Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Angka kejadian diare yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain kesehatan lingkungan, dalam hal ini terkait kondisi sanitasi makanan
dan sanitasi lingkungan seperti penye-diaan air bersih dan pengolahan air
limbah, serta keadaan gizi balita, faktor sosial ekonomi dan minimnya kesadaran
masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan oleh pen-yakit diare.
Penyakit diare di NTT menempati urutan ketiga dari seluruh penyakit yang
dialami oleh penderita rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan serta merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit untuk golongan umur bayi dan
balita (Dinkes RI, 2003). Tahun 2003 angka morbiditas diare sebanyak 9.665
orang dan tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 4.912 orang. Tetapi pada
tahun 2005 meningkat kembali menjadi 9.999 orang (Dinkes Kota Kupang,
2006).
Kelurahan Oesapa merupakan salah satu kelurahan yang termasuk dalam
wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang. Berdasarkan Laporan Bulanan (LB I)
Puskesmas Pasir Panjang tahun 2004, penyakit berbasis lingkungan yang
mendu-duki posisi tertinggi adalah penyakit diare dengan jumlah kasus sebesar
1849 kasus, dimana dari total pasien yang berkunjung 1016 kasus atau 54,95%
penderitanya adalah anak balita. Tahun 2005 penyakit diare meningkat lagi
menjadi 2731 kasus.
Rumusan masalah yang dikaji dalam penulisan ini adalah apakah ada
hubungan antara sanitasi makanan dan lingkungan dengan kejadian diare balita
di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang Tahun 2006.
Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan
antara sanitasi makanan dan lingkungan dengan kejadian diare balita di
Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang Tahun 2006.
Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk: (1) Mengetahui pengolahan
makanan masyarakat di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota
Kupang; (2)Mengetahui penyediaan air bersih masyarakat di Kelurahan Oesapa
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang; (3)Mengetahui peng-olahan air limbah
masyarakat di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang;
(4)Mengetahui hubungan antara pengolahan makanan dengan kejadian diare
balita; (5)Mengetahui hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian
diare balita; (6)Mengetahui hubungan antara pengolahan limbah dengan
kejadian diare balita.
Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan adalah suatu pencegahan yang menitik beratkan pada
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman
dari segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan mulai dari sebelum
makanan diproses, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, pen-yajian sampai pada makanan dan minuman itu dikonsumsi
oleh masyarakat. Penyelenggaraan sani-tasi makanan bertujuan untuk
menyingkirkan resiko terkontaminasi oleh mikroorganisme pada tahap-tahap
yang berbeda dalam produksi dan pemprosesan makanan (Bress,1995).
Agar sanitasi makanan terjamin, diperlukan pengolahan makanan secara
saniter. Persyaratan pengo-lahan makanan yang saniter, teruta-ma dalam
jasaboga menurut Mukono (2000) terbagi atas enam.
Persyaratan Untuk Tenaga Pengolah Makanan
Hubungan Antara Sanitasi Makanan Dan Lingkungan Dengan Kejadian Diare Balita
Hubungan Antara Sanitasi Makanan Dan Lingkungan Dengan Kejadian Diare Balita
dengan tinja penderita. Dalam Depkes RI, 2003, terdapat beberapa perilaku yang
dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko
terjadinya diare, yaitu (1)Tidak mem-berikan air susu ibu (ASI) secara penuh
pada 6 bulan pertama kehidupan; (2)Menggunakan botol susu; (3)Menyimpan
makanan masak pada suhu kamar; (4)Meng-gunakan air minum yang tercemar;
(5)Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar (BAB) dan sesudah
membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak; (6)Tidak
membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.
Faktor Pejamu
Beberapa faktor pada pejamu dapat meningkatkan insiden, bebe-rapa
penyakit dan lamanya diare, seperti: (1)Tidak memberikan ASI sampai dua
tahun, padahal ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi dari kuman
penyebab penyakit diare: shigella; (2)Kurang gizi; (3Diare dan disentri sering
terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak
dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh
pende-rita; (4)immunodefisiensi/immunosu-presi. Keadaan ini mungkin berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin
berlangsung lama seperti pada penderita AIDS. Pada anak immuno-supresi
berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin
berlangsung lama. (5)secara proporsional diare lebih banyak pada golongan
balita (55%).
Hubungan Antara Sanitasi Makanan Dan Lingkungan Dengan Kejadian Diare Balita
resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat
yang sama (Pratiknya,2001).
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki balita, yang
berada di Kelurahan Oesapa yang tercatat sejak September 2004 sampai
September 2995 yaitu sejumlah 1.134 orang. Sedangkan sampel diambil secara
acak (simple random sample) yaitu setiap anggota unit dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002).
Penentuan besar sampel meng-gunakan rumus Cohcran, yaitu
n
nf = 1+ n/N
n = Z2. p.q
d2 (Rudiansyah, 1991)
Keterangan :
nf : besar sampel
n : besar sampel sebelum dikoreksi
N : besar populasi = 1.134
P : perkiraan proporsi (prevalensi) penyakit atau paparan pada populasi. Bila
proporsi tidak diketahui maka digunakan 50% (0,5).
q :1p
Z : 1,96 (didapat dari convidence interval 96%)
d : degree of reability = 10% = 0,1
n = (1,96)2 . 0,5 . 0,5
(0,1)2
= 0,9604
0,01
= 96,04
nf
96,04
1+ 96,04
1.134
= 88,54
= 89
Variabel Terikat
Variabel terikat dari penelitian ini adalah Kejadian diare.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota
Kupang, mulai bulan Januari sampai Februari 2006.
HASIL
Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu balita di Kelurahan Oesapa
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Jumlah responden seluruhnya sebanyak
89 orang dengan karakteristik yang berbeda.
Tabel 1. Distribusi Responden Berda
sarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SLTP
SMU
Perguruan Tinggi
Total
Jumlah
3
25
31
26
4
89
%
3.4
28.1
34.8
29.2
4.5
100
Jenis
kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Kejadian diare
Bukan
penderita
%
n
%
10.6
42
89.4
4.8
40
95.2
7.9
82
92.1
Penderita
n
5
2
7
Jumlah
N
47
42
89
%
52.8
47.2
100
Berdasarkan Tabel 2, dapat lihat bahwa dari total 89 sampel, 47 balita atau
52,8% diantaranya adalah laki-laki dan balita perempuan sebanyak 42 orang
atau 47,2%. Jadi jumlah sampel balita laki-laki lebih banyak dari balita
perempuan.
Tabel 3. Distribusi Sampel Berda-
Hubungan Antara Sanitasi Makanan Dan Lingkungan Dengan Kejadian Diare Balita
Kejadian diare
Bukan
Penderita
penderita
n
%
n
%
4
17.4
19
82.6
1
4.0
24
96.0
1
3.8
25
96.2
1
6.7
14
93.3
7
7.9
82
92.1
Jumlah
N
23
25
26
15
89
%
25.8
28.1
29.2
16.9
100
Kejadian diare
Penderita
Bukan penderita
n
%
n
%
4
25.0
12
75.0
3
4.1
70
95.9
7
7.9
82
92.1
N
16
73
89
Jumlah
%
18.0 9
82.0
100
10
Hubungan Antara Sanitasi Makanan Dan Lingkungan Dengan Kejadian Diare Balita
dalam tanah. Demikian juga di sekitar sumur gali, tidak terdapat SPAL sehingga
air langsung meresap kembali ke dalam tanah.
Hubungan Antara Variabel
Hubungan antara pengolahan makanan dengan kejadian diare balita diuji
dengan uji statistik Fishers Exact, pada Tabel 4. Hubungan antara penyediaan
air bersih dengan kejadian diare balita dapat ditentukan dengan menggunakan
uji statistik Fishers Exact disajikan pada Tabel 5 dan hubungan antara
pengolahan air limbah dengan kejadian diare balita terhadap 89 sampel
penelitian ditentukan dengan uji statistik Fishers Exact dapat dilihat pada Tabel
6.
Hasil analisis statistik pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai = 0,343 (
0,05) sehingga Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara pengolahan
makanan dengan kejadian diare balita.
Berdasarkan hasil analisis statistik hubungan antara penye-diaan air bersih
dengan kejadian diare balita pada Tabel 5, menunjukkan bahwa nilai = 1,000 (
0,05) sehingga Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara penyediaan
air bersih dengan kejadian diare balita.
Berdasarkan hasil analisis statistik hubungan antara pengolahan air limbah
dengan kejadian diare balita pada Tabel 6, menunjukkan bahwa nilai = 0,018 (
0,05) sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan antara pengolahan
makanan dengan kejadian diare balita.
Sedangkan untuk hubungan keeratan/kuatnya hubungan antara pengolahan
air limbah dengan kejadian diare balita adalah sebesar 0.289 yang berarti
mempunyai hubungan yang sedang.
PEMBAHASAN
Hubungan antara Pengolahan Makanan dengan Kejadian Diare Balita
Manusia dan mahluk hidup lainnya memerlukan makanan untuk
kelangsungan hidupnya. Makanan yang dikonsumsi terdiri dari bermacam zat
gizi yang terkandung di dalamnya. Agar makanan sehat, makanan harus
terbebas dari kontaminasi seperti debu dan binatang (kecoak,tikus,lalat,dan lainlain). Makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan penyakit (food borne
disease), salah satunya adalah diare.
11
12
Hubungan Antara Sanitasi Makanan Dan Lingkungan Dengan Kejadian Diare Balita
Penelitian Toyo (2005) menunjukkan bahwa resiko kejadian diare balita yang
keadaan tempat penampungan airnya kotor 4,96 kali lebih besar daripada
keluarga yang tempat penampungan air bersihnya baik dan tertutup.
Bila sumber penyediaan air bersihnya memenuhi syarat tapi bila
penyimpanannya tidak baik, maka akan meningkatkan risiko diare. Sebaliknya
bila penyediaan air bersih tidak baik tetapi kondisi ketahanan tubuh balita baik,
maka akan mengurangi risiko terjadinya diare. Selain itu juga perilaku responden
juga mempengaruhi kejadian diare. Berdasarkan penelitian walaupun
penyediaan air bersih masyarakat kelurahan Oesapa tidak memenuhi syarat,
tetapi pada pengolahannya air tersebut direbus/dimasak sampai mendidih
terlebih dahulu sebelum digunakan untuk air minum. Hal ini yang dapat
membantu mematikan kuman patogen dalam air.
Hubungan antara Pengolahan Air Limbah dengan Kejadian Diare Balita
Air limbah merupakan air buangan yang volumenya mencapai 80% dari air
yang digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari. Air limbah yang tidak dibuang
pada tempat penampungan/ saluran air limbah dapat mencemari lingkungan
sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa masya-rakat umumnya
tidak memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL), baik yang berasal dari
rumah maupun disekitar sumur gali sehingga dapat mencemari sumber air bersih
yang ada. Seperti yang terdapat dalam Andi Aziz Masnah (2002) dalam Astyani
(2005) dinyatakan bahwa sumber airminum dan air permukaan tanah yang telah
tercemar akibat pengelolaan air limbah yang tidak baik akan menjadi temapt
berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor penyebab penyakit. Pada tabel 6
yang menggambarkan hasil penelitian, balita dengan pengolahan air limbah baik
4 orang (25%) menderita diare dan 12 (75%) tidak menderita diare. Sedangkan
balita dengan pengo-lahan air limbahnya tidak baik, 3 orang (4,1%) menderita
diare dan 70 (95,9%) tidak menderita diare. Hasil analisis statistik menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara pengolahan air limbah dengan kejadian
diare balita dengan tingkat keeratan hubungan sedang.
Hasil penelitian Astyani (2005) juga menyatakan bahwa adanya hubungan
yang bermakna antara pengolahan air limbah dengan kejadian diare balita.
Penelitian yang dilakukan oleh Benufifnit (2005) juga menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara ketersediaan dan kondisi pembuangan air
limbah dengan kejadian diare balita.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: (1)Pengolahan maka-nan masyarakat di
Kelurahan Oesapa sebanyak 5 responden (5,6%) memenuhi syarat dan 84
responden (94,4%) tidak memenuhi syarat; (2)Penyediaan air bersih masyarakat
di Kelurahan Oesapa sebanyak 23 responden (25,8%) memenuhi syarat dan 66
responden (74,2%) tidak memenuhi syarat; (3)Pengolahan air limbah masyarakat di Kelurahan Oesapa se-banyak 16 responden (18%) memenuhi syarat dan
84 responden (82%) tidak memenuhi syarat; (4)Tidak ada hubungan antara
pengolahan makanan dengan kejadian diare balita di Kelurahan Oesapa
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang ( = 0,343 , 0,05), artinya balita
dengan pengolahan makanan yang memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi
syarat mempunyai peluang yang sama dalam kejadian diare; (5)Tidak ada
hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare balita di
13
14