Vous êtes sur la page 1sur 13

Mata Kuliah : Kewarganegaraan

Dosen

: Bapak Sylvester Kanisius Laku

Penelaah

: Stanislaus Ryo Zenna

(2014510015)

ABORSI: STATISTIK IMMORALITAS DAN KRIMINALITAS TERSELUBUNG


Telaah Salah Satu Aspek Permasalahan Kewarganegaraan

Pendahuluan
Menilik agak jauh di belahan dunia lain, kontraversi tentang aborsi paling
runcing terjadi di Amerika. Penyebab aborsi bersifat sederhana. Aborsi yang mulamula merupakan isu moralyakni persoalan boleh atau tidak bolehkini diseret
dalam kancah politik yang sarat manipulasi dan bias ideologis. Akhirnya perdebatan
tentang keabsahan aborsi yang merupakan diskursus moral dipersempit menjadi
pertarungan politik. Akar persoalan ini adalah pengandaian tentang hak asasi
manusia, persis dengan pemahaman dasar manusia hidup. Jika manusia sejak
kelahirannya dibekali hak, termasuk hak untuk hidup dan menentukan nasibnya
sendiri tanpa campurtangan dari pihak lain, maka dalam kondisi perempuan
mengandung, siapakah yang berhak menentukan nasib kandungannya? Apakah sang
calon ibu memiliki hak sepenuhnya terhadap kandungan ataukah jabang bayi yang
dikandung pun merupakan memiliki hak yang sama? Lebih pelik lagi, jika seorang
perempuan mengandung karena perkosaan, bolehkah ia atas nama kebebasan, dan
kebahagiannya menggugurkan kandungan?

Dari berbagai kasus-kasus di atas

penulis akan mencoba mengupas dari berbagai segi yang akan dijabarkan, yaitu dari
segi agama, statistik, udang-undang dan mencoba merangkum semua itu untuk
menemukan solusi yang tepat bagi kehidupan umat manusia, dimana dalam ajaran
agama apapun, pembunuhan itu dilarang.

Definisi Aborsi
Secara sederhana kata aborsi adalah mati (gugurnya) hasil konsepsi. Artinya
aborsi itu dapat dimulai dari sejak benih wanita (ovum) dengan benih pria (sperma)
mengadakan konsepsi. Kehidupan yang utuh dimulai dari dua benih menjadi satu
(TWO IS ONE). Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal

dengan istilah abortus, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuannya sel telur
dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Aborsi dibedakan antara aborsi yang terjadi dengan sendirinya tanpa
kesengajaan, yang disebut abortus spontaneous dan aborsi yang terjadi dengan
kesengajaan disebut abortus provocatus.Abortus provocatus masih dibedakan lagi
menjadi dua, yakni abortus yang berindikasikan pengobatan atau medis (therapeutis)
dan yang berindikasi merusak atau kejahatan (criminalis).
Aborsi tetap saja menjadi masalah kontroversial, tidak saja dari sudut pandang
kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi biasanya
dilakukan atas indikasi medis yang berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa atau
adanya gangguan kesehatan yang berat pada diri si ibu, misalnya tuberkulosis paru
berat, asma, diabetes, gagal ginjal, hipertensi, bahkan biasanya terdapat dikalangan
pecandu (ibu yang terinfeksi virus). Aborsi dikalangan remaja masih merupakan hal
yang tabu, jangankan untuk dibicarakan apalagi untuk dilakukan.
Aborsi itu sendiri ada 3 macam :
1. ME (Menstrual Extraction) : Dilakukan 6 minggu dari menstruasi terakhir
dengan penyedotan. Tindakan aborsi ini sangat sederhana dan secara
psikologis juga tidak terlalu " berat " karena masih dalam bentuk gumpalan
darah, belum berbentuk janin.
2. Diatas 12 minggu, masih dianggap normal dan termasuk tindakan aborsi
yang sederhana.
3. Aborsi diatas 18 minggu, tidak dilakukan di klinik tetapi di rumah sakit
besar.
Remaja hamil, baik yang menempuh aborsi maupun yang meneruskan
kehamilannya, membutuhkan banyak biaya untuk pelaksaan aborsi atau untuk
perawatan kehamilan dan melahirkan.Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
aborsi bekisar antara Rp 300.000 sampai Rp 1.100.000, dengan rata-rata biaya aborsi
Rp. 415.000.Jumlah biaya terkecil dan kelahiran anaknya. Berbeda dengan remaja
yang melakukan aborsi, remaja yang melahirkan anak umumnya mendapatkan
bantuan dari orang tua .Dari responden yang melahirkan, dipakai oleh responden dari
bidan di Puskesmas atau Dokter.

Remaja yang meneruskan kehamilan membutuhkan biaya perawatan


kehamilan sekitar 15% biaya ditanggung bersama dengan pasangan dan 11%
ditanggung oleh pasangan.Sebagian besar mereka tidak memeriksa kandungannya
secara rutin karena merasa malu keluar rumah dengan perut besar tidak lama setelah
menikah atau tanpa menikah.Mereka rata - rata baru memeriksa kandungannya
setelah berusia lebih dari 4 bulan.Empat bulan pertama kehamilan adalah periode
yang berusaha disembunyikan dan bahkan digugurkan.

Jenis Aborsi
Aborsi spontan/ alamiah
Adalah aborsi yang berlangsung tanpa tindakan apapun.Kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.

Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis


Adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh
calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun
beranak).

Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum


Adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik.Sebagai
contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi
menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu
maupun janin yang dikandungnya.Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang
matang dan tidak tergesa-gesa.

Abortus Servikalis
Keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium arteri eksternum yang
tidak membuka, sehingga semuanya terkumpu dalam kanalis servikalis dan serviks
uterus menjadi besar, bundar dengan dinding menipis.

Missed Abortion

Kematian janin berusia sebelum 28 minggu tetapi janin mati tidak keluar sebelum 8
minggu atau lebih.

Abortus Septik
Abortus yang disertai infeksi berat pada genitalia disertai penyebaran kuman dalam
darah misalnya toxin.

Abortus Eminens
Peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Alasan Aborsi
Bagi sebagian wanita menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang
tidak dikehendaki, dan sebagian wanita merasa bahagia menjalani kehamilan.
Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan karena
terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang
gagal, ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah. Aborsi dilakukan oleh
seorang wanita hamil baik yang telah menikah maupun yang belum menikah
dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasan-alasan
yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja)
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama
mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak.
Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka
lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon
ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya.

Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat
menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena

tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan
terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of
Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
Kematian mendadak karena pendarahan hebat;
Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal;
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan;
Rahim yang sobek (Uterine Perforation);
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya;
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita);
Kanker indung telur (Ovarian Cancer);
Kanker leher rahim (Cervical Cancer);
Kanker hati (Liver Cancer);
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya;
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy);
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease);
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).
2. Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak
yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam
dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau
PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After
Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994). Pada dasarnya
seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:
Kehilangan harga diri (82%);
Berteriak-teriak histeris (51%);
Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%);

Ingin melakukan bunuh diri (28%);


Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%);
Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%).
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

Statistik General Mengenai Aborsi


Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi
buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi,
sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari
BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahun di Indonesia.
Berarti ada 2.000.000 nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak
yang tahu. Jumlah kematian karena aborsi melebihi kematian perang manapun.
Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri khususnya di Amerika
dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control
(CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI). Hasil pendataan mereka menunjukkan
bahwa jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika yaitu hampir 2
juta jiwa lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang
manapun dalam sejarah negara itu. Sebagai gambaran, jumlah kematian orang
Amerika dari tiap-tiap perang adalah
1. Perang Vietnam 58.151 jiwa
2. Perang Korea 54.246 jiwa
3. Perang Dunia II 407.316 jiwa
4. Perang Dunia I 116.708 jiwa
5. Civil War (Perang Sipil) 498.332 jiwa
Secara total, dalam sejarah dunia, jumlah kematian karena aborsi jauh
melebihi jumlah orang yang meninggal dalam semua perang jika digabungkan
sekaligus. Jumlah kematian karena aborsi melebihi semua kecelakaan. Menurut
James K. Glassman dari The Washington Post pada tahun 1996, jumlah kematian
akibat aborsi 10 kali lebih banyak daripada semua kecelakaan yang masih ditambah
kasus bunuh diri maupun pembunuhan. Data kecelakaan di Amerika menunjukkan
1. Kecelakaan karena jatuh 12.000

2. Kecelakaan karena tenggelam 4.000


3. Kecelakaan karena keracunan 6.000
4. Kecelakaan mobil 40.000
5. Bunuh diri 30.000
6. Pembunuhan 25.000
Jumlah kematian karena aborsi selalu melebihi kematian karena kecelakaan,
bunuh diri ataupun pembunuhan di seluruh dunia. Jumlah kematian karena aborsi
melebihi segala penyakit. Daniel S. Green dari Washington Post mengatakan bahwa
pada tahun 1996, di Amerika setiap tahun ada 550.000 orang yang meninggal karena
kanker dan 700.000 meninggal karena penyakit jantung. Jumlah ini tidak seberapa
dibandingkan jumlah kematian karena aborsi yang mencapai hampir 2 juta jiwa di
negara itu.1

Aborsi dalam Perspektif Moralitas Kristiani


Ada Ahli yang mencoba menilai moralitas aborsi. Ahli ini beranggapan bahwa
dalam batas-batas tertentu aborsi itu boleh dilakukan. Norman M.ford menyatakan
bahwa embrio mencapai individualitasnya sebagai manusia setelah hari ke-14, yaitu
saat munculnya satria primivita (bagian organ otak dan sisitem saraf). Judith
Thomson seorang feminis dalam artikelnya yang berjudul A Defense of Abortion,
ia mengakui bahwa embrio mempunyai hak untuk hidup, tetapi, hak tidak berarti
harus melanggar hak wanita untuk menentukan apa yang akan terjadi atast tubuhnya,
embrio tidak mempunyai hak untuk daim dalam Rahim wanita selamasembilan
bulan, jika wanita tidak mau memberikan ijin bagi embrio yang diam dalam
rahimnya.
Sebab hidup manusia adalah anugerah Allah sendiri yang harus dirawat,
Dipelihara, dilindungi dan dicinta. Manusia tidak mempunyai hak untukmengambil
hidupnya sendiri dan orang lain. Hanya Allah yang adalah Tuhan dan pemilik hidup,
manusia hanyalah sebagai administrator. Gereja katolik sejak awal menentang aborsi
karena aborsi bertentangan dengan hokum Allah, hukum natural, melanggar prinsip
keadilan dan cinta sesama dan dikategorikan sebagai dosa pembunuhan posisi

Diakses dan disarikan dari http://www.aborsi.org , diakses pada tanggal 16 November 2014

gereeja berhadapan dengan kejahatan moral aborsi konstan dari dulu samapai
sekarang. Dalam Gaudium et spes gereja menegaskan kembali moralitas aborsi:
Allah Tuhan kehidupan telah mempercayakan pelayanan mulia melestarikan hidup
kepada manusia,untuk dijalankan dengan cara layak baginya.
Dalam Ensiklik Evangelium Vitae, Paus Yohanes Paulus II menegaskan
kembali ajaran gereja mengenai aborsi: saya mengeaskan bahwa aborsi langsung
dan diinginkan,artinya dilakukan dan diinginkan sebagai tujuan atau sebagai cara
merupakakn satu perbuatan immoral berat . dengan demikian menjadi jelas,bahwa
aborsi langsung apapun alasannya tidak dapat dibenarkan menurut moral. disamping
itu ada aborsi yang dianamakan aborsi eugenetika, yakni aborsi janin yang cacat
beranggapan lebih baik mati sebelum lahir dari pada menederita seumur hidup.
(Sumber: Diktat Kuliah Tentang Pengantar Moral Hukum Allah, Oleh: Dr.
Laurentius Tarpin,OSC, L.Th hlm18). Katekismus Gereja Katolik, Percetakan
Arnoldus, Ende 1995,art.2052-2557. Lihat edisi 1997 editio typical).
Beberapa saat setelah sel telur bersatu dengan sel sperma, maka disebut Zigot.
Zigot ini memulai perjalanan hidupnya dengan memulai bergerak maju melalui
saluran telur ibunya, sambil bernafas zat asam mengambil makanan dari dinding
Rahim ibunya. Rahim sudah melengkapi diri dengan lender dinding yang kaya akan
makanan yang dibutuhkan. Zigot sudah merupakan kehidupan tersendiri, tidak
pernah bagian dari ibunya. Dia sudah bersifat manusiawi dan akan berkembang
menjadi manusia tertentu, asal tidak gugur sebelumnya. Mengapa? Karena seluruh
pertumbuhan manusia yang mungil ini, yaitu pembelaan dan pelipat gandakaan selsel dan pembentukan organ-organ, tidak ditentukan oleh badan ibunya. Karena
seorang ibu hanya menyediakan ruang yang paling cocok dan makanan yang
dibutuhkan sesuai dengan pertumbuhan anaknya. Oleh karena janin bukan bagian
dari ibunya, maka sebutanya yakni buah kandungan2
Kelahiran bukan awal hidup manusia. Maka janin pun sudah bermartabat
sebagai citra allah. Ia disayang sang pencipta yang sudah memanggilnya sejak dalam
Rahim ibunya ( ayub 31,15;Mz 139,13-16;yer 1,5; lk 1,44). Oleh sebab itu, janin
yang ada dalam Rahim ibunya secara prinsipial bernilai sama dengan seorang
2

Konferensi walilgereja Indonesia, buku Allah penyayang kehidupan. (Jakarta: Konferensi walilgereja
Indonesia,1991), halaman.39.

manusia yang sudah lahir. Dengan demikian orang tua dan

masyarakat harus

menerima kehidupan manusia yang baru saja mulai tumbuh dalam Rahim seorang
ibu. Karena ia merupakan anggota masyarakat yang masih paling lemah dan belum
sanggup menggangkat suaranya untuk membela diri. Membunuh janin (buah
kandungan ) berarti membunuh dua yakni janin yang tidak sanggup melawan dan
suara hati dalam diri para pelaku itu sendiri (ibu Teresa dari calcuta)3
Sampai saat ini pengguguran secara formal dilarang oleh hukum yang berlaku di
Negara pancasila (KUHP,Buku kedua, bab XIX, pasal 346-349). Usaha mengubah
hukum ini belum berhasil walaupun terus diupayakan. Maka tidak mengherankan
jika kita digemparkan oleh peraturan pemerintah nomor 61 tahun 2014. Poin
kontroversialnya adalah melegalisasi aborsi dengan alasan pemerkosaan4. Maka oleh
sebab itu bagaimana tanggapan gereja katolik tentang hal itu. Dalam hal ini Gereja
Katolik dengan konsisten menolak aborsi. Berdasarkan pernyataan diatas UskupUskup diindonesia melalui Konferensi Wali Gereja Indonesia (kwi) telah
melayangkan pernyataan sikap atas penerbitan PP No.61/2014 tentang kesehatan
reproduksi.
Pernyataan sikap ini ditandatangani oleh ketua KWI Mgr. Ignasius Suharyo dan
sekretaris jenderal

KWI Mgr Johannes Pujasumarta. Dalam sikap tersebut para

Uskup menyampaikan empat hal yakni:


Nilai hidup manusia adalah nilai intrinsic yang ada dalam dirinya , dia
bernilai karena dirinya sendiri tanpa ada relasi dengan pihak lain.
Kecatatan atau penyakit yang dialami seseorang tak mengurangi nilai
dan martabat manusia.maka aborsi dengan alasan kecatataan dan
penyakit, tidak dibenarkan.
Dalam tindak pemerkosaan,yang diperlukan adalah sikap berbela rasa
terhadapa korban dan memberi bantuan dalam pelbagai hal agar yang
bersangkutan bias bangkit dari penderitaan dan menghilangkan
trauma sehingga bisa kembali hidup bahagia. Namun keinginan untuk
bahagia itu tudak memberikan hak kepadanya untuk untuk melakukan
aborsiterhadapa janin yang dikandungnya.
3
4

Ibid, halaman. 45.


Y. Prayoga. Majalah HIdup, edisi 39. Tahun ke-68. 28 September 2014. Halaman16.

Janin adalah makhluk yang lemah tak dapat membela diri, bahkan
tidak memiliki bentuk minimal pembelaan yakni dengan kekuatan
tangis dan air mata bayi yang dimiliki bayi yang baru lahir yang
menyentuh hati . (evangelium vitae no.58). pada hal allah adalah
adalah pembela kehidupan, terutama mereka yang lemah, miskin dan
tidak mempunyai pembela. Maka disini muncul prinsip vulnerability,
manusia yang kuat melindungi yang lemah.maka gereja memilih
untuk berpihak kepada mereka dan menegasakan untuk membela
kehidupan yang sudah diyakini ada sejak pembuahan.
Kitab hukum kanonik menegaskan,bagi mereka yang menganjurkan,
mendorong dan melakukan tindakan aborsi, sesuai dengan hukum
gereja, mereka terkena eskomunikasi latae sentetiae (KHK 1398).
Ekskomunikasi langsung atau otomatis5
Aborsi dalam Perspektif Hukum6
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau penguguran
janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah Abortus Provocatus
Criminalis. Yang menerima hukuman adalah:
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksanannya aborsi
Beberapa hukum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XIX
yang terkait adalah:
Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa
karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

5
6

Ibid. halaman 11.


Diakses dari http://www.aborsi. org/hukum-aborsi.htm pada tanggal 17 November 2014

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau


menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara palaing lama tujuh
tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang akan ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan pada 341 dan 342 di pandang, bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.

Pasal 347
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan seorang wanita


dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pada pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan .

Kesimpulan
Kandungan seorang Ibu sepenuhnya ada dalam tanggung jawab ibu itu sendiri.
Hanya dia seorang yang dapat menentukan nasib diri dan kandungannya tanpa
campur tangan pihak manapun, kecuali tata perundang-undangan, ajaran agama, dan
nilai-nilai luhur mengenai hak asasi manusia yang berlaku dalam masyarakat. Baik
ibu maupun sang janin di kandungan memiliki hak yang sama untuk hidup. Si Ibu
tidak berhak memutuskan kehidupan janinnya dengan alas an apapun. Pemerkosaan
atau kehamilan yang tidak-diinginkan tidak dapat menjadi alasan yang cukup kuat
untuk melepaskan hak asasi untuk hidup bagi janin. Banyak jalan keluar lain dapat
ditempuh melalui dukungan moral dan materiil dari berbagai pihak, terutama
keluarga terdekat si ibu. Hukum Kristiani (Katolik) dan Hukum Undang-Undang
Pidana bertindak tegas bagi siapapun yang hendak memaksakan kehendak dan
merampas hak asasi hidup janin dan ibu.
Daftar Bacaan

Konferensi Waligereja Indonesia. Allah penyayang kehidupan. 1991. Jakarta:


Konferensi walilgereja Indonesia.

Prayoga, Yohanes. Majalah Hidup, edisi 39. Tahun ke-68. 28 September 2014.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

http://www.aborsi.org/

Vous aimerez peut-être aussi