Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Topik
Presenter
Tanggal (kasus)
: 24 Mei 2015
Pendamping
Pembimbing
Tanggal Presentasi
: 07 0ktober 2015
Tempat presentasi
Obyektif Presentasi
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi
Laki-Laki, 34 tahun mengalami kelumpuhan di kedua tungkai kaki bawah dan nyeri perut sehabis menyelam .
Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
Mengetahui tata cara penggunaan terapi HBOT pada pasien Decompression Sickness
Bahan Bahasan
Tinjauan Pustaka
Cara Membahas
Diskusi
Data Pasien
Nama Klinik
Riset
No. Telp :
Kasus
Audit
Pos
Tn. Syahril
OS adalah pasien rujukan dari RSAL Sabang datang pada tanggal 24 Mei 2015 pukul 21.30 wib .Dengan keluhan anggota gerak tungkai bagian bawah tidak bisa di
gerakkan sama sekali (+) .Pusing (-),Pasien mengeluh nyeri perut (+) di seluruh lapangan abdomen (+) dan perut terasa kembung (+).Hal ini dialami pasien setelah
pasien menyelam tanpa menggunakan alat standart bantu menyelam dan hanya menggunakan selang berisi udara yang di aliri dari compressor pada kedalaman
sekitar 14 meter (menurut pengakuan OS),kemarin malam di daerah sekitar laut Pulau Aceh.Pasien telah mendapat terapi HBOT/RUBT (chamber) di RSAL
Sabang (+).Setelah selesai di chamber pasien mengeluarkan BAK (+) urine bercampur dengan darah dengan volume 900cc BAB (+) Normal
2. Riwayat Pengobatan
Pasien sempat dirawat di RSAL Sabang Dan mendapat terapi HBOT selama 5 jam,sebelum akhirnya dibawa ke UGD RSUD Kota Sabang.
3. Riwayat Penyakit
Keadaan umum
2.
Kesadaran
: Compos Mentis.
3.
Vital sign
Tekanan darah
: 110 / 70 mmHg.
Nadi
Frekuensi nafas
: 20 x/menit.
Temperatur
: afebris.
: sawo matang.
Turgor
: kembali cepat.
Ikterik
: (-).
Pucat
: (-).
Sianosis
: (-).
Edema
: (-).
B. Kepala
Bentuk
: kesan normocephali,
Rambut
Mata
: cekung (-); refleks cehaya (+/+); konj. palpebrae anemis (-/-); sclera ikterik (-/-).
Telinga
Hidung
C. Mulut
Bibir
Gigi geligi
: karies (-).
Lidah
Mukosa
Tenggorokan
Faring
: hiperemis (-).
D. Leher
Bentuk
: kesan simetris.
: pembesaran (-/-)
Peningkatan TVJ
: R-2 cmH2O
E. Axilla
F. Thorax
1. Thorax anterior
Inspeksi
Bentuk dan gerak
Tipe pernapasan
: thorako-abdominal.
Retraksi
: (-)
Jaringan parut
: (-)
Palpasi
Stem Fremitus
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah
Paru Kanan
Normal
Normal
Normal
Paru Kiri
Normal
Normal
Normal
Perkusi
Paru Kanan
Sonor
Sonor
Sonor
Paru Kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Auskultasi
Suara Pokok
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah
Paru Kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru Kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Suara Tambahan
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah
2. Thorax belakang
Inspeksi
Bentuk dan gerak
Tipe pernapasan
: thorako-abdominal.
Retraksi
: (-)
Palpasi
Stem Fremitus
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah
Paru Kanan
Normal
Normal
Normal
Paru Kiri
Normal
Normal
Normal
Paru Kanan
Sonor
Sonor
Paru Kiri
Sonor
Sonor
Perkusi
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Paru Kanan
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
Paru Kanan
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
Sonor
Sonor
Auskultasi
Suara Pokok
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah
Paru Kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru Kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Suara Tambahan
Lapangan paru atas
Lapangan paru tengah
Lapangan paru bawah
G. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: batas atas
: ICS
H. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: distensi abdominal (-); nyeri tekan (-); lien tidak teraba; hepar tidak teraba.
Perkusi
: timpani (+) seluruh lapangan abdominal; shifting dullness (-); nyeri ketok ginjal (-/-).
Auskultasi
I.
Genitalia
J.
Anus
Paru Kanan
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
Paru Kanan
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
Rh (-) ; Wh (-)
K. Ekstremitas
Ekstremitas
Sianotik
Edema
Ikterik
Gerakan
Tonus otot
Atrofi otot
Sensibilitas
Superior
Kanan
(-)
(-)
(-)
aktif
normotonus
(-)
normal
Kiri
(-)
(-)
(-)
aktif
normotonus
(-)
normal
Inferior
Kanan
(-)
(-)
(-)
(-)
normotonus
(-)
normal
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
normotonus
(-)
normal
Sensorium
2.
Tanda TIK
3.
Lateralisasi
: (-).
B. Rangsangan Meningeal
1.
Kaku kuduk
: (-)
2.
Brudzinski I
: (-)
3.
Brudzinski II
: (-)
4.
Brudzinski III
: (-)
5.
Brudzinski IV
: (-)
6.
Kernig
: (-)
C. Rangsangan Radikuler
1.
Laseque
: (-/-)
2.
Cross laseque
: (-/-)
3.
Lhermitte test
: (-/-)
D. Nervus Cranialis
1.
N. I (Olfactorius)
2.
N. II (Opticus)
3.
Refleks pupil
Tes konfrontasi
: (-/-)
4.
N. V (Trigeminus)
5.
N. VII (Facialis)
6.
Sensorik
Motorik
: kerut kening (+/+); menutup mata (+/+); sudut mulut dalam batas normal.
Refleks
N. VIII (Vestibulocochlearis)
Keseimbangan
Pendengaran
7.
8.
9.
: (+)
Refleks batuk
Refleks muntah
Gerakan uvula
N. XI (Accessorius)
Kekuatan m. sternocleidomastoideus
: (+/+)
Kekuatan m. trapezius
: (+/+)
N. XII (Hypoglossus)
Menjulurkan lidah
: ( + ), deviasi ( -)
Menggerakkan ke lateral
: (+)
Fasikulasi
: (-)
Atropi
: (-)
E. Refleks Fisiologis
1.
Biceps
: (+)/(+)
2.
Triceps
: (+)/(+)
3.
KPR
: (-)/(-)
4.
APR
: (-)/(-)
F. Refleks Patologis
1. Babinski
: (-)/(-)
2. Oppenheim
: (-)/(-)
3. Chaddock
: (-)/(-)
4. Gordon
: (-)/(-)
5. Scaeffer
: (-)/(-)
6. Rossolimo
: (-)/(-)
7. Hoffman-Trommer
: (-)/(-)
G. Kekuatan Otot
1.
55555
55555
55555
2.
00000
3.
55555
00000
00000
4.
00000
H. Fungsi Kortikal
1.
Atensi / konsentrasi
: (+)
2.
Disorientasi
: (-)
3.
Bahasa
: (+)
5.
Memori
: (+)
6.
Gnosia
: (+)
10
A. Laboratorium
1.
Darah Rutin
Hb / Ht / Trombosit / Leukosit
V. DIAGNOSA BANDING
1.
2.
Tatalaksana kegawatdaruratan.
2.
Rawat inap non HCU (observasi dan evaluasi penurunan kesadaran, muntah, kejang dan peningkatan nadi).
3.
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Umum
11
1.
2.
Pemantauan secara terus menerus terhadap status neurologis, tanda vital dan keadaan umum.
3.
B. Khusus
1.Bed rest (non HCU).
2.IVFD RL 20 gtt/menit/Makro
3.Inj Methyl Prednisolon 250 mg/12jam
4.Inj. Alinamin F 1 amp / 12 jam.
5.Inj. Ranitidin 1 amp /12 jam.
6.Inj Asam Tranexsamat 500mg/6jam
7.Oxycobalamin tab 3x1
Subjective
: 25 Mei 2015
Pukul
: 08.00 WIB
GCS
Vital Sign
Objective
: 15
:110/70
Assessment
Decompression Sickness
(caisson) tipe 2
Planning
Th/
Bed rest (non HCU).
1. IVFD RL 20 gtt/menit/Makro.
12
berdarah (-)
12jam.
6. Inj.Asam Tranexamat 500mg/12jam
7. Oxycobalamin tab 3x1
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam.
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam.
Quo ad functionam
: dubia ad bonam.
Daftar Pustaka
1.Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC
2.Rijadi, Med.R. 2009. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik, Lembaga Kesehatan Kelautan TNI (LAKESLA). Jakarta. EGC
3. Kusuma, Ratih. Caisson Disease. 2012. (Available from : http://www.scribd.com/doc/92963588/Caisson-Disease, Cited on : September 5th 2013).
4. Eric, Mowat. The Bends-Decompression syndromes. 2012. (Available from : http://www.emedicinehealth.com/decompression_syndromes_the_bends/article_em.htm,
Cited on : September 5th ,2013).
5. Campbell, E.S. Decompression illness in sports divers : part II. (Available from : http://www. Gulftel.com, Cited on :September 5th 2013).
13
PEMBAHASAN KASUS 1
SUBJECTIVE :
OS adalah pasien rujukan dari RSAL Sabang datang pada tanggal 24 Mei 2015 pukul 21.30 wib .Dengan keluhan anggota gerak tungkai bagian bawah
tidak bisa di gerakkan sama sekali (+) .Pusing (-),Pasien mengeluh nyeri perut (+) di seluruh lapangan abdomen (+) dan perut terasa kembung (+).Hal ini dialami
Hasil
Pembelajaran
:
pasien
setelah pasien menyelam
tanpa menggunakan alat standart bantu menyelam dan hanya menggunakan selang berisi udara yang di aliri dari compressor pada
kedalaman sekitar
14 metersickness
(menurutsecara
pengakuan
OS),kemarin
1. Mendiagnosis
decompression
cepat, sistematis,
danmalam
cermatdi daerah sekitar laut Pulau Aceh.Pasien telah mendapat terapi HBOT/RUBT (chamber)
di RSALmengatasi
Sabang (+).Setelah
selesai dipada
chamber
mengeluarkan
BAK (+) urine bercampur dengan darah dengan volume 900cc BAB (+) Normal
2. Mampu
kegawatdaruratan
pasienpasien
decompression
sickness
3. Tahu prinsip
OBJECTIVE
: tata cara pemberian terapi HBOT pada pasien Decompression Sickness
4. Tahu indikasi pemberian terapi HBOT dengan oksigenisasi murni dan rentan lama Penggunaan nya serta efek sampingnya
Melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Decompression Sickness (DCS)Karena :
5. Tahu kapan dan kemana harus merujuk pasien dengan diagnosis decompression sickness
Gejala klinis, didapati : Nyeri (+) Lumpuh /lemah kedua tungkai kaki bagian bawah(+). Rasa kram (+) Gangguan BAK / BAB (+)
Pada vital sign didapati TD : 110 / 70 mmHg; HR : 76x/menit; RR : 20 x/menit; Temp : Afebris
ASSESSMENT :
DEFINISI
Caisson disease (sinonim : Bends, Compressed Air Sickness, Diverss Paralysis, Dysbarism) adalah bila seorang penyelam telah lama berada di dalam laut
sehingga sejumlah besar nitrogen terlarut dalam tubuhnya, dan kemudian tiba-tiba naik ke permukaan laut, sejumlah gelembung nitrogen dapat timbul dalam
cairan tubuhnya baik dalam sel maupun diluar sel, dan hal ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap tempat dalam tubuh, dari derajad ringan sampai berat
bergantung pada sejumlah dan ukuran gelembung yang terbentuk (Guyton and Hall).
Penyakit Decompresi atau Caisson Disease merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut
dalam darah/jaringan akibat penurunan tekanan sekitar. (2)
Caisson disease (CD) atau decompression sickness adalah suatu penyakit atau kelainan-kelainan yang diakibatkan oleh penurunan tekanan dengan cepat disekitarnya
sehingga memicu pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi gas dari paru-paru dapat mengakibatkan ruptur
alveolus yang biasa disebut dengan Pulmonary Overinflation Syndrome. Penurunan14tekanan yang tiba-tiba tadi dapat mengakibatkan adanya emboli udara di arteri. (2)
Caisson disease diklasifikasikan menjadi dua tipe. Tipe I yang lebih ringan, tidak mengancam nyawa, dan ditandai dengan rasa nyeri pada persendian dan otot-otot