Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu kedokteran forensik berhubungan dengan identifikasi manusia
yang hidup ataupun manusia yang telah meninggal. Identifikasi forensik
merupakan salah satu upaya membantu penyidik menentukan identitas
seseorang yang identitasnya tidak diketahui baik dalam kasus pidana
maupun kasus perdata. Penentuan identitas seseorang sangat penting bagi
peradilan karena dalam proses peradilan hanya dapat dilakukan secara
akurat bila identitas tersangka atau pelaku dapat diketahui secara pasti.
Identifikasi forensik dapat dilakukan dengan metode-metode antara
lain yaitu metode visual yang dilakukan dengan memperlihatkan korban
kepada anggota keluarga atau teman dekatnya untuk dikenali, pemeriksaan
dokumen, pemeriksaan perhiasan yang dikenakan korban, pemeriksaan
pakaian, identifikasi medis meliputi pemeriksaan dan pencarian data
bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, ras, jenis kelamin, warna rambut,
warna tirai mata, cacat tubuh/kelainan khusus, jaringan parut bekas
operasi/luka, tato (rajah), pemeriksaan gigi, pemeriksaan serologi, metode
eksklusi, identifikasi potongan tubuh, anatomi, penentuan ras, dan
identifikasi kerangka.
Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan
bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin,
perkiraan umur, tinggi badan, parturitas (riwayat persalinan), ciri-ciri
khusus,
deformitas,
dan
bila
memungkinkan
dapat
dilakukan
sama dan diambil dari sudut pemotretan yang sama. Dengan demikian
dapat dicari adanya titik-titik persamaan.
Kata Kunci: Identifikasi forensik, superimposisi.
1.1.
Tujuan
Tujuan dalam pembuatan referat ini ialah:
a. Menjelaskan jenis-jenis teknik identifikasi forensik.
b. Menjelaskan teknik superimposisi
identifikasi forensik.
BAB II
dan penggunaannya
dalam
TINJAUANPUSTAKA
2.1. Teknik Identifikasi Forensik
2.1.1. Pengertian dan Peran Identifikasi Forensik
Teknik identifikasi forensik merupakan upaya yang
dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan
identitas seseorang. Menentukan identitas personal dengan tepat
amat penting dalam penyidikan karena adanyta kekeliruan dapat
berakibat fatal dalam proses peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama
pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak,
hangus terbakar, dan pada kecelakaan masal, bencana masal, atau
huru-hara yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan
tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga
berperan dalam beberapa kasus, antara lain seperti penculikan
anak, bayi yang tertukar atau diragukan orang tuanya.
Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode
sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi,
serologi, dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula
metode identifikasi DNA.
2.1.2. Jenis-jenis Identifikasi Forensik
1. Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari
antemoftem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan
yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.
Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap
jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan
pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.
2. Metode Visual
Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur,
tingi badan, kelainan pada tulang, dan sebagainya.
6. Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang
yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan
pencetakan gigi dan rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah,
bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi, dan sebagainya.
Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan
gigi yang khas. Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara
membandingkan data temuan dengan data pembanding antemortem.
7. Pemeriksaan Serologik
Pemeriksaan serologi betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.
Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat
dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku, dan tulang. Saat ini telah dapat
dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasinya sangat tinggi.
8. Metode Eksklusi
Metode ini digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah
orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara,
kapal laut, dan sebagainya.
Bila sebagian 20 besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan
menggunakan metode indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban
tidak dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut diatas, maka sisa
korban diindentifikasi menurut daftar penumpang.
9. ldentifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)
Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan jaringan
berasal dari manusia atau hewan. Bilamana berasal dari manusia, ditentukan
apakah potongan-potongan tersebut dari satu tubuh.
Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan, dan
keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, serta cara
pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.
Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat
digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara
makroskopik, mikroskopik, dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigenantibodi (reaksi presipitin).
Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemeriksaan makroskopik dan
harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan
kromatin seks wanita, seperti drumstick pada leukosit dan badan Barr pada
sel epitel serta jaringan otot.
10.ldentifikasi Kerangka
Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa
kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan
umur, dan tinggi badan, ciri-ciri khusus dan deformitas serta 21 bila
memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda-tanda
kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian. Perkiraan saat
kematian dilakukan dengan memperhatikan kekeringan tulang.
Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan
identifikasi dengan membandingkan data antemortem. Bila terdapat foto
terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode
superimposisi, yaitu dengan jalan menumpukkan foto Rontgen tulang
tengkorak diatas foto wajah orang tersebut yang dibuat berukuran sama dan
diambil dari sudut pengambilan yang sama, dengan demikian dapat dicari
adanya titik-titik persamaan.
11. Pemeriksaan Anatomik
Pemeriksaan Anatomik dapat memastikan bahwa kerangka yang diperiksa
tersebut adalah kerangka manusia. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila
hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan serologi reaksi presipitin dan histologi fiumlah dan diameter
kanal-kanal havers.
12.Penentuan Ras
Penentuan ras dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada
tengkorak, gigi geligi, tulang panggul, atau lainnya. Arkus zigomatikus dan
gigi insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke
arah ras Mongoloid.
Superimposisi
dentis
ialah
teknik
identifikasi
seseorang
yang
membandingkan antara gambaran gigi orang yang hilang atau yang diidentifikasi
dengan pola gigi pada jenazah tersebut. Teknik identifikasi ini adalah prosedur
yang umum digunakan pada praktek utin odontology forensik
a. Kraniofasial Superimposisi
1) Pengenalan tentang teknik identifikasi manusia dan Kedokteran Forensik.
2) Dasar-dasar dari Metode Identifikasi Superimposisi Kraniofasial
3) Sejarah Superimposisi Kraniofacial mengenai perangkat teknis pendukung
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.2.
Metode Sidik
jari
Latar belakang
Ilmu kedokteran forensik
Identifikasi
kerangka
Identifikasi
medik
Identifikasi
Pemeriksaan
Superimpos
Pemeriksaan
potongan
Metode
serologi
Penentuan
Anatomi
ed Ras
gigi
2.4. Superimposisi
2.4.1. Pengertian
2.4.2. Tujuan
2.4.3. Jenis-jenis
2.4.3.1. Superimposisi dental
2.4.3.1.1. Pengertian
2.4.3.2.1. Teknik
2.4.3.2. Superimposisi Frontal
2.4.3.2.1. Pengertian
2.4.3.2.1. Teknik
2.4.3.3. Superimposisi Maksila-fasial
2.4.3.3.1. Pengertian
2.4.3.3.2. Teknik
BAB III SIMPULAN
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
SUPERIMPOSISI
A. Definisi Superimposisi
Superimposisi adalah suatu system pemeriksaan untuk menentukan
identitas seseorang dengan membandingkan koban semasa hidupnya
dengan tengkorak yang ditemukan. Teknik superimposisi dibagi menjadi
superimposisi dentis, dan superimposisi maksilo-fasial.
B. Sejarah superimposisi
Pada tahun 1883,
teknik
superimposisi
digunakan
untuk
foto
superimposisi video. Metode ini juga dimodifikasi oleh Leopold pada tahun
1978, yang menggunakan sebuah kamera berformat besar dan layar proyeksi
antara tengkorak dan kamera.
Teknik modern dikembangkan dan teknik yang lebih tua
dimodifikasi, dengan perkebangan dari monitor video dan kompositor animasi
video. Clyde Snow adalah peneliti Amerika pertama yang dapat menggunakan
kamera video untuk superimposisi fotografi. Metode ini mencakup dua
kamera video yang mengambil gambar tengkorak. Fotograf kemudian dikirim
ke sebuah kompositor video animasi. Intensitas dari gambar dapat bervariasi
dan kendali proporsi dapat diperloeh. Sebagai teknik yang sudah
dikembangkan bertahun-tahun, teknik ini menjadi tidak penting daripada
masalah utama untuk akuraasi penccokan antara tengkorak dan sebuah
fotograf. Penting sekali mengetahui bahwa superimposisi bukan hanya
mencoba mencocokan tengkorak ke dalam kepala individu, tetapi usaha untuk
menilai kecocokan antara tengkorak ke sebuah fotograf wajah.
Bajnocky dan Kiralyfalvi mengembangkan sebuah teknik yang
menggunakan sebuah metode berbasis komputer untuk mengecek hasil dari
superimposisi. Pada sebuah penelitian, satu tengkorak dan dua fotograf
digunakan untuk perbandingan. Satu fotograf adalah orang dari tengkorak asal
dan fotograf lainnya adalah individu yang penampilannya mirip dengan
penampilan kasus fotograf. Perbandingan kesamaan digunakan pada poin
yang ditandai pada tengkorak, fotograf, dan monitor untuk kondisi sebelum
dan sesudahnya. Pada prinsipnya, penelitian yang dibuat menggunakan
penanda tengkorak, wajah dan monitor untuk menilai baiknya kecocokan
antara penanda tengkorak, wajah, dan monitor untuk menilai seberapa baiknya
penanda yang dicocokan dengan superimposisi.
Nickerson
et
al
meneliti
beragam
metode
superimposisi
dari
penyocokan antara fotograf gigi dengan tengkorak jauh lebih mudah dan
lebih akurat. Jika rangka gigi tersedia, usaha untuk menyocokannya dengan
catatan gigi sebelum kematian dapat dilakukan. Namun demikian, pada
banyak kasus tidak ada data tentang rangka gigi yang tersedia dan
superimposisi fotografik pada bagian anatomi lain digunakan dalam teknik
penyocokan.
Banyak dari penelitian yang mengukur keakuratan dan validitas
dari teknik ini. Satu dari peneliti pertama adalah pada orang keturunan
Amerika yang dilakukan pada awal 1990 oleh Austin-Smith dan Maples, yang
menemukan kesempatan dari identifikasi untuk memberikan hasil false positif
menggunakan foto lateral sebesar 9,6% dan menggunakan foto anterior yaitu
sebesar 8,5%. Namun demikian, penggunaan keduanya meningkatkan akurasi
hingga penurunan sebesar 0,6% pada false positif.
Aulsebrook et al menyatakan menyatakan bahwa superimposisi
foto tengkorak seharusnya digunakan sebagai tambahan untuk teknik
identifikasi lainnya. Mereka juga mensitasi dari Der Vores yang menyatakan
bahwa
superimposisi
foto
tengkorak
harusnya
digunakan
untuk