Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura
bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.1
Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas
paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan organorgan mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi
pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi
darah.2
Di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal
jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di
negara-negara yang sedang berkembang ,seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh
infeksi. Keganasan efusi pleuramerupakan salah satu komplikasi yang biasa
ditemukan pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru
dan kanker payudara. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat
dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer. Sementara 5%
kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan
sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akanmengalami efusi pleura.2
Diperlukan penatalaksanaan yang baik dalam menanggulangi efusi pleura
ini, yaitu pengeluaran cairan dengan segera serta pengobatan terhadap
penyebabnya sehingga hasilnya akan memuaskan.2
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis berkeinginan
menyajikan informasi mengenai efusi pleura agar dapat menjadi bahan masukan
kepada diri penulis dan kita semua sehingga dapat mendiagnosis serta
memberikan terapi yang tepat pada penderita efusi pleura.
BAB 2
PRESENTASI KASUS
: Tn. Y
Umur
: 41tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Suku
: Aceh
Status
: Menikah
No. CM
: 103966xx
Tanggal Pemeriksaan
: 04 Maret 2015
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Sesak Nafas
Keluhan Tambahan:
Batuk, demam, nafsu makan dan berat badan menurun
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien rujukan dari Meulaboh datang ke RSUZA dengan keluhan utama
sesak nafas dan sudah terpasang WSD sejak 3 hari sebelum masuk RSUZA.
Keluhan sesak tersebut bersifat terus menerus dan memberat dalam 2 hari terakhir.
Sesak berhubungan dengan aktivitas, keluhan sesak berkurang jika pasien
beristirahat terutama dengan posisi miring ke kanan dan dengan menggunakan 2
bantal. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak yang sudah dialami sejak 1
bulan terakhir. Dahak berwarna putih kekuningan-kuningan dengan volume 15
cc. Batuk yang dialami pasien tidak disertai darah. Keluhan ini juga disertai
demam. Demam yang dialami pasien bersifat naik turun dan tidak terlalu tinggi.
Demam tidak disertai menggigil. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan
dan berat badan. Serta keringat pada malam hari. BAK (+) normal dengan jumlah
1500 cc dengan warna kuning jernih. BAB (+) normal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
: Sedang
: E4 M6 V5
: 140/80 mmHg
: 96x/menit
: 28 x/menit
: 37, 9 C
Warna
: Sawo Matang
Turgor
: Cepat Kembali
Cyanosis
: (-)
Icterus
: (-)
Oedema
: (-)
b.Kepala
Rambut
Wajah
Mata
Telinga
: Serumen (-/-)
Hidung
Mulut
-
Bibir
Lidah
Tonsil
c. Leher
Inspeksi
Palpasi
d. Thoraks
Thoraks depan
Inspeksi
Palpasi
Stem premitus
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
Paru kanan
Normal
Menurun
Menurun
Paru kiri
Normal
Normal
Normal
Paru kanan
Sonor
Redup
Redup
Paru kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Perkusi
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap.Paru bawah
Auskultasi
Suara pokok
Lap. Paru atas
Lap.Paru tengah
Lap.Paru bawah
Suara tambahan
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
Paru kanan
Vesikuler
Vesikuler melemah
Vesikuler melemah
Paru kanan
Rh(-) , Wh(-)
Rh(+) , Wh(-)
Rh(+) , Wh(-)
Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru kiri
Rh(-),Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Thoraks belakang
Inspeksi
Palpasi
Stem Fremitus
Lap. Paru Atas
Lap. Paru Tengah
Lap. Paru Bawah
Paru kanan
Normal
Normal
Normal
Paru kiri
Normal
Normal
Normal
Paru kanan
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Suara pokok
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
Paru kanan
Vesikuler
Vesikuler melemah
Vesikuler melemah
Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Suara tambahan
Paru kanan
Paru kiri
Perkusi
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap.Paru bawah
Auskultasi
Rh(-) , Wh(-)
Rh(+) , Wh(-)
Rh(+) , Wh(-)
Rh(-),Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
e. Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V linea midclavicula 2 jari ke arah
lateral
- Perkusi
: Batas-batas jantung
Atas: ICS II linea parasternal sinistra
Kiri
f. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Hepar
Lien
Ginjal
Perkusi
Auskultasi
Pucat
Sianosis
Oedema
Superior
Kanan
Kiri
-
Inferior
Kanan
Kiri
-
10
Kesan:
a. CT-Scan thoraks tanpa kontras:
Irisan axial, coronal, dan sagital tanpa kontras:
Paru kanan dan kiri tampak area hyperdens abnormal berbentuk
Kesimpulan:
11
Hepar normal
Tidak tampak cairan di cavum abdomen
Supra-renal normal.
Tampak WSD di hemithorax dextra.
Pada pemberian kontras tampak kontras abnormal di daerah lesi.
Kesimpulan:
Hasil
Nilai Normal
13,4 g/dL*
42 %*
4,7.106/mm3
7,0.103/mm3
178.103U/L
14,0-17,0 g/dL
45-55 %
4,7-6,1.106/mm3
4,5-10,5.103/mm3
150-450.103U/L
2
1
63
25
9*
0-6%
0-2%
5-70%
20-40%
2-8%
6,9g/dL
2,8 g/dL*
4,10 g/dL
6,4-8,3 g/dL
3,5-5,2 g/dL
137 mmol/L
3,5mmol/L
104 mmol/L
135-145 mmol/L
3,5-4,5 mmol/L
90-110 mmol/L
136
3,1*
135-145 mmol/L
3,5-4,5mmol/L
12
144
<200 mg/dl
Irama
Heart Rate
Interval PR
Kompleks QRS
Regularitas
Axis
Morfologi
: Aritmia
: 100x/menit, reguler
: 0,24 detik
: 0,12 detik
: Reguler
: Normal
:
Gelombang P
: Normal
Kompleks QRS
Gelombang R
: Normal
Gelombang Q patologis
: LeadII
T inverted
: Negatif
ST elevasi
: Negatif
ST depresi
: Negatif
Hipertrofi ventrikel
Kesan : Aritmia, 100x/menit, q patologis di lead II, VES di lead I, II, dan III
2.6 Resume
13
Pasien atas nama Tn.Y rujukan dari Meulaboh datang ke RSUZA dengan
keluhan utama sesak nafas yang sudah terpasang WSD sejak 3 hari sebelum
masuk Rumah Sakit Zainal Abidin dengan keluhan utama sesak nafas dan pasien
tersebut mengeluhkan keluhan batuk berdahak yang dialami sejak 3 tahun
terakhir. Sesak tersebut juga dirasakan meberat apabila melakukan aktivitas dan
berkurang apabila saat beristirahat dengan posisi tidur miring ke kanan dengan
memakai 2 atau 3 bantal. Batuk berdahak dirasakan pasien semakin memberat
saat tidur dimalam hari. Pasien juga mengeluhkan sering berkeringat malam hari
dan penurunan nafsu makan.
Pada Paru:
Inj. Metronidazole 500 mg/ 5 jam
Rimstar (Rifampisin, Pyrazinamid, Isoniazid, Ethambutol) 1x4
Curcuma tab 3x1
Pada Jantung:
Inj. Farsix 1 Amp/8 jam
Digoxin tab 1x1
Simvastatin 1x20 mg
Cardace 1x5 mg hanya pada malam saja
Spironolakton 1x50 mg
Recolven 2x1
2.10 Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
14
: dubia ad bonam
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Efusi pleura adalah adanya penumpukan cairan dalam rongga (kavum)
pleura yang melebihi batas normal. Dalam keadaan normal terdapat 10-20 cc
cairan.Efusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleuraatau efusi pleura
adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang
berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.2
Dalam konteks ini perlu di ingat bahwa pada orang normal rongga pleura
ini juga selalu ada cairannya yang berfungsi untuk mencegah melekatnya pleura
viseralis dengan pleura parietalis, sehingga dengan demikian gerakan paru
(mengembang dan mengecil) dapat berjalan dengan mulus. Dalam keadaan
normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-20 ml. Cairan pleura
komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai
kadar protein lebih rendah yaitu <1,5 gr/dl.1,2
Ada beberapa jenis cairan yang bisa berkumpul di dalam rongga pleura
antara lain darah, pus, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol
tinggi.1,2
15
a. Hidrothoraks
Pada keadaan hipoalbuminemia berat, bisa timbul transudat. Dalam hal ini
penyakitnya disebut hidrothoraks dan biasanya ditemukan bilateral. Sebabsebab lain yang mungkin adalah kegagalan jantung kanan, sirosis hati dengan
asites, serta sebagai salah satu trias dari syndroma meig (fibroma ovarii, asites
dan hidrothoraks).
b. Hemothoraks
Hemothoraks adalah adanya darah di dalam rongga pleura. Biasanya terjadi
karena trauma toraks. Trauma ini bisa karena ledakan dahsyat di dekat
penderita, atau trauma tajam maupun trauma tumpul. Kadar Hb pada
hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah
hemothorak yang baru diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini
mungkin karena faktor koagulasi sudah terpakai sedangkan fibrinnya diambil
oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera membeku, maka biasanya
darah tersebut berasal dari trauma dinding dada. Penyebab lainnya
hemotoraks adalah:
Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan
c. Empiema
Bila karena suatu infeksi primer maupun sekunder cairan pleura patologis
iniakan berubah menjadi pus, maka keadaan ini disebut piothoraks atau
empiema. Pada setiap kasus pneumonia perlu diingat kemungkinan terjadinya
empiema sebagai salah satu komplikasinya.
komplikasi dari:
Pneumonia
Infeksi pada cedera di dada
Pembedahan dada
d. Chylothoraks
16
17
18
19
Perubahan
permeabilitas
membran
pleura
(misalnya,
onkotik
intravaskular
radang,
(misalnya,
hipoalbuminemia, sirosis)
20
superior)
Pengurangan tekanan dalam ruang pleura, mencegah ekspansi paru penuh
3.6 Klasifikasi
Efusi
pleura
umumnya
diklasifikasikan
berdasarkan
mekanisme
pembentukan cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas transudat atau
eksudat. Transudat hasil dari ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan
tekanan hidrostatik, sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau
drainase limfatik yang menurun. Dalam beberapa kasus mungkin terjadi
kombinasi antara karakteristk cairan transudat dan eksudat.1,2,3
3.6.1 Klasifikasi berasarkan mekanisme pembentukan cairan:
a. Transudat
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu
adalah transudat. Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara
tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik, sehingga terbentuknya cairan
pada satu sisi pleura melebihi reabsorpsinya oleh pleura lainnya. Biasanya hal
ini terjadi pada:
21
1.
2.
3.
4.
(Sistemic
Lupus
Eritematosis)
22
23
cairan
pleura
melalui
pengaruh
terhadap
hukum
pleura
akanmenghambat
fungsi
paru
dengan
membatasi
24
3.8
Manifestasi Klinis
Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit
dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,
sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi
akan menentukan keparahan gejala. Pada kebanyakan penderita umumnya
asimptomatis atau memberikan gejala demam, ringan,dan berat badan yang
menurun seperti pada efusi yang lain.1,2,3,4,5
Darianamnesadidapatkan :
a. Sesak nafas bila lokasi efusi luas. Sesak napas terjadi pada saat
permulaan pleuritis disebabkan karena nyeri dadanya dan apabila jumlah
cairan efusinya meningkat, terutama kalau cairannya penuh
b. Rasa berat pada dada
c. Batuk pada umumnya non produktif dan ringan, terutama apabila disertai
dengan proses tuberkulosis di parunya, Batuk berdarah pada karsinoma
bronchus atau metastasis
d. Demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada empiema
Dari pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang sakit)
a.
b.
c.
d.
e.
25
Rontgen dada
Roentgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan
untuk mendiagnosis efusi pleura yang hasilnya menunjukkan adanya
cairan. Foto dada juga dapat menerangkan asal mula terjadinya efusi
pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya masa tumor,
adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan, dan adanya densitas
parenkim yang lebih keras pada pneumonia atau abses paru.
USG Dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan.
Jumlahnya sedikit dalam rongga pleusa. Pemeriksaan ini sangat
membantu sebagai penuntun waktu melakukan aspirasi cairan dalam
rongga pleura. Demikian juga dengan pemeriksaan CT Scan dada.
CT Scan Dada
CT scan dada dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas cairan
dengan jaringan sekitarnya sehingga sangat memudahkan dalam
menentukan adanya efusi pleura. Selain itu juga bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor. Hanya saja pemeriksaan ini
tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis.
26
Biopsi Pleura
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya maka
dilakukan biopsi dimana contoh lapisan pleura sebelah luar untuk
dianalisa. Pemeriksaan histologi satu atau beberapa contoh jaringan
pleura dapat menunjukkan 50 -75%
tuberkulosa dan tumor pleura. Bila ternaya hasil biopsi pertama tidak
memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. Pada sekitar 20%
penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab
dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. Komplikasi biopsi antara
lain pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada
dinding dada.
27
Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serousxantho-ctrorne.Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada
trauma, infark paru, keganasan.adanya kebocoran aneurisma aorta.
Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya
empiema. Bila merah tengguli, ini menunjukkan adanya abses karena
ameba
2. Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
-
Perbedaan
Kadar protein dalam efusi (g/dl)
Transudat
< 3.
Eksudat
> 3.
< 0,5
> 0,5
< 200
> 200
< 0,6
> 0,6
< 1,016
> 1,016
Rivalta
negatif
positif
kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakitpenyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma
3. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk
diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis
atau dominasi sel-sel tertentu.
-
28
Sel limfosit :
Menunjukkan
adanya
infeksi
kronik
Sel mesotel :
Bila
jumlahnya
meningkat,
4. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung
mikroorganisme,
apalagi bila
Protein total
Laktat dahidrogenase
29
Amylase
pH
Sitologi
Hematokrit
Komplemen
Preparat sel LE
Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber
cairan yang terkumpul. Bronkoskopi biasanya digunakan pada kasuskasus neoplasma, korpus alineum dalam paru, abses paru dan lain-lain.
Scanning Isotop
Scanning isotop biasanya digunakan pada kasus-kasus dengan emboli
paru.
30
beberapa biopsy.
3.10
Diagnosa
Anamnesis dan gejala klinis
Keluhan utama penderita adalah nyeri dada sehingga penderita
membatasi pergerakan rongga dada dengan bernapas pendek atau tidur
miring ke sisi yang sakit. Selain itu sesak napas terutama bila berbaring ke
sisi yang sehat disertai batuk batuk dengan atau tanpa dahak. Berat
ringannya sesak napas ini ditentukan oleh jumlah cairan efusi. Keluhan
yang sehat.
Torakosentensi
Tujuan torakosentesis (punksi pleura) di samping sebagai diagnostik
juga sebagai terapeutik.
31
3.11
Penatalaksanaan
Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan
pleura akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Beberapa macam
pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif adalah
sebagai berikut :1,2,3,4,5,6
1. Obati penyakit yang mendasarinya
a. Hemotoraks
Jika
darah
memasuki
rongga
pleurahempotoraks
biasanya
32
sempurna,
tapi
kadang-kdang
dapat
diberikan
33
3. Chest tube
Jika efusi yang akan dikeluarkan jumlahnya banyak, lebih baik
dipasang selang dada (chest tube), sehingga cairan dapat dialirkan dengan
lambat tapi sempurna. Tidaklah bijaksana mengeluarkan lebih dari 500 ml
cairan sekaligus. Selang dapat diklem selama beberapa jam sebelum 500
ml lainnya dikeluarkan. Drainase yang terlalu cepat akan menyebabkan
distres pada pasien dan di samping itu dapat timbul edema paru.2
4. Pleurodesis
Pleurodesis dimaksudkan untuk menutup rongga pleura sehingga
akan
mencegah
penumpukan
cairan
pluera
kembali.
Hal
ini
dipertimbangkan untuk efusi pleura yang rekuren seperti pada efusi karena
keganasan Sebelum dilakukan pleurodeSis cairan dikeluarkan terlebih
dahulu melalui selang dada dan paru dalam keadaan mengembang
Pleurodesis dilakukan dengan memakai bahan sklerosis yang
dimasukkan ke dalam rongga pleura. Efektifitas dari bahan ini tergantung
pada kemampuan untuk menimbulkan fibrosis dan obliterasi kapiler
pleura.
Bahan-bahan
yang
dapat
dipergunakan
untuk
keperluan
34
shunting
yaitu
Komplikasi
Infeksi.
Pengumpulan
cairan
dalam
ruang
pleura
dapat
mengakibatkan
infeksi (empiema primer), dan efusi pleura dapat menjadi terinfeksi setelah
tindakan torasentesis {empiema sekunader).Empiema primer dan sekunder
harus didrainase dan diterapi dengan antibiotika untuk mencegah reaksi
fibrotik. Antibiotika awal dipilih
Fibrosis
Fibrosis
pada
sebagian
paru-paru
dapat
mengurangi
ventilasi
Prognosis
35
kondisi
itu.Namun
pasien
yang
memperoleh
diagnosis
dan
pengobantan lebih dini akan lebih jauh terhindar dari komplikasi daripada pasien
yang tidak memedapatkan pengobatan dini.
Efusi ganas menyampaikan prognosis yang sangat buruk, dengan
kelangsungan hidup rata-rata 4 bulan dan berarti kelangsungan hidup kurang dari
1 tahun.Efusi dari kanker yang lebih responsif terhadap kemoterapi, seperti
limfoma atau kanker payudara, lebih mungkin untuk dihubungkan dengan
berkepanjangan kelangsungan hidup, dibandingkan dengan mereka dari kanker
paru-paru atau mesothelioma.Efusi parapneumonic, ketika diakui dan diobati
segera, biasanya dapat di sembuhkan tanpa gejala sisa yang signifikan. Namun,
efusi parapneumonikyang tidakterobati atau tidak tepat dalam pengobatannya
dapat menyebabkan fibrosis konstriktif.4,5
BAB 4
MODALITAS RADIOLOGI
4.1 Rontgen thoraks
Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah 250300ml. bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian
cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Cairan yang
kurang dari 100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus
dan arah sinar horizontal dimana caran akan berkumpul disisi samping bawah.
- Posisi tegak posteroanterior (PA)
Pada tahap awal dengan pasien posisi tegak lurus, cairan akan cenderung
untuk terakumulasi pada posisi infrapulmonary jika rongga pleura tidak
terdapat adhesi dan paru-parunya sehat, sehingga membentuk efusi
subpulmonary. Pada umumnya dapat setujui bahwa gravitasi mungkin
merupakan faktor utama yang menentukan lokasi cairan. Hampir bersamaan
36
Gambar 4.1. Efusi pleura sinistra. Sudut Costophrenicus yang tumpul karena
efusi pleura
Gambar 4.2. Efusi pleura : tanda meniscus (tanda panah) paru kanan pada foto
tegak PA
37
Posisi lateral
Bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian
cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Pada
penelitian mengenai model roentgen patologi Collins menunjukkan bahwa
sedikitnya 25ml dari cairan pleura ( cairan saline yang disuntikkan ) pada
radiogram dada lateral tegak lurus dapat dideteksi sebagai akumulasi cairan
subpulmonic di posterior sulcus costophrenic, tetapi hanya dengan adanya
pneumoperitoneum yang terjadi sebelumnya.
Teknik Foto Lateral tegak adalah tempatkan bagian dada pasien sejajar
dengan garis ;tengah kaset. Tempatkan tangan ke atas dengan elbow fleksi
serta kedua antebrachi bersilang diletakkan di belakang kepala seperti
bantalan dengan kedua tangan memegang elbow. Usahakan pasien bernapas
dan ekspirasi penuh untuk memaksimalkan area.8,9
Radiografi
untuk mendiagnosis efusi pleura yang sedikit. Cairan yang kurang dari
100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus
dan arah sinar horizontal dimana cairan akan berkumpul disisi samping
bawah.Posisi pasien selama pemeriksaan pada X-ray dada dengan posisi
lateral dekubitus kiri. Setelah bersandar selama 5 menit pada pinggang
dalam posisi trendellenburg, maka sinar X-ray yang sentral diarahkan
pada dinding thorax lateral.1,9
Pada contoh di Gambar 4, cara mengukur Pleural Effusion Index ialah
a/b x 100
Gambar 4.7. Efusi pleura pada posisi right lateral decubitus (penumpukan cairan
yang ditunjukkan dengan panah biru).
39
Gambar 4.9. CT Scan pada efusi pleura (kiri atas : foto rontgen thoraks
PA)
Gambar 4.10. CT Scan thorak pada seorang pria 50-tahun dengan limfoma nonHodgkin dan efusi pleura yang ditunjukan tanda panah
40
Gambar 4.11.CT Scan thorax pada pria 50-tahun dengan limfoma non-Hodgkin
menunjukkan daerah tergantung dengan redaman yang sama dengan air dan
margin atas lengkung (E). Temuan khas dari efusi pleura. Perhatikan pergeseran
lokasi cairan pada gambar ini dibandingkan dengan radiografi dada
posteroanterior dan lateral. Limfadenopati mediastinum dapat dilihat di
mediastinum tengah dan posterior (panah).
4.4 Ultrasonografi
Penampilan khas dari efusi pleura merupakan lapisan anechoic antara
pleura visceral dan pleura parietal. Bentuk efusi dapat bervariasi dengan respirasi
dan posisi.
Para peneliti memperkenalkan metode pemeriksaan USG dengan apa yang
disebut sebagai elbow position. Pemeriksaan ini dimulai dengan pasien
diletakkan pada posisi lateral decubitus selama 5 menit ( serupa dengan radiografi
dada posisi lateral decubitus) kemudian pemeriksaan USG dilakukan dengan
pasien bertumpu pada siku (gambar 12). Maneuver ini memungkinkan kita untuk
mendeteksi efusi subpulmonal yang sedikit, karena cairan cenderung akan
terakumulasi dalam pleura diaphragmatic pada posisi tegak lurus. 8.9
41
Gambar 4.13. Sonogram pada pasien dengan kanker paru lobus kanan atas.
Gambar menunjukkan adanya akumulasi cairan selama inspirasi (setebal 6 mm;
berbentuk kurva,-gambar kiri) dimana gambar tersebut lebih jelas dibanding
selamaekspirasi ( setebal 11 mm ; berbentuk kurva-gambar kanan).
Gambar 14. Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada pasien laki-laki
dengan penyebaran lymphangitic dari adenokarsinoma. Ini studi sagital dan
pemeriksaan dilakukan dengan pasien duduk. Cairan Echogenic (E) dapat dilihat
pada hemithorax kiri. Perhatikan diafragma lengkung Echogenic (panah). The
pleura cairan positif untuk sel-sel ganas (efusi pleura ganas)
42
Gambar 4.15. Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada wanita 47 tahun
dengan efusi pleura metastasis. Ini studi sagital dan pemeriksaan dilakukan
dengan pasien duduk. Cairan anechoic (E) dapat dilihat pada hemithorax kiri.
Perhatikan diafragma lengkung Echogenic (panah)
Gambaran anechoic terutama diamati pada transudat. Dalam sebuah
penelitian terhadap 320 pasien dengan efusi, transudat memberikan gambaran
anechoic, sedangkan efusi anechoic dapat transudat atau eksudat. Adanya
penebalan pleura dan lesi parenkim di paru-paru menunjukkan adanya eksudat.
Cairan pleura yang memberikan gambaran echoic dapat dilihat pada efusi
hemoragik atau empiema.
Doppler berwarna ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan
efusi kecil dari penebalan pleura dengan menunjukkan tanda-warna cairan (yaitu,
adanya sinyal warna dalam pengumpulan cairan).
4.4 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat membantu dalam mengevaluasi etiologi efusi pleura.
Nodularity dan / atau penyimpangan dari kontur pleura, penebalan pleura
melingkar, keterlibatan pleura mediastinal, dan infiltrasi dari dinding dada dan /
atau diafragma sugestif penyebab ganas kedua pada CT scan dan MRI.
43
Gambar 4.16. Seorang neonatus 2-bulan kesulitan jantung dan respiratory distress.
Resusitasi tidak berhasil. Coronal T2-W MRI menunjukkan hematopericard
(panah terbuka), hematothorax (panah) dan efusi pleura (kepala panah. Ada vena
paru abberant mengalir ke ventrikel kiri (buka panah). Perut menunjukkan asites
(tanda bintang)
4.5 Klasifikasi Efusi Pleura
4.5.1 Efusi pleura ringan
44
Berselubung homogen
Perm.konkaf,tapering,
meniscus sign Ellis damoiseau
Perselubunga
n Homogen
Sela iga
melebar
Pendorongan
mediastinum
Gambar 4.19 Efusi pleura massif
45
berupa
bercak
yang
mengikutsertakan
alveoli
secara
tersebar
46
Air bronchogram ( + )
4.6.3 Atelektasis
Gambaran radiologik atelektasis adalah pengurangan volume bagian paru
baik lobaris, segmental, atau seluruh paru yang berakibat kurangnya aerasi
sehingga memberikan bayangan yang lebih suram (densitas tinggi) dengan
penarikan mediastinum kearah atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas
dan sela iga menyempit. Ini yang membedakan dengan efusi dimana penarikannya
kearah bagian yang tidak mengalami kelainan.
47
48
BAB 5
KESIMPULAN
Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura
bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu
penyakit.Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka
kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan
organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi
pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi
darah.
Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit
dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,
sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi
akan menentukan keparahan gejala. Pada kebanyakan penderita umumnya
asimptomatis atau memberikan gejala demam, ringan ,dan berat badan yang
menurun seperti pada efusi yang lain
Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan
pleura akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Ada beberapa macam
pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Firdaus, Denny. 2012. Efusi Pleura. RSUD Dr.H.Abdul Moeloek. Bandar
Lampung.
2. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.
3. Halim H. Penyakit-penyakit pleura, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam,
Jilid II, edisi ke-3, Gaya Baru.Jakarta.2001; 927-38
4. Rofiqahmad. 2001. Thorax. http://emedicine.medscape.com/article/299959overviewdiakses tanggal 3 Februari 2015
5. Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI
6. Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI
7. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.
8. Rofiqahmad. 2008. Thorax. http://www.efusi
pleura/080308/thorax/weblog.htm. diakses tanggal 1 Februari 2015
9. Rasad Sjahriar.2009. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : FKUI
10. Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and
Suddarths, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.
50