Vous êtes sur la page 1sur 17

AUDIT PROSES PENDAPATAN (PENJUALAN) DAN BEBAN

Pengakuan Pendapatan
Transaksi yang menghasilkan pendapatan biasanya terdiri dari penjualan barang atau
penyerahan jasa. Pendapatan didefinisikan sebagai aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu
entitas atau pelunasan piutang utang (kombinasi keduanya ) yang berasal dari penyerahan atau
pembuatan barang, penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama.
Pengakuan dan pengukuran laporan laporan keuangan pada perusahaan bisnis, mensyaratkan
bahwa sebelum pendapatan diakui (dicatat), pendapatan terlebih dahulu direalisasikan dan
dihasilkan. Pendapatan direalisasikan bila barang atau jasa ditukar dengan kas, kesanggupan
untuk membayar kas, atau aktiva lain yang dapat dipertukarkan dengan kas. Pendapatan
dihasilkan bila entitas secara substansial telah menyelesaikan proses pendapatan, yang pada
umumnya berarti bahwa barang telah dikirimkan atau jasa telah diberikan.

Beberapa kriteria untuk pengakuan pendapatan :


1. Bukti meyakinkan bahwa terdapat suatu perjanjian.
2. Pengiriman telah dilakukan atau jasa telah diberikan
3. Harga jual sudah pasti atau dapat ditentukan
4. Kolektibilitas dapat dijamin dengan memadai.

Standar audit tentang kecurangan mensyaratkan bahwa auditor seharusnya telah menduga
sebelumnya bahwa terdapat risiko salah saji material yang disebabkan kecurangan atas
pengakuan pendapatan. Auditor harus waspada atas persoalan-persoalan berikut sehubungan
dengan pengakuan pendapatan :

1. Perjanjian sampingan adalah perjanjian yang digunkana untuk mengubah persyaratan dan
kondisi penjualan yang telah dicatat agar dapat membujuk pelanggan untuk menerima
pengiriman barang dan jasa.
2. Penumpukkan saluran distribusi adalah praktek pemasaran yang kadang-kadang digunakan
pemasok untuk mendorong penjualan dengan cara membujuk distributor untuk membeli
lebih banyak persediaan daripada yang dapat mereka jual dengan cepat.

Jenis-jenis Transaksi dan akun laporan keuangan yang terpengaruh. Tiga jenis transaksi yang
khususnya terdapat dalam proses pendapatan adalah :
1. Penjualan barang atau penyerahan jasa secara tunai atau kredit
2. Penerimaan kas dari pelanggan sebagai pembayaran atas barang dan jasa
3. Pengembalian barang oleh pelanggan secara kredit atau tunai

Pada beberapa entitas, jenis transaksi lain yang dapat terjadi sebagai bagian dari proses
pendapatan adalah penjualan barang sisa, penjualan internal perusahaan, dan penjualan kepada
pihak yang memiliki hubungan istimewa.
Jenis-jenis dokumen dan catatan yang terdapat dalam proses pendapatan :
1. Pesanan Penjualan Pelanggan (Customer Sales Order)
Dokumen ini berisi rincian jenis dan jumlah produk atau jasa yang dipesan oleh pelanggan.
Pesanan penjualan dapat dibuat dan dikirimkan oleh tenaga penjualan, dikirim atau di faks,
atau di terima melalui telepon atau internet. Pada contoh earthwarker, pegawai penerima
pesanan memasukkan informasi yang terdapat penjualan, yang dikirim atau di faks oleh
pelanggan, ke dalam sistem pendapatan. Penjualan melalui telepon atau internet dimasukkan
secara langsung ke dalam program validasi data.

2. Formulir persetujuan kredit (credit approval form)


Jika pelanggan membeli barang secara kredit dari klien untuk pertama kali, klien harus
memiliki prosedur normal untuk menginvestigasi kelayakan kredit dari pelanggan. Hasil dari
prosedur ini didokumentasikan dalam suatu jenis formulir persetujuan kredit.
3. Laporan Pesanan yang belum terselesaikan (Open-Order Report)
Merupakan laporan seluruh pesanan pelanggan yang belum selesai di proses. Pada beberapa
proses pendapatan, jika pesanan pelanggan telah di terima, pesanan kemudian dimasukkan ke
dalam sistem. Setelah barang dikirimkan dan di tagih, maka harus di catat sebagai pesanan
yang telah terpenuhi.
4. Dokumen pengiriman (Shipping Document)
Dokumen pengiriman harus dibuat setiap kali barang dikirimkan kepada pelanggan.
Dokumen ini biasanya juga merupakan konosemen atau surat jalan (bill of lading) dan
berisikan informasi jenis dan jumlah produk yang dikirimkan, serta informasi relevan lain.
Pada beberapa sistem pendapatan, dokumen pengiriman, dan konosemen merupakan
dokumen terpisah. Salinan dokumen pengirimkan ke pelanggan, sedangkan salinan lain
digunakan untuk memulai proses penagihan.
5. Faktur Penjualan (Sales Invoice)
Dokumen ini digunakan untuk menagih pada pelanggan,. Faktur penjualan berisikan
informasi jenis, jumlah, harga dan syarat penjualan produk atau jasa. Faktur penjualan asli
biasanya dikirimkan ke pelanggan, dan salinan-salinannya didistribusikan kepada
departemen-departemen lain dalam organisasi. Faktur penjualan khususnya merupakan
sumber dokumen yang menandai pengakuan pendapatan.
6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Bila faktur penjualan telah diterbitkan, penjualan harus di catat dalam catatan akuntansi.
Jurnal penjualan di gunakan untuk mencatat informasi yang diperlukan untuk tiap transaksi
penjualan.
7. Laporan Transaksi Pelanggan (Customer Statement)
Dokumen ini biasanya dikirimkan kepada pelanggan setiap bulan laporan ini terdiri atas
rincian seluruh transaksi-transaksi penjualan, penerimaan kas dan memorendum kredit yang
di proses dalam akun pelanggan untuk suatu periode.
8. Buku Besar Pembantu Piutang Usaha (Accounts Receivable Subsidiary Ledger)
Buku besar pembantu piutang usaha terdiri atas rekening dan rincian transaksi untuk setiap
pelanggan. Transaksi yang di catat pada jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas
dibukukan pada rekening pelanggan yang sesuai pada buku besar pembantu.
9. Neraca Saldo Umur Piutang Usaha (Aged Trial Balance of Account)
Laporan ini, yang biasanya disiapkan mingguan atau bulanan, meringkas seluruh saldo
pelanggan pada buku besar pembantu piutang usaha. Saldo pelanggan dilaporkan untuk
setiap kategori ( seperti kurang dari 30 hari, 30 . 60 hari, 60-90 hari, lebih dari 90 hari)
berdasarkan jangka waktu dari tanggal faktur penjualan.
10. Nota Pembayaran (Remmitance Advice)
Dokumen ini biasanya di kirimkan bersamaan dengan tagihan kepada pelanggan dan
dikembalikan bersamaan dengan pembayaran pelanggan atas barang atau jasa. Nota
pembayaran terdiri dari informasi sehubungan dengan faktur mana yang di bayar oleh
pelanggan.
11. Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipt Journal)

Jurnal ini digunakan untuk mencatat penerimaan kas perusahaan. Jurnal penerimaan kas
terdiri dari kolom untuk mendebit kas, mengkredit piutang usaha, dan mengkredit akun lain
seperti penjualan barang sisa atau pendapatan bunga.
12. Memorendum Kredit ( Credit Memorendum)
Dokumen ini digunakan untuk mencatat kredit atas pengembalian barang pada rekening
pelanggan atau untuk mencatat potongan yang akan diberikan pelanggan.
13. Otorisasi Penghapusan (Write-off Authorization)
Dokumen ini mengotorisasi penghapusan piutang tak tertagih. Biasanya di proses di mulai
oleh departemen kredit, dengan persetujuan akhir pada bagian keuangan.

Pemisahan Tugas Kunci


Salah-satu pengendalian yang terpenting dalam system akuntansi adalah pemisahan tugas
yang memadai. Oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam fungsi. fungsi pencatatan
pesanan, kredit, pengiriman, atau penagihan tidak boleh memiliki akses ke catatan piutang usaha,
buku besar, atau kegiatan penerimaan kas.

Penentuan Risiko Bawaan


Pada saat memeriksa proses pendapatan, auditor harus memperrtimbangkan factor risiko
bawaan yang dapat mempengaruhi baik transaksi pendapatan maupun penerimaan kas dan akun
laporan keuangan yang dipengaruhi oleh kedua transaksi tersebut. Keempat factor risiko bawaan
yang dapat mempengaruhi proses pendapatan adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang terkait dengan industri

Faktor-faktor seperti profitabilitas dan kesehatan industri di mana perusahaan beroperasi,


tingkat kompetensi dalam industri, dan tingkat perubahan teknologi industri mempengaruhi
potensi salah-saji dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, jika industri mengalami
penurunan permintaan atas produk, entitas dapat menghadapi penurunan volume penjualan
yang dapat menyebabkan kerugian operasi dan arus kas yang rendah. Sama halnya, kompetisi
dalam industri dapat mempengaruhi kebijakan penetapan harga entitas, persyaratan kredit,
dan garansi produk. Jika factor yang terkait dengan industri seperti di atas ada, maka
manajemen bisa terlibat dalam kegiatan yang menimbulkan salah saji.
2. Kompleksitas dan Perdebatan atas Persoalan Pengakuan.
Pendapatan Bagi kebanyakan entitas, pengakuan pendapatan bukan merupakan masalah
besar karena pendapatan diakui pada saat produk dikirimkan atau jasa diberikan. Akan tetapi,
pada beberapa entitas pengakuan pendapatan dapat melibatkan perhitungan yang kompleks.
Sebagai contoh adalah pengakuan pendapatan atas perjanjian konstruksi jangka panjang,
perjanjian jasa jangka panjang, perjanjian sewa, dan penjualan cicilan. Dapat terjadi
perselisihan antara manajemen dan auditor kapan pendapatan, beban, dan keuntungan terkait
harus diakui. Dalam keadaan seperti ini, auditor harus menentukan risiko bahwa terdapat
salah saji material sebagai tinggi.
3. Kesulitan Audit atas transaksi dan saldo akun.
Akun-akun yang sulit untuk diaudit dapat menjadi masalah risiko bawaan bagi auditor. Di
samping itu persoalan pengakuan pendapatan seperti yang telah dibahas sebelumnya,
penyisihan atas piutang tak tertagih dapat menjadi sulit untuk diaudit karena subjektivitas
dalam penetapan nilainya.
4. Salah-saji yang terdeteksi dalam audit periode sebelumnya.
Keberadaan salah saji dalam audit periode sebelumnya merupakan indicator yang baik bahwa
akan terdapat salah saji dalam audit periode berjalan.

Prosedur Pengendalian dan Pengujian Pengendalian


Transaksi Pendapatan Proses Pengambilan keputusan oleh auditor untuk perencanaan dan
pelaksanaan pengujian pengendalian termasuk mempertimbangkan asersi dan kemungkinan
salah saji yang dapat terjadi jika pengendalian internal tidak beroperasi secara efektif. Auditor
mengevaluasi system akuntansi klien untuk menetapkan pengendalian yang dapat mencegah atau
mendeteksi salah saji tersebut. Jika Pengendalian ada dan auditor memutuskan untuk
mengandalkannya, pengendalian tersebut harus diuji untuk mengevaluasi efektivitasnya. Sebagai
contoh, misalkan evaluasi auditor atas proses pendapatan perusahaan menunjukkan bahwa
laporan bulanan dikirimkan ke pelanggan oleh departemen piutang usaha sedangkan keluhan
ditangani oleh departemen penagihan. Pengendalian ini dimaksudkan untuk mencegah dicatatnya
transaksi penjualan fiktif. Auditor dapat me-review dan menguji prosedur klien atas pengiriman
laporan bulanan dan penanganan keluhan. Pemilihan atas jenis pengujian pengendalian yang
sesuai untuk suatu asersi ditentukan oleh hal berikut ini :
1. Volume transaksi atau data
2. Sifat atau kompleksitas system yang digunakan perusahaan untuk menproses dan
mengendalikan informasi
3. Sifat ketersediaan bukti, termasuk bukti audit dalam bentuk elektronik.

AUDIT PROSES PROSES BEBAN

SURAT REPRESENTASI MANAJEMEN


SA Seksi 333 menyatakan bahwa Surat Representasi Manajemen adalah bagian dari bukti
audit yang diperoleh auditor, tetapi tidak merupakan pengganti bagi penerapan prosedur audit
yang diperlukan untuk memperoleh dasar memadai bagi pendapat auditor atas laporan keuangan.
Auditor memperoleh representasi tertulis dari manajemen untuk melengkapi prosedur audit lain

yang dilakukannya. Dalam banyak hal, auditor menerapkan prosedur audit terutama didesain
untuk memperoleh informasi yang mendukung masalah yang juga direpresentasikan secara
tertulis. Jika suatu representasi yang dibuat oleh manajemen bertentangan dengan bukti audit
lain, auditor harus menyelidiki keadaan tersebut dan mempertimbangkan keandalan representasi
tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut, auditor harus mempertimbangkan apakah keandalan
representasi manajemen yang berkaitan dengan aspek lain laporan keuangan memadai dan
beralasan.
Dalam hubungannya dengan audit laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, representasi tertentu harus berhubungan dengan halhal berikut ini
Laporan Keuangan
1. Pengakuan manajemen mengenai tanggung jawabnya untuk menyajikan laporan keuangan
secara wajar, posisi keuangan, basil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
2. Keyakinan manajemen bahwa laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia

Kelengkapan Informasi
1. Keyakinan manajemen bahwa laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip yang
berlaku umum di Indonesia
2. Ketersediaan catatan keuangan dan data yang berkaitan.
3. Kelengkapan dan ketersediaan semua notulen rapat pemegang saham, direksi, dan dewan
komisaris.
4. Komunikasi dari badan pengatur tentang ketidakpatuhan dengan atau kekurangan dalam
praktik pelaporan keuangan.

5. Tidak adanya transaksi yang tidak dicatat.


Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan
1. Informasi tentang kecurangan yang melibatkan (1) manajemen, (2) karyawan yang memiliki
peran signifikan dalam pengendalian intern, atau (3) pihak lain yang kecurangannya
berdampak material atas laporan keuangan.
2. Rencana atau maksud yang mungkin akan mempengaruhi nilai atau klasifikasi aktiva atau
kewajiban.
3. Informasi mengenai transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa dan piutang atau
utang antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
4. Jaminan, tertulis atau lisan, yang menyebabkan entitas memiliki utang bersyarat.
5. Estimasi signifikan dan pemusatan material yang diketahui oleh manajemen yang harus
diungkapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
6. Pelanggaran atau kemungkinan pelanggaran hukum atau peraturan yang dampaknya harus
dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan atau sebagai dasar untuk
mencatat rugi bersyarat.
7. Tuntutan yang belum dinyatakan atau prakiraan yang telah dikemukakan oleh penasihat
hukum merupakan tuntutan yang kemungkinan besar akan terjadi harus diungkapkan sesuai
dengan PSAK Akuntansi untuk Kontijensi.
8. Tuntutan yang tidak diungkapkan meskipun telah diberitahukan kemungkinannya oleh
penasihat hukum klien.
9. Hak atas aktiva, hak gadai atas aktiva, dan aktiva yang dijaminkan.
10. Kepatuhan dengan pasal-pasal perjanjian kontrak yang mungkin berdampak terhadap laporan
keuangan.

PENGGUNAAN PEKERJAAN SPESIALIS


Adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam
bidang selain akuntansi dan auditing. Spesialis mencakup, namun tidak terbatas pada, aktuaris,
appraiser, insinyur, konsultan lingkungan, dan ahli geologi. Seksi ini juga berlaku untuk
penasihat hukum yang ditugasi sebagai spesialis dalam situasi selain dalam penyediaan jasa
kepada klien berkaitan dengan tuntutan pengadilan, klaim. Sebagai contoh, penasihat hukum
dapat ditugasi oleh klien atau auditor untuk menafsirkan pasal-pasal dalam perjanjian kontrak.
Ada

pekerjaan

yang

menurut

auditor

memerlukan

pekerjaan

spesialis

dengan

mempertimbangkan pada hal-hal berikut ini:


1. Penilaian (misalnya: karya seni, obat-obatan khusus dan restricted securities).
2. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia atau kondisi
(misalnya : cadangan mineral atau tumpukan bahan baku yang tersedia di gudang).
3. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus (misalnya :
beberapa penghitungan aktuarial).
4. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya : pengaruh potensial
suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya atau hak atas properti).

PERMINTAAN KETERANGAN KEPADA PENASEHAT HUKUM KLIEN


Pertimbangan Akuntansi
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan dan
prosedur

untuk

mengidentifikasi,

mengevaluasi,

dan

mempertanggungjawabkan litigasi, klaim, dan asesmen sebagai basis untuk


pembuatan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia

Pertim bangan Audit


Berkaitan dengan litigasi, klaim, dan asesmen, auditor independen harus memperoleh
bukti audit yang relevan dengan faktor-faktor berikut ini:
a. Keberadaan suatu kondisi, situasi, atau serangkaian keadaan yang menunjukkan suatu
ketidakpastian tentang kerugian yang mungkin terjadi bagi suatu entitas yang timbul dari litigasi,
klaim, dan asesmen .
b. Periode terjadinya penyebab yang melandasi tindakan hukum yang terjadi.
c. Tingkat kemungkinan terjadinya hasil yang tidak menguntungkan.
d. Jumlah atau kisar kerugian potensial

NILAI WAJAR (FAIR VALUE)


Akuntansi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengubah input (data-data
transaksi) menjadi output (laporan keuangan) yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan
ekonomik. Suatu entitas akan menggunakan akuntansi untuk menunjukkan bahwa kondisi
keuangannya layak untuk mendapatkan tambahan kredit, atau untuk menunjukkan bahwa entitas
tersebut aman untuk dijadikan tempat berinvestasi. Suatu entitas juga akan menggunakan
akuntansi untuk meninjau apakah pemasoknya masih layak, apakah entitas sudah mengalahkan
pesaing, atau apakah strategi bisnis yang dicanangkannya sudah berhasil.
Manfaat Nilai Wajar
Nilai wajar didefinisikan dalam IFRS sebagai, the amount for which an asset could be
exchanged between knowledgeable, willing parties in an arms length transaction. Nilai wajar
ini digunakan untuk mengukur:
1. Satu aset
2. Sekelompok aset
3. Satu liabilitas
4. Sekelompok liabilitas
5. Konsiderasi bersih dari satu atau lebih aset dikurangi satu atau lebih liabilitas terkait
6. Satu segmen atau divisi dari sebuah entitas

7. Satu lokasi atau wilayah dari suatu entitas


8. Satu keseluruhan entitas

TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA


Menurut PSAK No. 07 Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihakpihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan
untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam
mengambil keputusan keuangan dan operasional. Transaksi antara Pihak-Pihak yang Mempunyai
Hubungan Istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan.

KELANGSUNGAN HIDUP SUATU SATUAN USAHA


Kelangsungan hidup (going concern) suatu satuan usaha pada umumnya diartikan
sebagai kemampuan suatu satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa
melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi
utang, ketidakpastian profitabilitas, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan
serupa yang lain. Informasi tentang kelangsungan hidup satuan usaha biasanya tidak
disampaikan dalam laporan keuangan karena laporan keuangan melaporkan data historis
perusahaan.

KEJADIAN SETELAH TANGGAL NERACA


Namun, ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal tersebut
tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai akibat
material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan
dalam laporan-laporan tersebut. Kejadian ini untuk selanjutnya disebut "peristiwa kemudian
(subsequent events).

PERTIMBANGAN ATAS PROSEDUR YANG TIDAK DILAKSANAKAN SETELAH


TANGGAL LAPORAN AUDIT
PSA No 49 memberikan pedoman tentang pertimbangan dan prosedur yang harus
diterapkan oleh auditor, yang setelah tanggal laporan auditor, berkesimpulan bahwa satu atau lebih
prosedur audit yang dipandang perlu pada saat audit, dengan adanya keadaan kemudian, tidak
dilaksanakan dalam audit atas laporan keuangan, namun tidak terdapat indikasi bahwa laporan
keuangan tersebut tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia atau atas basis akuntansi komprehensif yang lain.
PENYELESAIAN AUDIT
Proses Yang Dilakukan Menjelang Akhir Audit
Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor melakukan prosedur-prosedur audit
tertentu guna memperoleh bukti tambahan. Prosedur-prosedur tersebut meliputi:
1) Melakukan Review Peristiwa peristiwa Kemudian
Tanggung jawab auditor dalam menentukan kewajaran laporan keuangan klien tidak terbatas
pada pemeriksaan atas kejadian dari transaksi yang terjadi sampai dengan tanggal neraca. SA
560 tentang Peristiwa Kemudian menyatakan bahwa auditor mempunyai tanggung jawab
tertentu atas kejadian dan transaksi-transaksi yang:

Mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan.


Terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan

laporan auditor.
2) Membaca Notulen Rapat
Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, komite komitenya, sepertinya komite
keuangan dan komite audit, mungkin berisi hal hal penting bagi suatu audit. Auditor harus
memastikan bahwa semua notulen hasil rapat yang diselenggarakan selama periode diperiksa
dan selama periode sejak tanggal neraca sampai dengan akhir pekerjaan lapangan telah
disediakan klien untuk direview. Pembacaan notulen-notulen rapat biasanya dilakukan segera
setelah auditor menerimanya, agar auditor mempunyai waktu yang cukup untuk mempelajari
dan menilai signifikansinya terhadap audit.
3) Mendapatkan Bukti tentang Tuntutan Hukum, Klaim, dan Keputusan Pengadilan

FASB mendefinisikan kontingensi (contingency) sebagai adanya kondisi, situasi, atau


sejumlah keadaan yang tidak pasti, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang
merugikan yang kepastiannya akan tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau
lebih kejadian di masa datang. Tergantung pada tingkat kemungkinan pembayaran di masa
datang, prinsip akuntansi berlaku umum mengharuskan kontingensi merugikan untuk
diperlakukan sebagai salah satu dari kemungkinan berikut: (1) dicatat sebagai utang
bersyarat, (2) diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, dan (3) diabaikan.
4) Mendapatkan Surat Pernyataan dari Klien
Untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan ketiga auditor harus mendapatkan surat
pernyataan dari manajemen. Manfaat surat pernyataan dari manajemen adalah:
Mengkonfirmasi pernyataan lisan yang telah diberikan kepada auditor.
Mendokumentasikan ketepatan pernyataan tersebut secara berkelanjutan.
Mengurangi kemungkinan terjadinya salah pengertian tentang pernyataan manajemen.
5) Melaksanakan Prosedur Analitis
Prosedur analitis diperlukan dalam tahap penyelesaian suatu audit sebagai suatu review
menyeluruh (akhir) atas laporan keuangan. SA 329 tentang Prosedur Analitis menyatakan
bahwa tujuan prosedur analitis yang diterapkan dalam tahap review menyeluruh suatu audit
adalah untuk membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam
mengevaluasi

laporan

keuangan

secara

keseluruhan. Dalam

melaksanakan

review

menyeluruh, auditor membaca laporan keuangan beserta catatan atas laporan keuangan dan
mempertimbangkan kecukupan bukti yang diperoleh sebagai tanggapan atas saldo-saldo
yang tidak biasa atau di luar perkiraan serta hubungan-hubungan (1) yang diantisipasi dalam
perencanaan audit, atau (2) diidentifikasi selama pelaksanaan pengujian substantif. Prosedur
analitis kemudian diterapkan atas laporan keuangan untuk menentukan apakah masih ada
hubungan yang tidak biasa atau tidak diharapkan. Apabila hubungan demikian masih ada,
maka diperlukan prosedur audit tambahan dalam tahap penyelesaian audit.

Evaluasi Temuan Audit

Penilaian temuan dilakukan auditor dengan dua tujuan: (1) menetapkan jenis pendapat yang
akan diberikan dan (2) menentukan apakah standar auditing telah dipenuhi dalam audit. Untuk
memenuhi tujuan-tujuan tersebut, auditor melakukan langkah-langkah berikut:
1) Membuat Penetapan Akhir tentang Materialitas dan Risiko Audit
Titik tolak dalam proses ini adalah menjumlahkan semua salah saji yang ditemukan dalam
pemeriksaan atas semua rekening yang tidak dikoreksi oleh klien. Langkah berikutnya adalah
menentukan pengaruh dari total salah saji terhadap laba bersih dan terhadap total-total
lainnya dalam laporan keuangan yang ada kaitannya dengan salah saji tersebut, seperti
misalnya total aktiva lancar atau total hutang lancar.
Penentuan salah saji dalam suatu rekening harus meliputi komponen-komponen berikut:

Salah saji tidak dikoreksi yang secara spesifik ditemukan melalui pengujian substantif

detail atas transaksi dan saldo-saldo.


Proyeksi salah saji tidak dikoreksi yang ditaksir melalui teknik sampling audit.
Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan dikuantifikasi dengan

prosedur audit lainnya.


2) Menilai Kelangsungan Hidup (Going Concern)
Auditor umumnya menilai apakah terdapat kesangsian besar tentang kemampuan klien untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya berdasarkan hasil pelaksanaan prosedur-prosedur
audit yang normal baik dalam tahap perencanaan, pengumpulan bukti, maupun penyelesaian
audit. Apabila auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar tentang kemampuan klien
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, maka ia harus
melakukan langkah-langkah berikut: (1) dapatkan informasi tentang rencana manajemen
yang ditujukan untuk mengurangi pengaruh dari kondisi atau kejadian tersebut, dan (2)
tentukan kemungkinan rencana tersebut akan dapat diterapkan secara efektif.
Apabila setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor masih berkesimpulan terdapat
kesangsian besar tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
maka

auditor

harus

(1)

mempertimbangkan

kecukupan

pengungkapan

tentang

ketidakmampuan perusahaan klien untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam


periode waktu pantas, dan (2) mencantumkan paragraf penjelasan (di bawah paragraf
pendapat) dalam laporan auditor untuk mencerminkan kesimpulannya. Apabila auditor

berpendapat bahwa kesangsian bear sudah tidak ada, auditor masih harus mempertimbangkan
kebutuhan akan pengungkapan. Beberapa informasi yang perlu diungkapkan meliputi:
a) Kondisi atau kejadian yang bersangkutan yang telah memunculkan kesangsian besar
tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya selama periode
waktu pantas.
b) Dampak yang mungkin terjadi sebagai akibat dari kondisi atau kejadian tersebut.
c) Evaluasi manajemen mengenai signifikansi kondisi atau kejadian dan faktor-faktor yang
bisa mengurangi kesangsian tersebut.
d) Kemungkinan terhentinya operasi.
e) Informasi tentang kemungkinan pulihnya kembali keadaan perusahaan klien, atau
klasifikasi aktiva yang dicatat atau klasifikasi hutang.
3) Melakukan Review Teknis atas Laporan Keuangan
Kebanyakan kantor akuntan publik memiliki daftar pengecekan laporan keuangan detail yang
dikerjakan oleh auditor yang melakukan review atas laporan keuangan. Daftar pengecekan
yang telah dirampungkan selanjutnya direview kembali oleh manajer atau partner yang
ditunjuk dalam penugasan yang bersangkutan. Daftar pengecekan meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan bentuk dan isi setiap bagian pokok laporan keuangan beserta
pengungkapan-pengungkapannya.
4) Merumuskan Pendapat dan Membuat Konsep Laporan Audit
Sebelum sampai pada keputusan akhir tentang opini yang akan diberikan, biasanya klien
menyelenggarakan pertemuan dengan auditor. Dalam pertemuan tersebut auditor melaporkan
temuan-temuan secara lisan dan memberikan alasan atas usulan penyesuaian dan/atau
tambahan pengungkapan. Sebaliknya, manajemen biasanya bertahan dengan pendapat atas
kemauannya. Apabila pada akhirnya dicapai kesepakatan untuk melakukan perubahan, maka
auditor bisa memberi pendapat wajar tanpa pengecualian. Namun apabila tidak dicapai
kesepakatan, maka auditor harus memberi pendapat lain selain pendapat wajar tanpa
pengecualian.

5) Melakukan Review Akhir atas Kertas Kerja


Review yang dilakukan partner atas kertas kerja dimaksudkan untuk mendapat jaminan
bahwa:
a) Pekerjaan yang dilakukan oleh para bawahan telah dilakukan dengan cermat dan teliti.
b) Pertimbangan yang diberikan oleh bawahan cukup beralasan dengan tepat sesuai dengan
keadaan yang dihadapi.
c) Penugasan audit telah selesai dikerjakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian kerja.
d) Semua persoalan akuntansi, pengauditan, dan pelaporan yang menimbulkan pertanyaan
yang signifikan selama audit berlangsung telah terpecahkan dengan memuaskan.
e) Kertas kerja mendukung pendapat auditor.
f) Standar auditing dan kebijakan serta prosedur pengendalian mutu yang berlaku di kantor
akuntan publik yang bersangkutan telah terpenuhi.

Vous aimerez peut-être aussi