Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MAKALAH
Oleh :
Auliya Hidayati
NIM 132310101001
Jamilatul Komari
NIM 132310101004
NIM 132310101023
Rofidatul Inayah
NIM 132310101025
NIM 132310101030
NIM 132310101048
Afriezal Kamil
NIM 132310101054
NIM 132310101056
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Adrenal (Addison Disease &
Sindrom Cushing).
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
tulus kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ns. Lantin Setyorini S.Kep.,M.Kes., selaku Dosen Penanggung Jawab Mata
Kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VIB
3. Ns. Ratna Sari H. M.Kep., selaku
Keperawatan Klinik VIB
Jember
4. Informan yang telah sangat membantu penulis dengan memberikan informasi
yang sangat dibutuhkan
5. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan. Semoga semua bermanfaat bagi kita, Amin.
Jember, 8 September 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan 1
1.3 Implikasi Keperawatan
2.2 Epidemiologi 2
2.3 Etiologi
2.5 Patofisiologi 4
2.6 Komplikasi & Prognosis
2.7 Pengobatan
2.8 Pencegahan
BAB 3. PATHWAYS.............................................................................................11
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................12
4.1 Pengkajian
12
4.2 Diagnosa
17
4.3 Perencanaan 18
4.4 Implementasi 23
iii
4.5 Evaluasi
26
BAB 5. PENUTUP................................................................................................27
5.1 Kesimpulan
27
5.2 Saran 27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
termasuk
glukokortikoid
(misalnya
kortisol),
mineralocorticoids
perubahan
Pengertian
Sindrom cushing adalah hiperaktivitas atau hiperfungsi kelenjar adrenal
b. Tumor kelenjar hipofisis yaitu sebuah tumor jinak dari kelenjar hipofisis
yang menghasilkan ACTH dalam jumlah yang berlebihan sehingga
menstimulasi kelenjar adrenal untuk mambuat kortisol lebih banyak;
c. Tumor ektopik yang menhasilkan hormone ACTH tumor ini jarang terjadi,
dimana tumor terbentuk pada organ yang tidak memproduksi ACTH,
tumor menghasilkan ACTH dalam jumlah berlebihan;
d. Gangguan primer kelenjar adrenal, dimana kelenjar adrenal memproduksi
kortisol secara berlebihan diluar stimulus dari ACTH. Biasanya terjadi
akibat adanya tumor jinak pada korteks adrenal (adenoma). Selain itu,
dapat juga tumor ganas pada kelenjar adrenal (adenocortical carcinoma);
e. Sindrom cushing alkoholik yaitu produksi alcohol berlebihan, alkohol
mampu menaikkan kadar kortisol.
f. Pada bayi, sindrom cushing paling sering disebabkan oleh tumor
adrenokorteks yang sedang berfungsi, biasanya karsinoma maligna tetapi
terkadang adenoma benigna (Behrman & Kliegman, 1999).
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala sindrom cushing bervariasi, kebanyakan orang dengan
gangguan memiliki obesitas tubuh bagian atas, wajah bulat, peningkatan lemak di
sekitar leher, dan lengan yang relatif ramping dan kaki. Anak anak cenderung
gemuk dengan tingkat pertumbuhan menjadi lambat. Manifestasi klinis yang
sering muncul pada penderita sindrom cushing antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Rambut tipis
Moon face
Penyembuhan luka
Mudah memar
Petekie
Kuku rusak
e. edema
karena hiperglikemia , pengaruhnya terhadap janin adalah sebagai berikut:
a. prematuritas
b. janin atau bayi besar bila janin mampu menghadapi hiperglikemia
c. janin dapat lahir mati karena hiperglikeminya
d. mungkin kematian akibat hipertensi yang menyebabkan aliran
darah menuju retroplasenter sirkulasi mengalami gangguan
(Manuaba, 2007).
2.4 Patofisiologi
Glukokortikoid meningkat karena berbagai factor baik dari luar maupun
dari dalam tubuh. Fungsi metabolic glukokortikoid atau kortisol dipengaruhi oleh
jumlah sekresi glukokortikoid atau kortisol. Kelebihan glukokortikoid dapat
menyebabkan perubahan berbagai kondisi di dalam tubuh khususnya fungsi
metabolic seperti dibawha ini:
a. Metabolisme protein
Kortisol menekan pengangkutan asam amino ke sel otot dank e sel
ekstrahepatika seperti jaringan limfoid menyebabkan konsentrasi asam
amino intrasel menurun sehingga sintesis protein menurun. Sintesis
protein menurun memicu peningkatan terjadinya proses katabolisme
protein yang sudah ada di dalam sel. Proses katabolisme ini dan proses
kortisol memobilisasi asam amino ari jaringan perifer seperti kulit, otot,
pembuluh darah, dan tulang atau seluruh sel tubuh kecuali yang ada di
hati. Kehilangan asam amino terutama di otot mengakibatkan semakin
banyak asam amino tersedia dalam plasma untuk masuk dalam proses
glukoneogenesis di hati sehingga pembentukan glukosa meningkat.
b. Metabolisme karbohidrat
Efek kortisol terhadap metabolism karbohidrat untuk merangsang
glukoneogenesis yaitu pembentukan karbohidrat dari protein dan
beberapa zat lain oleh hati. Kortisol juga menyebabkan penurunan
glukosa.
Peningkatan kecepatan glukoneogenesis dan kecepatan pemakaian
glukosa oleh sel berkurang yang meningkatkan konsentrasi glukosa
menganggu
pembentukan
antbodi
humoral
dan
2.4 Pengobatan
a. medikamentosa : metylrapone dengan hasil baik
b. operasi adrenektomi sehingga sumber ACTH akan hilang (Manuaba,2007).
Pengobatan obesitas anak mencakup komponen berikut:
a.
b.
c.
d.
2.8 Pencegahan
1. pemberian makan sesuai kebutuhan segera sesudah lahir
2. pemberian makanan hanya bila ada tanda tanda lapar pada umur 1 tahun
3. hindarkan perkenalan dengan menunjukkan makanan menarik atau
member resep waktu makan dengan jam
4. mendidik anak makan kalau lapar (Behrman & Kliegman, 1999).
3. PATHWAY
Autoimun
Destruksi
korteks
adrenal
Produksi hormon
glukokortiroid <<<
Gangguan
neuromuskuler
hipoglikemia
Gangguan motorik
Terjadi
glukoneogenesis dari
protein
Terganggunya stimulasi
reabsorbsi natrium dan
ekskresi kalium
Sensitivitas
insulin berat
Kadar Na
menurun dalam
darah
Suplai oksigen
menurun
Dehidrasi berat
IWL meningkat
Penurunan
tekanan darah
Kehilangan volume
cairan secara aktif
DEFISIT
VOLUMECAIRAN
21
KELELAHAN
Kelemahan otot
jantung
Penurunan
kardiak output
Hipotensi
Aliran darah ke
perifer menurun
Penurunan glikogen
hati
Suplai oksigen ke
otak menurun
KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN
SEREBRAL
PENURUNAN
CURAH JANTUNG
23
terhadap
keadaan
dingin
atau
stres.
Kesemutan/baal/lemah.
Tanda:
a) Disorentasi terhadap waktu, tempat, dan ruang (karna kadar
natrium rendah), latergi, kelemahan mental, peka rangsang, cemas,
koma (dalam keadaan krisis)
24
berlebihan,
ketajaman
pendengaran
meningkat.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala:
a) Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala.
b) Nyeri tulang belakang, abdomen, ekstermitas (pada keadaan
krisis).
8) Pernapasan
Gejala: Dipsnea
Tanda: Kecepatan pernapasan meningkat, takipnea, suara napas,
krakel, ronki (pada keadaan infeksi)
9) Keamanan
Gejala: Tidak toleran terhadap panas, cuaca (udara) panas.
Tanda:
a) Hiperpigmentasi kulit (coklat, kehitaman karena kena sinar
matahari atau hitam seperti perunggu) yang menyeluruh atau
berbintik-bintik.
b) Peningkatan suhu, demam yang diikuti dengan hipotermia
(keadaan krisis).
c) Otot menjadi kururs
d) Gangguan tidak mampu berjalan.
10) Seksualitas
Gejala:
a) Adanya riwayat menopouse dini, amenorea.
b) Hilangnya tanda-tanda seks sekunder (misal: berkurangnya
rambut-rambut pada tubuh terutama pada wanita.
c) Hilangnya libido.
d. Pemerikasaan diagnostik
Kadar hormon:
1) Kortisol plasma: menurun dengan tanpa respond pada pemberian ACTH
secara IM (primer)atau ACTH secara IV.
25
(mungkin
tidak
26
Intervensi
NIC
Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan:
Mandiri
Setelah
diberikan
tindakan 1. Pantau TTV
keperawatan selama 2 x 24 jam, 2. Ukur dan timbang berat badan
menunjukkan adanya perbaikan
setiap hari
keseimbangan cairan.
3. Kaji pasien mengenai adanya rasa
haus, kelelahan, nadi cepat, turgor
Kriteria Hasil:
kulit jelek, membran mukosa
1. Pengeluaran
urin
yang
kering. Catat warna kulit dan
adekuat.
temperaturnya.
2. TTV stabil
4. Auskultasi bising usus. Catat dan
3. Tekanan nadi perifer jelas
laporkan adanya mual, muntah,
4. Turgor kulit baik
dan diare.
5. Pengisian kapiler baik
5. Berikan perawatan mulut secara
6. Membran mukosa lembab
teratur.
6. Kolaborasikan pemberian cairan
0,9% NaCl (Normal salin).
7. Kolaborasikan pemberian larutan
glukosa.
8. Kolaborasikan
pemberian
kortison
(Cortone)
atau
hidrokortison (Cortef)
23
Rasional
Mandiri
1. Hipotensi postural merupakan bagian
hipovolemia
akibat
kekurangan
hormon aldosteron dan penurunan
curah jantung akibat dari penurunan
kortisol.
2. Memperkirakan
kebutuhan
akan
penggantian volume cairan dan
keefektifan pengobatan. Peningkatan
BB yang cepat disebabkan oleh
adanya retensi cairan dan natrium
yang berhubungan dengan pengobatan
steroid
3. Untuk mengindikasikan berlanjutnya
hipovolemia
dan
mempengaruhi
kebutuhan volume pengganti.
4. Kerusakan fungsi saluran cerna dapat
meningkatkan kehilangan cairan dan
elektrolit dan mempengaruhi cara
untuk pemberian cairan dan nutrisi.
5. Membantu menurunkan rasa tidak
nyaman
akibat
dehidrasi
dan
Tujuan:
Setelah
diberikan
tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam,
pasien mampu mempertahankan
tingkat kesadaran.
Kriteria Hasil:
1. TTV normal
2. Tidak sianosis
3. Tidak pucat
4. Tidak ada bruit
1. Monitor TTV
2. Pantau status neurologis secara
teratur dan bandingkan dengan
nilai standar
3. Kaji respon sensorik terhadap
perintah yang sederhana
4. Catat ada/tidaknya reflek-reflek
tertentu seperti reflek menelan,
batuk, dan babinski, dll
5. Pertahankan kepala/leher pada
posisi tengah atau pada posisi
netral, sokong dengan gulungan
handuk.
6. Kolaborasikan pemberian oksigen
24
1. Demam
dapat
mencerminkan
kerusakan pada hipotalamus.
2. Mengkaji adanya kecenderungan pada
tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK dan menentukan
lokasi, perluasan, dan perkembangan
kerusakan SSP.
3. Mengukur
kesadaran
secara
keseluruhan dan kemampuan untuk
berespon pada rangsangan eksternal.
4. Penurunan reflek menandakan adanya
kerusakan pada tingkat otak tengah
atau batang otak.
5. Kepala yang miring pada salah satu
Penurunan
curah jantung
berhubungan
dengan
penurunan
stroke volume
Tujuan:
Setelah
diberikan
tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam,
menunjukkan curah jantung yang
adekuat.
Kriteria Hasil:
1. TTV dalam batas normal
2. Nadi perifer teraba dengan
baik
3. Pengisian kapiler cepat
4. Status mental baik
25
Mandiri
1. Peningkatan
FJ
merupakan
menifestasi awal sebagai kompensasi
hipovolemia dan penurunan curah
jantung akibat dari kegagalan otot
jantung/krisis addison. Hiperpireksia
yang tiba-tiba dapat terjadi yang
diikuti oleh hipotermia akibat dari
ketidakseimbangan hormon, cairan,
dan elektrolit.
2. CVP
memberikan
gambaran
pengurukan langsung terhadap volume
cairan
dan
berkembangnya
komplikasi.
3. Pucat, kulit yang dingin, pengisian
kapiler yang memanjang, nadi yang
lambat dan lemah merupakan indikasi
terjadi syok.
4. Perubahan
mental
merupakan
cerminan dari penurunan curah
jantung/serebral dan perfusi perifer
dan/atau serangan hipoglikemia.
5. Penurunan
haluaran
urin
menggambarkan penurunan perfusi
ginjal akibat penurunan curah jantung
6. Perbaikan volume sirkulasi dapat
memperbaiki curah jantung karena
hiperkalemia sering terjadi, kalium
eksogen dapat menyebabkan disritmia
berat atau henti jantung.
7. Natrium
hidrokortison
suksinat
mencegah kolapsnya kardiovaskuler,
Vasopresor untuk peningkatan tahanan
vaskuler perifer dan arus balik vena
akan
meningkatkan
curah
jantung/tekanan darah.
8. Kadar oksigen yang maksimal dapat
membantu menurunkan kerja jantung.
Kelelahan
berhubungan
dengan stress
neuromotorik
Tujuan:
1. Kaji tingkat kelemahan klien dan
Setelah
diberikan
tindakan
identifikasi aktivitas yang dapat
keperawatan selama 2 x 24 jam,
dilakukan klien
pasien mampu meningkatkan dan 2. Pantau TTV sebelum dan sesudah
berpartisipasi dalam aktivitas
melakukan aktivitas
Kriteria Hasil:
3. Diskusikan kebutuhan pasien dan
1. Mampu mempertahankan
rencanakan jadwal aktivitas
26
4. Sarankan
pasien
untuk
menentukan
periode
antara
istirahat dan melakukan aktivitas
5. Ajarkan cara untuk menghemat
tenaga.
6. Berikan kesempatan pasien untuk
ikut berpartisipasi secara adekuat
untuk melakukan aktivitasnya
sehari-hari
sebagian
atau
seluruhnya
Dx
Senin,7-09-2015
08.00
Implementasi
1. Memantau TTV
2. Mengukur dan timbang berat badan setiap hari
3. Mengkaji pasien mengenai adanya rasa haus, kelelahan, nadi cepat, turgor
kulit jelek, membran mukosa kering. Catat warna kulit dan
temperaturnya.
4. Mengauskultasi bising usus. Catat dan laporkan adanya mual, muntah,
dan diare.
5. Memberikan perawatan mulut secara teratur.
6. Mengkolaborasikan pemberian cairan 0,9% NaCl (Normal salin).
27
Paraf
JK
Senin,7-09-2015
12.00
Senin,7-09-2015
14.00
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral berhubungan
dengan gangguan
transport oksigen ke
jaringan serebral
Penurunan curah
jantung berhubungan
dengan stroke volume
Senin,7-09-2015
14.30
Kelelahan
berhubungan dengan
stress neuromotorik
8.
1.
2.
3.
28
JK
JK
JK
Hari/Tgl/Jam
Catatan Perkembangan
Paraf
O: IWL:
Membran mukosa kering, turgor kulit jelek
JK
P: Lanjutkan intervensi
S: Pasien mengatakan saya pusing dari semalam sampai
sekarang ners
29
JK
JK
P: Lanjutkan intervensi
S: Pasien mengatakan ners, saya masih merasa tidak bertenaga
jika harus berjalan ke kamar mandi
IV
30
JK
56
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kelenjar adrenal adalah kelenjar sepasang yang berbentuk segitiga,
kelenjar penghasil hormon; satu terletak di atas setiap ginjal. Mereka mengatur
beberapa aspek fundamental dari fisiologi manusia melalui sekresi hormon
tertentu
termasuk
glukokortikoid
(misalnya
kortisol),
mineralocorticoids
DAFTAR PUSTAKA
Behrman & Kliegman, 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser.
2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Ganong WF. Medula dan korteks adrenal. Dalam:
Ganong WF. Editor. Fisiologi kedokteran. Edisi 10. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Harijanto, Robert. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida., dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Sabiston, David. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzane C. dan Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah
Vol.2 Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
http://www.lifeextension.com/protocols/metabolic-health/adrenal-disorders/page03 (diakses pada tanggal 8 September 2015)
30
http://dokumen.tips/documents/addison-disease-558495108b06d.html
(diakses
58
(diakses
pada