Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
fisiologi,
patofisiologi
penyakit,
yang
nantinya
akan
materi
yang
disajikan,
penyusun
mencoba
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULAN..........................................................................1
A.
Latar belakang........................................................................1
B.
Rumusan masalah..................................................................1
C. Tujuan..................................................................................... 2
D. Sistematika Penyusunan.........................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................3
A.
B.
Pengkajian............................................................................ 14
B.
BAB 4 PENUTUP.............................................................................. 19
A.
Kesimpulan...........................................................................19
B.
Saran.................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar belakang
Organ
kehidupan
penting
merupakan
manusia.
salah
satu
Khususnya
organ
vital
berfungsi
bagi
pada
merupakan
hasil
sisa
proses
pernapasan
yang
harus
terpenuhi.
Udara
sangat
penting
bagi
manusia,
tidak
purulent
berisikan
sel
radang akibat
proses
nekrotik
anaerob
dari
abses
paru.
penyebab
nosokomial
koloni
oropharing
Penelitian
ditemukan
pada
kuman
yang
sering
penderita
aerob
menjadi
Abses
paru
seperti
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat
membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa konsep dasar abses paru?
2. Apa pengertian abses paru ?
3. Apa klasifikasi abses paru?
4. Apa etologi abses paru?
5. Bagaimana patofisiologi dari abses paru?
6. Apa manifestasi klinis dari abses paru?
7. Apa komplikasi dari abses paru?
8. Apa pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan pada
pasien abses paru?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari abses paru?
10.
Bagaimana cara mencegah terjadinya abses paru?
11.
Asuhan keperawatan yang bagaimana yang diberikan kepada
pasien abses paru?
C. Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan
tugas Sistem Keperawatan Respirasi 1 yang berjudul Abses Paru .
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan
yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun
pembaca dapat memahami tentang konsep dasar teori Abses Paru
serta proses keperawatan yang diberikan kepada klien.
D. Sistematika Penyusunan
Penyusunan makalah ini terdiri dari IV (empat) bab yang
disusun secara sistematis. Adapun sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
1.
Pengertian
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
pernapasan
menghangatkan,
dan
atas
melembabkan
berfungsi
udara
menyaring,
yang
terhirup.
dan
di
belakang
laring
(laringofaring).
(Sedarmayanti, 2007)
3) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring
yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat
bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang
bersambung di garis tengah.
4) Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas
membantu menutup laring pada saat proses menelan. (K.D.
Jayanto, 2008)
serta
dilindungi
oleh
cairan
pleura
yang
berisi
cairan
dipengaruhi
oleh
jantung (kardiak
beberapa
faktor,
output), kondisi
yaitu
curah
pembuluh
darah,
Pengertian
a Abses adalah peradangan purulenta yang juga melebur ke dalam
suatu rongga (rongga abses) yang sebelumnya tidak ada,
berbatas tegas. (Rassner et al, 2005: 257)
e. Abses adalah infeksi bakteri setempat yang ditandai
dengan pengumpulan pus (bakteri, jaringan nekrotik
dan SDP). (Smeltzer, S.C et al, 2004:496)
f. Abses adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga
yang
terbentuk
akibat
kerusakan
jaringan.
(EGC,
2005:5)
3. Etiologi
Kebanyakan abses paru muncul sebagai komplikasi
dari pneumonia
Penderita
aspirasi akibat
abses
paru
bakteri anaerob di
biasanya
memiliki
mulut.
masalah
atau
sangat
mengantuk
karena
pengaruh
obat
pneumonia
aspirasi
dan
7
dalam
waktu
7-14
hari
berakhir
dengan
pembentukan
abses.Mekanisme
Peptostreptococcus,
Bacteroides,
non-bakteri
juga
bisa
menyebabkan
abses
paru,
diantaranya:
a Parasit (Paragonimus, Entamoeba)
m. Jamur(Aspergillus, Cryptococcus, Histoplasma, Blastomy
ces, Coccidioides)
n. sMycobacteria.
( Asher dan Beandry, 2004)
4. Patofisiologi
menurut Prof. dr. Hood Alsagaff (2006) adalah:
Bila
terjadi
aspirasi,
kuman
Klebsiela
Pneumonia
ke
saluran
pernafasan
bawah,
akibat
aspirasi
sehingga
pus
atau
jaringan
nekrotik
dapat
6. Manifestasi Klinis
a Kelelahan
o. hilang nafsu
p. makan
q. berat badan menurun
r. berkeringat
s. demam
t. batuk berdahak
u. Dahaknya bisa mengandung darah.
Dahak seringkali berbau busuk karena bakteri dari mulut
atau tenggorokan cenderung menghasilkan bau busuk. Ketika
bernafas, penderita juga bisa merasakan nyeri dada, terutama
jika telah terjadi peradangan pada pleura.
Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama
dengan gejala pneumonia pada umumnya yaitu:
1)
2)
Panas badan
Dijumpai berkisar 70% 80% penderita abses paru. Kadang
dijumpai dengan temperatur > 400C.
Batuk
pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan
rongga abses dengan bronkus batuknya menjadi meningkat
dengan bau busuk yang khas (Foetor ex oroe).
3) Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai
4)
5)
6)
9. Penatalaksanaan
Untuk
penyembuhan
sempurna
diperlukan
antibiotik,
paru-paru
bawaan.
Prosedur
yang
dilakukan
Abses
paru
harus
berdasarkkan
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A Pengkajian
Anamnesa :
Klien biasanya mengeluh batuk, Demam, Sesak napas, Seputum
supuren dan berbau, terlihat pasien menggigil, napas cepat, suhu
lebih dari 40 C, dan tidak nafsu makan dan penurunan berat badan.
Riwayat penyakit :
1. Saat ini
12
b. IPPA
Inspeksi :
Pergerakan pernafasan menurun, tampak sesak nafas dan
kelelahan. Bentuk dada biasanya tidak mengalami perubahan.
Gerakan pernapasan asimetris di sisi paru yang mengalami
lesi, gerakan pernapasannya akan tertinggal sesuai dengan
banyaknya pus yang terakumulasi di paru. Ritme pernapasan
cepat dan dangkal. Batuk dan sputum. Klien mengalami batuk
13
Auskultasi
B1 (Breathing)
B2 (Blood)
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologis
-
1. Pemeriksaan laboratorium
-
terutama polimorfonuklear dengan pergeseran kekiri. Kadangkadang jumlah leukosit dapat mencapai 20.000-30.000/mm3. Laju
endap darah ditemukan meningkat > 58 mm / 1 jam.
-
F. Diagnosa Keperawatan
1. Hiperthermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi
endotoksin pada hypothalamus
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
bronkokonstriksi, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan,
batuk tak efektif, dan infeksi bronkopulmonal
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen dan kerusakan alveoli
4. Nyeri berhubungan dengan Inflamasi parenkhim paru, Reaksi
seluler terhadap sirkulasi toksin, Batuk menetap.
G. Intervensi Keperawatan
1. Hiperthermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi
endotoksin pada hypothalamus. Dapat ditandai dengan:
a. Peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal
b. Kulit kemerahan
c. Hangat waktu disentuh
d. Peningkatan tingkat pernafasan.
e. Takikardi
Tujuan:
Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal,
bebas dari kedinginan
Kriteria hasil:
Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
INTERVENSI
a. Pantau
suhu
pasien
(derajat
dan
pola);
perhatikan
b. menggigil/diaphoresis
RASIONAL
Peningkatan
suhu
atau
memanjangnya
demam
meningkat laju metabolik dan
kehilangan
cairan
untuk
evaporasi
b. Berikan kompres hangat Dapat
memperbaiki
atau
dan ajarkan serta anjurkan mencegah kekurangan cairan.
keluarga
17
c. Kolaborasi:
Antibiotik
Antipiretik, Berguna
menurunkan
kehilangan cairan.
2. Bersihan
jalan
nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan
nafas
paten
dengan
bunyi
otot
nafas
bersih/jelas.
Kriteria hasil :
Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
(batuk yang
efektif, dan mengeluarkan secret).
INTERVENSI
a.
Kaji
/pantau
frekuensi
3.
pernafasan,
catat
rasio
inspirasi dan ekspirasi
RASIONAL
Takipnea, pernafasan dangkal
dan
gerakan
dada
tidak
simetris
sering
terjadi
penurunan aliran darah terjadi
pada area konsolidasi dengan
cairan.
b.
Auskultasi bunyi nafas dan Penurunan aliran darah terjadi
catat adanya bunyi nafas pada area konsolidasi dengan
bronkhial
cairan.
c.
d.
Bantu
abdomen
latihan
Berikan
indikasi
obat
Meningkatkan
inspirasi
maksimal,
meningkatkan
ekpsnsi paru dan ventilasi
pada sisi yang tidak sakit
Gan
ggu
an
Dypsnea
b.
Bingung/gelisah
c.
d.
e.
f.
INTERVENSI
a.
Kaji frekuensi,
pernafasan
RASIONAL
kedalaman Takipnea, pernafasan
serta
penggunaan
otot
ketidakmampuan berbincang
b.
dangkal
darah
terjadi
pada
area
bantu
posisi
yang
untuk
mudah
sesuai
kebutuhan
dan toleransi .
c.
Dorong untuk pengeluaran Membantu
pembersihan
jalan
e.
Berikan
FC
jantung/TD
tambahan Evaluasi
19
berkala
keberhasilan
dan
pertahankan
b.
c.
INTERVENSI
Tentukan karakteristik nyeri: PQRST
Untuk
sajauh
RASIONAL
mengetahui
perubahan
nyamanan
memperbesar
analgesik.
d. Anjurkan dan bantu pasien dalam Alat
untuk
teknik
menekan
dada
selama ketidak
episode batuk
efek
dan
derajat
mengontrol
nyamanan
sementara
dada
meningkatkan
Kolaborasi Analgetik
menurunkan
berlebihan,
mukosa
meningkatkan
b.
c.
dan tindakan
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari
proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor
penyebab.
2. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi
dalam program pengobatan.
INTERVENSI
a. Jelaskan/kuatkan
RASIONAL
penjelasan Klien
mengetahui
proses
proses
perjalanan penyakitnya
b. penyakit individu
atau
tentang
pengetahuan
penyakitnya
pasien
bisa
teratasi.
kuatkan Menurunkan efek manual yang
efektif,
dan
latihan ini.
kondisi umum
d. Diskusikan
obat
pernafasan, Meningkatkan
dan
kerja
sama
program
pengobatan
memcegah
penghentian
21
BAB 4
PENUTUP
A Kesimpulan
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang
berisi material purulent dan sel radang akibat proses nekrotik
parenkim paru oleh proses infeksi. Abses paru timbul karena faktor
predisposisi seperti gangguan fungsi imun karena obat-obatan,
gangguan kesadaran (anestesi, epilepsi), oral higine yang kurang
serta obstruksi dan aspirasi benda asing.
Pada abses paru memberikan gejala klinis panas, batuk,
sputum purulen dan berbau, disertai malaise, naspu makan dan berat
badan yang turun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan takikardia,
tanda-tanda
konsolidasi.
Pada
pemeriksaan
foto
polos
dada
H. Saran
Pelajarilah makalah ini dengan seksama karena bermanfaat
baik dalam teori ataupun aplikasi, jagalah dan manfaatkan untuk
pribadi atau orang lain.
22
DAFTAR PUSTAKA
Assegaff H. dkk. 2004. Abses Paru dalam Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
AUP. Surabaya, 136 41.
Budjang N. 2005. Radang paru yang tidak spesifik. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI
C.Smeltzer, Suzanne dan Brenda G. Bare. 2005. Keperawatan MedikalBedah.Jakarta : EGC
Djojodibroto RD. 2007. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta:
Salemba Medika
Datir A. Lung Abscess [online]. 2008. 18 September 2014. 13.20 WIB. URL:
http//radiopaedia.org/articles/Lung_abscess
Koziel H. Lung Abscess [online]. 2011. 18 September 2014. 13.00 WIB.
URL: http//www.scribd.com/doc/28978474/Lung-Abscess
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernfasan. Jakarta : Salemba Medika.
Somantri, Irman.2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika
Price,S.A. dan L.M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta:EGC.
Soeparman. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Potter, P.A. 2004. Pengkajian Kesehatan. Edisi 3. Jakarta:EGC
23