Vous êtes sur la page 1sur 16

ANALISIS BISNIS DAN VALUASI

PERTEMUAN 14

1. Christina Vania Sabrina

041314253004

2. Alfiana Fitri

041314253026

3. Dwi Koerniawati

041314253040

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014

Financial Distress dapat terjadi karena beberapa penyebab diantaranya:


1. Economic Failure yaitu keadaan dimana perusahaan tidak dapat menutup total biayanya
termasuk cost of capital.
2. Business Failure yaitu keadaan dimana bisnis yang menghentikan operasi dengan akibat
kerugian pada kreditur.
Contoh: perusahaan kesulita dalam memperoleh bahan baku karena terbatasnya bahan baku
yang yang ada, misalnya pada perusahaan furniture. Bahan baku kayu sulit untuk diperoleh
sehingga operasi perusahaan menjadi terhenti sehingga tidak dapat membayar hutang.
3. Technical Solvency terjadi dimana perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancarnya
ketika jatuh tempo. Jadi hal ini lebih pada masalah likuiditas sementara yang mungkin dapat
teratasi apabila perusahaan diberi wakti agak lama lagi untuk memenuhi kewajibannya.
Namun apabila hal ini merupakan awal dari kegagalan ekonomi maka ini dapat menjadi
financial distress.
Contohnya: kegagalan perusahaan memenuhi kewajiban L/C Impor
4. Insolvency in banckruptcy adalah suatu keadaan dimana perusahaan memiliki nilai buku
hutang yang melebihi nilai pasar dari total asetnya.
5. Legal bankruptcy adalah dimana perusahaan telah dikatakan bangkrut secara hukum
Tindakan pencegahan adalahlebih baik daripada mengatasi. Bila sejak awal perusahaan dapat
menganalisis dan menemukan signal warning adanya financial distress maka perusahaan
dapat melakukan merger atau akuisisi sehingga perusahaan dapat mengelola keuangannya
dengan baik.
Faktor-faktor internal yang dapat dianalisa antara lain melalui cash flow, degree of
indebtedness, debt service dan nilai Z-score. Sedangkan faktor-faktor eksternal akan
dianalisis melalui kerugian kurs dan bunga hutang L/C. Faktor eksternal lebih banyak
pengaruhnya terhadap terjadinya Financial Distress, terutama faktor kerugian kurs yang
sangat besar yang diakibatkan oleh dispute dengan kreditor, di mana kreditor berpedoman
pada peraturan pemerintah (Menko EKUIN) yang mengatur setiap perbankan nasional harus
mengkonversi hutang yang berbentuk dolar ke rupiah.
Perusahaan yang mengalami kondisi Financial Distress akan berusaha menangani masalah
Financial Distress dengan solusi antara lain melalui negosiasi dengan pihak bank dan
kreditor-kreditor lain. Maka untuk perusahaan yang diteliti, juga telah melakukan hal yang
sama, namun karena kedua belah pihak tidak mencapai suatu kesepakatan, akhirnya pihak
kreditor (Bank) menyerahkan kasus ini ke BPPN.
Adapun dampak dari financial distress antara lain: resiko yang terkandung dalam biaya

dari financial distress berdampak negatif bagi perusahan sebagai pengganti kerugian pajak
seiring dengan kenaikan hutang perusahaan, hubungan terhadap konsumen, pemasok,
karyawan dan kreditor menjadi rusak karena mereka ragu akan eksistensi perusahaan,
manajemen akan lebih fokus pada aliran kas jangka pendek dibandingkan kesehatan
perusahaan jangka panjang, biaya tidak langsung yang terkandung pada financial distress
akan lebih signifikan dibandingkan biaya langsung yang nyata seperti pembayaran untuk
pengacara, dan program untuk pemulihan kembali.
Pada saat perusahaan mengalami gejala, bahwa dia terserang sakit, maka kebijakan pun
diambil di antaranya adalah:

Aset dan Financial Restructuring

NoFinancial Restructuring
(Aset Restructuring)Dengan melakukan perancangan ulang pada struktur aset yang
dimiliki perusahaan. Kita telah mengetahui sebelumnya bahwa aset itu terdiri dari
current asset dan fixed asset. Dalam kondisi terjadi finansial distress, perusahaan
mencoba untuk melakukan pengurangan terhadap aset yang mereka miliki, atau
dengan kata lain mengubah struktur asetnya.. baik struktur current asset (aset lancar)
maupun fixed asset (aset tetapnya). Kita dapat melihat perubahan kondisi tersebut
dengan melihat pada rasio perusahaan yang berkaitan dengan aset, misalkan cash
ratio, current ratio, debt to Total Asset ratio, dll. Kalau perusahaan itu mengalami
Finansial Distress dan mencoba mengobatinya dengan Aset Restructuring, maka pasti
ada perubahan terhadap rasio yang berkaitan dengan asetnya.

Financial Restructuring
Sedangkan merestrukturisasi finansial, perusahaan akan fokus pada kolom passiva (liability
and acquity). Kalau tadi pada Aset Restructuring, perusahaan fokus pada aktiva (asset) maka
sekarang perusahaan pada financial restructuring berfokus pada passiva. Ketika perusahaan
melakukan hal ini, maka akan terjadi perubahan di dalam balance sheet berkaitan tentang
liabilitas dan ekuitas perusahaan. Perusahaan mengusahakan hutang, maka akan berpengaruh
pada liabilitas.. dan ketika perusahaan mengusahakan penjualan saham, maka akan
berpengauh pada ekuitas.
Asset Restructuring:
Selling major assets.
Reducing capital spending
Financial Restructuring:
Issuing new securities.
Negotiating with banks and other creditors.
Exchanging debt for equity.
Filing for bankruptcy.
1. Merger dan Akuisisi
a. Pengertian Merger dan Akuisisi
Ada beberapa pengertian mengenai merger:

Merger atau amalgamation, merupakan penggabungan bersama dua atau lebih


perusahaan menjadi satu bisnis menurut basis yang disetujui semua pihak oleh
manajemen perusahaan dan pemegang saham. Merger merupakan satu bentuk
pertumbuhan eksternal (external growth) yang meliputi perusahaan-perusahaan yang

melakukan ekspansi horisontal, vertikal atau konglomerasi (Christopher, 2006: 373).


Penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi satu perusahaan (Brigham, 2006:

377).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988 mendefinisikan merger
sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan
yang menggabungkan diri menjadi bubar.

Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) no 22 menyatakan bahwa merger


merupakan suatu proses penggabungan usaha, dengan jalan mengambil alih satu atau
lebih perusahaan yang lain. Setelah terjadi pengambilalihan, maka perusahaan yang
diambil alih dibubarkan atau dilikuidasi, sehingga eksistensinya sebagai badan hukum
lenyap, dengan demikian kegiatan usahanya dilanjutkan oleh perusahaan yang
mengambil alih.

Dari berbagai pengertian tentang merger di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
merger adalah suatu proses penggabungan dua perusahaan atau lebih dimana perusahaan
pengambil alih akan tetap berdiri sedangkan perusahaan yang diambil alih akan lenyap. Pihak
yang masih hidup dalam atau yang menerima merger dinamakan surviving firm atau pihak
yang mengeluarkan saham (issuing firm). Sementara itu perusahaan yang berhenti dan bubar
setelah terjadinya merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki
ukuran yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merger firm dialihkan ke
surviving firm. Perusahaan yang dimerger akan menanggalkan status hukumnya
sebagai entitas yang terpisah dan setelah merger statusnya berubah menjadi bagian (unit
bisnis) di bawah surviving firm. Dengan demikian merged firm tidak dapat bertindak hukum
atas namanya sendiri.
Akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), secara harfiah akuisisi
mempunyai makna membeli atau mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada
sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam teminologi bisnis, akuisisi dapat
diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu
perusahaan oleh perusaahaan lain (Muhammad Aji, 2010).
Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1998 tentang penggabungan,
peleburan dan pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan akuisisi sebagai perbuatan
hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau perseorangan untuk mengambil alih baik
seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya
pengendalian terhadap perseroan tersebut. Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK)
No.22 menyatakan bahwa akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan
oleh pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas
perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut. Kendali perusahaan yang dimaksud adalah
kekuatan untuk:

a. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.


b. Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
c. Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.
Pengendalian ini yang memberikan manfaat kepada perusahaan pengakuisisi. Akuisisi
berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas
hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri
dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakuisisi.
Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas saham-saham berhak suara
(voting stock) yang biasanya ditunjukan atas kepemilikan lebih dari dari 50 persen saham
berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa walaupun memiliki saham kurang dari jumlah
itu pengakuisisi juga dapat dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar
perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun dapat juga pemilik dari
51 persen tidak tau belum dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika dalam anggaran
dasar perusahaan menyebutkan lain. Akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan
induk (pengakuisisi) dan perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki
hubungan afiliasi.

Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi


Perusahaan mengambil kebijakan untuk merger atau mengakuisisi perusahaan lain didasarkan
pada berbagai alasan atau motif. Motif utama di balik merger perseroan menurut Eugene F.
Brigham (2006) yaitu:
1) Sinergi (synergy)
Kondisi dimana nilai keseluruhan lebih besar daripada hasil penjumlahan bagian-bagiannya.
Merger yang bersifat sinergistik, nilai perusahaan setelah merger lebih besar daripada
penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger.
2) Pertimbangan pajak
Pertimbangan pajak dapat mendorong dilakukannya sejumlah merger. Misalnya, perusahaan
yang menguntungkan dan termasuk dalam kelompok tarif pajak tertinggi dapat
mengambilalih perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian yang besar. Kerugian tersebut
dapat mengurangi laba kena pajak dan tidak ditahan untuk diguanakan dimasa depan. Merger
juga dapat dipilih sebagai cara untuk meminimalkan pajak dan menggunakan kas yang
berlebih.
3) Pembelian aktiva di bawah biaya pengganti
Kadang-kadang perusahaan diambilalih karena nilai pengganti (replacement value) aktivanya
jauh lebih tinggi daripada nilai pasar perusahaan itu sendiri. Nilai sebenarnya dari setiap
perusahaan adalah fungsi daya menghasilkan laba masa depannya, bukan biaya untuk
mengganti aktivanya. Jadi akuisisi harus berdasarkan nilai ekonomi dari aktiva yang
diakuisisi bukan atas biaya penggantinya.
4) Diversifikasi

Manajer berpendapat bahwa diversifikasi menstabilkan laba perusahaan sehingga bermanfaat


bagi pemiliknya. Akan tetapi pada perusahaan milik keluarga biasanya pemilik tidak mau
menjual sebagian saham yang dimilikinya untuk melakukan diversifikasi karena akan
memperkecil kepemilikan dan mengakibatkan kewajiban pajak yang besar atas keuntungan
modal. Jadi merger dapat menjadi jalan terbaik untuk mengadakan diversifikasi perorangan.
5) Insentif pribadi manajer
Beberapa keputusan bisnis banyak didasarkan pada motivasi pribadi daripada analisis
ekonomi. Tidak ada eksekutif yang akan mengakui bahwa egonya merupakan alasan utama
dibalik suatu merger, akan tetapi ego memegang peranan penting dalam banyak merger.
6) Nilai pecahan
Para analis mengestimasi nilai pemecahan suatu perusahaan, yang merupakan nilai masingmasing bagian dari perusahaan itu jika dijual terpisah. Jika nilai ini lebih tinggi dari nilai
pasar berjalan perusahaan, maka seorang spesialis pengambil alihan dapat mengakuisisi
perusahaan itu pada atau bahkan diatas nilai pasar berjalannya, dijual secara sepotongsepotong dan menghasilkan laba yang besar.
Merger, Konsolidasi, Akuisisi Merger, Konsolidasi, Akuisisi adalah beberapa macam usaha
yang ditempuh oleh perusahaan dalam rangka menambah capability untuk berjaya di kancah
Persaingan. Perusahaan-perusahaan yang melakukan di antara ketiga memiliki alasan untuk
meleverage kinerjanya sehingga perusahaan lebih mempunyai kecerdasan finansial. Ancaman
bankcrupty juga menjadi salah satu hal yang semakin meyakinkan perusahaan untuk
melakukan salah satu dari Merger, Konsolidasi, atau pun Akuisisi.
Perangkat lain Selain MKA (Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi).
Perangkat lain selain menggunakan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi adalah Melakukan
perancangan ulang pada Struktur Modalnya (Capital Structure) melalui usaha untuk
mengubah proporsi hutang terhadap ekuitas; Issuing New Securities (melalui Saham
(Stock); Melakukan Lobiying terhadap bank untuk membantu menyelesaikan kewajibanya.

Hutang merupakan salah satu pengungkit yang dapat menjadikan perusahaan


mendapatkan power booster yang dapat menjadikan perusahaan mendapat suntikan
capital untuk perkembangan usahanya. Perusahaan melakukan penambahan hutang
hal ini akan masuk pada kebijakan Struktur Modalnya karena melibatkan perubahan
pada proporsi hutang terhadap ekuitas.

Melakukan Lobi khusus bank untuk membantu menyelesaikan masalahnya, biasanya


ini dilakukan ketika perusahaan meminta kepada bank atau kreditor lain untuk
bersedia memperpanjang kontrak pengembalian pinjamanya. Ini masih berkaitan
dengan hutang, tetapi pada hal ini perusahaan menggunakan usaha untuk menego
waktu pengembalian diperpanjang, sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan
perusahaan dalam waktu dekat ini.

Saham merupakan solusi terakhir Setelah Hutang, perusahaan menerbitkan saham


untuk menambah perbendaharaan modal yang ada.. untuk memperbaiki struktur
modalnya. Mengapa saham merupakan kondisi/ solusi terakhir setelah Hutang?
karena risiko dari menerbitkan saham ke publik, berarti perusahaan itu sengaja
membuka rahasianya ke publik dan ini memiliki risiko jika rahasia itu diketahui oleh
pesaingnya.

Kembali lagi ke Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi (M,K,A).. Sebenarnya perusahaan


mempunyai pandangan tersendiri tentang usaha yang dilakukanya.. nah.. kapan pun dia bisa
melakukan ketika alternatif tersebut selama sudah memenuhi syarat tanpa harus
memperhitungkan untuk hutang atau untuk menerbitkan saham ke publik. Muatan Politik pun
bisa saja mewarnai keputusan satu diantara M,K,A. Karena keputusan itu sebenarnya
tergantung dari bagaimana perusahaan bisa mendefinisikan alternatif tersebut dengan baik
dan mengestimasi benefit yang akan diperoleh. Untuk mengetahui kenapa perusahaan mau
melakukan salah satu dari ketiga alternatif tersebut.. mari kita bahas hal tersebut satu per satu.
Merger
Merger: Penggabungan dua perusahaan yang ukuranya tidak sama dan hanya satu perusahaan
yang tetap survival. Perusahaan yang besar tetap survival sedangkan perusahaan yang kecil
melebur ke dalam perusahaan yang besar. Contohnya:

Bank Niaga (besar), Bank Lippo

Bank Danamon (besar), Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT
Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT
Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim Internasional

Konsolidasi

Konsolidasi: Penggabungan dua perusahaan atau lebih yang ukuranya relatif sama nenjadi
satu perusahaan baru. Misal:Perusahaan A dan Perusahaan B melakukan konsolidasi maka
muncul Perusahaan C sebagai hasil Konsolidasi. Contohnya: BBD, Bank Bapindo, Bank
Dagang Negara, Bank Exim melakukan konsolidasi menghasislkan Bank Mandiri.

Akuisisi
Akuisisi: Penggabungan dua perusahaan yang mana perusahaan akuisitor membeli sebagian
besar saham perusahaan yang diakuisisi, sehingga pengendalian manajemen perusahaan yang
diakuisisi berpindah kepada perusahaan akuisitor, sementara kedua perusahaan masingmasing tetap beroperasi sebagai suatu badan hukum yang berdiri sendiri.
Pengukuran Keberhasilan
Mengukur keberhasilan perusahaan yang melakukan Merger, Konsolidasi ataupun Akuisisi
adalah setelah perusahaan tersebut melalui masa-masa setelah keputusan ketiga hal di atas.
Untuk perusahaan yang melakukan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi bisa melakukan
pengukuran terhadap keberhasilan apa yang dilakukanya adalah setelah perusahaan
melakukan salah satu diantara ketiga hal itu. Tetapi kalau belum melakukannya dan
mengukur.. maka hasilnya masih penuh tanda tanya...karena kenyataan dilapangan setelah
M,K,A bisa saja berbeda.

Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per
Share)

Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer
pemasaran untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger

Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Captal Gain nya..

Contoh Merger
Contoh Satu: Merger Bank Lippo dan Bank Niaga
Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank Niaga... pada
tahun 2008. Ingat.. sifat dari merger adalah penggabungan antara dua perusahaan yang mana
yang satu mempunyai ukuran yang relatif lebih kecil daripada yang lainya... Antara Bank
Lippo dan Bank Niaga.. Keduanya bergabung untuk memperkuat posisinya di kancah
persaingan global.

Contoh Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo dan Bank Niaga
Mereka Menyetujui untuk menggabungkan perusahaan dengan kriteria Merger. Dari Merger
kali ini Perusahaan yang relative lebih kecil ukuranya adalah Bank Lippo.. sehingga bank
Lippo merelakan untuk diganti saham yang beredar dengan saham Bank Niaga... Dengan
demikian dengan harga tertentu yang telah disepakati mereka berdua.. tiap saham Bank Lippo
dihargai dengan harga tertentu sehingga mendapatkan nilai yang cocok untuk dibeli oleh
Bank Niaga.. Sehingga saham Bank Lippo berganti nama dengan Saham Bank Niaga..
Setelah kesepakatan keduanya.. Kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah nama mereka
after merger menjadi Bank CIMB Niaga..
Nah inilah hasil yang diharapkan dari Merger kali ini.. yaitu Leverage (Pengungkit) kekuatan
kedua Bank untuk menjadi satu dengan kekuatan yang baru serta more creating value bagi
CIMB Niaga. Kalau kita ingin mengetahui bagaimana kinerja mereka after (setelah) Merger,
maka kita dapat menggunakan beberapa metode yang sudah umum dikalangan manajer
perusahaan

Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)

Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran
untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger

Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Economic Gain nya..

Untuk melihat tentang keefektifan dari Merger suatu perusahaan, maka analis keuangan perlu
melakukan di antara tiga hal diatas.

Metode Earning Per Share


Kita lihat Laporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger. Mengapa mesti
melihat Laporan Keuanganya??? Nah.. baik.. saya jelaskan.. laporan keuangan suatu
perusahaan mengandung banyak informasi tentang perusahaan. Di dalamnya kita bisa
mengukura bagaimana sebuah perusahaan bisa berkembang dan bagaimana perusahaan akan
mengalami financial distress (gejala-gejala penyakit financial).
Nah... maka dari itu.. dalam metode ini kita mengukurnya dengan Earning Per Share
(Pendapatan Per Lembar Saham). Hal ini dapat diketahui dengan melihat Earning dibagi
dengan jumhlah lembar saham, dengan kalimat yang lebih jelas yaitu laba per lembar saham.

Pada sebuah penelitian mahasiswa univ.padjadjaran bahwa earnings per share Bank CIMB
Niaga setelah merger meningkat sebanyak 0.29842 poin dari Rp13.87444 menjadi
Rp14.17289. Artinya tiap lembar saham meninkat erningnya sebesar 0.29842 satuan.
Namun peningkatan ini tidak lebih besar signifikan secara statistik dengan t hitung (-0.07) t
tabel (1.761). Hal ini dimungkinkan karena pertambahan tidak terlalu banyak dan juga
adanya pertambahan jumlah saham beredar sebanyak 11.051.151.514 yang didapat dari
konversi saham.
Capital GainCapital gain Bank CIMB Niaga juga meningkat setelah merger sebanyak
2.8223867 poin dari 5.109399% menjadi 7.9317857%. Namun, hal ini tidak lebih besar
signifikan secara statistik dengan t hitung (-0.26) t tabel (1.761).Hal ini dimungkinkan
karena tidak banyaknya pertambahan dan harga saham yang fluktuatif.Debt to equity ratio
Bank CIMB Niaga setelah merger meningkat sebanyak 4.09958 poin dari 28.26778%
menjadi 24.16882%. Hal ini berkebalikan dengan hipotesis yang dibuat yaitu DER setelah
merger lebih kecil signifikan daripada sebelum merger.Hasil penelitian ini juga tidak
signifikan secara statistik dengan t hitung (-1.38) -t tabel (-1.761). Hal ini dimungkinkan

karena adanya pertambahan hutang Bank CIMB Niaga dari Bank Lippo melalui merger.
Kesimpulannya dari penelitian ini adalah EPS, capital gain dan DER meningkat setelah
merger
Market SharePada cara penilaian ini dibutuhkan marketer yang mengukur berapa market
share sebelum dan sesudah merger. Yaitu cakupan pasarnya apa ada peningkatan setelah
melakukan penggabungan atau malah mengalami penurunan.

Contoh dua: Bank Danamon Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank
Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank
International

dan

PT

Bank

Risjad

Salim

Internasional.

Sejarah Bank Danamon Sebelum Merger

Danamon didirikan pada tahun 1956 dengan nama Bank Kopra Indonesia. Nama ini
kemudian berubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia pada tahun 1976 sampai sekarang.
Pada tahun 1988, Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian adalah publik yang
terdaftar

di

Bursa

Efek

Jakarta.

Contoh Merger yang dilakukan oleh Bank Danamon, Bank Tamara, Bank Duta, Bank Tiara,

Bank Rama, Bank Nusa Internasional, Bank Pos Nusantara, Jaya Bank Internasional, dan
Bank RSI

Dalam membangun dari krisis keuangan Asia pada tahun 1998, Danamon ditempatkan di
bawah pengawasan Indonesia Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai Bank
Take Over (BTO). Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia, melalui BPPN merekapitalisasi
Danamon dengan Rp 32,2 triliun obligasi pemerintah. Dalam tahun yang sama (1999) PT
Bank PDFCI, BTO yang lain, digabung dengan Danamon sebagai bagian dari program
restrukturisasi BPPN.
Sebagai bagian dari paket merger, Danamon menerima rekapitalisasi kedua dari Pemerintah
melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun. sebagai surviving entity, Danamon muncul dari
merger sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.

Sejarah Bank Danamon setelah Merger pada tahun 2003


Metode EPS
EPS Bank Danamon meningkat 29,48 menjadi Rp 38,66 pada tahun 2000. Dengan melihat
hasil tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan meningkatkan laba dari 29,48 menjadi 38,66
per lembar sahamnya. Hal ini menandai kenaikan nilai perusahaan.

Cara menghitung efektifitas merger


Laba bersih Bank Danamon pasca merger melambung tinggi.

Contoh Konsolidasi

BBD (Bank Bumi Daya)

Bank Bapindo

Bank Dagang Negara

Bank Exim

Contoh Konsolidasi yang dilakukan oleh Bank Bumi Daya, Bank Exim, Bank Dagang
Negara, dan Bapindo

Mereka berempat melakukan konsolidasi dan berubah menjadi Bank Mandiri. Keempat Bank
tersebut mengalami kesulitan dalam mengentaskan permasalahan rumah tangga perusahaanya
saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Untuk menghentikan usahanya yang selama ini
mereka bangun pun merupakan hal yang sayang untuk dilakukan.. Salah satu hal yang dapat
dilakukan untuk dapat melakukan protect terhadap kemungkinan yang terjadi akibat krisis
adalah bersatu padu dengan bank yang lain dengan melakukan kerjama dalam bentuk
konsolidasi. Kerjasama dalam bentuk konsolidasi ini bisa terjadi ketika sekelompok
perusahaan yang mempunyai motif yang sama dalam meraih kehidupan baru bersama di
masa akan datang.
Konsolidasi keempat perusahaan ini terbukti berhasil dengan membuahkan Bank Mandiri
yang menjadi salah satu Bank besar di Indonesia yaitu Bank Mandiri.

Contoh Akuisisi

Contoh satu: Semen Padang yang diakuisisi oleh Semen Gresik.


Di dalam hal ini, pihak Semen Gresik melakukan pembelian terhadap sebagian besar Saham
Semen Padang sehingga, Semen Gresik memiliki kekuasaan terhadap manajemen perusahaan
Semen Padang. Tetapi operasi kedua perusahaan masih bediri sendiri-sendiri..

Contoh Akuisisi

Contoh dua: PT. HM Sampoerna yang diakusisi oleh Philip Morris


Sampoerna tetap melakukan kegiatan operasionalnya sendiri di Pabriknya yang ada di
Surabaya.. dan PM pun juga seperti itu. Tetapi Manajemen perusahaan Sampoerna
dikendalikan oleh PM sebagai konsekuensi dari akuisisi yang dilakukan. PM mengganti
Saham yang beredar Sampoerna dengan suatu harga dan menggantinya dengan saham PM.

Contoh Kasus Akuisisi

Vous aimerez peut-être aussi