Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia, pendidikan di
berbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat mendasar dalam era globalisasi. Ada
banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa dinikmati umat manusia. Namun
sebaliknya, kemajuan tersebut juga beriringan dengan kesengsaraan banyak anak manusia,
apalagi dalam era globalisasi sekarang ini. Pendidikan sudah menjadi komoditas yang makin
menarik. Suatu fenomena menarik dalam hal pembiayaan pendidikan menunjukkan gejala
industrialisasi sekolah. Bahkan beberapa sekolah mahal didirikan dan dikaitkan dengan
pengembangan suatu kompleks perumahan elite. Sekolah sekolah nasional plus di kota kota
besar di Indonesia dimiliki oleh pebisnis tingkat nasional dan didirikan dengan mengandalkan
jaringan multinasional berupa adopsi kurikulum dan staf pengajar asing. Berkurangnya
tanggung jawab pemerintah dalam pembiayaan pendidikan mengarah pada gejala privatisasi
pendidikan. Dikotomi sekolah negeri dan swasta menjadi kabur dan persaingan antar sekolah
akan makin seru. Akibat langsung dari privatisasi pendidikan adalah segregasi siswa
berdasarkan status sosio-ekonomi. Atau, kalaupun fenomena itu sudah terjadi di beberapa kota,
pemisahan antara siswa dari keluarga miskin dan kaya akan makin jelas dan kukuh. Siswa
siswa dari keluarga miskin tidak akan mampu menanggung biaya yang makin mencekik
sehingga mereka akan terpaksa mencari dan terkonsentrasi di sekolah sekolah yang miskin.
Sementara itu, siswa-siswa dari kelas menengah dan atas bebas memilih sekolah dengan sarana
dan prasarana yang memadai. Selanjutnya, karena sekolah-sekolah ini mendapatkan iuran
pendidikan yang memadai dari siswa, sekolah-sekolah ini juga akan mempunyai lebih banyak
keleluasaan untuk makin membenahi diri dan meningkatkan mutu pendidikan. Jadi, sekolah
yang sudah baik akan mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih baik. Sebaliknya, sekolah
yang miskin akan makin terperosok dalam kebangkrutan. Dalam dinamika globalisasi, anakanak bangsa tercecer dalam berbagai sekolah
sosioekonomi yang berbeda. Negara belum mampu memberikan kesempatan yang adil bagi
semua anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Sampai saat ini, belum
tampak adanya pembenahan yang signifikan dan terpadu untuk meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia, dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat pendidikan tinggi. Muncul
pertanyaan besar : mau dibawa kemana arah pendidikan di Indonesia? Pendidikan dimaksudkan
untuk mempersiapkan anak-anak bangsa untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa
ini bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang
menuntut pendidikan untuk menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses demokratisasi
dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan bangsa. Akan tetapi, pendidikan
yang masih menjadi budak sistem politik masa kini telah kehilangan jiwa dan kekuatan untuk
memastikan reformasi bangsa sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan berada pada rel yang
tepat. Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu membiasakan anak-anak untuk
memahami eksistensi bangsa dalam kaitan dengan eksistensi bangsa-bangsa lain dan segala
persoalan dunia.
Pendidikan nasional perlu mempertimbangkan bukan hanya state building dan nation
building melainkan juga capacity building. Birokrasi pendidikan di tingkat nasional perlu fokus
pada kebijakan yang strategis dan visioner serta tidak terjebak untuk melakukan tindakan
instrumental dan teknis seperti UAN/UNAS. Dengan kebijakan otonomi daerah, setiap
kabupaten perlu difasilitasi untuk mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat namun
bermutu tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Globalisasi Pendidikan
A. Konsep Globalisasi Pendidikan
Dalam proses globalisasi tidak terlepas dari suatu perubahan, yaitu perubahan yang
terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Apabila kebudayaan secara umum
merupakan suatu rangkaian kepercayaan, nilai-nilai, dan gaya hidup dari suatu
masyarakat tertentu didalam eksistensi kehidupan sehari-hari, maka dewasa ini didalam
era globalisasi mulai muncul apa yang disebut kebudayaan global. Kebudayaan global
bisa diartikan sebagai moderrnitas. Dalam hal ini modernitas mempunyai pengertian
masyarakat modern, gaya hidup modern, ekonomi modern, budaya modern, dan
pendidikan modern. Proses globalisasi merupakan suatu rangkaian proses yang
mengintegrasikan kehidupan global didalam suatu ruang dan waktu melalui
internasionalisasi perdagangan, internasionalisasi pasar dari produksi dan keuangan,
internasionalisasi dari komoditas budaya yang ditopang oleh jaringan system
telekomunikasi global yang semakin canggih dan cepat. Intinya dari proses globalisasi
yaitu terciptanya suatu jaringan kehidupan yang semakin terintegrasi. Kaitan antara
globalisasi dan pendidikan menurut Giddens terletak didalam lahirnya suatu masyarakat
baru yaitu knowledge-based-society yang merupakan anak kandung dari proses
globalisasi. Karena globalisasi, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat yang
merupakan dasar dari globalisasi ekonomi dan politik di dunia ini. Namun demikian
suatu knowledge-based society yang didasarkan kepada ilmu pengetahuan akan terusmenerus berubah dan merupakan subyek untuk revisi. hal ini memerlukan apa yang
disebutnya sikap refleksif dari manusia yaitu kemampuan untuk merenungkan mengenai
kehidupannya berdasarkan rasio. Untuk itu pendidikan sangat penting didalam
mewujudkan masyarakat masa depan yang berdasarkan ilmu pengetahuan, melalui
pendidikan proses transmisi serta pengembangan ilmu pengetahuan akan terjadi.
Lahirnya globalisasi , yang kemudian disusul dengan penetrasi teknologi yang sangat
canggih, menjembatani bangsa-bangsa didunia ini menjadi global village. Globalisasi
berkembang melintasi batas-batas keelokan. Dalam kondisi seperti ini dunia mengarah
pada proses integrasi dan homogenisasi budaya. Akan tetapi proses integrasi dan
homogenisasi ini menimbulkan reaksi yang beragam. Lahirnya budaya global bukan
berarti hilangnya identitas suatu masyarakat, justru globalisasi telah merangsang
kesadaran individu, kesadaran etnis dari suatu komunitas yang pluralistik Artinya
pendidikan nasional kita perlu mempunyai sikap didalam menghadapi perubahanperubahan global dalam era globalisasi dewasa ini.
Kemudian yang menjadi pertanyaan, bagaimana seharusnya kita menghadapi arus
globalisasi yang mempumyai dua wajah ini? Terlebih ketika dibenturkan dalam dunia
pendidikan. Seringkali kita menemukan adanya indikasi dari menurunnya nilai dan
moral anak bangsa diantaranya karena adanya pengaruh globalisasi, namun disisi lain
adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga pengaruh dari arus globalisasi,
sehingga menjadikan dunia ini serasa tidak lagi bulat melainkan rata.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan
yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya
sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi
bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Globalisasi sering
diterjemahkan mendunia atau mensejagat, yaitu dengan cepat menyebar keseluruh
pelosok dunia, baik berupa ide, gagasan, data, informasi, dan sebagainya begitu
disampaikan saat itu pula diketahui oleh semua orang diseluruh dunia. Globalisasi selain
menghadirkan ruang positif namun juga terdapat sisi negativenya. Globalisasi adalah
merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan dikontekskan pada keadaan yang
ada pada masa kini.
Dari globalisasi tersebut maka akan berpengaruh, implikasi ataupun dampaknya,
khususnya terhadap Negara-negara berkembang seperti Indonesia, terutama dalam ranah
pendidikan, nilai-nilai moral, sosial, politik budaya dan kemanusiaan, baik yang bersifat
positif maupun negative akan sangat besar efek yang ditimbulkan. Ini semua merupakan
tantangan khususnya bagi generasi muda sebagai penerus bangsa, bagaimana mengemas
globalisasi ini sebaik mungkin mengambil nilai positifnya dan menghindari sisi
negatifnya. Hal itu juga berimbas pada perkembangan dunia pendidikan di Indonesia
yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan arus globalisasi, dimana ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan
tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan
dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar
global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan,
baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki menejemen pendidikan agar
lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat
untuk mendapatkan pendidikan.
B. Dampak positif dan negatif globalisasi terhadap pendidikan.
Pengaruh globalisasi mempunyai implikasi atau bahkan dampak atas berbagai Negara
atau bangsa, tampaknya didasarkan pada dua asumsi. Pertama, sekurang-kurangnya
sampai taraf tertentu, pelaku atau subjek globalisasi adalah Negara-negara industri maju.
Dengan kata lain, globalisasi sampai taraf tertentu merupakan perpanjangan tangan
(extension) kepentingan Negara industri maju. Kedua, kekhawatiran, kecemasan, atau
bahkan ketakutan akan pengaruh atau dampak terutama yang bersifat negative dari
globalisasi
umumnya
dirasakan
terutama
oleh
bangsa-bangsa
dalam
Negara
berkembang, yang lebih merupakan objek dari pada subjek globalisasi. Meskipun
demikian, baik karena ketergantungan Negara berkembang pada Negara-negara maju
dalam berbagai bidang, keuangan, ekonomi, maupun teknologi, ataupun keinginan untuk
mengejar kemajuan, sadar atau tidak, mau atau tidak, Negara-negara berkembang
sebenarnya juga mendukung proses globalisasi itu. Dalam pengertian ini, Negara-negara
berkembang juga merupakan subjek atau pelaku globalisasi walaupun lebih pasif
sifatnya.
Sebagian pakar telah melihat betapa besar impact/imbas yang disebabkan oleh
pengaruh global ini sebagai suatu global revolution. Globalisasi telah menimbulkan gaya
hidup baru yang tampak dengan jelas dalam mempengaruhi kehidupan. Ada berbagai
dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi terhadap dunia pendidikan, yaitu:
1. Dampak Positif globalisasi Pendidikan
a. Akan semakin mudahnya akses informasi.
b. Globalisasi dalam pendidikan akan menciptakan manusia yang professional dan
berstandar internasional dalam bidang pendidikan.
c. Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesiabisa bersaing dengan
Negara negara lain.
d. Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan mampu bersaing
e. Adanya perubahan struktur dan system pendidikan yang meningkatkan tujuan
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2. Dampak negative globalisasi dalam pendidikan
Globalisasi pendidikan tidak selamanya membawa dampak positive bagi dunia
pendidikan, melainkan globalisasi memiliki dampak negative yang perlu di
antisipasi, dampaknya antara lain:
a. Dunia pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh para pemilik modal.
b. Dunia pendidikan akan sangat tergantung pada teknologi, yang berdampak
munculnya tradisi serba instant.
Disinilah bahwa pendidikan menjadi agenda prioritas kebangsaan yang tidak bisa
ditunda-tunda lagi untuk dilakukan seoptimal mungkin. Globalisasi telah
menciptakan dunia yang semakin terbuka dan saling ketergantungan antarnegara dan
antarbangsa. Negara atau bangsa dunia kini bukan saja saling terbuka terhadap satu
sama lain, tetapi juga saling ketergantungan satu sama lain dan itu bersifat asimetris,
artinya satu Negara lebih tergantung pada Negara lain dari pada sebaliknya. Karena
saling ketergantungan dan saling keterbukaan ini, semua Negara pada prinsipnya
akan terbuka terhadap pengaruh globalisasi. Dan efek yang ditimbulkan adalah akan
masuknya secara bebas nilai-nilai moral, sosial budaya, dan sebagainya yang akan
berdampak pada ranah pendidikan yang cenderung akan banyaknya nilai-nilai
negative yang masuk tanpa adanya penyaringan.
II. Kesiapan Institusi pendidikan diera persaingan global
Institusi pendidikan harus melakukan suatu Manajemen Strategis mutu pendidikan diera
persaingan global agar mampu bersaing dan bertahan dalam kuatnya arus persaingan global
serta dapat dijadikan alat untuk mengharumkan nama bangsa. Adapun strategi manajemen
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan diera persaingan global yaitu :
A. Konsep Perencanaan Mutu Pendidikan
1. Perencanaan Mutu
Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan
pasar. Sedangankan Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya. Makna terkandung dari pengertian mutu bahwa mutu memiliki tujuan
untuk kesesuaian dengan kebutuhuan pasar dalam memenuhi kepuasan pelanggan.
Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, mutu tidak terjadi begitu saja harus ada
perencanaan. Mutu harus menjadi bagian penting dari rencana suatu organisasi, dan
harus didekati secara sistematis dengan menggunakan proses perencanaan strategis
sehingga tujuan mutu tersebut dapat tercapai. Tanpa arahan jangka panjang yang
jelas, sebuah institusi tidak dapat merencanakan peningkatan mutu. Hal yang harus
mendasari strategi tersebut adalah konsep yang memperkuat fokus terhadap
pelanggan.
2. Perencanaan Mutu Pendidikan
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang
sistem penjaminan mutu pendidikan Pasal (1) ayat (1), memberikan pengertian
bahawa mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat
diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional.
Proses pendidikan yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang
akan ada di dalam pendidikan dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem.
Menurut Townsend dan Butterworth (1992:35) dalam bukunya Your Child's Scholl,
ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pendidikan yang bermutu, yakni :
1) Keefektifan kepemimpinan kepala sekolah
2) Partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf,
3) Proses belajar-mengajar yang efektif,
4) Pengembangan staf yang terpogram,
5) Kurikulum yang relevan,
6) Memiliki visi dan misi yang jelas,
7) Iklim sekolah yang kondusif,
8) Penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan,
9) Komunikasi efektif baik internal maupun eksternal, dan
10)Keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik.
Proses perencanaan strategis dalam konteks pendidikan tidak jauh berbeda dengan
yang biasa digunakan dalam dunia industri dan komersial. Alat alat yang digunakan
untuk menentukan visi, misi, dan tujuan akhir serta untuk menganalisa kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman juga hampir sama, hanya perlu penerjemahan yang
baik. Perlu diingat bahwa sebuah visi strategis yang kuat merupakan salah satu faktor
yang sangat penting bagi institusi pendidikan dalam memasuki era persaingan global.
B. Konsep Manajemen Strategis Mutu Pendidikan
Perencanaan strategis memungkinkan formulasi prioritas prioritas jangka panjang
dan perubahan institusional berdasarkan pertimbangan rasional. Tanpa strategis, sebuah
institusi tidak bisa yakin bagaimana mereka dapat memanfaatkan peluang peluang
baru. Perlunya uapaya strategis tersebut tidak hanya untuk mengembangkan rencana
instansi. Signifikansi yang nyata adalah bahwa ia menjauhkan perhatian manejer senior
dari isu isu harian dan menekankan sebuah pengujian kembali terhadap tujuan utama
institusi dalam hubungan dengan pelanggannya. Proses perencanaan strategis mutu
pendidikan di era persaingan global menurut Edward Salllis dapat digambarkan sebagai
berikut :
Analisis Pasar
Perencanaan Operasi
dan Bisnis
Sharplin (1985) dalam Sagala (2010 : 140) memasukan analisis SWOT untuk
melihat kekuatan dan kelemahan suatu institusi pendidikan, sekaligus memantau
peluang dan tantangan yang akan dihadapi institusi diera persaingan global.
Adapun proses analisis SWOT institusi pendidikan diera persaingan global
adalah sebagai berikut :
a) Strengths (Kekuatan) adalah kemampuan internal institusi pendidikan yang
memajukan tujuan institusi pendidikan diera persaingan global, antara lain :
1) Sebuah rekruitmen yang kuat
2) Tim manajemen yang antusias
3) Hasil ujian yang baik
4) Prestasi akademik dan non akademik yang memuaskan
5) Unit ekstrakurikuler seperti musik, seni, drama dan tari yang kuat.
6) Dukungan orang tua yang baik
7) Moral staf yang baik
8) Tenaga pendidik rata rata berijazah S1
b) Weaknesses (Kelemahan) adalah kebalikannya, dimana mereka membatasi
penyelesaian tujuan tujuan institusi tersebut, antara lain :
1) Bangunan lama dan dalam kondisi yang jelek
2) Staf yang berusia tinggi sudah lamban dan sudah memasuki usia pensiun
3) Staf yang baru kurang kompeten
4) Anggaran belanja yang tidak cukup
5) Fasilitas olahraga yang tidak cukup
6) Dukungan pemerintah yang kurang
c) Opportunities (Peluang) adalah keadaan, kejadian, atau situasi eksternal yang
menawarkan perubahan institusi untuk mencapai atau melampaui tujuannya,
antara lain :
1) Membangun reputasi dalam olaraga
2) Bergairah untuk mendirikan RKB
3) Investor asing yang bersedia menyokong dana
4) Peluang mendapatkan tambahan tenaga pendidik baru yang lebih enerjik
5) Peluang tenaga pendidik mengembangkan kompetensi melalui studi lanjut
6) Bantuan buku bacaan dari donatur.
d) Threats (hambatan)
1) Resiko kehilangan tenaga pendidik yang berpengalaman yang sudah pensiun
2) Banyaknya pesaing pesaing yang muncul untuk meningkatkan etos kerja.
3) Pemimpin memiliki pandangan disaingi oleh staf yang studi lanjut
4) Biaya pendidikan yang meningkat.
3. Analisis faktor penunjang persaingan
Faktor faktor penting dalam menunjang institusi pendidikan diera persaingan
global dapat disebut juga sebagai peristiwa kunci adalah indikator indikator
menyangkut hal hal apa saja yang harus dicapai oleh institusi pendidikan yang
ingin memenuhi kepuasan pelanggan. Faktor faktor tersebut adalah tahap lanjut
proses strategi dan memberikan sebuah panduan tentang karakteristik inti mutu
pelajar.
Meningkatnya strategi pembelajaran dan pengajaran
Meningkatnya kepuasan pelanggan yang dibuktikan dengan banyaknya pelamar.
Meningkatnya kepercayaan orang tua pada lembaga pendidikan indonesia.
Meningkatnya akses terhadap institusi pendidikan.
dibahas dan selalu aktual seiring dengan perubahan zaman dan pengaruh globalisasi
dalam pendidikan, karena permasalahan guru sendiri dan dunia pendiidkan yang
menyangkutnya selalu diperbincangkan.
Pada dasarnya persoalan etika dan moral anak bangsa, bukan hanya permasalahan
guru namun jika yang dituju adalah moral peserta didik (siswa), maka tidak ada alasan
untuk guru dilibatkan. Guru sebagai pengajar dan pendidik, memang tidak hanya harus
membina para murid segi kognitif dan psikomotoriknya demi peningkatan nilai angka.
Akan tetapi, seorang guru sangat dituntut agar apa yang ia kerjakan dipraktekan oleh
para muridnya dalam kehidupan. Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas
peningkatan moral pelajar dan juga kemerosotannya. Untuk itu tugas guru tidak terbatas
pada pengajaran mata pelajaran, tapi yang paling penting adalah pencetakan karakter
murid. Tantangan persoalan ini memang sangat sulit bagi seorang guru karena
keterbatasan kontrolling pada murid kerap membuatnya kecolongan. Disamping itu,
dalam menghadapi era persaingan global guru dituntut meningkatkan profesionalitasnya
sebagai pengajar dan pendidik. Guru juga harus siap menghadapi kata kunci dunia
pendidikan, seperti: kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Dengan
demikian kualitas mutu pendidikan harus sangat diperhatikan oleh para guru untuk
menyelamatkan profesinya. Untuk itu dalam peningkatan kualitas pengajaran, guru
harus bisa mengembangun tiga intelegensi dasar siswa. Yaitu: intelektual, emosional,
dan moral. Tiga unsur itu harus ditanamkan pada diri murid sekuat-kuatnya agar terpatri
dalam dirinya. Kemudian system pembelajaran yang kreatif dan inovatif juga menjadi
penting bagi guru, sehingga dapat megembangkan seluruh potensi diri siswa, dan
memunculkan keinginan bagi siswa untuk maju yang diikuti ketertarikan untuk
menemukan hal-hal baru pada bidang yang diminati melalui belajr mandiri (self study)
yang kuat. Dengan perkembangan bidang teknologi informasi semakin mendorong
dalam kemajuan bidang ilmu pengetahuan, sehingga dunia pendidikan harus memiliki
kemampuan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin.
B. Peserta didik (Siswa)
Selain tugas utama yaitu belajar, seorang siswa juga harus mampu memilah dan
memilih segala pengaruh yang masuk dalam dirinya, baik itu pengaruh dari teman
sebayanya, lingkungannya, maupun media masa. Dampak dari pengaruh globalisasi
terhadap siswa akan sangat mungkin berdampak negativ dan menghancurkan dirinya
jika tidak segera ditanggulangi.
Baik pengaruh positif maupun negatif dari globalisasi akan sangat terlihat jelas bagi
siswa dalam perilaku dan tingkah lakunya sehari-hari. Hal itu dikarenakan mereka
masih dalam masa-masa labil, dan masa-masa dimana selalu ingin mencoba sesuatu hal
yang dianggap baru. Hal ini yang perlu diperhatikan bagi orang-rang dewasa yang ada
disekitarnya. Akses internet yang terbuka seluas-luasnya akan berdampak buruk bagi
siswa jika digunakan untuk mengakses video porno, maupun gambar-gambar lainnya
yang tidak sepantasnya mereka akses. Namun akan sangat baik jika akses interet
digunakan oleh mereka untuk mencari informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya
karena dunia ini akan terasa sempit melaui dunia maya.
Dua hal yang saling kontradiktif namun sangat dekat sekali, sehingga tidak jarang
yang menyalahgunkan dalam pemanfaatan kemajuan teknologi bagi siswa. Maka dari
itu tiga unsur dasar bagi siswa, yaitu intelektual, emosional, dan moral sangat penting
untuk mereka miliki. Intelektual murid harus luas, agar ia bisa menghadapi arus
globalisasi dan tidak ketinggalan zaman, apalagi sampai terbawa arus. Selain itu,
dimensi emosional dan spiritual siswa juga harus terdidik dengn baik, agar bisa
melahirkan perilaku yang baik dan bisa bertahan diantara pengaruh demoralisasi di era
persaingan global dengan prinsip spiritualnya.
C. Orang tua (Keluarga)
Orang tua atau keluarga dianggap sebagai pendidikan pertama bagi anak sebelum
mereka dikenalkan dengan dunia luar. Pengaruh keluarga juga sangat besar dalam
pertumbuhan seorang anak, karena disamping mempunyai kedekatan secara emosional,
mereka juga mempunyai tingkat kebersamaan yang lebih karena tinggal dalam satu atap
atau satu rumah.
Peran orang tua untuk mencari tau segala kegiatan yang dilakukan oleh anakanaknya sangat penting, dimana jika keluarga sedikit mengbaikan itu maka akan
berdampak pada kepribadian dan perilaku anak-anaknya yang tidak terkontrol. Orang
tua terkadang memberikan sepenuhnya kepada sekolah dalam mendidik dan
mengembangkan potensi anak, padahal tidak sampai disitu saja karena kontrol dari
sekolah terbatas hanya dalam jam pelajaran sekolah. Mencari tahu segala kegiatan anak
tidak harus dengan mengikutinya setiap detik dan setiap waktu. Namun bisa dilakukan
dengan banyak hal dan cara, seperti dengan memberikan perhatian, menanyakan dengan
siapa teman bermain, menanyakan keadaan anak kepada guru-guru nya di sekolah, dan
lain sebagainya. Hal seperti ini sangat mudah dilakukan, namun terkadang orang tua
sibuk dengan kegiatannya masing-masing bahan tidak mau tahu sehingga anak
seringkali terabaikan.
D. Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal akan berdampak besar pada perilaku dan kepribadian
seseorang, karena seringkali pengaruh teman sebayanya dapat mengalahkan pengaruh
guru maupun orang tua.
Gaya hidup lingkungan sekitar juga mampu merusak tatanan yang sudah diajarkan
disekolah, yaitu yang berkaitan dengan moral seperti tingkah laku dan menghormati
orang yang lebih tua seringkali diabaikan karena pengaruh kebiasaan orang-orang yang
ada disekitar kita.
Untuk itu pemilihan lingkungan sangat penting dalam menghadapi arus globalisasi
yang akan berdampak pada dunia pendidikan. Karena kewajiban kita adalah bagaimana
berinteraksi dengan nya secara positif. Toh, realitas (globalisasi) ini tidak semuanya
buruk, dan tidak pula semuanya baik. Karena itu kita harus menyikapinya lewat
berbagai bentuk artikulasi yang kritis namun proporsional. Pangkal dari arus globalisasi
yaitu berada pada kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu
membawa kepada perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan baik perubahan
positif maupun perubahan negative.
BAB III
PENUTUP
I.
SIMPULAN
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapa diberikan
beberapa hal sebagai kesimpulan, antara lain :
1. Dalam budaya dan peradaban manusia, pendidikan di berbagai belahan dunia
mengalami perubahan sangat mendasar dalam era globalisasi. Ada banyak kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa dinikmati umat manusia. Namun sebaliknya,
kemajuan tersebut juga beriringan dengan kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi
dalam era globalisasi sekarang ini.
2. Siap atau tidak siap, mau atau tidak mau negara negara berkembang dan lebih khusus
bangsa Indonesia harus menerima dampak globalisasi yang akan terjadi
3. Pengaruh globalisasi mempunyai implikasi atau bahkan dampak atas berbagai Negara
atau bangsa, tampaknya didasarkan pada dua asumsi. Pertama, sekurang-kurangnya
sampai taraf tertentu, pelaku atau subjek globalisasi adalah Negara-negara industri
maju. Dengan kata lain, globalisasi sampai taraf tertentu merupakan perpanjangan
tangan (extension) kepentingan Negara industri maju. Kedua, kekhawatiran, kecemasan,
atau bahkan ketakutan akan pengaruh atau dampak terutama yang bersifat negative dari