Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MAKALAH
ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN
Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah Kimia Medisinal
Disusun Oleh :
Aji Nur Akbar
2404109004
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GARUT
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, dosen
mata kuliah Kimia Medisinal dan kawan-kawan seperjuangan di UNIGA FMIPA FARMASI
yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun
pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Garut, 1 Februari 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA
2.1 Sejarah
2.2 Penegrtian
2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional
2.4 Pembuatan Antibiotika
2.5 Mekanisme Kerja
BAB IV PENUTUP
4.1 Saran
4.2 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini banyak macam antibiotik tersedia di pasaran . Begitu banyak macamnya
sehingga kadang-kadang membingungkan bagi dokter yang ingin menggunakannya. Apalagi
dengan adanya tekanan promosi yang sangat gencar, tidak jarang merangsang pemakaian
antibiotik yang menjurus ke arah ketidakrasionalan .
Walaupun diagnosa mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada sebagian kecil kasus
penyakit infeksi, tetapi agar kita tetap ada dalam garis pemakaian antibiotik yang rasional kita
harus tetap berfikir secara mikrobiologik. Kalau kita menghadapi suatu penyakit infeksi dengan
berbagai macam simtomnya harus kita bayangkan kira-kira kuman apa yang menyebabkannya
gram positif atau gram negatif, ataukah anaerob/dan terhadap antibiotika yang mana kuman
tersebut diperkirakan masih sensitif .
Anggapan bahwa antibiotik yang lebih baru dan lebih mahal mujarab dari antibiotika
yang sudah lama digunakan merupakan anggapan yang salah . Justru banyak antibiotika yang
baru menpunyai spesifikasi tertentu
sehingga
bila
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic.
2. Untuk mengetahui tentang cara pembuatan obat antibotika pada umumnya dan golongan
Tetrasiklin secara khusus.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Medisinal
BAB II
PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA
2.1 Sejarah
Antibiotik pertama (penisilin) ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander Fleming,
seorang ahli mikrobiologi dari Inggris. Tahun 1930-an, penisilin mulai diresepkan untuk
mengobati penyakit-penyakit infeksi. Sebelum antibiotik ditemukan, banyak infeksi yang tidak
bisa disembuhkan dan menyebabkan kematian. Namun sejak penisilin ditemukan, jutaan
penderita infeksi di seluruh dunia, bisa diselamatkan nyawanya. Begitu hebatnya antibiotik,
sehingga sejak tahun 1944 1972, rata-rata harapan hidup manusia meningkat delapan tahun.
Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang
dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu membunuh bakteri
lain yang berkembang dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh
mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun membunuh mikroba
lain.
Namun seiring berjalannya waktu, satu demi satu bakteri mulai kebal terhadap antibiotik.
Tahun 1950-an, telah muncul jenis bakteri baru yang tidak lagi bisa dilawan dengan penisilin.
Untungnya, para ilmuwan terus-menerus melakukan penelitian. Untuk sementara waktu, dunia
masih boleh bergembira karena para ilmuwan berhasil menemukan antibiotik - antibiotik baru.
Antara tahun 1950-1960-an, jenis bakteri yang resisten masih belum mengkhawatirkan,
karena penemuan antibiotik baru masih bisa membasminya. Namun sejak akhir 1960-an, tidak
ada lagi penemuan baru yang bisa diandalkan. Baru pada tahun 1999, ilmuwan berhasil
mengembangkan antibiotik baru. Itu pun harus adu cepat dengan semakin banyaknya bakteribakteri super yang kebal antibiotik.
Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh
kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine,
antibiotik dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya.
Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan
setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada
antibiotik yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya
lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik
mencapai lokasi tersebut.
Antibiotik oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotik intravena
(melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadangkala dapat digunakan
setempat, seperti tetes mata dan salep. 3
Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928. Menurut Selman
Waksman, antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari mikroorganisme, dalam larutan
Pada tahun enam puluhan, penemuan antibiotik agak berkurang tetapi usaha penemuan
dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari antifungal, anti mikoplasmal, anti
spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti virus, dan antibiotik untuk penggunaan non-medis.
Pada dekade ini problem resistensi bakteri terhadap antibiotik mulai muncul dan telah
berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik baru atau derivat antibiotik yang telah dikenal
untuk menggantikan antibiotik yang sudah ada.
2.2 Pengertian
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi
terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti pestisida dengan menekan atau
memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional
Tepat indikasi
Tepat penderita
Tepat pemilihan jenis antibiotika
Tepat dosis
Efek samping minima
Bila di perlukan : Kombinasi yang tepat
Ekonomik
Ada beberapa hal penting mengenai antibiotika yang perlu di ketahui sebelum kita memilih
dan menggunakannya yaitu:
1. Sifat aktifitasnya
2. Spektrum
3. Mekanisme kerja
4. Pola resistensi
5. Efek samping
Di samping itu perlu diperhatikan pengalaman-pengalaman klinik sebelumnya.
1.
Sifat aktifitasnya
kuman
Bakteriosidik : Membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel
Untuk infeksi yang berat apalagi kalau keadaan pertahanan tubuh penderita kurang
baik
dengan
menyebabkan
cepat,
sedangkan
antibiotik
yang
sehingga akan
akan
menghambat khasiat
Contoh : Sulfonamid
Trimetophrim
Contoh : Penicillin
Sefalosporin
Contoh : Polimiksin
Contoh : Aminoglikosid
Makrolid
Tetrasiklin
Kloramfenikol
Contoh : Rifampisin
Kuinolon
4. Pola Resistensi
Dalam pemakaian antibiotika perlu diperhatikan pola resistensi kuman setempat,
misalnya : Campylobacter jejuni di Indonesia masih sensitif terhadap siprofloksasin tetapi di
Thailand banyak resisten terhadap Siprofloksasin karena di sana Siprofloksasin banyak di
pakai untuk terapi STD.
5. Efek Samping
Ada 3 macam efek samping yaitu
-
reaksi alergi
reaksi idiosikratik
5. Golongan Makrolid
6. Golongan Metronidazol
7. Golongan Rifampisin
8. Golongan Linkosamid
9. Golongan Kuinolon
BAB III
ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN
3.1
Sejarah
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang
dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan
dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan
tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces
aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri
dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies
Streptomyces lain.
P protection for its fermentation and production was also first issued in 1950.Pada tahun
1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur kimia Terramycin, nama merek
untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga
pertama kali diterbitkan pada tahun 1950. A research team of seven scientists at , in collaboration
with Woodward, participated in the two-year research leading to the discovery .
Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-") hidrokarbon cincin ("cycl-") derivasi ("-ine) yang merupakan subclass dari poliketida yang memiliki kerangka
octahydrotetracene-2-karboksamida.
3.2. Struktur Molekul Tetrasiklin
Senyawa-senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin mempunyai kerangka dasar karbon
dari naftasen C-18 yang terhidrogenasi secara parsial, oleh karena itu disebut juga kerangka
hidronaftasen. Beberapa senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin tercantum pada gambar
berikut.
R2
H
OH
OH
OH
OH
OH
R3
H
H
CH3
H
CH3
CH3
R4
H
H
H
H
OH
H
Nama senyawa
6-Deoksi-6-dimetiltetrasiklin
6-dimetiltetrasiklin
Tetrasiklin (akromisin)
7-kloro-6- dimetiltetrasiklin
5-hidroksitetrasiklin (oksi-tetrasiklin, teramisin)
7-klorotetrasiklin (klor-tetrasiklin, aureomisin)
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina,
reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut
dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering,
bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan
tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
Di antara senyawa-senyawa tetrasiklin tersebut di atas, yang termasuk tetrasiklin alam ialah
tetrasiklin atau akromisin, oksitetrasiklin atau teramisin dan klortetrasiklin atau auromisin.
Sedangkan 6-dimetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-dimetiltetrasiklin kedua-duanya dihasilkan oleh
turunan mikroba yang semula berasal dari Streptomyces Aureus. Kedua senyawa yang terakhir
ini sangat sukar diuraikan baik oleh asam maupun basa, sehingga berguna untuk pengobatan
secara oral.
Dari struktur senyawa-senyawa tetrasiklin seperti tertera pada gambar di atas, terlihat bahwa
perbedaan antara tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin masing-masing terletak pada
adanya atom klor pada C-7 (cincin D) dan gugus hidroksi pada C-4 (cincin A) dari kerangka
hidronaftasen.
dikonversi
lebih
lanjut
menjadi
4-hidroksi-6-metilpretetramida
melalui
6-
metilpretetramida. Senyawa inilah yang akan diubah menjadi 4-dedimethylamino-4-oksoanhidrotetrasiklin, yang merupakan intermediat dalam menghasilkan klorotetrasiklin dan
tetrasiklin.
3.4 Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin
1. Sifat kimiawi tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin
bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat
berkurang potensinya. Golongan tetrasiklin adalah suatu senyawa yang bersifat amfoter sehingga
dapat membentuk garam baik dengan asam maupun basa. Sifat basa tetrasiklin disebabkan oleh
adanya radikal dimetilamino yang terdapat didalam struktur kimia tetrasiklin, sedangkan sifat
asamnya disebabkan oleh adanya radikal hidroksi fenolik.
Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya. Tetrasiklin apabila
bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) maka akan membentuk kompleks yang
inaktif sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu dan obat-obat antasida.
Obat ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini berada
dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan buffer. Dalam larutan
tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung buffer dengan pelarut propylen glikol
pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada suhu kamar sampai 45C. Bila pH lebih tinggi dari 7,5
maka tingkat kestabilan tetrasiklin akan menurun.
2.
Kegunaan Tetrasiklin
Kegunaan klinis tetrasiklin dalam kedokteran hewan yaitu:
Hewan Kecil
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan oleh kuman
gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit saluran pernafasan, perkencingan,
leptospirosis (penyakit manusia dan hewan dari kuman dan disebabkan
kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang terkena), dan
panleukopenia (penyakit yang menyebabkan jumlah sel darah putih kucing menurun dengan
drastis).
Hewan besar
Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit pada hewan
besar, hal ini mungkin disebabkan karena sifat obat yang mempunyai spectrum luas. Dalam
kasus lapangan antibiotika ini biasa digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti
metritis, pneumonia, mastitis, enteritis, leptospirosis, shipping fever, listeriosis, anaplasmosis,
penyakit jembrana dan antraks.
Untuk babi
Dapat digunakan untu mengatasi penyakit seperti radang usus, paru, dan lain-lain. Dalam
dosis rendah klortetrasiklin juga ditemukan tercampur dalam pakan.
Untuk unggas
Biasa digunakan untuk mengatasi penyakit pada unggas seperti CRD, sinusitis, infeksi
PPLO dan erysipelas. Dalam banyak pakan ayam juga ditemukan kadar tetrasiklin dengan dosis
rendah.
Penggunaan topikal
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit, biasanya sediaan
tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%. Dapat digunakan untuk mengobati penyakit mata
seperti opthalmik, selain itu dapat juga digunakan untuk mengatasi pink eye.
3.
Ada 2 proses masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang
disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk
maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino
pada lokasi asam amino.
a.
Efek Antimikroba
Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanismenya sama), namun
terdapat perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu.
Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini. Golongan tetrasiklin termasuk
antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis
protein kuman.
b.
Farmakokinetik
Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap
lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus. Adanya
makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi
dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin
dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan
magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang
bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar
dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan
tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan
sumssum tulang serta di sentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin
menembus sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan
dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.
Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu.
Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan
tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam
serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi
enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi
dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan
mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.
3.5 Sintesa Tetrasiklin
Struktur molekul senyawa-senyawa tetrasiklin bukanlah tergolong sederhana, oleh karena itu
sintesa tetrasiklin melibatkan berbagai jenis reaksi organik. Kesulitan utama dalam mensintesa
molekul tetrasiklin yaitu terletak pada cincin A. Hal ini dikarenakan pada setiap atom karbon dari
cincin ini mengandung sedikitnya satu subtituen. Disamping itu, tiga dari enam atom karbon
asimetri dalam molekul tetrasiklin yang paling banyak tersubtitusi, seperti oksitetrasiklin
terdapat juga pada cincin A. Sehingga untuk menghasilkan satu isomer optic yang aktif, bebas
dari isomer-isomer lainnya memerlukan pendekatan yang berhati-hati.
Sintesa tetrasiklin dimulai dengan sintesa suatu senyawa antara trisiklik yang sudah
mengandung cincin B, C, dan D dari molekul tetrasiklin dengan menggunakan reaksi Diels
Alder. Sintesa ini diikuti oleh pengubahan-pengubahan terhadap gugus-gugus fungsi
menghasilkan suatu senyawa antara baru, yaitu suatu diendiolon. Dimana senyawa antara
diendiolon ini dapat dimodifikasi unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk cincin A dalam
molekul tetrasiklin.
3.
Gangguan pencernaan
Gangguan saluran pencernaan merupakan yang sering terjadi. Diantaranya seperti mual,
muntah, diare, nyeri menelan , iritasi kerongkongan. Efek samping yang jarang terjadi termasuk :
kerusakan hati, pankreatitis, gangguan darah, fotosensitif, reaksi hipersensitif (ruam, dermatitis
eksfoliatif, sindrom steven-johnson, urtikaria, angioedema, anafilaksis, carditis). Sakit kepala
dan gangguan penglihatan dapat terjadi dan dapat menjadi penanda peningkatan tekanan dalam
kepala dan segera hentikan pengobatan bila ini terjadi.
matahari maka akan terjadi fotolisis, sehingga akan terdegradasi sebagai akibat dari energi yang
dihasilkan dari penyerapan cahaya matahari. Terdegradasinya senyawa tersebut tergantung
seberapa baik senyawa tersebut menyerap cahaya matahari.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terdegradasinya antibiotik ini adalah frekwensi dan
intensitas tumbukan molekul, konsentrasi, dan pH. Selain itu yang harus diperhatikan adalah
suhu, dan kelembapan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari aktivitas antibiotik Tetrasiklin dan
Sefaleksin yang terkena sinar matahari kemudian digunakannya untuk melawan E-coli dan
Staphylococcus sp.
Tetrasiklin dan Sefaleksin yang digunakan berasal dari SDI suatu perusahan di irak
sedangkan E-coli dan Staphylococcus sp didapatkan dari rumah sakit Ibin Gazwan. Kapsul
Tetrasiklin dan Sefaleksin dengan berat 250 mg dilarutkan dalam 10 ml air suling kemudian
diberikan perlakuan sinar matahari di siang hari pada bulan April di selatan Irak (suhu sekitar
tiga puluh lima).
Hasil penelitian membuktikan, bahwa efek dari Sinar matahari UV mengubah senyawa
antibiotik menjadi jenis spesies berbeda yang tidak diketahui dan menimbulkan banyak
pertanyaan tentang produk yang terbentuk itu. Apa senyawa ini adalah racun atau bukan.
Daerah hambatan untuk Tetracycline dan Sefaleksin pada spesies klinis Staphylococcus Sp
dan Escherichia coli. Hal ini menujukkan bahwa zona penghambatan senyawa antibiotik yang
terkena sinar matahari lebih kecil dibandingkan kontrol
Limfogranuloma venereum.
Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada infeksi akut
diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis diberikan terapi 1-2 bulan. Empat
hari setelah terapi diberikan bubo mulai mengecil.
Psikatosis
Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat mengatasi gejala klinis. Dosis yang
digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1 gram per hari selama 21 hari.
Trakoma
Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasikan dengan doksisiklin oral 2 x 100
mg/hari selama 14 hari memberikan hasil pengobatan yang baik.
2. Infeksi Basil
Bruselosis
Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk penyakit ini. Hasil
pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan pengobatan selama 3 minggu. Untuk
kasus berat, seringkali perlu diberikan bersama streptomisin 1gram sehari IM.
Tularemia
Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi terapi dengan
golongan tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.
Kolera
Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk penyakit ini.
Pemberian dapat mengurangi volume diare dalam 48 jam.
berikut ini contoh obat yang mengandung tetrasiklin antara lain :
1. Conmycin
Komposisi
: Tetracycline HCL
Indikasi
Dosis
Sifilis 30-40
Efek samping
: Oxytetracycline HCl
Indikasi
: Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk kebanyakan infeksi).
Infeksi nafas seperti eksaserbasi akut bronkitis dan pneumonia karena mikoplasma 500 mg 4
x/hr. Profilaksis infeksi saluran respiratorius 250 mg 2-3 x/hr. GO dan sifilis, bruselosis total
dosis 2-3 g/hr.
Penggunaan Obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
Kontra Indikasi
Efek samping
: Gangguan GI, gatal di anus dan vulva. Perubahan warna gigi dan hipoplasia
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut :
Antibiotik harus dibatasi pada keadaan dimana antibiotik tersebut benar diperlukan.
Antibiotik jangan digunakan untuk infeksi ringan atau infeksi virus
Antibiotik spektrum luas tidak diindikasikan untuk infeksi dimana dapat digunakan antibiotik
octahydrotetracene-2-karboksamida.
4.2 Saran
Dalam makalah ini tidak menutup kemungkinana masih terdapat banyak kekurangan baik
menyangkut isi maupun penulisan, oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran UI, 1955, Jakarta.
2. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992, Jakarta.
3. Mandel G. L., Douglas R. G., Bennet J. E., Dolin R. : Principles and Practice Of
Infectious Disease : Antimicrobial Therapy 1995 / 1996. Churchill Livingstone, 1995.
4. Tierney L. M., Mc Phee S. J.,Papadakis M. A. : Current Medical Diagnosis and
Treatment 35 th Ed. Appleton and Lange, 1996, Stamfod.
5. Chandury A. In vitro activity of Cefpirome A new fourth generation cephalosporin.
Indian J. of Medical Microbiology 2003; 21:50-51
6. Tumah H. Fourth-Generation Cephalosporins : In vitro Activity against Nosocomial
Gram-Negative Bacili Compared with -Lactam Antibiotics and Ciprofloxacin.
Chemoteraphy 2005;51:80-85
7. Schwartz, dkk, 2000, Intisari Prinsip - Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G. Tom Shires dkk, EGC ;
Jakarta
8. Schwartz.Shires.Specer Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu bedah Ed 6Buku kedokterean EGC
9.
1995 Jakarta 47
Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran