Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dosen
Penelaah
(2014510015)
Pendahuluan
Menilik agak jauh di belahan dunia lain, kontraversi tentang aborsi paling
runcing terjadi di Amerika. Penyebab aborsi bersifat sederhana. Aborsi yang mulamula merupakan isu moralyakni persoalan boleh atau tidak bolehkini diseret
dalam kancah politik yang sarat manipulasi dan bias ideologis. Akhirnya perdebatan
tentang keabsahan aborsi yang merupakan diskursus moral dipersempit menjadi
pertarungan politik. Akar persoalan ini adalah pengandaian tentang hak asasi
manusia, persis dengan pemahaman dasar manusia hidup. Jika manusia sejak
kelahirannya dibekali hak, termasuk hak untuk hidup dan menentukan nasibnya
sendiri tanpa campurtangan dari pihak lain, maka dalam kondisi perempuan
mengandung, siapakah yang berhak menentukan nasib kandungannya? Apakah sang
calon ibu memiliki hak sepenuhnya terhadap kandungan ataukah jabang bayi yang
dikandung pun merupakan memiliki hak yang sama? Lebih pelik lagi, jika seorang
perempuan mengandung karena perkosaan, bolehkah ia atas nama kebebasan, dan
kebahagiannya menggugurkan kandungan?
penulis akan mencoba mengupas dari berbagai segi yang akan dijabarkan, yaitu dari
segi agama, statistik, udang-undang dan mencoba merangkum semua itu untuk
menemukan solusi yang tepat bagi kehidupan umat manusia, dimana dalam ajaran
agama apapun, pembunuhan itu dilarang.
Definisi Aborsi
Secara sederhana kata aborsi adalah mati (gugurnya) hasil konsepsi. Artinya
aborsi itu dapat dimulai dari sejak benih wanita (ovum) dengan benih pria (sperma)
mengadakan konsepsi. Kehidupan yang utuh dimulai dari dua benih menjadi satu
(TWO IS ONE). Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal
dengan istilah abortus, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuannya sel telur
dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Aborsi dibedakan antara aborsi yang terjadi dengan sendirinya tanpa
kesengajaan, yang disebut abortus spontaneous dan aborsi yang terjadi dengan
kesengajaan disebut abortus provocatus.Abortus provocatus masih dibedakan lagi
menjadi dua, yakni abortus yang berindikasikan pengobatan atau medis (therapeutis)
dan yang berindikasi merusak atau kejahatan (criminalis).
Aborsi tetap saja menjadi masalah kontroversial, tidak saja dari sudut pandang
kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi biasanya
dilakukan atas indikasi medis yang berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa atau
adanya gangguan kesehatan yang berat pada diri si ibu, misalnya tuberkulosis paru
berat, asma, diabetes, gagal ginjal, hipertensi, bahkan biasanya terdapat dikalangan
pecandu (ibu yang terinfeksi virus). Aborsi dikalangan remaja masih merupakan hal
yang tabu, jangankan untuk dibicarakan apalagi untuk dilakukan.
Aborsi itu sendiri ada 3 macam :
1. ME (Menstrual Extraction) : Dilakukan 6 minggu dari menstruasi terakhir
dengan penyedotan. Tindakan aborsi ini sangat sederhana dan secara
psikologis juga tidak terlalu " berat " karena masih dalam bentuk gumpalan
darah, belum berbentuk janin.
2. Diatas 12 minggu, masih dianggap normal dan termasuk tindakan aborsi
yang sederhana.
3. Aborsi diatas 18 minggu, tidak dilakukan di klinik tetapi di rumah sakit
besar.
Remaja hamil, baik yang menempuh aborsi maupun yang meneruskan
kehamilannya, membutuhkan banyak biaya untuk pelaksaan aborsi atau untuk
perawatan kehamilan dan melahirkan.Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
aborsi bekisar antara Rp 300.000 sampai Rp 1.100.000, dengan rata-rata biaya aborsi
Rp. 415.000.Jumlah biaya terkecil dan kelahiran anaknya. Berbeda dengan remaja
yang melakukan aborsi, remaja yang melahirkan anak umumnya mendapatkan
bantuan dari orang tua .Dari responden yang melahirkan, dipakai oleh responden dari
bidan di Puskesmas atau Dokter.
Jenis Aborsi
Aborsi spontan/ alamiah
Adalah aborsi yang berlangsung tanpa tindakan apapun.Kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Abortus Servikalis
Keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium arteri eksternum yang
tidak membuka, sehingga semuanya terkumpu dalam kanalis servikalis dan serviks
uterus menjadi besar, bundar dengan dinding menipis.
Missed Abortion
Kematian janin berusia sebelum 28 minggu tetapi janin mati tidak keluar sebelum 8
minggu atau lebih.
Abortus Septik
Abortus yang disertai infeksi berat pada genitalia disertai penyebaran kuman dalam
darah misalnya toxin.
Abortus Eminens
Peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Alasan Aborsi
Bagi sebagian wanita menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang
tidak dikehendaki, dan sebagian wanita merasa bahagia menjalani kehamilan.
Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan karena
terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang
gagal, ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah. Aborsi dilakukan oleh
seorang wanita hamil baik yang telah menikah maupun yang belum menikah
dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasan-alasan
yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja)
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama
mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak.
Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka
lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon
ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya.
Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat
menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena
tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan
terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of
Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
Kematian mendadak karena pendarahan hebat;
Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal;
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan;
Rahim yang sobek (Uterine Perforation);
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya;
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita);
Kanker indung telur (Ovarian Cancer);
Kanker leher rahim (Cervical Cancer);
Kanker hati (Liver Cancer);
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya;
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy);
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease);
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).
2. Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak
yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam
dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau
PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After
Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994). Pada dasarnya
seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:
Kehilangan harga diri (82%);
Berteriak-teriak histeris (51%);
Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%);
Diakses dan disarikan dari http://www.aborsi.org , diakses pada tanggal 16 November 2014
gereeja berhadapan dengan kejahatan moral aborsi konstan dari dulu samapai
sekarang. Dalam Gaudium et spes gereja menegaskan kembali moralitas aborsi:
Allah Tuhan kehidupan telah mempercayakan pelayanan mulia melestarikan hidup
kepada manusia,untuk dijalankan dengan cara layak baginya.
Dalam Ensiklik Evangelium Vitae, Paus Yohanes Paulus II menegaskan
kembali ajaran gereja mengenai aborsi: saya mengeaskan bahwa aborsi langsung
dan diinginkan,artinya dilakukan dan diinginkan sebagai tujuan atau sebagai cara
merupakakn satu perbuatan immoral berat . dengan demikian menjadi jelas,bahwa
aborsi langsung apapun alasannya tidak dapat dibenarkan menurut moral. disamping
itu ada aborsi yang dianamakan aborsi eugenetika, yakni aborsi janin yang cacat
beranggapan lebih baik mati sebelum lahir dari pada menederita seumur hidup.
(Sumber: Diktat Kuliah Tentang Pengantar Moral Hukum Allah, Oleh: Dr.
Laurentius Tarpin,OSC, L.Th hlm18). Katekismus Gereja Katolik, Percetakan
Arnoldus, Ende 1995,art.2052-2557. Lihat edisi 1997 editio typical).
Beberapa saat setelah sel telur bersatu dengan sel sperma, maka disebut Zigot.
Zigot ini memulai perjalanan hidupnya dengan memulai bergerak maju melalui
saluran telur ibunya, sambil bernafas zat asam mengambil makanan dari dinding
Rahim ibunya. Rahim sudah melengkapi diri dengan lender dinding yang kaya akan
makanan yang dibutuhkan. Zigot sudah merupakan kehidupan tersendiri, tidak
pernah bagian dari ibunya. Dia sudah bersifat manusiawi dan akan berkembang
menjadi manusia tertentu, asal tidak gugur sebelumnya. Mengapa? Karena seluruh
pertumbuhan manusia yang mungil ini, yaitu pembelaan dan pelipat gandakaan selsel dan pembentukan organ-organ, tidak ditentukan oleh badan ibunya. Karena
seorang ibu hanya menyediakan ruang yang paling cocok dan makanan yang
dibutuhkan sesuai dengan pertumbuhan anaknya. Oleh karena janin bukan bagian
dari ibunya, maka sebutanya yakni buah kandungan2
Kelahiran bukan awal hidup manusia. Maka janin pun sudah bermartabat
sebagai citra allah. Ia disayang sang pencipta yang sudah memanggilnya sejak dalam
Rahim ibunya ( ayub 31,15;Mz 139,13-16;yer 1,5; lk 1,44). Oleh sebab itu, janin
yang ada dalam Rahim ibunya secara prinsipial bernilai sama dengan seorang
2
Konferensi walilgereja Indonesia, buku Allah penyayang kehidupan. (Jakarta: Konferensi walilgereja
Indonesia,1991), halaman.39.
masyarakat harus
menerima kehidupan manusia yang baru saja mulai tumbuh dalam Rahim seorang
ibu. Karena ia merupakan anggota masyarakat yang masih paling lemah dan belum
sanggup menggangkat suaranya untuk membela diri. Membunuh janin (buah
kandungan ) berarti membunuh dua yakni janin yang tidak sanggup melawan dan
suara hati dalam diri para pelaku itu sendiri (ibu Teresa dari calcuta)3
Sampai saat ini pengguguran secara formal dilarang oleh hukum yang berlaku di
Negara pancasila (KUHP,Buku kedua, bab XIX, pasal 346-349). Usaha mengubah
hukum ini belum berhasil walaupun terus diupayakan. Maka tidak mengherankan
jika kita digemparkan oleh peraturan pemerintah nomor 61 tahun 2014. Poin
kontroversialnya adalah melegalisasi aborsi dengan alasan pemerkosaan4. Maka oleh
sebab itu bagaimana tanggapan gereja katolik tentang hal itu. Dalam hal ini Gereja
Katolik dengan konsisten menolak aborsi. Berdasarkan pernyataan diatas UskupUskup diindonesia melalui Konferensi Wali Gereja Indonesia (kwi) telah
melayangkan pernyataan sikap atas penerbitan PP No.61/2014 tentang kesehatan
reproduksi.
Pernyataan sikap ini ditandatangani oleh ketua KWI Mgr. Ignasius Suharyo dan
sekretaris jenderal
Janin adalah makhluk yang lemah tak dapat membela diri, bahkan
tidak memiliki bentuk minimal pembelaan yakni dengan kekuatan
tangis dan air mata bayi yang dimiliki bayi yang baru lahir yang
menyentuh hati . (evangelium vitae no.58). pada hal allah adalah
adalah pembela kehidupan, terutama mereka yang lemah, miskin dan
tidak mempunyai pembela. Maka disini muncul prinsip vulnerability,
manusia yang kuat melindungi yang lemah.maka gereja memilih
untuk berpihak kepada mereka dan menegasakan untuk membela
kehidupan yang sudah diyakini ada sejak pembuahan.
Kitab hukum kanonik menegaskan,bagi mereka yang menganjurkan,
mendorong dan melakukan tindakan aborsi, sesuai dengan hukum
gereja, mereka terkena eskomunikasi latae sentetiae (KHK 1398).
Ekskomunikasi langsung atau otomatis5
Aborsi dalam Perspektif Hukum6
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau penguguran
janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah Abortus Provocatus
Criminalis. Yang menerima hukuman adalah:
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksanannya aborsi
Beberapa hukum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XIX
yang terkait adalah:
Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa
karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
5
6
Pasal 347
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
Kesimpulan
Kandungan seorang Ibu sepenuhnya ada dalam tanggung jawab ibu itu sendiri.
Hanya dia seorang yang dapat menentukan nasib diri dan kandungannya tanpa
campur tangan pihak manapun, kecuali tata perundang-undangan, ajaran agama, dan
nilai-nilai luhur mengenai hak asasi manusia yang berlaku dalam masyarakat. Baik
ibu maupun sang janin di kandungan memiliki hak yang sama untuk hidup. Si Ibu
tidak berhak memutuskan kehidupan janinnya dengan alas an apapun. Pemerkosaan
atau kehamilan yang tidak-diinginkan tidak dapat menjadi alasan yang cukup kuat
untuk melepaskan hak asasi untuk hidup bagi janin. Banyak jalan keluar lain dapat
ditempuh melalui dukungan moral dan materiil dari berbagai pihak, terutama
keluarga terdekat si ibu. Hukum Kristiani (Katolik) dan Hukum Undang-Undang
Pidana bertindak tegas bagi siapapun yang hendak memaksakan kehendak dan
merampas hak asasi hidup janin dan ibu.
Daftar Bacaan
Prayoga, Yohanes. Majalah Hidup, edisi 39. Tahun ke-68. 28 September 2014.
http://www.aborsi.org/