Vous êtes sur la page 1sur 1

A letter for someone

2012-04-12
Suatu saat kamu pasti akan mengerti, bahwa keegoisan tidak akan pernah
menunjukkan jalan kepada kesuksesan. Aku anggap itu sebuah keegoisan,
karena kamu tidak pernah mau peduli pada sekitar. Itu hanya akan membuatmu
buntu pada tujuan yang sulit terealisasikan. Aku sebut itu sulit karena sadar atau
tidak, kamu hanya melibatkan dirimu sendiri di dalamnya.
Kamu harus belajar untuk berbagi. Bukan tentang sesuatu yang bernilai. Namun
cobalah untuk lebih peka. Bukan pula berarti kamu harus selalu menempatkan
kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadimu. Namun mulailah untuk
menghargai keberadaan mereka, seperti mereka yang selalu mengingat
keberadaanmu.
Mereka bukan ingin diakui ketika kamu sudah mencapai sukses itu. Mereka
hanya ingin menemanimu meraihnya. Tak peduli apakah kamu kembali setelah
itu atau tidak. Mereka akan tetap tersenyum bila mendengar namamu. Masih
adakah alasan bagimu untuk menganggap mereka sebagai pengganggu? Mereka
bahkan tak mengerti apa rencana hidupmu. Yang mereka pikirkan hanya
bagaimana agar membuatmu merasa nyaman dengan mereka.
Mereka tak pernah menginginkan lebih. Keberadaanmu, itu saja sudah cukup
untuk memberikan semangat pada mereka. Agar mereka juga memiliki tekad
sepertimu. Tekad yang mulia. Yang begitu kuat terpatri dalam setiap langkahmu
meninggalkan mereka. Aku tahu itu mulia. Terlihat dari niat tulusmu. Selalu
tergambar dalam paras teduh nan menyejukkan itu.
Mereka hanya diam. Mereka menyembunyikan tangisnya. Mereka meneteskan
air matanya hanya pada malam mereka dapat mengadu pada Yang
Menciptakanmu. Mereka menunjukkan ketegaran dibalik kerapuhannya. Sematamata ingin menunjukkan bahwa mereka kuat tanpamu. Itu mereka lakukan
karena mereka telah menyerah untuk meyakinkanmu. Tapi mungkin mereka
belum menyerah untuk menaruh harapannya padamu. Atau mungkin juga sudah
diambang batasnya.

Vous aimerez peut-être aussi