Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ANCYLOSTOMIASIS
Blok Digestive
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB I
PENDAHULUAN
Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia penyakit infeksi
merupakan masalah yang masih sangat tinggi insidensinya. Keadaan lingkungan dan
sanitasi yang masih buruk yang ditemukan di Indonesia merupakan salah satu faktor
tingginya angka kejadian penyakit infeksi.
Infeksi cacing usus merupakan infeksi kronik yang masih banyak menyerang
masyarakat Indonesia khususnya anak-anak. Infeksi cacing usus ditularkan melalui
tanah yang tercemar telur cacing, tempat tinggal yang tidak saniter dan cara hidup
yang tidak bersih yang merupakan masalah kesehatan masyarakat di pedesaan dan di
daerah kumuh perkotaan di Indonesia. Tinggi rendahnya frekuensi kecacingan
berhubungan erat dengan kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan yang menjadi
sumber infeksi.
Diantara cacing usus yang menjadi masalah kesehatan adalah kelompok soil
transmitted helmint atau cacing yang ditularkan melalui tanah seperti ascaris
lumbricoides, thricuris trichiuria dan ancylostoma sp (cacing tambang). Penularan
dapat terjadi melalui 2 cara yaitu infeksi langsung dan larva yang menembus kulit.
Penularan langsung dapat terjadi bila telur cacing dari tepi anal masuk ke mulut tanpa
pernah berkembang dulu di tanah. Selain itu penularan langsung dapat pula melalui
pencemaran tanah yang merupakan penyebab terjadinya transmisi telur cacing dari
tanah kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing, lalu
masuk ke dalam mulut bersama makanan. Penularan melalui kulit terjadi pada cacing
tambang/ ancylostoma dan strongiloidiasis dimana telur terlebih dahulu menetas di
tanah baru kemudian larva yang sudah berkembang menginfeksi melalui kulit.
Penyakit cacing tambang tersebar di daerah tropis maupun subtropis. Di
Indonesia frekuensi kecacingan masih tinggi antara 60 90% tergantung pada lokasi
dan sanitasi lingkungan. Menurut hasil penelitian pada murid Sekolah Dasar di
daerah Jakarta Pusat ternyata prevalensi askariasis sebesar 66,67%, ancylostomiasis
sebesar 65,12% dan trikuriasis 61,12% sedangkan infeksi campuran 45,56%.
A. Definisi
Ancylostomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh spesies
Ancylostoma duodenale yang merupakan salah satu spesies dari kelas cacing
tambang (hookworm).
B. Etiologi
Ancylostomiasis disebabkan oleh spesies Ancylostoma duodenale
yang merupakan salah satu spesies dari kelas cacing tambang (hookworm).
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat
pada mukosa dinding usus. Cacing betina A.duodenale tiap hari mengeluarkan
telur kira-kira 10.000 butir telur. Cacing betina berukuran panjang kurang
lebih 1 cm, cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Cacing A.duodenale
menyerupai huruf C. Rongga mulut jenis cacing ini besar dengan dua pasang
gigi.
C. Patogenesis
1. Stadium larva :
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi
perubahan kulit yang disebut ground itch. Hal ini terjadi karena adanya
paparan berulang dengan larva filariform yang dapat berlanjut dengan
menetapnya cacing dibawah kulit (subdermal). Secara klinis hal ini
menyebabkan rasa gatal serta timbulnya lesi papulovesikular dan
eritematus.
2. Stadium dewasa :
Gejala tergantung pada (a) spesies dan jumlah cacing dan (b) keadaan gizi
penderita (Fe dan protein). Tiap cacing A.duodenale menyebabkan
kehilangan darah sebanyak 0,08 034 cc. Biasanya terdapat eosinofilia.
Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak
mengakibatkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja
turun.
Hospes parasit ini adalah manusia. Infeksi pada cacing tambang ini
dimulai pada saat larva filariform yang merupakan stadium infektif pada
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis ancylostomiasis berdasarkan stadium dari ancylostoma:
1. Stadium Larva
Larva filariform yang menembus kulit dalam jumlah yang banyak secara
sekaligus dapat menyebabkan perubahan kulit berupa :
a. Gatal atau pruritus kulit, terutama di kaki (ground itch).
b. Dermatitis dan kadang ruam makulopapula sampai vesikel; merupakan
tanda pertama yag dihubungkan dengan invasi larva cacing.
c. Perubahan yang terjadi pada paru biasanya ringan. Selama berada di paru,
larva dapat menyebabkan kapiler-kapiler dalam alveoli paru menjadi peah
sehingga terjadi batuk darah. Berat ringannya kondisi ini ditentukan oleh
jumlah larva cacing yang melakukan penetrasi ke dalam kulit.
d. Gejala-gejala pada usus terjadi dalam waktu 2 minggu setelah larva
melakukan penetrasi terhadap kulit. Larva cacing menyebabkan iritasi
usus halus. Gejala dari iritasi usus halus diantaranya adalah rasa tidak
enak di perut, kembung, sering mengeluarkan gas (flatus), serta menretmencret (Gandahusada, 2006; Pohan, 2006).
2. Stadium Dewasa
Gejala yang terjadi bergantung pada:
a. Spesies dan jumlah cacing
Setiap satu cacing Ancylostoma duodenale akan menyebabkan kehilangan
darah sebanyak 0,08-0,34 cc setiap hari.
b. Keadaan gizi penderita (Fe dan protein)
Infeksi cacing Ancylostoma dalam stadium dewasa dapat menyebabkan
terjadinya anemia hipokromik normositer serta eosinofilia. Anemia terjadi
setelah infestasi cacing dalam tubuh berlangsung selama 10-20 mingggu.
Jumlah cacing dewasa yang diperlukan untuk menimbulkan gejala anemia
adalah lebih dari 500, tetapi bergantung pada keadaan gizi hospes.
Eosinofilia akan jelas terlihat pada bulan pertama infeksi cacing.
biasanya
tidak
menyebabkan
kematian,
tetapi
feses masih terdapat telur. Pemberian obat sebaiknya dalam keadaan perut
yang kosong disertai pemberia 30 gram MgSO4. Kontaindikasi pemberian
obat ini pada pasien alkoholisme, kelainan penernaan, konstipasi.
d. Befanium hidroksinaftat
Obat pilihan untuk ankilostomiasis dan baik untuk pengobatan massal
pada pasien anak-anak. Diberikan dalam dosis 5 gram, 2 kali sehari, dapat
diulang sesuai kebutuhan. Toksisitas obat ini rendah.
e. Pirantel pamoat
Obat ini diberikan dalam dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari selama 2-3 hari
secara berturut-turut dapat memberikan hasil yang baik, toksisitas obat ini
juga rendah.
f. Heksilresorsinol
Diberikan sebagai obat alternatif yang cukup efektif. Pasien dipuasakan
terlebih dahulu, baru kemudian diberi 1 gram hekilresorsinol sekaligus
disusul pemberian laksan MgSO4 senganyak 30 gram. Diulangi lagi 3 jam
kemudian untuk tujuan mengeluarkan cacing. Bila diperlukan, pengobatan
ini dapat diulang 3 hari kemudian (Gandahusada, 2006; Pohan, 2006).
I. Komplikasi
Kerusakan yang terjadi pada kulit dapat menyebabkan dermatitis berat
terlebih bila pasien sensitif. Gangguan pertumbuhan, perkembangan mental
dan anemia berat akibat infestasi cacing Ancylostoma (Pohan, 2006).
J. Prognosis
Ancylotomiasis jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan
prestasi kerja. Prognosis ancylostomiasis tetap baik dengan pengobatan yang
adekuat, walaupun telah terjadi komplikasi berat (Gandahusada, 2006; Pohan,
2006).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Angka kejadian Ancylostomiasis di Indonesia masih tinggi terutama pada
anak-anak.
2. Ancylostomiasis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan oleh
Ancylostoma sp.
3. Faktor lingkungan yang buruk, kebersihan diri yang kurang, dan kebiasaan
yang tidak baik menjadi predisposisi terjadinya Ancylostomiasis.
B.
Saran
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA