Vous êtes sur la page 1sur 8

pengujian Atas Transfer Bank

para penyeleweng kadang-kadang menutupi kecurangan kas dengan cara yang di sebut
kiting, yaitu mentransfer uang dari bank tertentu ke bank lain dan membukukan
transaksi itu secara tepat. Medekati tanggal neraca, di Tarik selembar cek dari satu
rekening bank dan segera di setorkan ke rekening ke dua untuk di kredit sebelum akhir
periode akutansi. Dalam pelaksanaan transfer ini, penyeleweng dengan seksama
mengupayakan agar cek di setorkan dengan lambat sehingga tidak dapat di kliring
oleh pihak bank pertama sampai setelah akhir periode. Dengan mengasumsikan bahwa
transfer itu tidak di catat sebelum lewatnya tanggal neraca, jumlah transfer tersebut
akan di bukukan sebagai aktiva pada kedua bank tersebut. Walaupun masih ada cara
lain untuk melakukan kecurangan ini, masing-masing melibatkan sarana utama berupa
menaikkan saldo bank untuk menutup kekurangan dengan menggunakan transfer
bank.
Pedekatan yang bermanfaat untuk menguji klitting, dan juga kesalahan-kesalahan
yang tak di sengaja dalma pencatatan transfer bank, adalah dengan mencatat semua
transfer bank yang di lakukan beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca dan
menelusuri masing-masing ke catatan akutansi untuk di catat dengan semestinya.
Contoh skedul transfer antar bank itu di maksukkan ke dalam gambar 22-8. Skedul itu
memperlihatkan bahwa empat transfer antar bank di lakukan segera sebelum dan
sesudah tanggal neraca.
Ada beberapa hal yang harus di audit pada skedu transfer antarbank.
-

Akurasi informasi mengenai skedul transfer antarbank harus di veridikasi. Auditor


harus membandingkan informasi penerimaan dan pengeluaran pada skedul itu dengan
catatan akutansi pengeluaran kas dan penerimaan kas untuk memastikan bahwa hal itu
adalah akurat. Selain itu pada tanggal pada skedul untuk transfer yang di terima dan di
keluarkan harus di bandingkan dengan rekening Koran. Akhirnya, catatan pengeluaran
dan penerimaan kas harus di periksa guna memastikan bahwa semua transfer beberapa
hari sebelum dan sesudah tanggal neraca telah di masukkan ke skedul itu. Penjelasan
tanda telah di cek (tick-mark) pada skedul dalam gambar 22-8 menunjukkan bahwa
langkah-langkah ini telah terjadi .

Transfer antrbank harus di bukukan baik ke bank masuk maupun ke bank keluar.
Misalnya, jika terdapat transfer $10.000 dari bank A ke bank B tetapi hanya di
bukukan pengeluaran saja, maka bukti ini merupakan usaha untuk menyembunyikan

pencurian kas.
Tanggal pembukuan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus berada
dalam tahun fiscal yang sama. Dalam gambar 22-8, tanggal dalam dua kolom tanggal
di bukukan ke dalam buku [kolom (4) dan (7)] itu sama periode setiap transfer; oleh
karna itu, keduanya benar. Jika penerimaan kas tertentu di bukukan ke dalam tahun
fiscal yang sama dan pengeluaran di bukukan ke dalam tahun fiscal berikutnya, maka

hal ini merupakan usaha menutupi kekurangan kas.


Pengeluaran pada skedul transfer antar bank harus di masukkan atau tidak di
masukkan dengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek yang beredar.
Dalam gambar 22-8, rekonsiliasi bank 31-12-2002 untuk akun kas umum harus
memasukkan cek yang beredar untuk transfer yang ke dua dan transfer yang ke tiga
tetapi bukan ke dua kalinya. [bandingkan tanggal dalam kolom (4) dan (7)]
pemahaman mengenai cek yang beredar pada rekonsiliasi bank menujukkan

kemungkinan kiting.
Penerimaan pada skedul transfer antarbank harus di masukkan atau tidak di masukkan
dengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan.
Dalam gambar 22-8, rekonsiliasi bank 31-12-2002 untuk akun tanbungan dan akun
gaji harus menunkukkan setoran dalam perjalanan untuk transfer yang ke tiga dan
bukan untuk transfer yang ke tiga lainnya. [bandingkan tanggal untuk setiap transfer
dalam dua kolom terakhir]. Kelebihan menyatakan setoran dalam perjalanan pada
rekonsiliasi bank itu menunjukkan kemungkinan kiting.
Sekalipun pengujian audit transfer bank biasanya di orientasikan ke kecurangan,
semuanya sering di laksanakan untuk audit di mana terlibat beberapa transfer bank,
tanpa memperhatikan struktur pengendalian internnya. Bilamana transfer antar
perusahaan ternyata banyak, untuk memastikan bahwa semua berjalan benar akan sulit
kecuali jika di buat daftar transfer mendekati akhir tahun dan setiap transfer di telusuri
ke catatan akutansi dan laporan bank. Selain kemungkinan kiting, penanganan
transfer yang keliru dapat mengakibatkan kesalahan klasifikasi anatra kas dan hutang

usaha. Materialitas transfer dan kemudahan relative dalam melakukan pengujian


membuat banyak auditor percaya bahwa semua itu harus di laksanakan.
Banyak organisasi menggunakan transfer secara elekronik bilamana mereka
mentransfer kas antar bank, menerima tagihan tunai dari pelanggannya, memnayar
pemasok. Perusahaan melakukan kegiatan aktifitas penjualannya melalui e-commerce
dapat menerima dana secara electronic dari agen kartu.
GAMBAR 22-6

Kerdit yang menyerahkan pembayaran atas nama pelanggan. Menurut system ini,
uang tunai di transfer langsung. Misal, bilamana perusahaan A menerima tagihan dari
agen kartu kredit X, uang tunai itu langsung di transfer dari akun bank agen tersebut
ke akun bank perusahaan A. tidak ada cek.
Transfer secara electronic berpotensi meningkatkan pengendalian intern dimana
tidak ada uang tunai yang di tangani oleh pegawai. Namun, terdapat juga potensi

risiko pencurian uang tunai melalui transfer kas yang tidak layak. Penting bahwa
pengendalian intern yang sempurna harus di terapkan guna transfer secara electronic.
Audit Atas Akun Bank Gaji Imprest
Pengujian rekonsiliasi bank atas gaji dan upah dapat di laksanakan hanya dalm
beberapa menit jika ada akun gaji dan upah imprest dan rekonsiliasi yang independen
atas akun-akun seperti yang di uraikan untuk akun umum. Biasanya pos-pos yang di
rekonsiliasi hanya cek-cek yang beredar. Dalam pengujian saldo akun gaji dan upah
perlu di peroleh rekonsiliasi bank, konfirmasi bank, yakni laporan bank pisah batas.
Prosedur rekonsiliasi di laksanakan dengan cara yang sama seperti yang di uraikan
untuk kas umum. Umumnya di perlukan perluasan prosedur bilamana pengendalian
yang ada ternyata tidak mencukupi atau bilamana akun bank tidak cocok dengan saldo
kas imprest di buku besar.
Perlu di ingat bahwa prosedur tersebut hanya untuk akun bank imprest, bukan untuk
siklus penggajian keseluruhan . audit atas siklus penggajian telah di bahas secara
terperinci dalam bab sebelumnya.
Audit Akun Impres Penggajian Atau Cabang
Auditor mendapatkan rekonsiliasi bank bersama-sama dengan konfirmasi bank
standar dan pisah batas rekening koran. Akan tetapi, pengujian audit tidak terlalu luas
untuk dua alasan. Pertama, saldo impres pada akun tersebut tidak material. Akun
penggajian dan cabang dapat hanya berisikan saldo sebesar $ 1.000. Kedua, jenis
pengeluaran adalah homogen. Cek dikeluarkan untuk jenis transaksi yang sama dan
untuk jumlah yang relatif kecil.
Pengujian Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi bank yang dilakukan dengan benar oleh pihak independen merupakan
pengendalian internal penting atas kas. Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk
menentukan apakah pihak klien sudah menyiapkan rekonsiliasi denga gati-hati dan
melakukan verifikasi apakah saldo bank yang dicatat klien sama jumlahnya dengan
kas di bank, kecuali bila ada setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis
rekonsiliasi lainnya.

Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi dalam laporan bank atas
pisah batas untuk melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor
dalam rekonsiliasi meliputi beberapa prosedur:

Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara matematis.

Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah batas ke
saldo per bank pada rekonsiliasi bank utnuk memastikan jumlahnya sama.

Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan ke
laporan bank atas pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank dan juga
jurnal pengeluaran kas dalam periode neraca atau periode sebelumnya. Seluruh cek
yang dikliring bank setelah tanggal neraca dan dimasukkan dalam jurnal pengeluaran
kas harus dimasukkan dalam daftar cek beredar. Jika cek dimasukkan dalam jurnal
pengeluaran kas, maka seharusanya dianggap cek beredar karena tidak dikliring di
bank sebelum tanggal neraca, maka tidak boleh dimasukkan dalam rekonsiliasi bank.

Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan termasuk dalam daftar cek
beredar yang belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas. Langkah pertama
dalam pemeriksaan ini harus dilakukan dengan menelusuri jumlah yang belum
dikliring dalam jurnal pengeluaran kas. Alasan mengapa cek belum diuangkan, harus
dibahas dengan klien, dan jika auditor khawatir telah terjadi kecurangan, maka vendor
yang termasuk dalam saldo utang dagang harus dikonfirmasi untuk menentukan
apakah vendor tersebut sudah mengakui penerimaan kas dalam pecatatannya.
Ditambah lagi, cek yang dibatalkan perlu diperiksa sebelum tanggal terakhir audit jika
memang ada.

Menerima kas yang tidak disetorkan ke bank di akhir tahun harus ditelusuri ke
laporan pisah batas untuk memastikan bahwa kas tersebut disetorkan segera di awal
tahun berikutnya.

Memperhatikan jenis rekonsiliasi lain ke laporan bank dan rekonsiliasi bank. Hal ini
meliputi biaya jasa bank, kesalahan dan pembetulan bank, dan transaksi tak tercatat
yang didebet atau dikredit langsung ke akun bank oleh pihak bank. Jenis rekonsiliasi
ini perlu di investigasi untuk memastikan sudah diperlukan dengan benar oleh klien.

Prosedur Audit Yang Terkait Dengan Kecurangan


Jika klien tidak memiliki prosedur pengendalian yang memadai atau auditor
menduga terdapat kecurangan atau penyalahgunaan kas, maka diperlukan prosedur
audit kas yang lebih luas. Walaupun beberapa jenis kecurangan seperti pemalsuan atau
kolusi sulit dideteksi. Tiga prosedur audit yang khususnya digunakan auditor untuk
menemukan kecurangan pada akun kas adalah:
a.

Prosedur Rekonsiliasi Bank Yang Diperluas (Extended Bank Reconciliation


Procedure)
Pendekatan khusus untuk menyelidiki kemungkinan kecurangan adalah dengan
memperluas prosedur audit atas rekonsiliasi bank dengan memeriksa penghapusan
unsur yang harus direkonsiliasi yang terdapat pada rekonsiliasi bank bulan
sebelumnya dan unsur yang harus direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank bulan berjalan.

b.

Pembuktian Kas (Proof of Cash)


Pembuktian kas digunakan untuk merekonsiliasi penerimaan dan pengeluaran kas
yang tercatat pada buku klien dengan kas yang disetorkan atau dikeluarkan dari akun
bank pada suatu periode tertentu. Tujuan pokok pembuktian kas adalah:

1)

Memastikan bahwa seluruh penerimaan kas yang dicatat pada jurnal penerimaan
kas, disetorkan ke akun bank klien.

2)

Untuk memastikan bahwa seluruh pengeluaran kas yang dicatat pada jurnal
pengeluaran kas telah dikeluarkan dari akun bank klien.

3)

Untuk memastikan bahwa tidak ada transaksi bank yang dihilangkan dari catatan
akuntansi klien.
Perlu diketahui bahwa pembuktian kas tidak dapat mendeteksi pencurian kas sebelum
dicatat dalam buku klien.

c.

Pengujian Untuk Kiting (Tests for Kiting)


Jika kas dicuri oleh karyawan sangatlah mungkin untuk menutupi kekurangan kas
dengan praktik yang dikenal sebagai kiting. Yaitu karyawan menutupi kekurangan kas
dengan melakukan transfer dari satu akun bank ke akun bank yang lain dan tidak
mencatat transaksi tersebut dengan benar dalam buku klien. Pendekatan yang
umumnya dilakukan auditor untuk menguji kiting adalah membuat skedul transfer

antarbank. Skedul transfer antarbank digunakan walaupun prosedur pengendalian


memadai dan tidak dicurigai adanya kecurangan. Jika klien menggunakan banyak
akun, transfer kas dapat ditangani dengan tidak hati-hati. Penggunaan skedul transfer
antarbank memberikan bukti kepada auditor atas kelayakan pisah batas transaksi kas.
Pengujian Transfer Antarbank
Para penggelap biasanya menurupi pencurian kas dengan praktik yang dikenal sebagai
Kitting: mentransfer uang dari satu bank ke bank lainnya dan mencatat transaksi
tersebut dengan tidak benar.
Untuk menguji kitting, dan kesalahan tidak sengaja dalam mencatat transfer
antarbank, auditor dapat mendata semua transfer antarbank yang dilakukan beberapa
hari sebelum dan setelah tanggal neraca serta menelusuri masing-masing ke catatan
akuntansi agar pencatatannya benar.
Ada beberapa hal yang perlu diaudit atas jadwal transfer antarbank, yaitu sebagai
berikut :
Ketepatan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi. Auditor harus
mempertimbangkan informasi pengeluaran dan penerimaan pada skedul ke pencatatan
pengeluaran dan penerimaan kas untuk memastikan akurasinya.
Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank pengirim.
Asumsikan terdapat Rp 10.000.000 dipindahkan dari bank A ke bank B, tetapi hanya
pengeluarannya yang dicatat, maka ini adalah bukti pencurian uang yang ditutupi.
Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus
dilakukan di tahun fiskal yang sama. Jika penerimaan kas dicatat pada tahun fiskal
berjalan dan pengeluaran kas dicatat setelah tanggal neraca, maka hal tersebut bisa
saja dilakukan untuk menutupi berkurangnya kas.
Pengeluaran pada skedul transfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan
dengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek beredar. Dalam akun kas
umum harus dimasukkan sebagai cek beredar pada transfer rekonsiliasi bank. Kurang
saji cek beredar pada rekonsiliasi bank mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
Skedul tranfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan dengan benar dari
rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan. Untuk akun
tabungan dan penggajian harus mengindikasikan setoran dalam perjalanan untuk

transfer rekonsiliasi bank. Lebih saji atas setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi
bank mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
Meskipun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya dimaksudkan untuk
menemukan kecurangan, tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank
tanpa memerhatikan pengendalian internal. Bila ada kemungkinan kiting, maka dapat
mengakibatkan salah perhitungan antara kas dan utang dagang.

Vous aimerez peut-être aussi