Vous êtes sur la page 1sur 14

KASUS 1

Topik

: Decompression Sickness (Caisson Disease)

Presenter

dr. Muhammad Hasianta Utama Siregar

Tanggal (kasus)

: 24 Mei 2015

Pendamping

dr. Nila Mulyani

Pembimbing

dr. Minar Mushari, Sp.S

Tanggal Presentasi

: 07 0ktober 2015

Tempat presentasi

: Aula RSUD Kota Sabang

Obyektif Presentasi

Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan Pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi

Laki-Laki, 34 tahun mengalami kelumpuhan di kedua tungkai kaki bawah dan nyeri perut sehabis menyelam .

Tujuan

1.

Mampu menegakkan diagnosis Decompression Sickness dengan cepat.

2.

Mampu membedakan tipe Decompression Sickness menurut Tanda dan gejala.

3.

Mengetahui prinsip penatalaksanaan Decompression Sickness.

4.

Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul dari Decompression Sickness.

5.

Mengetahui tata cara penggunaan terapi HBOT pada pasien Decompression Sickness

Bahan Bahasan

Tinjauan Pustaka

Cara Membahas

Diskusi

Data Pasien

Nama Klinik

: RSUD Kota Sabang

Data utama untuk bahan diskusi

1. Diagnosis / Gambaran Klinis

Riset

Presentasi & Diskusi


Nama

No. Telp :

Kasus

Audit

Email

Pos

Tn. Syahril

No. Registrasi : 00028392015

Terdaftar Sejak : 24 Mei 2015.

OS adalah pasien rujukan dari RSAL Sabang datang pada tanggal 24 Mei 2015 pukul 21.30 wib .Dengan keluhan anggota gerak tungkai bagian bawah tidak bisa di

gerakkan sama sekali (+) .Pusing (-),Pasien mengeluh nyeri perut (+) di seluruh lapangan abdomen (+) dan perut terasa kembung (+).Hal ini dialami pasien setelah
pasien menyelam tanpa menggunakan alat standart bantu menyelam dan hanya menggunakan selang berisi udara yang di aliri dari compressor pada kedalaman
sekitar 14 meter (menurut pengakuan OS),kemarin malam di daerah sekitar laut Pulau Aceh.Pasien telah mendapat terapi HBOT/RUBT (chamber) di RSAL
Sabang (+).Setelah selesai di chamber pasien mengeluarkan BAK (+) urine bercampur dengan darah dengan volume 900cc BAB (+) Normal
2. Riwayat Pengobatan

Pasien sempat dirawat di RSAL Sabang Dan mendapat terapi HBOT selama 5 jam,sebelum akhirnya dibawa ke UGD RSUD Kota Sabang.
3. Riwayat Penyakit

Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit Dekompression Sickness sebelumnya.


4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat menderita penyakit Decompression Sickness di keluarga disangkal.


5. Riwayat Pekerjaan

Pasien adalah seorang Nelayan tradisional


6. Lain-lain :
Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang : merupakan anak ke 1 dari 4 bersaudara, lahir ditolong dukun beranak, dan riwayat imunisasi tidak lengkap.
7. Pemeriksaan :
I.

STATUS PRESENT (Pukul 21.30 WIB)


1.

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang.

2.

Kesadaran

: Compos Mentis.

3.

Vital sign
Tekanan darah

: 110 / 70 mmHg.

Nadi

: 76 x/menit (regular, lemah).

Frekuensi nafas

: 20 x/menit.

Temperatur

: afebris.

II. STATUS GENERALISATA


A. Kulit
Warna

: sawo matang.

Turgor

: kembali cepat.

Ikterik

: (-).

Pucat

: (-).

Sianosis

: (-).

Edema

: (-).

B. Kepala
Bentuk

: kesan normocephali,

Rambut

: berwarna hitam, sukar dicabut.

Mata

: cekung (-); refleks cehaya (+/+); konj. palpebrae anemis (-/-); sclera ikterik (-/-).

Telinga

: sekret (-/-); perdarahan (-/-).

Hidung

: sekret (-/-); perdarahan (-/-); NCH (-/-).

C. Mulut
Bibir

: sianosis (-); pucat (-); tanda perdarahan (-).

Gigi geligi

: karies (-).

Lidah

: beslag (-); tumor (-).

Mukosa

: basah (+); abses (-).

Tenggorokan

: tonsil dalam batas normal.

Faring

: hiperemis (-).

D. Leher
Bentuk

: kesan simetris.

Kel. Getah bening

: pembesaran (-/-)

Peningkatan TVJ

: R-2 cmH2O

E. Axilla

: pembesaran kelenjar getah bening (-/-)

F. Thorax
1. Thorax anterior
Inspeksi
Bentuk dan gerak

: normochest, pergerakan simetris.

Tipe pernapasan

: thorako-abdominal.

Retraksi

: (-)

Jaringan parut

: (-)

Palpasi
Stem Fremitus
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah

Paru Kanan
Normal
Normal
Normal

Paru Kiri
Normal
Normal
Normal

Perkusi
Paru Kanan
Sonor
Sonor
Sonor

Lapangan paru atas


Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah

Paru Kiri
Sonor
Sonor
Sonor

Auskultasi
Suara Pokok
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah

Paru Kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler

Paru Kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler

Suara Tambahan
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah

2. Thorax belakang
Inspeksi
Bentuk dan gerak

: normochest, pergerakan simetris.

Tipe pernapasan

: thorako-abdominal.

Retraksi

: (-)

Palpasi
Stem Fremitus
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah

Paru Kanan
Normal
Normal
Normal

Paru Kiri
Normal
Normal
Normal

Paru Kanan
Sonor
Sonor

Paru Kiri
Sonor
Sonor

Perkusi
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah

Paru Kanan
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)

Paru Kanan
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)

Lapangan paru bawah

Sonor

Sonor

Auskultasi
Suara Pokok
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah

Paru Kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler

Paru Kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler

Suara Tambahan
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah

G. Jantung
Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm lateral linea midclavicula sinistra.

Perkusi

: batas atas

: ICS

batas kanan : ICS parasternalis dextra.


batas kiri
Auskultasi

: ICS V, 2 cm lateral linea midclavicula sinistra.

: HR : 76 x/menit; regular; bising (-); BJ I : terdengar tunggal; BJ II : terdengar split.

H. Abdomen
Inspeksi

: kesan simetris, distensi (-).

Palpasi

: distensi abdominal (-); nyeri tekan (-); lien tidak teraba; hepar tidak teraba.

Perkusi

: timpani (+) seluruh lapangan abdominal; shifting dullness (-); nyeri ketok ginjal (-/-).

Auskultasi

: peristaltik usus (+) normal.

I.

Genitalia

: . tidak dilakukan pemeriksaan.

J.

Anus

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Paru Kanan
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)

Paru Kanan
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)

K. Ekstremitas
Ekstremitas
Sianotik
Edema
Ikterik
Gerakan
Tonus otot
Atrofi otot
Sensibilitas

Superior
Kanan
(-)
(-)
(-)
aktif
normotonus
(-)
normal

Kiri
(-)
(-)
(-)
aktif
normotonus
(-)
normal

Inferior
Kanan
(-)
(-)
(-)
(-)
normotonus
(-)
normal

Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
normotonus
(-)
normal

III. STATUS NEUROLOGIS


A. Keadaan Umum
1.

Sensorium

: compos mentis (GCS 15)

2.

Tanda TIK

: sakit kepala (-); muntah (-); kejang (-).

3.

Lateralisasi

: (-).

B. Rangsangan Meningeal
1.

Kaku kuduk

: (-)

2.

Brudzinski I

: (-)

3.

Brudzinski II

: (-)

4.

Brudzinski III

: (-)

5.

Brudzinski IV

: (-)

6.

Kernig

: (-)

C. Rangsangan Radikuler
1.

Laseque

: (-/-)

2.

Cross laseque

: (-/-)

3.

Lhermitte test

: (-/-)

D. Nervus Cranialis
1.

N. I (Olfactorius)

2.

N. II (Opticus)

3.

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Refleks pupil

: direct (+/+); indirect (+/+).

Tes konfrontasi

: tidak dilakukan pemeriksaan.

N. III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducens)


Gerakn bola mata : dalam batas normal.
Ptosis

: (-/-)

4.

N. V (Trigeminus)

: refleks kornea (+/+); refleks masseter (-/-).

5.

N. VII (Facialis)

6.

Sensorik

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Motorik

: kerut kening (+/+); menutup mata (+/+); sudut mulut dalam batas normal.

Refleks

: refleks glabella (-); reflex stapedial (-).

N. VIII (Vestibulocochlearis)
Keseimbangan

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Pendengaran

: tidak dilakukan pemeriksaan.

7.

8.

9.

N. IX, X (Glossopharyngeus, Vagus)


Refleks menelan

: (+)

Refleks batuk

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Refleks muntah

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Gerakan uvula

: (+), normal; deviasi (-)

N. XI (Accessorius)
Kekuatan m. sternocleidomastoideus

: (+/+)

Kekuatan m. trapezius

: (+/+)

N. XII (Hypoglossus)
Menjulurkan lidah

: ( + ), deviasi ( -)

Menggerakkan ke lateral

: (+)

Fasikulasi

: (-)

Atropi

: (-)

E. Refleks Fisiologis
1.

Biceps

: (+)/(+)

2.

Triceps

: (+)/(+)

3.

KPR

: (-)/(-)

4.

APR

: (-)/(-)

F. Refleks Patologis
1. Babinski

: (-)/(-)

2. Oppenheim

: (-)/(-)

3. Chaddock

: (-)/(-)

4. Gordon

: (-)/(-)

5. Scaeffer

: (-)/(-)

6. Rossolimo

: (-)/(-)

7. Hoffman-Trommer

: (-)/(-)

G. Kekuatan Otot
1.

Ekstremitas Superior Dextra

55555

55555

55555

2.

Ekstremitas Inferior Dextra

00000

Ekstremitas Superior Dextra

Ekstremitas Superior Sinistra

3.

Ekstremitas Superior Sinistra

55555

00000

00000

4.

Ekstremitas Inferior Sinistra

00000

Ekstremitas Inferior Dextra

Ekstremitas Inferior Sinistra

H. Fungsi Kortikal
1.

Atensi / konsentrasi

: (+)

2.

Disorientasi

: (-)

3.

Bahasa

: (+)

5.

Memori

: (+)

6.

Gnosia

: (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

10

A. Laboratorium
1.

Darah Rutin
Hb / Ht / Trombosit / Leukosit

:13,8 / 42,0 / 206.000 / 17.800.

V. DIAGNOSA BANDING
1.

Decompression Sickness tipe 1.

2.

Decompression Sickness tipe 2.

VI. DIAGNOSA SEMENTARA


Decompression Sickness Tipe 2 ec Menyelam
VII. PLANNING
1.

Tatalaksana kegawatdaruratan.

2.

Rawat inap non HCU (observasi dan evaluasi penurunan kesadaran, muntah, kejang dan peningkatan nadi).

3.

Rujuk ke RSUD ZA Banda Aceh bila terjadi penurunan kesadaran.

VIII. PENATALAKSANAAN
A. Umum

11

1.

Stabilisasi dan resusitasi (Airway Breathing Circulation/ABC).

2.

Pemantauan secara terus menerus terhadap status neurologis, tanda vital dan keadaan umum.

3.

Bed rest dengan kontrol servikal.

B. Khusus
1.Bed rest (non HCU).
2.IVFD RL 20 gtt/menit/Makro
3.Inj Methyl Prednisolon 250 mg/12jam
4.Inj. Alinamin F 1 amp / 12 jam.
5.Inj. Ranitidin 1 amp /12 jam.
6.Inj Asam Tranexsamat 500mg/6jam
7.Oxycobalamin tab 3x1

IX. FOLLOW UP RUANGAN (Ruangan Zaal Pria)


Tanggal

Subjective
: 25 Mei 2015

Pukul

: 08.00 WIB

GCS
Vital Sign

Objective
: 15
:110/70

Assessment
Decompression Sickness
(caisson) tipe 2

Planning
Th/
Bed rest (non HCU).
1. IVFD RL 20 gtt/menit/Makro.

Kedua Tungkai kaki bawah

2. Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam (skin test)

lumpuh (+) seluruh lapangan

3. Inj. Alinamin F 1 amp / 12 jam.

perut terasa keras (+)

4. Inj. Ranitidin 1 amp /12 jam.

Mual (-) muntah (-) kencing

5. Inj. MethylPrednisolon 250 mg /

12

berdarah (-)

12jam.
6. Inj.Asam Tranexamat 500mg/12jam
7. Oxycobalamin tab 3x1

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: dubia ad bonam.

Quo ad sanactionam

: dubia ad bonam.

Quo ad functionam

: dubia ad bonam.

Daftar Pustaka

1.Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC
2.Rijadi, Med.R. 2009. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik, Lembaga Kesehatan Kelautan TNI (LAKESLA). Jakarta. EGC
3. Kusuma, Ratih. Caisson Disease. 2012. (Available from : http://www.scribd.com/doc/92963588/Caisson-Disease, Cited on : September 5th 2013).
4. Eric, Mowat. The Bends-Decompression syndromes. 2012. (Available from : http://www.emedicinehealth.com/decompression_syndromes_the_bends/article_em.htm,
Cited on : September 5th ,2013).
5. Campbell, E.S. Decompression illness in sports divers : part II. (Available from : http://www. Gulftel.com, Cited on :September 5th 2013).

13

PEMBAHASAN KASUS 1
SUBJECTIVE :
OS adalah pasien rujukan dari RSAL Sabang datang pada tanggal 24 Mei 2015 pukul 21.30 wib .Dengan keluhan anggota gerak tungkai bagian bawah
tidak bisa di gerakkan sama sekali (+) .Pusing (-),Pasien mengeluh nyeri perut (+) di seluruh lapangan abdomen (+) dan perut terasa kembung (+).Hal ini dialami
Hasil
Pembelajaran
:
pasien
setelah pasien menyelam
tanpa menggunakan alat standart bantu menyelam dan hanya menggunakan selang berisi udara yang di aliri dari compressor pada
kedalaman sekitar
14 metersickness
(menurutsecara
pengakuan
OS),kemarin
1. Mendiagnosis
decompression
cepat, sistematis,
danmalam
cermatdi daerah sekitar laut Pulau Aceh.Pasien telah mendapat terapi HBOT/RUBT (chamber)
di RSALmengatasi
Sabang (+).Setelah
selesai dipada
chamber
mengeluarkan
BAK (+) urine bercampur dengan darah dengan volume 900cc BAB (+) Normal
2. Mampu
kegawatdaruratan
pasienpasien
decompression
sickness
3. Tahu prinsip
OBJECTIVE
: tata cara pemberian terapi HBOT pada pasien Decompression Sickness
4. Tahu indikasi pemberian terapi HBOT dengan oksigenisasi murni dan rentan lama Penggunaan nya serta efek sampingnya
Melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Decompression Sickness (DCS)Karena :
5. Tahu kapan dan kemana harus merujuk pasien dengan diagnosis decompression sickness
Gejala klinis, didapati : Nyeri (+) Lumpuh /lemah kedua tungkai kaki bagian bawah(+). Rasa kram (+) Gangguan BAK / BAB (+)

Pada vital sign didapati TD : 110 / 70 mmHg; HR : 76x/menit; RR : 20 x/menit; Temp : Afebris

Pada pemeriksaan penjunjang Laboratorium didapati :Hb / Ht / Trombosit / Leukosit

Lainnya : tidak dijumpai tanda-tanda fraktur ataupun oedem.

:13,8 / 42,0 / 206.000 / 17.800

ASSESSMENT :
DEFINISI
Caisson disease (sinonim : Bends, Compressed Air Sickness, Diverss Paralysis, Dysbarism) adalah bila seorang penyelam telah lama berada di dalam laut
sehingga sejumlah besar nitrogen terlarut dalam tubuhnya, dan kemudian tiba-tiba naik ke permukaan laut, sejumlah gelembung nitrogen dapat timbul dalam
cairan tubuhnya baik dalam sel maupun diluar sel, dan hal ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap tempat dalam tubuh, dari derajad ringan sampai berat
bergantung pada sejumlah dan ukuran gelembung yang terbentuk (Guyton and Hall).
Penyakit Decompresi atau Caisson Disease merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut
dalam darah/jaringan akibat penurunan tekanan sekitar. (2)
Caisson disease (CD) atau decompression sickness adalah suatu penyakit atau kelainan-kelainan yang diakibatkan oleh penurunan tekanan dengan cepat disekitarnya
sehingga memicu pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi gas dari paru-paru dapat mengakibatkan ruptur
alveolus yang biasa disebut dengan Pulmonary Overinflation Syndrome. Penurunan14tekanan yang tiba-tiba tadi dapat mengakibatkan adanya emboli udara di arteri. (2)
Caisson disease diklasifikasikan menjadi dua tipe. Tipe I yang lebih ringan, tidak mengancam nyawa, dan ditandai dengan rasa nyeri pada persendian dan otot-otot

Vous aimerez peut-être aussi