Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Suparlan
Umur
: 53 tahun
Alamat
: Bagor
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Tanggal MRS
: 12 Mei 2015
ANAMNESA
Keluhan Utama : BAB berwarna hitam
RPS
sejak 1 minggu yang lalu, mual (+), muntah (-), perut terasa sebah sudah
sejak 5 hari yang lalu, pasien mengeluh BAK berwarna teh, perut terasa
agak keras dan agak membesar sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengeluh
merasa lemas, pusing, kadang kadang perut terasa nyeri. Nafsu makan
normal tapi saat makan pasien merasa penuh.
RPD
: Penyakit menular :
disangkal
Riwayat operasi
: tidak pernah
Riwayat MRS
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Riwayat Pemeriksaan di IGD
Status Generalis
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran
: Compos Mentis
TD
: 130/100 mmHg
: 100 x/menit
Respirasi
: 24 x/m
Suhu
: 36 C
1
A. Kepala Leher
Mata
: Konjungtiva
Sklera
: Anemis (+)
: Icterus (-)
Telinga
Hidung
Mulut
: Cyanosis (-)
Leher
B. Thoraks
Inspeksi
: Bentuk
: Simetris
Pergerakan
: Simetris
: Pergerakan Nafas
Fremitus raba
Perkusi
: Suara Ketuk
Auskultasi
: Pulmo
: Normal
: Normal
: Sonor
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
D. Ekstremitas
Akral hangat, eritema palmaris (-),
-
Oedem
L
H
L
L
L
L
L
L
L
H
4,80
(3,80-10,60)
58,7
24,4
8,8
7,70
0,4
2,70
5,0
16,9
62,6
18,5
29,6
139
42,1
19,4
14,7
10,7
30,5
0,15
(40,0-70,0)
(25,0-40,0)
(3,0-10,0)
(2,0-4,0)
(0-2)
(4,40-6,00)
(13,2-17,3)
(40,0-52,0)
(80,0-100,0)
(26,0-34,0)
(32,0-36,0)
(150-400)
(37-54)
(11,0-15,0)
GDA : 99
DIAGNOSA
Observasi Melena suspek Sirosis Hepatis
DAFTAR MASALAH SEMENTARA
Perut membesar, keras, dan terasa kencang, jika dipakai makan terasa penuh
TD : 130/80 mmHg
Anemia (+)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Pemeriksaan Hematologi :
Darah Rutin
Hitung jenis (Diff)
Limfosit
L
Eosinofil
H
Jumlah Eritrosit L
Hemoglobin
L
Hematokrit
L
MCV
L
MCH
L
MCHC
L
Trombosit
L
24,4
7,70
2,70
5,0
16,9
62,6
18,5
29,6
139
(25,0-40,0)
(2,0-4,0)
(4,40-6,00)
(13,2-17,3)
(40,0-52,0)
(80,0-100,0)
(26,0-34,0)
(32,0-36,0)
(150-400)
SGOT
110,4
SGPT
106,5
Total protein :
6,56
Albumin
: 3,30
Globulin
3,26
Glukosa acak
: 123
Kreatinin
0,81
Uric acid
: 3,6
Ureum
HBS Ag
: -
Anti HBS Ag
IV.
(70 120mg/dl)
: BAB berwarna hitam seperti petis sejak 1 minggu yang lalu, mual (+),
muntah (-), pusing (-), BAK berwarna seperti teh, perut terasa kembung (+),
lemes (+), ndredeg (+).
:
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 37 C
K/L : Mata
: Konjungtiva
Sklera
: Anemis (+)
: Icterus (-)
Telinga
Hidung
Mulut
: Cyanosis (-)
Leher
Thorax :
Inspeksi
: Bentuk
Pergerakan
: Simetris
: Simetris
Retraksi Intercostal
: (-)
: Pergerakan Nafas
: Normal
Fremitus raba
: Normal
Perkusi
: Suara Ketuk
: Sonor
Auskultasi
: Pulmo
Jantung
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
(+)
- Hepar & Lien: tidak teraba.
Perkusi
Ekstremitas :
Akral hangat, eritema palmaris (-),
5
Oedem
5,4
2,61
4,9
16,8
64,4
18,8
29,2
134
43,1
19,3
12,9
10,3
29,4
0,14
L
L
L
L
L
L
L
H
(3,80-10,60)
(4,40-6,00)
(13,2-17,3)
(40,0-52,0)
(80,0-100,0)
(26,0-34,0)
(32,0-36,0)
(150-400)
(37-54)
(11,0-15,0)
SGOT
110,4
SGPT
106,5
Total protein :
6,56
Albumin
: 3,30
Globulin
3,26
Glukosa acak
: 123
Kreatinin
0,81
Uric acid
: 3,6
Ureum
HBS Ag
: -
Anti HBS Ag
(70 120mg/dl)
A : S. Sirosis Hepatis
P:
Inf. PZ
Inj. Ranitidin
Inj. Vit K
14 tpm
3 x 1amp
3 x 1 amp
6
: BAB berwarna hitam (+), BAK berwarna seperti teh, nyeri pinggang (+)
perut masih terasa penuh, nafsu makan menurun
:
: Konjungtiva
Sklera
: Anemis (+)
: Icterus (-)
Telinga
Hidung
Mulut
: Cyanosis (-)
Leher
Thorax :
Inspeksi
: Bentuk
: Simetris
Pergerakan
: Simetris
Retraksi Intercostal
: (-)
: Pergerakan Nafas
: Normal
Fremitus raba
: Normal
Perkusi
: Suara Ketuk
: Sonor
Auskultasi
: Pulmo
Jantung
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
(+)
- Hepar & Lien: tidak teraba.
Perkusi
Ekstremitas :
Akral hangat, eritema palmaris (-),
-
Oedem
A : S. Sirosis Hepatis
P:
Inf. PZ
14 tpm
Inj. Ranitidin
3 x 1amp
Inj. Vit K
3 x 1 amp
Inj. Asam Traneksamat
3 x 1 amp
Musin syr.
3xCI
Kanamicin
3x
Spironolaktone
100mg - 0 0
Transfusi PRC 2 kolf
Diet ML
3. Tanggal 15 Mei 2015
S : BAB hitam (+), mual (+), pusing (-), BAK berwarna seperti teh, perut terasa
kembung, pasien mengeluh ndredeg, lemes, nafsu makan membaik, pasien
mengeluh semalam sulit tidur.
O
:
Ku : cukup Kes : CM, GCS : 4-5-6
T : 120/80 mmHg
8
N : 102 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,9 C
K/L : Mata
: Konjungtiva
Sklera
: Anemis (+)
: Icterus (-)
Telinga
Hidung
Mulut
: Cyanosis (-)
Leher
Thorax :
Inspeksi
: Bentuk
: Simetris
Pergerakan
: Simetris
Retraksi Intercostal
: (-)
: Pergerakan Nafas
: Normal
Fremitus raba
: Normal
Perkusi
: Suara Ketuk
: Sonor
Auskultasi
: Pulmo
Jantung
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas :
Akral hangat, eritema palmaris (-),
9
Oedem
A : Sirosis Hepatis
P:
Inf. PZ
14 tpm
Inj. Ranitidin
3 x 1amp
Inj. Vit K
3 x 1 amp
Inj. Asam Traneksamat
3 x 1 amp
Musin syr.
3xCI
Kanamicin
3x
Spironolaktone
100mg - 0 0
Transfusi PRC 2 kolf
Diet ML
4. Tanggal 16 Mei 2015
S : BAB hitam (+), mual (+), pusing (-), BAK berwarna seperti teh, perut terasa
kembung, pasien mengeluh ndredeg, lemes, nafsu makan membaik, pasien
mengeluh semalam sulit tidur.
O
:
Ku : cukup Kes : CM, GCS : 4-5-6
T : 120/80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,8 C
K/L : Mata
: Konjungtiva
Sklera
: Anemis (+)
: Icterus (-)
Telinga
Hidung
Mulut
: Cyanosis (-)
Leher
10
Thorax :
Inspeksi
: Bentuk
: Simetris
Pergerakan
: Simetris
Retraksi Intercostal
: (-)
: Pergerakan Nafas
: Normal
Fremitus raba
: Normal
Perkusi
: Suara Ketuk
: Sonor
Auskultasi
: Pulmo
Jantung
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas :
Akral hangat, eritema palmaris (-),
Oedem
A : Sirosis Hepatis
P:
Inf. PZ
Inj. Ranitidin
Inj. Vit K
Inj. Asam Traneksamat
Musin syr.
14 tpm
3 x 1amp
3 x 1 amp
3 x 1 amp
3xCI
11
Kanamicin
3x
Spironolaktone
100mg - 0 0
Transfusi PRC 2 kolf
Diet ML
5. Tanggal 17 Mei 2015
S
: BAB hitam (+), mual (+), pusing (-), BAK berwarna seperti teh, perut terasa
kembung, pasien mengeluh ndredeg, lemes, nafsu makan membaik, pasien
mengeluh semalam sulit tidur.
O
:
Ku : cukup Kes : CM, GCS : 4-5-6
T : 130/80 mmHg
N : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,7 C
K/L : Mata
: Konjungtiva
Sklera
: Anemis (+)
: Icterus (-)
Telinga
Hidung
Mulut
: Cyanosis (-)
Leher
Thorax :
Inspeksi
: Bentuk
: Simetris
Pergerakan
: Simetris
Retraksi Intercostal
: (-)
: Pergerakan Nafas
: Normal
Fremitus raba
: Normal
Perkusi
: Suara Ketuk
: Sonor
Auskultasi
: Pulmo
Jantung
Abdomen :
12
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas :
Akral hangat, eritema palmaris (-),
Oedem
Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin
8,3
(13,2-17,3)
A : Sirosis Hepatis
P:
Inf. PZ
14 tpm
Inj. Ranitidin
3 x 1amp
Inj. Vit K
3 x 1 amp
Inj. Asam Traneksamat
3 x 1 amp
Musin syr.
3xCI
Kanamicin
3x
Spironolaktone
100mg - 0 0
Transfusi PRC 2 kolf
Diet ML
6. Tanggal 18 Mei 2015
S
: BAB hitam (-) sekarang sudah kuning dan kempel, BAK berwarna seperti
teh, mual (-), pusing (+), perut terasa kembung, perut terasa keras dan
kencang, nyeri perut sampai tembus hingga ke pinggang, nafsu makan
menurun, pasien mengeluh semalam sulit tidur.
O
:
Ku : cukup Kes : CM, GCS : 4-5-6
T : 150/80 mmHg
13
N : 100 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36C
K/L : Mata
: Konjungtiva
Sklera
: Anemis (+)
: Icterus (-)
Telinga
Hidung
Mulut
: Cyanosis (-)
Leher
Thorax :
Inspeksi
: Bentuk
: Simetris
Pergerakan
: Simetris
Retraksi Intercostal
: (-)
: Pergerakan Nafas
: Normal
Fremitus raba
: Normal
Perkusi
: Suara Ketuk
: Sonor
Auskultasi
: Pulmo
Jantung
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas :
Akral hangat, eritema palmaris (-),
14
Oedem
A : Sirosis Hepatis
P:
Inf. PZ
Inj. Furosemide
Inj. Ranitidin
Inj. Vit K
Musin syr.
Kanamicin
Spironolaktone
100mg
Transfusi PRC 2 kolf
Diet ML
14 tpm
2 x 1amp
3 x 1 amp
3 x 1 amp
3xCI
3x
-00
: Konjungtiva
Sklera
: Anemis (+)
: Icterus (-)
Telinga
Hidung
Mulut
: Cyanosis (-)
Leher
Thorax :
Inspeksi
: Bentuk
: Simetris
Pergerakan
: Simetris
Retraksi Intercostal
: (-)
: Pergerakan Nafas
: Normal
Fremitus raba
: Normal
Perkusi
: Suara Ketuk
: Sonor
Auskultasi
: Pulmo
Jantung
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
(+)
- Hepar & Lien: tidak teraba.
Perkusi
Ekstremitas :
Akral hangat, eritema palmaris (-),
Oedem
A : Sirosis Hepatis
P:
Inf. PZ
14 tpm
16
Inj. Ranitidin
Inj. Vit K
Inj. Asam Traneksamat
Musin syr.
Kanamicin
Spironolaktone
100mg
Transfusi PRC 2 kolf
Diet ML
V.
3 x 1amp
3 x 1 amp
3 x 1 amp
3xCI
3x
-00
VI.
PLANNING
DIAGNOSTIK
Cairan
(BJ,
TERAPI
ascites
Suportif
Leukosit, -
protein)
USG / CT Scan
Endoskopi
saluran
bagian atas
Laparoskopi
Biopsi hati
MONITORING
-
TTV
Istirahat total
Urin 24 jam
: -
Berat badan
aldosteron
cerna
Diuretic
kuat
EDUKASI
asupan cairan
Cairan ascites
Inj
Furosemide 1x1
-
Vit K 3x1amp
Parasintesis
Transplantasi hati
17
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan
nodulus
regeneratif.
Gambaran
ini
terjadi
akibat
adanya
nekrosis
hepatoselular.1
Epidemiologi
Sirosis hati mengakibatkan terjadinya 35.000 kematian setiap tahunnya di Amerika.2 Di
Indonesia data prevalensi sirosis hepatis belum ada. Lebih dari 40% pasien sirosis adalah
asimptomatis sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan pada waktu pasien melakukan
pemeriksaan rutin atau karena penyakit yang lain.1
Penyebab munculnya sirosis hepatis di negara barat tersering akibat alkoholik
sedangkan di Indonesia kebanyakan disebabkan akibat hepatitis B atau C. Patogenesis sirosis
hepatis menurut penelitian terakhir memperlihatkan adanya peranan sel stelata dalam
mengatur keseimbangan pembentukan matriks ekstraselular dan proses degradasi, di
mana jika terpapar faktor tertentu yang berlangsung secara terus menerus, maka sel stelata
akan menjadi sel yang membentuk kolagen.2
Etiologi
18
Penyebab dari sirosis hepatis sangat beraneka ragam, namun mayoritas penderita sirosis
awalnya merupakan penderita penyakit hati kronis yang disebabkan oleh virus hepatitis atau
penderita steatohepatitis yang berkaitan dengan kebiasaan minum alkohol ataupun obesitas.
Beberapa etiologi lain dari penyakit hati kronis diantaranya adalah infestasi parasit
(schistosomiasis), penyakit autoimun yang menyerang hepatosit atau epitel bilier,
penyakit hati bawaan, penyakit metabolik seperti Wilsons disease, kondisi inflamasi
kronis (sarcoidosis), efek toksisitas obat (methotrexate dan hipervitaminosis A), dan
kelainan vaskular, baik yang didapat ataupun bawaan.3
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, virus hepatitis B merupakan penyebab
tersering dari sirosis hepatis yaitu sebesar 40-50% kasus, diikuti oleh virus hepatitis C
dengan 30-40% kasus, sedangkan 10-20% sisanya tidak diketahui penyebabnya dan termasuk
kelompok virus bukan B dan C. Sementara itu, alkohol sebagai penyebab sirosis di Indonesia
mungkin kecil sekali frekuensinya karena belum ada penelitian yang mendata kasus sirosis
akibat alkohol.1
Manifestasi Klinis
Pada stadium awal (kompensata), dimana kompensasi tubuh terhadap kerusakan hati
masih baik, sirosis seringkali muncul tanpa gejala sehingga sering ditemukan pada
waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Gejala-gejala awal sirosis
meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut
kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis
mengecil dan dada membesar, serta hilangnya dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut,
(berkembang menjadi sirosis dekompensata) gejala-gejala akan menjadi lebih menonjol
terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi
kerontokan rambut badan, gangguan tidur, dan demam yang tidak begitu tinggi. Selain itu,
dapat pula disertai dengan gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan
siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, hematemesis, melena,
serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai
koma.1
Akibat dari sirosis hati, maka akan terjadi 2 kelainan yang fundamental yaitu kegagalan
fungsi hati dan hipertensi porta. Manifestasi dari gejala dan tanda-tanda klinis ini pada
penderita sirosis hati ditentukan oleh seberapa berat kelainan fundamental tersebut.4
19
Gejala/Tanda Kegagalan
Fungsi Hati
Ikterus
Spider naevi
Splenomegali
Ginekomastia
Pelebaran v. Kolateral
Ascites
kalori protein
-
Ascites
Haemoroid
Eritema palmaris
Caput medusae
white nail
Kegagalan fungsi hati akan ditemukan dikarenakan terjadinya perubahan pada jaringan
parenkim hati menjadi jaringan fibrotik dan penurunan perfusi jaringan hati sehingga
mengakibatkan
nekrosis
pada
hati.
Hipertensi
porta merupakan
gabungan
hasil
peningkatan resistensi vaskular intra hepatik dan peningkatan aliran darah melalui
sistem porta. Resistensi intra hepatik meningkat melalui 2 cara yaitu secara mekanik
dan dinamik. Secara mekanik resistensi berasal dari fibrosis yang terjadi pada sirosis,
sedangkan secara dinamik berasal dari vasokontriksi vena portal sebagai efek sekunder dari
kontraksi aktif vena portal dan septa myofibroblas, untuk mengaktifkan sel stelata dan sel-sel
otot polos. Tonus vaskular intra hepatik diatur oleh vasokonstriktor (norepineprin,
angiotensin II, leukotrin dan trombioksan A) dan diperparah oleh penurunan produksi
vasodilator (seperti nitrat oksida). Pada sirosis peningkatan resistensi vaskular intra
hepatik disebabkan juga oleh ketidakseimbangan antara vasokontriktor dan vasodilator
yang merupakan akibat dari keadaan sirkulasi yang hiperdinamik dengan vasodilatasi
arteri splanknik dan arteri sistemik. Hipertensi porta ditandai dengan peningkatan cardiac
output dan penurunan resistensi vascular sistemik.4,5,6
Pemeriksaan Penunjang
Pada
pemeriksaan
laboratorium
dapat
diperiksa
tes
fungsi
hati
yang
meliputi
kolangitis
sklerosis
primer
dan
sirosis
bilier
primer.
Gammaglutamil
yang tinggi
ditemukan pada penyakit hati alkoholik kronik. Konsentrasi bilirubin dapat normal pada
sirosis hati kompensata, tetapi bisa meningkat pada sirosis hati yang lanjut. Konsentrasi
albumin, yang sintesisnya terjadi di jaringan parenkim hati, akan mengalami penurunan
sesuai dengan derajat perburukan sirosis. Sementara itu, konsentrasi globulin akan
cenderung meningkat yang merupakan akibat sekunder dari pintasan antigen bakteri dari
sistem
porta
ke
jaringan
limfoid
yang
selanjutnya
massa. Pada
penderita sirosis
mengecil dan
nodular, dengan
permukaan yang tidak rata dan ada peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu,
melalui pemeriksaan USG juga bisa dilihat ada tidaknya ascites, splenomegali, trombosis
dan pelebaran vena porta, serta skrining ada tidaknya karsinoma hati.1,7
Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sirosis hati, akibat
kegagalan dari fungsi hati dan hipertensi porta, diantaranya:
1. Ensepalopati Hepatikum
Ensepalopati hepatikum merupakan suatu kelainan neuropsikiatri yang bersifat reversibel
dan umumnya didapat pada pasien dengan sirosis hati setelah mengeksklusi kelainan
neurologis dan metabolik. Derajat keparahan dari kelainan ini terdiri dari derajat 0
(subklinis) dengan fungsi kognitif yang masih bagus sampai ke derajat 4 dimana pasien
sudah jatuh ke keadaan koma.6
Patogenesis terjadinya ensefalopati hepatik diduga oleh karena adanya gangguan
metabolisme energi pada otak dan peningkatan permeabelitas sawar darah otak. Peningkatan
permeabelitas sawar darah otak ini akan memudahkan masuknya neurotoxin ke dalam
otak. Neurotoxin tersebut diantaranya, asam lemak
rantai pendek,
mercaptans,
acid
(GABA). Kelainan
laboratoris
pada
pasien
dengan
dengan
angka
PBS sering timbul pada pasien dengan cairan asites yang kandungan proteinnya rendah
(< 1g/dL) yang juga memiliki kandungan komplemen yang rendah, yang pada akhirnya
menyebabkan rendahnya aktivitas opsonisasi.
PBS
disebabkan
oleh
karena
adanya
translokasi bakteri menembus dinding usus dan juga oleh karena penyebaran bakteri secara
hematogen. Bakteri penyebabnya antara lain escherechia coli, streptococcus pneumoniae,
spesies klebsiella,
dan
organisme
enterik
gram
negatif
lainnya.
Diagnose
SBP
yang
diberikan
bertujuan
untuk
mengurangi
progresifitas
dari
penyakit.
23
Penanganan sirosis hepatis kompensata ditujukan pada penyebab hepatitis kronis. Hal ini
ditunjukkan untuk mengurangi progresifitas penyakit sirosis hepatis agar tidak semakin lanjut
dan menurunkan terjadinya karsinoma hepatoseluler. Di Asia Tenggara penyebab yang
tersering adalah HBV dan HCV. Unk HBV kronis bisa diberikan preparat interferon secara
injeksi atau secara oral dengan preparat analog nukleosida jangka panjang. Preparat
nukleosida analog ini juga bisa diberikan pada sirosis hepatis dekompensata akibat HBV
kronis selain penanganan untuk komplikasinya.1
Untuk tatalaksana sirosis hepatis dengan komplikasi asites yaitu tirah baring, diit rendah
garam yaitu konsusmis garam 5,2 g atau 90 mmol/hari. Bila tidak berhasil dapat
dikombinasikan dengan spironolakton 100-200 mg/hari. Respon diuretic bisa dimonitor
dengan adanya penurunan berat badan 0,5 kg/hari tanpa edema dan 1 kg/hari bila ada edema.
Bila pemberian spironolakton tidak adekuat, bisa dikombinasikan dengan furosemid dengan
dosis 20-40 mg/hari, dengan dosis maksimal 160 mg/hari. Parasintesis dilakukan bila asites
sangat besar. Penularan asites sampai 4-6 liter perlu disertai dengan pemberian albumin.1
Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, diantaranya
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit yang menyertai. Beberapa tahun
terakhir, metode prognostik yang paling umum dipakai pada pasien dengan sirosis adalah
sistem klasifikasi Child-Turcotte-Pugh.1
1
Tidak ada
Nilai
2
Terkontrol dengan
3
Kurang terkontrol
Asites
Tidak ada
terapi
Terkontrol dengan
Kurang terkontrol
Bilirubin (mg/dl)
Albumin (g/L)
INR
<2
>3,5
<1,7
terapi
2-3
1,8-3,5
1,7-2,2
>3
<2,8
>2,2
Parameter
Enselopati
Penderita sirosis dikelompokkan menjadi CTP-A (5-6 poin), CTP-B (7-9 poin) dan CTP-C
(10-15 poin). Penderita sirosis dengan CTP kelas A menunjukkan penyakit hatinya
terkompensasi baik, dengan angka kesintasan berturut-turut 1 tahun dan 2 tahun sebesar
100% dan 85%. Sedangkan CTP kelas B angka kesintasan berturut-turut 1 tahun dan 2 tahun
24
sebesar 81% dan 60%. Kesintasan penderita sirosis hepatis dengan CTP kelas C 1 tahun dan
2 tahun sekitar 45% dan 35%.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Siti Nurdjanah. Sirosis Hepatis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi I,
Simadibrata MK, Setiati S (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 5th ed.
Jakarta; Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. 2009.
Page 668-673.
2. Riley TR, Taheri M, Schreibman IR. Does weight history affect fibrosis in the setting
of chronic liver disease?. J Gastrointestin Liver Dis. 2009. 18(3):299-302.
3. Don C. Rockey, Scott L. Friedman. 2006. Hepatic Fibrosis And Cirrhosis.
http://www.eu.elsevierhealth.com/media/us/samplechapters/9781416032588/9781416
032588.pdf.Diakses pada tanggal 17 Mei 2015
4. Setiawan, Poernomo Budi. Sirosis hati. In: Askandar Tjokroprawiro, Poernomo Boedi
Setiawan, et al.
2011.
Cirrhosis
http://emedicine.medscape.com/article/366426-overview#showall
Imaging.
.Diakses
pada
25