Vous êtes sur la page 1sur 24

Antibiotika Tetrasiklin

MAKALAH
ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN
Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah Kimia Medisinal

Disusun Oleh :
Aji Nur Akbar
2404109004
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GARUT
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, dosen
mata kuliah Kimia Medisinal dan kawan-kawan seperjuangan di UNIGA FMIPA FARMASI
yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun
pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Garut, 1 Februari 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA
2.1 Sejarah
2.2 Penegrtian
2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional
2.4 Pembuatan Antibiotika
2.5 Mekanisme Kerja

2.6 Penggolongan Antibiotika


BAB III PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN
3.1 Sejarah
3.2.Struktur Molekul Tetrasiklin
3.3 Biosintesis dan Reaksi-Reaksi Pokok Tetrasiklin
3.4 Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin
3.5 Sintesa Tetrasiklin
3.6 Efek samping Tetrasiklin
3.7 Hasil Analisis Jurnal
3.8 Manfaat Tetrasiklin Untuk penyakit

BAB IV PENUTUP
4.1 Saran
4.2 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini banyak macam antibiotik tersedia di pasaran . Begitu banyak macamnya
sehingga kadang-kadang membingungkan bagi dokter yang ingin menggunakannya. Apalagi
dengan adanya tekanan promosi yang sangat gencar, tidak jarang merangsang pemakaian
antibiotik yang menjurus ke arah ketidakrasionalan .
Walaupun diagnosa mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada sebagian kecil kasus
penyakit infeksi, tetapi agar kita tetap ada dalam garis pemakaian antibiotik yang rasional kita
harus tetap berfikir secara mikrobiologik. Kalau kita menghadapi suatu penyakit infeksi dengan
berbagai macam simtomnya harus kita bayangkan kira-kira kuman apa yang menyebabkannya
gram positif atau gram negatif, ataukah anaerob/dan terhadap antibiotika yang mana kuman
tersebut diperkirakan masih sensitif .
Anggapan bahwa antibiotik yang lebih baru dan lebih mahal mujarab dari antibiotika
yang sudah lama digunakan merupakan anggapan yang salah . Justru banyak antibiotika yang
baru menpunyai spesifikasi tertentu

sehingga

bila

tidak dipergunakan sesuai dengan

spesifikasinya maka khasiatnya tidak seperti yang diharapkan .


1.2 Rumusan Masalah
1. Sejarah antibiotika?
2. Apa yang dimaksud dengan antibiotika?
3. Prinsip dasar penggunaan antibiotika rasional?
4. Bagaimana cara pembuatan antibiotika?
5. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotika?
6. Pengelompokan jenis antibiotika?
7. Antibiotika tetrasiklin?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic.
2. Untuk mengetahui tentang cara pembuatan obat antibotika pada umumnya dan golongan
Tetrasiklin secara khusus.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Medisinal

BAB II
PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA
2.1 Sejarah
Antibiotik pertama (penisilin) ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander Fleming,
seorang ahli mikrobiologi dari Inggris. Tahun 1930-an, penisilin mulai diresepkan untuk
mengobati penyakit-penyakit infeksi. Sebelum antibiotik ditemukan, banyak infeksi yang tidak
bisa disembuhkan dan menyebabkan kematian. Namun sejak penisilin ditemukan, jutaan

penderita infeksi di seluruh dunia, bisa diselamatkan nyawanya. Begitu hebatnya antibiotik,
sehingga sejak tahun 1944 1972, rata-rata harapan hidup manusia meningkat delapan tahun.
Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang
dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu membunuh bakteri
lain yang berkembang dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh
mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun membunuh mikroba
lain.
Namun seiring berjalannya waktu, satu demi satu bakteri mulai kebal terhadap antibiotik.
Tahun 1950-an, telah muncul jenis bakteri baru yang tidak lagi bisa dilawan dengan penisilin.
Untungnya, para ilmuwan terus-menerus melakukan penelitian. Untuk sementara waktu, dunia
masih boleh bergembira karena para ilmuwan berhasil menemukan antibiotik - antibiotik baru.
Antara tahun 1950-1960-an, jenis bakteri yang resisten masih belum mengkhawatirkan,
karena penemuan antibiotik baru masih bisa membasminya. Namun sejak akhir 1960-an, tidak
ada lagi penemuan baru yang bisa diandalkan. Baru pada tahun 1999, ilmuwan berhasil
mengembangkan antibiotik baru. Itu pun harus adu cepat dengan semakin banyaknya bakteribakteri super yang kebal antibiotik.
Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh
kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine,
antibiotik dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya.
Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan
setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada
antibiotik yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya
lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik
mencapai lokasi tersebut.
Antibiotik oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotik intravena
(melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadangkala dapat digunakan
setempat, seperti tetes mata dan salep. 3
Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928. Menurut Selman
Waksman, antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari mikroorganisme, dalam larutan

encer mereka mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan membinasakan mikroba


lain.
Pada tahun 1929, Fleming mengamati substansi bakteri-ostatik yang dihasilkan jamur
Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu penisilin dikenal dan diketahui dapat
diproduksi oleh berbaga jamur. Namun karena kurang stabil terutamabio-aktivitasnya akan
hilang bila diuapkan sampai kering, maka penisilin kemudian ditinggalkan. Sekitar tahun 1939,
Florey dan kawan-kawan melakukan percobaan kembali terhadap kemungkinan penggunaan
penisilin Fleming untuk terapi. Tahun 1940, Chain dan kawan-kawan juga melakukan penelitian
penisilin, mereka membiakkan organisme Fleming dan pada waktu ekstraksi dikontrol pada
temperatur rendah; akhirnya mereka mampu memekatkan penisilin sampai 1000 kali, serta dapat
menghasilkan garam penisilin berbentuk bubuk kering yang mempunyai stabilitas baik terutama
bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan besar dalam perkembangan produksi antibiotik
terutama penisilin dan merupakan tonggak sejarah manusia dalam memerangi penyakit infeksi.
Pada waktu yang hampir sama, di Rockefeller Institute for Medical Research New York.
Dubos menemukan antibiotik komplek tyrothricin yang diproduksi oleh bakteri tanah Baccilus
brevis. Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff menemukan aktinomisin yang diperoleh dari
biakan aktinomisetes. Pada tahun 1944 Selman Waksman menemukan streptomisin yang
merupakan salah satu antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota dari aktinomisetes.
Streptomisin merupakan anti tuberkulosis yang mujarab.perkembangan ini merangsang
penelitian lebih lanjut terhadap genus streptomises dalam usaha mencari mikroorganisme
penghasil antibiotik. Sejak itu aktinomisetes terutama streptomises menjadi gudang utama untuk
memperoleh antibiotik baru. Di berbagai lembaga penelitian dilakukan pencarian antibiotik dari
berbagai tipe mikroorganisme terutama aktinomisetes dan telah berhasil mendapatkan antibiotik
baru. Pada tahun 1945 telah ditemukan basitrasin yang dihasilkan oleh Bacillus, diikuti
khloramfenikol oleh Strepto-myces venezuelae dan polimiksin oleh B. polymyxa pada tahun
1947, khlortetrasiklin oleh S. aureofaciens pada tahun 1948 dan neomisin oleh S. fradiae tahun
1949, oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin 1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces.
Kanamisin ditemukan oleh Umezawa dan koleganya tahun 1957 dari biakan streptomyces.
Semua ini merupakan antibiotik yang sangat penting dan sampai saat ini masih diperhitungkan
sebagai salah satu antibiotik untuk melawan infeksi.

Pada tahun enam puluhan, penemuan antibiotik agak berkurang tetapi usaha penemuan
dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari antifungal, anti mikoplasmal, anti
spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti virus, dan antibiotik untuk penggunaan non-medis.
Pada dekade ini problem resistensi bakteri terhadap antibiotik mulai muncul dan telah
berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik baru atau derivat antibiotik yang telah dikenal
untuk menggantikan antibiotik yang sudah ada.
2.2 Pengertian
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi
terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti pestisida dengan menekan atau
memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional

Tepat indikasi
Tepat penderita
Tepat pemilihan jenis antibiotika
Tepat dosis
Efek samping minima
Bila di perlukan : Kombinasi yang tepat
Ekonomik
Ada beberapa hal penting mengenai antibiotika yang perlu di ketahui sebelum kita memilih
dan menggunakannya yaitu:
1. Sifat aktifitasnya
2. Spektrum
3. Mekanisme kerja
4. Pola resistensi

5. Efek samping
Di samping itu perlu diperhatikan pengalaman-pengalaman klinik sebelumnya.
1.

Sifat aktifitasnya

Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara menghambat metabolisme

kuman
Bakteriosidik : Membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel
Untuk infeksi yang berat apalagi kalau keadaan pertahanan tubuh penderita kurang

maka sebaiknya dipilih antibiotik yang bersifat bakteriosidik.


Pengetahuan tentang sifat aktifitas ini juga penting kalau kita ingin menggabung antibiotika.

baik

Pemakaian gabungan antibiotika yang bersifat bakteriostatik bersama antibiotika yang


bakteriosidik akan mengurangi khasiat antibiotika bakteriosidik . Hal ini disebabkan karena
antibiotika yang bersifat bakteriosidik umumnya khasiatnya
membelah

dengan

menyebabkan

cepat,

sedangkan

antibiotik

pembelahan kuman yang menurun

yang

baik bila kuman tersebut


bersifat bakteriostatik

sehingga akan

akan

menghambat khasiat

antibiotika yang bersifat bakteriosidik.


2. Spektrum antibiotika

Spektrum sempit : Hanya menghambat atau membunuh kelompok kuman tertentu


Spektrum luas : Dapat menghambat baik kuman gram positif maupun gram negatif
Pemakaian antibiotika spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang menyebabkan infeksi
sudah diperkirakan atau dipastikan. Sedangkan bila jenis kuman tidak dapat dipastikan maka
dipakai antibiotika spektrum luas.
3. Mekanisme kerja antibiotika

Antibiotika yang menghambat metabolisme sel kuman

Contoh : Sulfonamid
Trimetophrim

Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman

Contoh : Penicillin
Sefalosporin

Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel kuman

Contoh : Polimiksin

Antibiotik yang menghambat sintesa protein sel kuman

Contoh : Aminoglikosid
Makrolid
Tetrasiklin
Kloramfenikol

Antibiotik yang menghambat sintesa asam nuleat kuman

Contoh : Rifampisin
Kuinolon

4. Pola Resistensi
Dalam pemakaian antibiotika perlu diperhatikan pola resistensi kuman setempat,
misalnya : Campylobacter jejuni di Indonesia masih sensitif terhadap siprofloksasin tetapi di
Thailand banyak resisten terhadap Siprofloksasin karena di sana Siprofloksasin banyak di
pakai untuk terapi STD.
5. Efek Samping
Ada 3 macam efek samping yaitu
-

reaksi alergi

reaksi idiosikratik

dan reaksi toksik.


Contoh dari reaksi idiosinkratik adalah pemakaian Primaquin dapat merangsang

terjadinya anemia hemolitik berat pada individu-individu tertentu. (Blackwater fever)


Contoh reaksitoksik adalah gangguan pertumbuhan gigi akibat pemakaian tetrasiklin.
2.4 Pembuatan Antibiotika

Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikro


organisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan
pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur sehingga
produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan
ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini,
melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol
Aktivitas Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang belum sempurna
pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B basitrasin, atau
karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.

2.5 Mekanisme Kerja


Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau
membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah perintangan
selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga sintesis protein
dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan
tetrasiklin.
Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi tambahan
guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin, tetrasiklin erithomisin
atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan
jumlah makanan lebih sedikit.
2.6 Penggolongan Antibiotika
Antibiotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok utama yaitu :
1. Golongan betalaktam
2. Golongan Aminoglikosida
3. Golongan Sulfonamid
4. Golongan Tetrasiklin dan Chloramphenicol

5. Golongan Makrolid
6. Golongan Metronidazol
7. Golongan Rifampisin
8. Golongan Linkosamid
9. Golongan Kuinolon

BAB III
ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN
3.1

Sejarah
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang
dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan
dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan
tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces
aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri
dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies
Streptomyces lain.
P protection for its fermentation and production was also first issued in 1950.Pada tahun
1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur kimia Terramycin, nama merek
untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga
pertama kali diterbitkan pada tahun 1950. A research team of seven scientists at , in collaboration
with Woodward, participated in the two-year research leading to the discovery .

Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-") hidrokarbon cincin ("cycl-") derivasi ("-ine) yang merupakan subclass dari poliketida yang memiliki kerangka
octahydrotetracene-2-karboksamida.
3.2. Struktur Molekul Tetrasiklin
Senyawa-senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin mempunyai kerangka dasar karbon
dari naftasen C-18 yang terhidrogenasi secara parsial, oleh karena itu disebut juga kerangka
hidronaftasen. Beberapa senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin tercantum pada gambar
berikut.

Struktur kimia golongan tetrasiklin


R1
H
H
H
Cl
H
Cl

R2
H
OH
OH
OH
OH
OH

R3
H
H
CH3
H
CH3
CH3

R4
H
H
H
H
OH
H

Nama senyawa
6-Deoksi-6-dimetiltetrasiklin
6-dimetiltetrasiklin
Tetrasiklin (akromisin)
7-kloro-6- dimetiltetrasiklin
5-hidroksitetrasiklin (oksi-tetrasiklin, teramisin)
7-klorotetrasiklin (klor-tetrasiklin, aureomisin)

Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina,
reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut
dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering,

bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan
tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
Di antara senyawa-senyawa tetrasiklin tersebut di atas, yang termasuk tetrasiklin alam ialah
tetrasiklin atau akromisin, oksitetrasiklin atau teramisin dan klortetrasiklin atau auromisin.
Sedangkan 6-dimetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-dimetiltetrasiklin kedua-duanya dihasilkan oleh
turunan mikroba yang semula berasal dari Streptomyces Aureus. Kedua senyawa yang terakhir
ini sangat sukar diuraikan baik oleh asam maupun basa, sehingga berguna untuk pengobatan
secara oral.
Dari struktur senyawa-senyawa tetrasiklin seperti tertera pada gambar di atas, terlihat bahwa
perbedaan antara tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin masing-masing terletak pada
adanya atom klor pada C-7 (cincin D) dan gugus hidroksi pada C-4 (cincin A) dari kerangka
hidronaftasen.

3.3 Biosintesis dan Reaksi-Reaksi Pokok Tetrasiklin


Tetrasiklin adalah senyawa-senyawa yang termasuk golongan poliketida. Percobaanpercobaan menunjukkan bahwa tertrasiklin berasal dari delapan unit malonil-koenzim A, seperti
ditunjukkan oleh gambar.
Sebagaimana ditunjukkan oleh gambar, malonamoil-koenzim A bertindak sebagai inisiator
untuk polimerisasi delapan molekul malonil-koenzim A menghasilkan suatu poliketida-amida
yang linier. Poliketida-amida ini selanjutnya direka menghasilkan tetrasiklin, melalui serentetan
reaksi sederhana dan berlangsung secara bertahap. Melalui rangkaian reaksi ini, dihasilkan
senyawa-senyawa antara yang utama, seperti pret etramid dan 6-metilpretetramid, yang
mengandung semua atom karbon yang diperlukan pada hasil-hasil akhir.
Tetrasiklin dari deret 6-dimetil, seperti 6-demetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-deametiltetrasiklin,
diturunkan dari pretetramid. Sedangkan, tetrasiklin, deret 7-klorotetrasiklin, dan deret 5hidrositetrasiklin diturunkan dari 6-metilpretetramid.

Biosintesis tetrasiklin bermula dari karboksilasi asetil-KoA membentuk malonil-KoA


dengan enzim asetil-KoA karboksilase. Malonil-KoA kemudian bereaksi dengan 2oksosuksinamat menghasilkan malonamoil-KoA. 2-oksosuksinamat merupakan hasil dari
transaminasi asparagin dengan enzim asam okso-asparagin transaminase. Malonamoil-KoA
kemudian

dikonversi

lebih

lanjut

menjadi

4-hidroksi-6-metilpretetramida

melalui

6-

metilpretetramida. Senyawa inilah yang akan diubah menjadi 4-dedimethylamino-4-oksoanhidrotetrasiklin, yang merupakan intermediat dalam menghasilkan klorotetrasiklin dan
tetrasiklin.
3.4 Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin
1. Sifat kimiawi tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin
bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat
berkurang potensinya. Golongan tetrasiklin adalah suatu senyawa yang bersifat amfoter sehingga
dapat membentuk garam baik dengan asam maupun basa. Sifat basa tetrasiklin disebabkan oleh
adanya radikal dimetilamino yang terdapat didalam struktur kimia tetrasiklin, sedangkan sifat
asamnya disebabkan oleh adanya radikal hidroksi fenolik.
Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya. Tetrasiklin apabila
bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) maka akan membentuk kompleks yang
inaktif sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu dan obat-obat antasida.
Obat ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini berada
dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan buffer. Dalam larutan
tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung buffer dengan pelarut propylen glikol
pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada suhu kamar sampai 45C. Bila pH lebih tinggi dari 7,5
maka tingkat kestabilan tetrasiklin akan menurun.
2.

Kegunaan Tetrasiklin
Kegunaan klinis tetrasiklin dalam kedokteran hewan yaitu:

Hewan Kecil

Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan oleh kuman
gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit saluran pernafasan, perkencingan,
leptospirosis (penyakit manusia dan hewan dari kuman dan disebabkan
kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang terkena), dan
panleukopenia (penyakit yang menyebabkan jumlah sel darah putih kucing menurun dengan
drastis).

Hewan besar
Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit pada hewan
besar, hal ini mungkin disebabkan karena sifat obat yang mempunyai spectrum luas. Dalam
kasus lapangan antibiotika ini biasa digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti
metritis, pneumonia, mastitis, enteritis, leptospirosis, shipping fever, listeriosis, anaplasmosis,
penyakit jembrana dan antraks.

Untuk babi
Dapat digunakan untu mengatasi penyakit seperti radang usus, paru, dan lain-lain. Dalam
dosis rendah klortetrasiklin juga ditemukan tercampur dalam pakan.

Untuk unggas
Biasa digunakan untuk mengatasi penyakit pada unggas seperti CRD, sinusitis, infeksi
PPLO dan erysipelas. Dalam banyak pakan ayam juga ditemukan kadar tetrasiklin dengan dosis
rendah.

Penggunaan topikal
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit, biasanya sediaan
tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%. Dapat digunakan untuk mengobati penyakit mata
seperti opthalmik, selain itu dapat juga digunakan untuk mengatasi pink eye.

3.

Mekanisme Kerja Tetrasiklin


Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein. Hal ini dilakukan
dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S sehingga t-RNA tidak menempel pada
ribosom yang mengakibatkan tidak terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan
juga berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin dapat menembus sel
mamalia namun pada umumnya tidak menyebabkan keracunan pada individu yang
menerimanya.

Ada 2 proses masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang
disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk
maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino
pada lokasi asam amino.
a.

Efek Antimikroba
Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanismenya sama), namun
terdapat perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu.
Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini. Golongan tetrasiklin termasuk
antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis
protein kuman.

b.

Farmakokinetik
Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap
lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus. Adanya
makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi
dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin
dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan
magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang
bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar
dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan
tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan
sumssum tulang serta di sentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin
menembus sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan
dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.

Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu.
Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan
tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam

serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi
enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi
dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan
mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.
3.5 Sintesa Tetrasiklin
Struktur molekul senyawa-senyawa tetrasiklin bukanlah tergolong sederhana, oleh karena itu
sintesa tetrasiklin melibatkan berbagai jenis reaksi organik. Kesulitan utama dalam mensintesa
molekul tetrasiklin yaitu terletak pada cincin A. Hal ini dikarenakan pada setiap atom karbon dari
cincin ini mengandung sedikitnya satu subtituen. Disamping itu, tiga dari enam atom karbon
asimetri dalam molekul tetrasiklin yang paling banyak tersubtitusi, seperti oksitetrasiklin
terdapat juga pada cincin A. Sehingga untuk menghasilkan satu isomer optic yang aktif, bebas
dari isomer-isomer lainnya memerlukan pendekatan yang berhati-hati.
Sintesa tetrasiklin dimulai dengan sintesa suatu senyawa antara trisiklik yang sudah
mengandung cincin B, C, dan D dari molekul tetrasiklin dengan menggunakan reaksi Diels
Alder. Sintesa ini diikuti oleh pengubahan-pengubahan terhadap gugus-gugus fungsi
menghasilkan suatu senyawa antara baru, yaitu suatu diendiolon. Dimana senyawa antara
diendiolon ini dapat dimodifikasi unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk cincin A dalam
molekul tetrasiklin.

3.6 Efek samping Tetrasiklin


Efek samping dalam penggunaan tetrasiklin diantaranya yaitu:
1.

Perusakan warna pada gigi


Tetrasiklin mengandung gugus-gugus hidroksil, dimana gugus tersebut akan membentuk
ikatan bila dikombinasikan dengan Ca++ sebagai unsur-unsur pembentuk gigi. Tetrasiklin dapat
mengikat kalsium secara irreversible, kemudian berikatan dengan kristal hidroksiapatit baik di
dentin maupun enamel. Juga, mempunyai kemampuan membentuk kompleks atau ikatan dengan

kristal hidroksiapatit dalam gigi sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa orthocalcium


phosphat complex yang tertimbun pada gigi dan menyebabkan perubahan warna pada gigi.
Dentin ditunjukkan sebagai jaringan yang paling sulit untuk berubah warna daripada enamel jika
melalui plasenta.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perubahan warna pada gigi. Faktor-faktor
tersebut antara lain struktur kimia dari senyawa tetrasiklin, dosis yang digunakan, lamanya
pemakaian dan masa pembentukan gigi.
Faktor utama penyebab dari perubahan warna pada gigi anak akibat tetrasiklin adalah
pemberian obat dalam masa pembentukan gigi, baik gigi sulung maupun gigi permanen. Pada
masa pembentukan gigi, struktur gigi yang sedang mengalami kalsifikasi seperti kalsium akan
diikat oleh tetrasiklin secara irreversible. Kemudian ikatan tersebut mengikat hidroksi apatit
dalam struktur gigi yang sedang erupsi. Ikatan ini nantinya akan menetap pada dentin dan
enamel sehingga mengakibatkan perubahan warna pada gigi.
2.

Merapuhkan gigi dan melubangi gigi


Pemakaian tetrasiklin yang terus-menerus menyebabkan email gigi tidak terbentuk sempurna,
dan permukaan gigi tidaklah halus dan rata. Gigi menjadi sulit dibersihkan, dan plak menempel
dengan kuat sehingga gigi mudah berlubang.

3.

Gangguan pencernaan
Gangguan saluran pencernaan merupakan yang sering terjadi. Diantaranya seperti mual,
muntah, diare, nyeri menelan , iritasi kerongkongan. Efek samping yang jarang terjadi termasuk :
kerusakan hati, pankreatitis, gangguan darah, fotosensitif, reaksi hipersensitif (ruam, dermatitis
eksfoliatif, sindrom steven-johnson, urtikaria, angioedema, anafilaksis, carditis). Sakit kepala
dan gangguan penglihatan dapat terjadi dan dapat menjadi penanda peningkatan tekanan dalam
kepala dan segera hentikan pengobatan bila ini terjadi.

3.7 Hasil Analisis Jurnal


Judul : Evaluation of Antibacterial Activity of Tetracycline and Cephalexine Decomposed by
Sunlight
Ada beberapa faktor yang masih belum diketahui mengenai tetrasiklin dan Sefaleksin di
sekitar irak, maka dilakukanlah studi mengenai pengaruh sinar matahari terhadap tetrasiklin dan
sefaleksin. Tetrasiklin dan sefaleksin adalah suatu antibiotik yang sering sekali digunakan dalam
bidang kedokteran untuk mengobati adanya indikasi bakteri. Namun apabila terkena cahaya

matahari maka akan terjadi fotolisis, sehingga akan terdegradasi sebagai akibat dari energi yang
dihasilkan dari penyerapan cahaya matahari. Terdegradasinya senyawa tersebut tergantung
seberapa baik senyawa tersebut menyerap cahaya matahari.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terdegradasinya antibiotik ini adalah frekwensi dan
intensitas tumbukan molekul, konsentrasi, dan pH. Selain itu yang harus diperhatikan adalah
suhu, dan kelembapan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari aktivitas antibiotik Tetrasiklin dan
Sefaleksin yang terkena sinar matahari kemudian digunakannya untuk melawan E-coli dan
Staphylococcus sp.
Tetrasiklin dan Sefaleksin yang digunakan berasal dari SDI suatu perusahan di irak
sedangkan E-coli dan Staphylococcus sp didapatkan dari rumah sakit Ibin Gazwan. Kapsul
Tetrasiklin dan Sefaleksin dengan berat 250 mg dilarutkan dalam 10 ml air suling kemudian
diberikan perlakuan sinar matahari di siang hari pada bulan April di selatan Irak (suhu sekitar
tiga puluh lima).
Hasil penelitian membuktikan, bahwa efek dari Sinar matahari UV mengubah senyawa
antibiotik menjadi jenis spesies berbeda yang tidak diketahui dan menimbulkan banyak
pertanyaan tentang produk yang terbentuk itu. Apa senyawa ini adalah racun atau bukan.
Daerah hambatan untuk Tetracycline dan Sefaleksin pada spesies klinis Staphylococcus Sp
dan Escherichia coli. Hal ini menujukkan bahwa zona penghambatan senyawa antibiotik yang
terkena sinar matahari lebih kecil dibandingkan kontrol

3.9 Manfaat Tetrasiklin Untuk penyakit


Ini adalah beberapa contoh penyakit yang dapat di obati dengan golongan tetrasiklin :
1. Infeksi Klamidia

Limfogranuloma venereum.

Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada infeksi akut
diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis diberikan terapi 1-2 bulan. Empat
hari setelah terapi diberikan bubo mulai mengecil.

Psikatosis

Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat mengatasi gejala klinis. Dosis yang
digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1 gram per hari selama 21 hari.

Trakoma

Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasikan dengan doksisiklin oral 2 x 100
mg/hari selama 14 hari memberikan hasil pengobatan yang baik.
2. Infeksi Basil

Bruselosis

Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk penyakit ini. Hasil
pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan pengobatan selama 3 minggu. Untuk
kasus berat, seringkali perlu diberikan bersama streptomisin 1gram sehari IM.

Tularemia

Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi terapi dengan
golongan tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.

Kolera

Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk penyakit ini.
Pemberian dapat mengurangi volume diare dalam 48 jam.
berikut ini contoh obat yang mengandung tetrasiklin antara lain :

1. Conmycin
Komposisi

: Tetracycline HCL

Indikasi

: Infeksi karena organisme yang peka terhadap tetrasiklin

Dosis

: 1 kaps 4 x/ hr. Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3 minggu.

Sifilis 30-40

g dalam dosis terbagi selama 15 hr.


Penggunaan obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
dengan segelas air, dalam posisi tegak. Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa
tidak nyaman pada GI.
Kontra Indikasi

: Riwayat hipersensitivitas terhadap tetrasiklin. Hamil, anak <12 tahun.

Efek samping

: Anoreksia, mual, muntah, diare, gossitis, disfagia, enterokolitis, lesi

inflamasi, ruam makulopapular dan eritematosa, fotosensitif.


2. Corsamycin
Komposisi

: Oxytetracycline HCl

Indikasi

: Bronkitis akut dan kronis termasuk pencegahan eksaserbasi akut,

bronkopneumonia dan atipikal pneumonia disebabkan oleh mikoplasma pneumonia,


bronkiektasis terinfeksi, bronkiolitis, otitis media, angina vincenti, infeksi traktus urinatius,
uretritis non-GO, infeksi bakteri pada trakusGI dan biliaris, infeksi jaringan lunak, infeksi pasca
persalinan (endometritis), meningitis dan endokarditis, akne vulgaris, GO dan sifilis yang tidak
sesuai dengan penisilin. Granuloma inguinal dan khankroid, bruselosis, kolera, amubasis, tifus
dan Q-fever, psikatosis dan limfogranuloma venereum, trakoma.
Dosis

: Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk kebanyakan infeksi).

Infeksi nafas seperti eksaserbasi akut bronkitis dan pneumonia karena mikoplasma 500 mg 4
x/hr. Profilaksis infeksi saluran respiratorius 250 mg 2-3 x/hr. GO dan sifilis, bruselosis total
dosis 2-3 g/hr.
Penggunaan Obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
Kontra Indikasi

: Hipersensitif, gangguan ginjal. Hamil, anak < 7 tahun.

Efek samping

: Gangguan GI, gatal di anus dan vulva. Perubahan warna gigi dan hipoplasia

pada anak, hambatan pertumbuhan tulang sementara. Dosis tinggi: uremia.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut :

Antibiotik harus dibatasi pada keadaan dimana antibiotik tersebut benar diperlukan.
Antibiotik jangan digunakan untuk infeksi ringan atau infeksi virus
Antibiotik spektrum luas tidak diindikasikan untuk infeksi dimana dapat digunakan antibiotik

lain yang lebih spesifik


Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina,

reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi.


Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-") hidrokarbon cincin ("-cycl-")
derivasi ("-ine) yang merupakan subclass dari poliketida yang memiliki kerangka

octahydrotetracene-2-karboksamida.
4.2 Saran
Dalam makalah ini tidak menutup kemungkinana masih terdapat banyak kekurangan baik
menyangkut isi maupun penulisan, oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran UI, 1955, Jakarta.
2. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992, Jakarta.
3. Mandel G. L., Douglas R. G., Bennet J. E., Dolin R. : Principles and Practice Of
Infectious Disease : Antimicrobial Therapy 1995 / 1996. Churchill Livingstone, 1995.
4. Tierney L. M., Mc Phee S. J.,Papadakis M. A. : Current Medical Diagnosis and
Treatment 35 th Ed. Appleton and Lange, 1996, Stamfod.
5. Chandury A. In vitro activity of Cefpirome A new fourth generation cephalosporin.
Indian J. of Medical Microbiology 2003; 21:50-51
6. Tumah H. Fourth-Generation Cephalosporins : In vitro Activity against Nosocomial
Gram-Negative Bacili Compared with -Lactam Antibiotics and Ciprofloxacin.
Chemoteraphy 2005;51:80-85
7. Schwartz, dkk, 2000, Intisari Prinsip - Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G. Tom Shires dkk, EGC ;
Jakarta
8. Schwartz.Shires.Specer Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu bedah Ed 6Buku kedokterean EGC
9.

1995 Jakarta 47
Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta: Gayabaru


10. Arifin, Sjamsul. 1985. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka

Vous aimerez peut-être aussi