Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Bilangan 0 dan 1 adalah dua bilangan dasar yang digunakan dalam sistem bilangan real.
Dengan dua operasi + dan maka bilangan-bilangan lainnya didenisikan. Himpunan
bilangan asli (natural number ) N didenisikan sebagai
n N n := |1 + 1 +{z + 1} .
n
suku
Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, } . Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai
Z := N {0}N
dimana N := {n : n N } . Jadi himpunan bilangan bulat dapat ditulis secara eksplisit Z = { , 2, 1, 0, 1, 2, }. Selanjutnya bilangan rasional Q didenisikan sebagai
o
n
Q :=
a
: a, b Z, b 6= 0 .
b
Bilangan real yang bukan bilangan rasional disebut bilangan irrasional. Salah satu bi
langan irrasional yang sangat dikenal adalah 2. Berdasarkan beberapa denisi tersebut
maka kita dapat menyajikan komposisi himpunan bilangan real dalam bentuk diagram
venn berikut.
R
Q
R\Q
himpunan bilangan
irrasional
Misal:
2,
{1, 2, 3, . . . }
Algoritma ini merupakan batu pijakan pertama dalam mempelajari teori bilangan. Ia
disajikan dalam bentuk teorema berikut.
Teorema 1.1.
dan
dan
b,
dengan
b>0
yang memenuhi
a = qb + r, 0 r < b.
(1.1)
Ketiga representasi ini semuanya benar, tetapi hanya yang pertama memenuhi kondisi
(1.1) karena disyaratkan 0 r < b.
Pada persamaan (1.1) disepakati istilah sebagai berikut: a adalah bilangan yang dibagi,
b sebagai pembagi, q disebut hasil bagi dan r disebut sisa atau residu.
Untuk membuktikan teorema ini digunakan prinsip urutan baik (well-ordering
property ) atau WOP yang mengatakan bahwa setiap himpunan takkosong dari
Bukti
Jadi himpunan S berupa deret aritmatika takhingga dengan pusat a dan beda b.
Dengan mengambil n := |a| Z maka diperoleh t := a(|a|)(b) = a+|a|b > 0,
yaitu t N. Karena t S maka dapat dipastikan t NS . Dengan demikian kita
peroleh bahwa N S merupakan himpunan bagian takkosong dari N. Berdasarkan
WOP maka N S memiliki anggota terkecil. Misalkan r N S anggota terkecil
yang dimaksud maka ia mempunyai bentuk r = a qb 0 untuk suatu q Z.
Jadi a = qb + r dengan r 0. Selanjutnya dibuktikan r < b agar persamaan (1.2)
dipenuhi. Andaikan r b. Ambil r1 N S dengan r1 = a (q + 1)b = r b < r.
Fakta ini kontradiksi dengan pernyataan r anggota terkecil pada NS. Terbuktilah
0 r < b. Selanjutnya, ditunjukkan bahwa q dan r ini tunggal. Andaikan ada q1
dan r1 yang bersifat seperti ini maka diperoleh
a = qb + r = q1 b + r1 , 0 r, r1 < b.
Dapat ditulis r r1 = (q1 q)b. Dapat disimpulkan bahwa q = q1 , sebab bila tidak
yaitu q 6= q1 maka selisih magnitudnya |q q1 | 1, sehingga |r1 r| = |q q1 |b b.
Hal ini tidaklah mungkin karena kedua r dan r1 bilangan tak negatif yang terletak
di kiri b. Jadi disimpulkan q = q1 . Akibatnya diperoleh r = r1 .
Bila semua ruas pada persamaan (1.1) dibagi dengan b maka diperoleh
a
r
= q + , dengan 0
b
b
r
b
< 1.
Pada Teorema 1.1 disyaratkan bahwa b > 0. Sesungguhnya Teorema ini dapat diperluas
juga untuk b < 0 seperti diungkapkan pada teorema berikut.
Teorema 1.2.
dan
b,
dengan
b 6= 0
dan
yang memenuhi
(1.2)
a = qb + r, 0 r < |b|.
Untuk b > 0 berlaku |b| = b sehingga persamaan (1.1) dipenuhi langsung oleh
persamaan (1.2). Untuk b < 0, ambil |b| sebagai pengganti b pada Teorema (1.1).
Jadi terdapat q 0 dan r sehingga
Bukti
|b|
b
.
a
r
r
= q + , 1 < 0,
b
b
b
yaitu q =
a
b
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa pembagi b hanya dibatasi pada bilangan
tidak nol. Artinya membagi dengan bilangan nol tidak pernah didenisikan. Tegasnya,
a
tidak terdenisi untuk setiap a.
0
Contoh 1.3. Tentukan hasil bagi dan sisanya jika 1, -2, 61 dan -59 dibagi oleh -7.
1
Diketahui b = 7 < 0. Untuk a = 1 diperoleh q = 7
r = a qb = 1 0 = 1. Periksa bahwa 1 = (0)(7) + 1. Untuk a = 2
q = 2
= 27 = 1 dan r = 2 (1)(7) = 5. Untuk a = 61
7
61 6
q = 7
= 8 = 8 dan r = 61 (8)(7) = 5. Untuk a = 59
59 1 7
q = 7 = 8 7 = 9 dan r = 59 (9)(7) = 4.
Penyelesaian
= 0 dan
diperoleh
diperoleh
diperoleh
Berikut diberikan beberapa contoh soal pembuktian sebagai penerapan langsung dari
algoritma pembagian.
Contoh 1.4. Untuk setiap bilangan bulat a, buktikan a(a2 + 2)/3 merupakan bilangan
bulat.
Penyelesaian.
Contoh 1.5. Buktikan sebarang bilangan kuadrat bila dibagi 4 selalu memberikan sisa
0 atau 1.
Untuk bilangan bulat sebarang a, ambil b = 4 sebagai pembagi. Terdapat
q dan r sehingga a = 4q + r dengan r = 0, 1, 2, 3. Selanjutnya kita melihat bentuk
n := a2 . Untuk r = 0 diperoleh n = 4(4q 2 ) memberikan sisa 0. Untuk r = 1
diperoleh n = 16q 2 + 8q + 1 = 4(4q 2 + 2q) + 1 memberikan sisa 1. Untuk r = 2
diperoleh n = 16q 2 + 16q + 4 = 4(4q 2 + 4q + 4) memberikan sisa 0. Terakhir, untuk
r = 3 diperoleh n = 16q 2 + 24q + 9 = 4(4q 2 + 6q + 2) + 1 memberikan sisa 1. Jadi
semua kasus memberikan sisa 0 atau 1.
Penyelesaian
Coba cek sisanya jika beberapa bilangan kuadrat 1, 4, 9, 16, 25 dibagi oleh 4!
Dengan menggunakan hasil ini kita dapat memahami contoh soal berikut.
8+3
111
108 + 3
1111
1008 + 3
11111
10008 + 3
Exercise 1.1. Tunjukkan bahwa bilangan kubik (bilangan pangkat tiga) selalu berbentuk 7k atau 7k 1.
Exercise 1.2. Buktikan bahwa jika n ganjil maka n4 + 4n2 + 11 berbentuk 16k.
1.2 Pembagi atau Faktor Persekutuan Terbesar
Denisi 1.1. Sebuah bilangan bulat b dikatakan terbagi atau habis dibagi oleh bilangan bulat a 6= 0 jika terdapat bilangan bulat c sehingga b = ac, ditulis a|b. Notasi
a - b digunakan untuk menyatakan b tidak habis terbagi oleh a.
Jadi 12 terbagi oleh 4 sebab 12 = 4 3, tetapi 10 tidak terbagi oleh 3 sebab tidak ada
bilangan bulat c sehingga 10 = 3c, atau setiap bilangan bulat c berlaku 10 6= 3c. Dalam
kasus ini ditulis 4|12 dan 3 - 10.
Istilah lain untuk a|b adalah a faktor dari b, a pembagi b atau b kelipatan dari a.
Bila a pembagi b maka a juga pembagi b, sehingga pembagi suatu bilangan selalu
terjadi berpasangan. Jadi dalam menentukan semua faktor dari suatu bilangan bulat
cukup ditentukan faktor-faktor positifnya saja, kemudian tinggal menggabungkan faktor negatifnya. Fakta sederhana yang diturunkan langsung dari denisi adalah sebagai
berikut:
a|0, 1|a, dan a|a.
Fakta a|0 dapat dijelaskan bahwa bilangan 0 selalu habis dibagi oleh bilangan apa pun
yang tidak nol. Fakta 1|a mengatakan bahwa 1 merupakan faktor atau pembagi dari
bilangan apapun termasuk bilangan 0. Fakta a|a menyatakan bahwa bilangan tidak nol
selalu habis membagi dirinya sendiri dengan hasil baginya adalah 1.
Teorema 1.3.
Untuk setiap
a, b, c Z
Bukti.
bd = (k1 k2 )ac,
yaitu ac|bd.
3) Diketahui a|b dan b|c yaitu ada k1 , k2 Z sehingga b = k1 a dan c = k2 b.
Substitusi, diperoleh c = k2 b = k2 (k1 a) = (k1 k2 a).
4) Diketahui a = k1 b dan b = k2 a. Kedua persamaan dikalikan, diperoleh ab =
(k1 k2 )(ab). Diperoleh k1 k2 = 1, yakni k1 = k2 = 1 atau k1 = k2 = 1. Terbukti
a = b.
5) Kita mempunyai b = ac untuk suatu c Z. Diambil nilai mutlaknya |b| = |ac| =
|a||c|. Karena b 6= 0 maka |c| 1, sebab bila tidak seperti ini maka |c| = 0 yang
mengakibatkan b = 0 (kontradiksi). Karena itu diperoleh |b| = |a||c| |a|.
6) Kita mempunyai relasi b = k1 a dan c = k2 a. Untuk sebarang x, y Z berlaku
bx + cy = k1 ax + k2 ay = (k1 x + k2 y)a
Pernyataan terakhir teorema ini berlaku juga untuk berhingga banyak bilangan yang
dibagi oleh a, yaitu jika a|bk , k = 1, , n maka
a|(b1 x1 + b2 x2 + + bn xn )
Denisi 1.2. Misalkan a dan b dua bilangan bulat di mana minimal salah satunya tidak
nol. Faktor persekutuan terbesar (FPB) atau greatest common divisor (gcd) dari a
dan b adalah bilangan bulat d yang memenuhi
1. d|a dan d|b
2. Jika c|a dan c|b maka c d
Pada denisi ini, kondisi 1 menyatakan bahwa d adalah faktor persekutuan dan kondisi 2 menyatakan bahwa d adalah faktor persekutuan terkecil di antara semua faktor
persekutuan yang ada. Selanjutnya jika d faktor persekutuan terbesar dari a dan b akan
ditulis
d = gcd(a, b).
Contoh 1.7. Faktor positif dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12, sedangkan faktor dari 30
adalah 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30. Jadi faktor persekutuaannya adalah 1, 2, 3, 6. Karena itu
disimpulkan gcd(12, 30) = 6.
Berdasarkan denisi FPB sesungguhnya kita cukup mengasumsikan bahwa a dan b positif, sebab berlaku
gcd(a, b) = gcd(a, b) = gcd(a, b) = gcd(a, b).
Penjelasannya, faktor atau pembagi suatu bilangan selalu terjadi secara berpasangan,
satunya positif dan lainnya negatif. Jadi faktor persekutuan dua bilangan selalu sama
tanpa melihat tanda positif atau negatif kedua bilangan tersebut. Akibatnya, faktor
persekutuan terbesarnya juga sama.
Teorema 1.4.
bilangan bulat
Jika
dan
a
y
dan
sehingga
gcd(a, b) = ax + by.
(1.3)
Identitas Bezout menyatakan bahwa d = gcd(a, b) dapat disajikan dalam bentuk kombinasi linier atas a dan b. Ekspresi ruas kanan pada (1.3) disebut kombinasi linier dari
a dan b. Pada Teorema ini keberadaan x dan y tidak harus tunggal.
Bukti.
Bentuk S himpunan semua kombinasi linier positif dari a dan b sebagai berikut
S = { au + bv | au + bv 1, u, v Z }
Akibat 1.1.
Bila
dan
T = {ax + by|x, y Z}
merupakan himpunan semua kelipatan dari
d = gcd(a, b).
Bukti.
Denisi 1.3. Dua bilangan a dan b (keduanya tidak nol) dikatakan prima relatif jika
gcd(a, b) = 1.
Pasangan bilangan (3, 5), (5, 9) dan (27, 35) adalah beberapa contoh pasangan bilangan prima relatif.
Teorema 1.5. Bilangan a dan b prima relatif bila hanya bila terdapat bulat x, y sehingga
ax + by = 1.
Bukti.
Akibat 1.2.
Bila
d = gcd(a, b)
maka
gcd
a b
,
d d
= 1.
Bukti.
Teorema 1.6.
Diketahui
gcd(a, b) = 1.
10
Bukti.
Karena faktanya a|ac dan diketahui a|bc maka a|(acx + bcy), yaitu terbukti a|c.
Contoh 1.8. Untuk sebarang bilangan bulat a, buktikan salah satu dari a, a + 2, a + 4
habis dibagi oleh 3.
Cara pertama dengan menggunakan algoritma pembagian. Ambil a dan 3, maka
ada q dan r sehingga a = 3q + r, r = 0, 1, 2. Bila r = 0 maka a = 3q yaitu a|3.
Bila r = 1 maka
Bukti.
a = 3q + 1
a + 2 = 3q + 1 + 2 = 3(q + 1),
Perhatikan pada contoh berikut ditunjukkan bahwa perkalian dua bilangan bulat berurutan selalu habis dibagi 2.
Bukti.
11
Contoh 1.10. Buktikan bahwa untuk setiap bulat positif n dan sebarang bilangan bulat
a maka gcd(a, n + a)|n.
Misalkan d = gcd(a, a + n). Karena d|a dan d|(a + n) maka d membagi setiap
kombinasi kedua bilangan ini, khususnya d| ((a)(1) + (a + n)(1)) = n.
Bukti.
Exercise 1.3. masih akan ditambah soal-soal latihan dari David Burton.
1.3 Algoritma Euclides
Algoritma Euclides merupakan metoda yang dapat digunakan untuk menentukan FPB
dua bilangan besar dengan cara mereduksinya menjadi bilangan-bilangan lebih kecil.
Algoritma ini bertumpu pada teorema berikut.
Teorema 1.7.
Jika
a = qb + r
maka
Bukti.
12
Proses ini diteruskan sampai dicapai sisa nol. Bila dirangkum maka akan diperoleh
bentuk berikut
a = q1 b + r1 , 0 < r1 < b
b = q2 r1 + r2 , 0 < r2 < r1
r1 = q3 r2 + r3 , 0 < r3 < r2
..
.
Bukti.
13
Denisi 1.4. Misalkan a dan b dua bilangan bulat tidak nol. Kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) atau least
positif m yang memenuhi
common divisor
Sebagai contoh kelipatan persekutuan dari 12 dan 30 adalah 60, 120, 180, . . . sehingga
gcd(12, 30) = 60.
Berikut diberikan hubungan antara FPB dan KPK.
Teorema 1.8.
dan
berlaku
lcm(a, b) = gcdab(a,b) .
Bukti.
m=
a(ds)
(dr)b
ab
m=
= as dan m =
= rb,
d
d
d
14
Akibat berikut ini memberikan keadaan dimana KPK dua bilangan tidak lain adalah
hasil kali keduanya. Buktinya sederhana, langsung dari teorema sebelumnya.
Akibat 1.3.
hanya bila
dan
berlaku lcm(a, b)
= ab
bila
gcd(a, b) = 1.
Penyelesaian.
Setelah melihat pengertian dan sifat-sifat FPB dari dua bilangan maka kita dapat dengan
mudah memperluasnya kepada FPB untuk beberapa bilangan. Prinsipnya sama, yaitu
d dikatakan FPB dari a, b dan c, ditulis d = gcd(a, b, c) jika d|a, d|b dan d|c; kemudian
jika ada faktor persekutuan lain c maka c d. Sebagai ilustrasi diperhatikan contoh
berikut ini.
Contoh 1.13. Dapat diperiksa bahwa gcd(39, 42, 54) = 3 dan gcd(49, 210, 350) = 7.
Untuk memudahkan menghitung FPB beberapa bilangan dapat dilakukan dengan metoda
reduksi bertahap seperti diungkapkan pada teorema berikut.
15
Teorema 1.9.
a1 , ak
berlaku
Bukti.
Misalkan d = gcd(a1 , a2 , a3 ) maka d|a1 , d|a2 dan d|a3 . Karena itu d| gcd(a2 , a3 ) :=
d1 sebab d|(a2 x + a3 y) untuk setiap bulat x dan y sedangkan d1 = gcd(a2 , a3 )
dapat dinyatakan sebagai salah satu bentuk kombinasi linier ini. Jadi d|a1 dan
d|d1 . Ditunjukkan d faktor persekutuan terbesar dari a1 dan d1 . Bila ada bulat c
dengan c|a1 dan c|d1 . Karena c|d1 maka c|a2 dan c|a3 . Jadi c faktor persekutuan
dari a1 , a2 dan a3 . Karena d = gcd(a1 , a2 , a3 ) maka disimpulkan c d. Jadi d
adalah FPB dari a1 dan d1 , yaitu d = gcd(a1 , d1 ) = gcd (a1 , gcd(a2 , a3 )) .
Untuk sejumlah berhingga banyak bilangan dapat dibuktikan dengan menggunakan prinsip induksi matematika.
Dengan teorema ini d = gcd(a1 , a2 , , ak ) dapat direduksi sebagai berikut:
d2 = gcd(a1 , a2 )
d3 = gcd(d1 , a3 )
d4 = gcd(d2 , a4 )
..
.
dk = gcd(dk2 , ak )
dan diperoleh d = dk .
Contoh 1.14. Untuk menghitung d = gcd(36, 24, 54, 27) dihitung dulu d2 = gcd(36, 24) =
12, kemudian d3 = gcd(12, 54) = 6, dan akhirnya d = d4 = gcd(6, 27) = 3.
Konsep KPK dari lebih dua bilangan dikembangkan sejalan. Dengan mudah dapat
dibuktikan hubungan KPK dan FPB sebagai berikut
lcm(a, b, c) =
16
abc
.
gcd(a, b, c)
(1.4)
Persamaan ini pertama kali dipelajari oleh seseorang yang bernama Diophantus yang
menghabiskan hidupnya di Alexandria, Mesir sekitar tahun 250 Masehi. Persamaan
Diophantine adalah persamaan linier yang memuat beberapa variabel, namun harus diselesaikan dalam bilangan bulat. Tidak seperti sistem persamaan linier biasa, persamaan
Diophantine variabelnya lebuh banyak daripada persmamaannya. Bentuk paling sederhananya diberikan oleh
ax + by = c
(1.5)
dimana a, b dan c konstanta bulat yang diberikan. Penyelesaian persamaan Diophantine
(1.5) adalah semua pasangan bilangan bulat (x, y) yang memenuhi persamaan ini.
sehingga (4, 1), (6, 6), (10, 2) merupakan penyelesaiannya. Masih banyak penyelesaian lainnya, coba temukan! Diperhatikan persamaan 2x + 10y = 17. Adakah bilangan
bulat (x, y) yang memenuhi persamaan ini ?. Jawabnya, tidak ada. Dalam kasus ini
kita katakan persamaan 2x + 10y = 17 tidak mempunyai penyelesaian.
Berdasarkan contoh ini persamaan Diophantine dapat mempunyai atau tidak mempunyai penyelesaian. Dalam kasus ia mempunyai penyelesaian maka penyelesaiannya
banyak. Teorema berikut memberikan syarat perlu dan cukup persamaan Diophantine
mempunyai penyelesaian.
Teorema 1.10.
dan
Misalkan
d = gcd(a, b).
a, b
dan
dan
ax + by = c
mempunyai penyelesaian jika hanya jika
d|c;
17
a
b
x = x0 + n, y = y0 n, n Z
d
d
dimana
(x0 , y0 )
(1.6)
Bukti.
ax0 + by0 = c.
x
).
Karena
gcd(
,
)
=
1
maka
| d (x x0 ). Jadi
0
d
d
d d
d
b
b
b
|(x x0 ), yakni x x0 = d n x = x0 + d n untuk suatu n Z. Substitusi
d
mundur (x x0 ) maka diperoleh db (y y0 ) = ad db n y = y0 ad n.
Keadaan khusus dimana a dan b prima relatif maka persamaan Diophantine selalu mempunyai penyelesaian yang diberikan oleh
x = x0 + bn, y = y0 an, n Z
18
(1.7)
Pertama selidiki dulu gcd(172, 20), yaitu dengan algoritma Euclides berikut
172 = 8 20 + 12
20 = 1 12 + 8
12 = 1 8 + 4
8 = 24+0
19
Dari sini diambil x0 = 500 dan y0 = 4250 sebagai penyelesaian khususnya. Selanjutnya bentuk umum penyelesaian persamaan ini diperoleh dengan menerapkan
formula pada (1.6), diperoleh
20
t = 500 + 5t
4
172
y = 4250
t = 4250 43t
4
x = 500 +
Contoh 1.17. Seorang nenek meminta cucunya membeli dua macam buah, yaitu mangga
dan jeruk. Sang nenek memberikan uang 100000 rupiah kepada sang cucu untuk mendapatkan sebanyak mungkin buah tetapi jeruk lebih banyak dari mangga. Bila harga
20
Bukti.
Jika kedua ruas dikalikan dengan 1000 diperoleh 1000 = 7 2000 + 13 (1000)
sehingga diperoleh penyelesaian khususnya
x0 = 2000 dan y0 = 1000.
2000
153.84 n = {153, 152, 151, }.
13
1000
142.85 n = { , 145, 144, 143}.
7
21
Penyelesaian yang bersesuaian dengan n ini akan bernilai positif, tetapi kita perlu
memilih n yang membuat nilai x + y terbesar. Perhatikan tabel berikut
n
153
152
151
x y x+y
11 71
82
24 64
88
37 57
94
Jadi sang cucu harus membeli 37 biji mangga dan 57 biji jeruk.
Ada metoda lain untuk menyelesaikan persamaan Diophantine, yaitu metoda Reduksi
Euclides. Metoda ini didasarkan pada penyajian penyelesaian persamaan Diophantine
dalam bentuk
x = i + jt
y = k + mt
Penyelesaian.
x =
3 5y
171 5y
= 28 +
.
6
6 }
| {z
p
Ambil p = 35y
Z sehingga dapat ditulis: x = 28+p. Variabel y juga dinyatakan
6
secara eksplisit dalam p, yaitu
y=
3 6p
3p
= p +
.
5
5 }
| {z
q
Ambil q =
3q
5
22
23