Vous êtes sur la page 1sur 12

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN


PENETAPAN N TOTAL
OLEH:
NAMA

: IRMA SURIANTI

NO. BP

: 101094204

KELOMPOK

: VI (ENAM)

HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SABTU/14 APRIL 2012


REKAN KERJA

: 1. NADIA PUTRI
2. RIZKI ANANDA

(1010941001)
(1010942002)

3. MUHAMMAD AMMAR

(0910942017)

4. PUSPA SAFITRI S. R.

(1010942023)

ASISTEN:
FENI AGUSTINA

LABORATORIUM BUANGAN PADAT


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar nitrogen yang terdapat dalam suatu
sampel.
1.2 Metode Percobaan
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah titrasi dengan destruksi, destilasi dan
titrasi.
1.3 Prinsip Percobaan
Senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis
campuran selen membentuk (NH4)2SO4. Kadar ammonium dalam ekstrak dapat ditetapkan
dengan cara destilasi. Ekstrak dibasakan dengan penambahan larutan NaOH. Selanjutnya NH 3
yang dibebaskan diikat oleh asam borat dan dititar dengan larutan baku H 2SO4 menggunakan
penunjuk conway.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buangan padat atau sampah adalah segala sesuatu yang tidak diinginkan keberadaannya oleh
manusia pada waktu tertentu. Pada awalnya sampah tidaklah menjadi masalah bagi manusia
dan lingkungan karena sampah yang dibuang ke tanah masih dapat diolah sendiri oleh alam,
sebab jumlah manusia yang membuang sampah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dari
luas area tanah penerimanya. Selain itu sampah yang dihasilkan masih banyak yang bersifat
dapat membusuk ( G.Tchobanoglous, 1993).
Karakteristik sampah menurut antara lain yaitu (Damanhuri 2004):
1. Karakteristik kimia, terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S;
2. Karakteristik fisika, seperti densitas, kadar volatile, kadar abu, nilai kalor dan distribusi
ukuran.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi
baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan
perkebunan.
2.

Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
Dapat dibagi lagi menjadi:

a.

Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara
ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain;

b.

Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau
diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

Diantara berbagai macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman, nitrogen merupakan salah
satu diantara unsur hara makro tersebut yang sangat besar peranannya bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Diantara tiga unsur yang biasa mengandung pupuk buatan yaitu
kalium, fosfat dan nitrogen, rupanya nitrogen yang memiliki efek yang paling menonjol.
Nitrogen memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pertumbuhan (Askari, 2011).
Penetapan N total tanaman dan beberapa bahan kompleks yang mengandung N sangat sulit.
Bahan-bahan yang membantu merubah N menjadi NH4 adalah garam-garam, biasanya K2SO4
yang bertujuan untuk meningkatkan suhu. Selain itu beberapa katalisator seperti selenium, air
raksa atau tembaga digunakan untuk merangsang dan mempercepat oksidasi bahan organik
nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, bahan organik halus, N tinggi, C/N

rendah, bahan organik kasar, N rendah, C/N tinggi. Bahan organik merupakan sumber bahan
N yang utama di dalam tanah. Selain N, bahan organik menhandung unsur lain terutama C, P
dan unsur mikro pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara (Askari, 2011).
Bahan organik adalah bahan dari tanah yang merupakan suatu sistim kompleks dan dinamis
yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat dalam tanah yang terus
menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi faktor biologi, kimia dan fisika.
Bahan organik adalah semua senyawa organik yang terdapat dalam tanah, termasuk serasah,
fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut dalam air dan
bahan organik stabil atau humus (Askari, 2011).
Total nitrogen adalah ukuran dari semua bentuk nitrogen yang ditemukan dalam suatu sampel.
asam amonia dan protein secara alami terjadi berupa nitrogen organik. Perbandingan nitrogen
total dalam asam amino bisa dilakukan dengan metode kjeldahl. Metode kjeldahl merupakan
metode yang sederhana untuk penetapan nitroge total pada asam amino, protein dan senyawa
yang mengandung nitrogen. sampel akan didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalis dengan
katalisator yang sesuai sehingga dihasilkan ammonium sulfat. Setelah pembebasan dengan
alkali kuat, ammonia yang terbentuk dipindahkan secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap
dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini cocok digunakan secara semi mikro karena jumlah
sampel dan pereaksi yang diperlukan sedikit dan waktu analisa pendek (Fatmawati, 2009).
Salah satu contoh penetapan N total adalah penetapan N total pada asam amino yang bisa
dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl Cara kjedahl digunakan untuk menganalisa
kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung karena yang dianalisa adalah
kadar nitrogennya. Metode analisis ini akan berhasil dengan baik bila diasumsikan nitrogen
berada dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang
besar. kekurangan analisis ini adalah keberadaan purin, pirimidin, vitamin-vitamin, asam
amino besar, kreatin dan treatin aakan ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein.
Walaupun demikian, metode ini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran
kadar protein dalam bahan makanan (Fatmawati, 2009).
Analisa protein cara cara kjeldahl pada dasarnya dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu
(Fatmawati, 2009).
1. Tahapan Destruksi
Tahap destruksi ditandai dengan sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon hidrogen teroksidasi menjadi
CO, CO2 dan H2O, sedangkan nitrogen akan berubah menjadi (NH 4)2SO4. Untuk
mempercepat proses destruksiditambahkan katalisator berupa campuran NaSO 4 atau HgO.

Selain itu juga ditambahkan penggunaan K2SO4 dan CuSO4. Dengan penambahan
katalisator, titik didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga detruksi berjalan lebih cepat.
Kadang juga ditambahkan selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena
zat ini selain menaikkan titik didih juga memudahkan perubahan dari valensi tinggi ke
valensi rendah, dan sebaliknya.
2. Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammoni (NH 3) dengan
penambahan NaOH sampai alkali dan dipanaskan. Gas selama destilasi tidak terjadi
superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka
bisa ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan
dituangkan oleh asam klorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan. Supaya
kontak antara asam dan ammonia lebih baik diusahakan ujung tabung destilasi tercelup
sedalam mungkin ke dalam larutan asam. Untuk mengetahui asam dalam kadar berlebih
digunakan indikator.
3. Tahap Titrasi
Apabila penampang destilasi yang digunakan asam borat, maka banyaknya asam borat
yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan nasam klorida
0,1 N dengan indikator Bcb + MR. Akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan
warna larutan dari biru menjadi merah muda. Persen nitrogen yang terhitung adalah:
% N = N HCl 14 100 %.
Jika ingin mengetahui kadar protein dalam sampel maka persen nitrogen

yang didapat

dikalikan dengan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N bergantung pada persentase N
penyusun protein tersebut. Ultimate Analysis meliputi penentuan unsur Karbon (C), Hidrogen
(H), Oksigen (O), Nitrogen (N), dan Sulfur (S) sampah. Berdasarkan nilai C dan N ini dapat
ditentukan rasio C/N sampah. Ultimate Analysis masing-masing komponen dalam sampah
domestik memperlihatkan kadar karbon tertinggi dimiliki oleh komponen karet (78 %), kadar
hidrogen tertinggi dimiliki oleh sampah karet (10 %), kadar oksigen tertinggi dimiliki oleh
sampah kertas (44 %), kadar nitrogen tertinggi dimiliki oleh sampah kulit (10 %) dan kadar
sulfur tertinggi dimiliki oleh sampah makanan dan kulit ( 0,4 %) (Anonim, 2010).
Perbandingan C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun belum terurai secara sempurna dan
akan membusuk lebih lama dibandingkan dengan rasio C/N yang rendah. Dengan rasio C/N
yang tinggi akan diurai menjadi senyawa sederhana, seperti NH 3, H2, CO2 dan H2O.
mikroorganisme pengurai penyerap unsur hara dari lingkungan sekitarnya untuk
pertumbuahnnya. Kemudian mikroorganismenya akan berkurang. Unsur hara penyusun tubuh

mikroorganisme akan dilepaskan sehingga C/N menjdi rendah karena banyak CO 2 yang
menyerap ke udara dan karbonnya menjadi banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengomposan antara lain (Damanhuri, 2004):
1. Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1 hingga 40:1.
Apabila nilai C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lambat
2. Ukuran partikel
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara partikel dan mikroba.
Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan.
3. Aerasi
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan
udara hangat keluar dan udara dingin masuk dalam tumpukan kompos.
4. Porositas
Porositas merupakan ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos.
5. Kelembaban
Kelembaban 40-60% adalah kisaran optimum untuk metabolism mikroba
6. Temperatur
Semakin panas temperature akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan smakin
cepat pula proses dekomposisi
7. pH
pH optimum untuk pengomposan berkisar antara 6,5-7,5
8. Kandungan hara
Unsur hara akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


1. Cawan petri;
2. Buret;
3. Lampu spritus;
4. Lumpang Alu;
5. Destilator;
6. Labu didih;
7. Erlenmeyer 200 ml;
8. Erlenmeyer 300 ml;
9. Gelas ukur 100 ml;
10. Gelas ukur 50 ml;
11. Gelas ukur 10 ml;
12. Pipet tetes;
13. Penjepit (tang krus);
14. Spatula.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Destruksi Contoh
Cawan kosong dipanaskan pada suhu 105o C selama 1 jam, ditimbang. Sampel yang sudah
digerus dimasukkan dan ditimbang. Kemudian dipanaskan kembali selama 1 jam untuk
menghilangkan kadar air. Sampel sampah dimasukkan ke dalam tabung digest. Tambah 1 gr
selen, 3 ml asam sulfat pekat dan 2 ml hidrogen peroksida, diamkan semalaman. Keesokan
harinya didestruksi hingga suhu 350o C. destruksi selesai bila keluar uap putih dan terdapat
ekstrak jernih. Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air
bebas ion hingga tepat 100 ml, kocok sampai homogen, ekstrak digunakan untuk pengukuran
N dengan cara destilasi.
3.2.2 Pengukuran N
Pindahkan secara kualitatif seluruh ekstrak contoh ke dalam labu didih. Tambahkan sedikit
serbuk batu didih dan aquades hingga setengah volume labu. Disiapkan penampung untuk
NH3 yang dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1 % yag ditambah 3
tetes indikator Conway dan dihubungkan dengan alat destilasi. Dengan gelas ukur, tambahkan
NaOH 40 % sebanyak 10 ml ke adalam labu didih yang berisi contoh dan secepatnya ditutup.
Destilasi hingga volume penampung mencapai 50-75 ml. destilasi dititrasi dengan H2SO4 0,05
N hingga warna merah muda. Catat volume titr contoh (Vc) dan blanko (Vb).

3.3 Perhitungan
Kadar Nitrogen (%)

Vc,b
N
14
100

= ml titar contoh dan blanko


= Normalitas larutan baku H2SO4
= bobot setara Nitrogen
= Konversi ke %

Fk

= Faktorkoreksi kadar air =

% Kadar Air

berat cawan isi berat cawan isi 105 o C


100%
=
berat cawan isi berat cawan kosong

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data
Larutan

Berat cawan

Berat cawan

Berat cawan isi

Volume

Volume titran

kosong (A)

isi (X) (gram)

setelah

Larutan (ml)

(ml)

(gram)

dipanaskan
105OC (gram)

Sampel
1

49,265

54,505

51,343

49,265

54,504

51,341

49,265
49,265
-

54,506
54,505
-

51,342
51,342
-

Rata-rata
Blanko

25

1,6

25
25

1,6
0,1

4.2 Perhitungan
a. Kadar Air Sampah
% Kadar Air =

berat cawan isi berat cawan isi 105 o C


100%
berat cawan isi berat cawan kosong
54,505 gram - 51,342 gram

% Kadar Air = 54,505 gram - 49,265 gram 100% = 60,3626 %


b.

Kadar Nitrogen

Faktor koreksi kadar air

=
= 2,5228
Kadar Nitrogen (%) =
=
= 50,5522 %

4.2 Pembahasan
Praktikum laboratorium lingkungan kali ini adalah penetapan N total suatu sampel sampah.
Sampel sampah yang digunakan adalah sampah buah-buahan yang membusuk. Dari hasil
praktikum di laboratoriun diperoleh nilai persentase kadar nitrogen sampel sampah adalah
50,522%.

Hasil perhitungan data memperlihatkan bahwa sampel sampah memiliki kadar N total yang
tinggi. Hal ini dikarenakan sampel sampah yang digunakan adalah buah-buahan yang
memiliki kadar nitrogen tertinggi pada sampah kulitnya. Terdapatnya kandungan nitrogen
dalam buah-buahan dikarenakan tanaman membutuhkan nitrogen sebagai salah satu diantara
unsur hara makro yang sangat besar peranannya bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, termasuk dalam pembentukan buah.
Berdasarkan SNI 19-7030-2004, kadar minimum kadar N-total suatu sampah yang efektif
diolah secara pengomposan adalah 0,4 %. Hasil analisis sampel memperlihatkan bahwa
persentase kadar N-total sampah berada jauh diatas nilai minimum yang diperbolehkan, maka
sampah buah-buahan bisa diolah dengan pengomposan.
Persentase kadar N total sampah akan mempengaruhi kualitas kompos yang dihasilkan dari
proses pengomposan, sedangkan persentase kadar airnya akan mempengaruhi kelembaban
selama proses pengomposan. Berdasarkan buku diktat pengelolaan sampah karangan
Damanhuri, kadar air pengomposan yang dianjurkan berada pada rentang 50-60 %, nilai
optimumnya adalah 55 %. Hasil analisis di laboratorium memperlihatkan bahwa kadar air
sampel sampah adalah 60,3626 %, berada sedikit diatas niai yang dianjurkan. Kadar air akan
memepengaruhi ketersediaan oksigen dalam tumpukan kompos sehingga menentukan apakah
pengomposan terjadi secara aerob atau anaerob. Kandungan kadar air yang berada diatas nilai
yang dianjurkan akan menyebabkan pori-pori timbunan kompos akan terisi oleh air sehingga
pengomposan terjadi secara anaerob dan menghasilkan bau.
Dalam proses pengomposan, nitrogen dibutuhakan dalam pembentukan sel bakteri pengurai.
Keberadaan nitrogen dalam sampah harus diimbangi dengan kandungan karbon karena
adanya rasio C/N yang menjadi parameter kulitas kompos. Jika kandungan nitrogen sampah
terlalalu tinggi dibandingkan kandungan karbon maka akan menghasilkan ammonia yang
akan menghambat aktifitas bakteri pengurai. Sedangkan jika kandungan nitrogen sampah
terlalu rendah dibandingkan kandungan karbonnya, bakteri akan kekurangan nutrisi untuk
selnya.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan yaitu :
1. Kadar air yang didapatkan yaitu sebesar 60,3626%;

2. kadar N total yang didapatkan sebesar 50,552 %;


3. berdasarkan SNI 19-7030-2004, kadar N total yang diperbolehkan untuk pengomposan
minimal 0,4 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampah buah-buahan cocok diolah
dengan pengomposan;
4. kadar air sampah yang melebihi nilai optimum yang diperbolehkan bisa diatasi dengan
mengoptimalkan pengadukan dan pembalikan selama pengomposan.
5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disampaikan beberapa saran yaitu:
Saran-saran yang dapat disampaikan yaitu :
1. Berhati-hati dalam menimbang cawan petri dengan neraca analitik, serta dalam meletakkan
sampah ke dalam cawan petri tersebut, karena inti dari praktikum kali ini adalah berat
cawan di setiap perlakuan. Jika data yang didapat salah maka hasil praktikum tidak akan
akurat;
2. berhati-hati dalam memasukkan cawan petri yang telah berisi sampah ke dalam furnace
dengan temperatur 105oC, karena suu yang dihasilka cukup tinggi;
3. geruslah sampah dengan benar-benar baik dan sampai halus agar pemansan pada suhu
105oC selama 1 jam bisa menguapkan kandungan air dalam sampah dengan maksimal;
4. lakukan pemanasan sampel dan blanko di lemari asam;
5. berhati-hati saat melakukan titrasi agar volume titran yang tercatat sesuiai dengan volume
yang sebenarnya dibutuhkan sampel dan blanko.

DAFTAR PUSTAKA
Semirat, julli. 2000. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada Universirty Press
Tchobanoglous. 1993. Integrated Solid Waste Management. New York: Mc Graw Hill Inc
Damanhuri,Enri. 2004. Diktat Pengelolaan Sampah. Bandung: ITB
Askari, Wahyu. 2011. Penetapan Nitrogen Total. http://WahyuAskari.blogspot.com. Tanggal
Akses: 12 April 2012

Fatmawati. 2009. Metode Kjeldahl. http://kisahfathe.blogspot.com. Tanggal Akses: 12 April


2012
Anonim A, 2010. Organik. (http://www.google.com . Tanggal Akses 27 Mei 2010

Vous aimerez peut-être aussi