ada
JVD
: Tidak ada
Kaku kuduk
: Tidak ada
Dada:
Bentuk dada
: Simetris
Retraksi
: (-)
Wheezing
: (-)
Ronchi
: (-)
Suara jantung tambahan : (-)
Abdomen:
Bentuk
: Besar
Nyeri tekan
Kembung
Supel
Bising usus
Massa
Genitalia/anus:
Kebersihan
Hemoroid
Hernia
Ekstremitas:
Massa/tonus otot
Postur tubuh
Gaya berjalan
Rentang gerak
:
:
:
:
:
(-)
(-)
(-)
Frekuensi: 12 x/mnt
(-)
: Tidak Terkaji
: Tidak ada
: Tidak ada
: Nilainya 4 (melawan gravitasi dengan tahanan)
: Normal, klien dapat berdiri dengan tegak
: agak sempoyongan kalau berjalan
: Klien dapat bergerak secara maksimal, tapi untuk
berjalan jauh klien mengatakan tidak kuat karena
kakinya akan terasa sakit. Klien juga mengeluh
ksemutan pada kaki
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Deformitas
Tremor
Edema kaki
Flebitis
Klaudikasi
Integumen:
Kebersihan
: Kulit bersih
Warna
: putih
Kelembaban
: Lembab
Gangguan pada kulit
: (-)
PENGKAJIAN PSIKOGERONTIK
Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
: Ny. S
: Perempuan
: 60 tahun
: RT 07 RW 14 Kendalsari Malang
Status Menikah
: Janda
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tingkat Pendidikan : SD
1.
Tanggal berapa hari ini ?
2.
Hari apa sekarang ?
3.
Apa nama tempat ini ?
4.
Dimana alamat Anda ?
5.
Berapa nomor rumah Anda ?
6.
Kapan Anda lahir ?
7.
Siapa presiden Indonesia ?
8.
Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
9.
Siapa nama ibu Anda ?
Total Nilai
30
29
Pengkajian ADL
Modifikasi dari Barthel Index
Aktifitas
Skor
1. Makan
0= tidak mampu
10
5= dengan bantuan
10= mandiri
2. Mandi
0= dengan bantuan
5
5= mandiri
3. Kebersihan diri
0= dengan bantuan
`5
5= mandiri
4. Berpakaian
0= dengan bantuan
5= butuh bantuan pada setengah aktifitas
10
10= mandiri
5. Mengontrol defekasi
0= inkontinen (termasuk pemberian enema)
10
5= occasional
10= kontinen
6. Mengontrol berkemih
0= inkontinen (termasuk kateter)
5= occasional
10
10= kontinen
7. Penggunaan toilet
0= dengan bantuan
10
5= butuh bantuan pada beberapa aktifitas
10= mandiri
8. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya, termasuk duduk
di tempat tidur
10
10
5
85
8.
9.
10
11.
12
13.
14.
Nilai:
Tes koordinasi
Berdiri dengan postur normal
Keterangan
Nil
ai
4
3
4
1
1
1
3
4
4
4
4
4
2
1
40
LAMPIRAN : KUISIONER
Data respoden
Nama pasien
: Ny. S
Usia
: 60 tahun
Alamat
: RT 07 RW 14 Kendalsari Malang
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: tidak bekerja
Merokok
: tidk
Konsumsi Cafein
: kadang-kadang
Minum Obat
: ya
Posisi tidur
: terlenteng
Nyeri
: ya
Mengangkat beban : jarang
Riwayat penyakit : Diabetes Militus
Konsumsi obat obatan 2 minggu terakhir : Glibenklamid
KUESIONER SKRINING KUALITAS TIDUR PADA LANSIA
(MODIFIKASI PITTSBURG DAN SDQ)
No
1
Pertanyaan
Saya merasa kesulitan saat akan memulai tidur dimalam
hari
jawaban dibuat
a. 15 menit B. 30 mnit C 1 jam
berapa lama anda tidur malam?
a. >6 jam
b. 4-5 jam
c. <3 jam
Pre
Mid
Post
10
11
12
a. Ya
b. Tidak
Saya sering tidak bisa bergerak dan bernafas saat tidur
malam
a. Ya
b. Tidak
apakah saat ini anda memiliki keluhan yang paling
mengganggu tidur anda?
a. Pusing
b. Nyeri
c. Sering kencing di malam hari
d. Sering batuk di mlam hari
e. Tidak ada keluhan
apakah anda memiliki kebiasaan sebelum tidur seperti
a. Minum kopi atau teh
b. Merokok
c. Minum alkohol
d. Minum obat untuk penyakit saya
kalau pada malam hari anda merasa tidur anda kurang,
apa yang anda rasakan?
a. Saya merasa mudah marah dan tersinggung
b. Saya merasa susah berkonsentrasi
c. Saya merasa mudah lelah dan malas untuk
beraktifitas
d. Kurang tidur tidak memberikan efek apa apa
terhadap saya
B
A
C
B
C
II
III
IV
VI
VI
I
Jumlah
XXX X X X X
X X
XX
obat
Dosis Obat yang dikonsumsi
X
Cara penggunaan obat yang
dikonsumsi
Efek
samping
obat
yang
X
dikonsumsi
Waktu
minum
obat
yang
dikomsumsi
Psikomotor : klien melaporkan....
Minum obat sesuai jadwal
X X
Pembatasan aktivitas
Kognititf: klien mampu menjelaskan
Cara mengangkat dengan benar
X
Psikomotor
Pasien
memperagakan
cara X
progresif*
2
1
2
1
1
X
X
X
X
4
5
0
1
Skala nyeri*
*(tuliskan berapa skalanya dalam kotak yang
disediakan)
Kuantitas tidur*
*(tuliskan berapa skalanya dalam kotak yang
disediakan)
Kualitas tidur*
*(tuliskan berapa skalanya dalam kotak yang
disediakan) Pittsburg scale
18
15
Frekuensi gangguan
Jenis Gangguan Tidur
Tidak mampu memulai tidur
dalam 30 menit
Bangun tengah malam atau dini
hari
Terbangun untuk ke kamar mandi
Tidak bisa bernapas
nyaman saat tidur
Batuk atau mengorok
keras
Merasa kedinginan
dengan
Tidak
pernah
mengalami
(skor=0)
Bermimpi buruk
Nyeri
Alasan lain, sebutkan:
Selama sebulan ini, seberapa
sering anda mengkonsumsi obat
tidur?
Selama sebulan ini, seberapa
sering anda merasa mengantuk
saat melakukan aktivitas, seperti
menyapu, memasak, mencuci,
berjualan, etc?
Selama sebulan ini, seberapa
sering
Anda
mengalami
1-2
kali 3 kali
semingg
seminggu
u
(skor=4)
(skor=3)
dengan
Merasa kepanasan
Kurang
dari
seminggu
(skor=1)
Sangat
buruk (3)
ANALISA DATA
Pengelompokan Data
DS:
Klien mengataka nyeri
pada tengkuk leher
Keluhan nyeri + 2 hari
Klien memiliki riwayat
sakit DM
Klien mengatakan mudah
terbangun dari tidur
Sering pipis pada malam
hari
Mudah lelah kalau pada
pagi hari
DO :
TD = 130 / 80 mm Hg
RR = 18 x / menit
Nadi = 90 x/menit
DS:
Klien mengatakan tidak
mematikan lampu pada
malam hari
Klien mengatakan jarang
tidur siang
Klien mengatakan
Biasanya minum pada
malam hari sebelum tidur
Klien mengatakan
Mengeluh nyeri pada
tengkuk leher
Klien mengatakan Kalau
tidur posisi terlentang dan
mengorok
Etiologi
Usia lanjut, nyeri pada tengkuk leher
pola tidur
Kurang pengetahuan
Diagnosa Keperawatan:
Masalah
Gangguan
Kurang
Pengetahu
an
RENCANA KEPERAWATAN
No
1
Dx Keperawatan
gangguan pola tidur
Kriteria
Lansia
mampu
menerapkan
menerapkan
perilaku
75%
Indikator
Lansia
yang
makan
dapat
pemenuhan
dan
minum
Intervensi
Berikan penyululuhan mengenai penyebab
dan cara mengatasi gangguan tidur pada
yang
lansia
memperbaiki
Libatkan
kualitas tidur
Lansia
mampu
mendemonstrasika
n teknik relaksasi
sesuai jadwal
napas dalam
keluarga
dalam
mengawasi
75%
lansia
menerapkan
75%
tiur
lansia
menerapkan
Kurang
pengetahuan
memperhatikan
menjelaskan
dan
gangguan tidur
mengatasi
menjawab
Lansia
mampu
menjawab
pertanyaan
penyuluh
dengan
tentang
benar
Lansia
mampu
menjelaskan
kembali
ayng
materi
diberikan
perawat
tentang
pertanyaan
nutrisi
yang
membantu tidur
tentang
menjelaskan
menjelang tidur
tentang
jenis
nutrisi
yang
membantu
Berikan
pentingnya
benar
Menjelaskan
informasi
pada
modifikasi
pada
lansia
tentang
lingkungan
lansia
tidur,
tetang
dan
cara
Jam
09.30
10.30
wib
Dx
1
: Puguh Sigit P
: 0910720070
1.
2.
3.
4.
5.
Implementasi
Mengkaji
penyebab
dan
cara
mengatasi gangguan tidur pada lansia
Melibatkan
keluarga
dalam
mengawasi kebiasaan tidur lansia
yang baik dalam membatu memenuhi
tidur lansia
Mengajarkan teknik relaksasi otot
progresif
Mendorong
lansia
untuk
mendemonstrasikan terapi relaksasi
otot progresif
Menganjurkan lansia untuk mandi
dengan air hangat dan mengompres
sendi-sendi yang sakit dengan waslap
hangat.
Evaluasi
S:
Klien mengatakan nyeri pada tengkuk leher, Keluhan
nyeri + 2 hari
Klien mengatakan memiliki riwayat sakit DM, mudah
terbangun dari tidur dan sering pipis pada malam
hari. Setiap pagi hai sering merasa mudah lelah
O:
Keadaan umum baik, sedikit grimace, fokus perhatian
kurang TD = 130 / 80 mm Hg RR = 18 x / menit
Nadi = 90 x/menit
Klien dapat mempraktekkan terapi relaksasi otot
progresif
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 1.1; 1.2; 1.3; 1.4; 1.5. Anjurkan
untuk kontrol jika sakit bertambah
S:
Klien mengatakan tidak mematikan lampu pada
malam hari dan sangat jarang tidur siang
Klien mengatakan biasanya minum pada malam hari
sebelum tidur
Klien mengatakan Mengeluh nyeri pada tengkuk
leher dan serin mengorok ketika tidur dengan posisi
terlentang
O:
Keadaan umum baik, sedikit grimace, fokus perhatian
kurang TD = 130 / 80 mm Hg RR = 18 x / menit
Nadi = 90 x/menit
Ttd
4
febru
ari
2014
10.15
11.20
wib
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
"
5
Febru
ari
2014
14.00
14.30
S:
Klien mengatakan akan mencoba tidur dengan posisi
miring sebelah kanan
Kien mengatakan akan menghindari minum teh dan
arir putih sebelum tidur
O:
Klien dapat mengulngi pejelasan oleh perawat
Keadaan umum baik, fokus perhatian meluas, TD =
130/100 mmHg, nadi =80x/menit
A: MTS
P: Lanjutkan intervensi 2.1; 2.3; 2.4; 2.5
S:
Klien mengatakan sudah ridur agak nyenyak dari
pada kemarin
Klien mengatakan sudah agaj tenang dakibat sering
melakukan teknik otot progresif
Klien dan keluarga mengatakan akan selalu rutin
melakukan nya tiap hari
O
Klien dapat mengulngi pejelasan oleh perawat
Keadaan umum baik, fokus perhatian meluas, TD =
130/100 mmHg, nadi =88x/menit
A: MTS
P: Lanjutkan intervensi 1.1; 1.2; 1.3; 1.4; 1,5
6
Febru
ari
2014
14.00
wib
1.
2.
3.
4.
8
Febru
ari
2014
10.00
1.
2.
3.
S:
Hari ini klien mengatakan anyak minum air putih tapi
lebih banyak pada pagi hati
Hari ini klien mengatakan tidak merasa pegal-pegal di
bagian leher klien
Keluarga mengatakan kalau sesekali klien tidur
dengan posisi miring yang salah pada waktu tidur
O: TD = 130/90, N = 90x/menit, kemampuan berjalan
baik,
sempoyongan,
menggunakan
pakaian
olahraga
dan
bersepatu.
Klien
mampu
memperagakan cara senam teknik relaksasi otot
progresif secara rutin
A: MTS
P: Lanjutkan intervensi 2.1; 2.2; 2.4; 2.5
Evaluasi hasil atau persepsi klien terhadap kegiatan
senam lansia
Memonitor perilaku sebelum tidur S: Klien mengatakan senang melakuakn teknik
klien
relaksasi progresif, dan setelah senam merasa
Mengeksplorasi perasaan individu dan
tubuhnya lebih ringan.
persepsinya terhadap gangguan tidur
O: TD = 140/100mmHg; nadi = 80 x/menit, aktif
Mengevaluasi
kemampuan
klien
mengikuti gerakan senam, antusias.
mempraktekkan teknik relaksasi otot A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 2.1; 2.2; 2.5
progresif
Menganjurkan klien melakukan teknik
relaksasi otot progresif secara rutin
dan berkelanjutan .
Memngevaluasi semua kegiatan yang S: Tidak ada keluhan apa-apa, badan terasa sehat.
telah di ajarkan selama ini
Hany saja masih susah tidur dan sesekali
Memberikan pertanyyan kepada klien
terbangun
tentang hal-hal yang harus dilakukan O: TD = 140/90 mmHg; nadi = 70 x/menit; aktif
dalam mengatasi nyeri
mengikuti gerakan senam, ekspresi wajah baik
Mengeksplorasi perasaan individu dan A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan
persepsinya terhadap kebiasaan tidur
dilakukan
intervensi
terapi
oto
progresif,
tidur
klien
sedikit
diri