Vous êtes sur la page 1sur 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan pada saat ini tengah mengalami beberapa perubahan
mendasar baik sebagai sebuah profesi maupun sebagai pemberi pelayanan
kepada masyarakat dimana tuntutan masyarakat pada keperawatan agar
berkontribusi secara berkualitas semakin tinggi.
Sebagai sebuah profesi, keperawatan dihadapkan pada situasi dimana
karakteristik profesi harus dimiliki dan dijalankan sesuai kaidahnya.
Sebaliknya, sebagai pemberi pelayanan, keperawatan juga dituntut untuk
lebih meningkatkan kontribusinya dalam pelayanan kepada masyarakat yang
semakin terdidik, dan mengalami masalah kesehatan yang bervariasi serta
respon terhadap masalah kesehatan tersebut menjadi semakin bervariasi pula.
Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu
mengarahkan profesi keperawatan dalam menyesuaikan dirinya ditengahtengah

perubahan

dan

pembaharuan

sistem

pelayanan

kesehatan.

Kepemimpinan ini sekiranya yang fleksible, accessible, dan dirasakan


kehadirannya, serta bersifat kontemporer.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan
individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia
individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat
dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi
orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan
untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki
oleh kedua belah pihak.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan
perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada
akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.

1.2 Tujuan Penulisan


Dari penyusunan makalah ini kami mempunyai tujuan:
1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami Gaya Kepemimpinan Kepala
Ruangan di Ruang Rawat Dalam.
1.2.2

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian, tujuan, jenis, teori dari Gaya
Kepemimpinan
2. Untuk memahami Implementasi Gaya Kepemimpinan dalam
keperawatan.

1.3 Metode Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode

penulisan

sebagai berikut :
1. Metode Kepustakaan
Yaitu jenis metode yang digunakan untuk memperoleh data dari
kepustakaan, dengan cara membaca buku-buku yang ada hubungannya
dengan makalah ini dan kemudian diambil sebagai bahan penyusunan
makalah ini.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain
untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu
tujuan umum. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007)
Hersey dan Blanchand (1977) dalam Nursalam (2002) mengartikan
kepemimpinan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan melalui individu dan
kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Fleishman (1973) dalam Nursalam (2002) mengartikan kepemimpinan
sebagai suatu kegiatan yang menggunakan proses komunikasi untuk
memengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok ke arah pencapaian tujuan
dalam situasi tertentu.
LAN RI (1996) dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) mengartikan
kepemimpinan ialah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam
menggerakkan,

membimbing

dan

mengarahkan

orang

lain

agar

melaksanankan tugas dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan.


Stogdill dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) yaitu kepemimpinan
sebagai suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi
dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari
Strogdill dapat diterapkan dalam keperawatan.
Gardner dalam Nursalam (2002) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (atau pemimpin
kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai
dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Merton dalam Nursalam (2002) menguraikan kepemimpinan sebagai
suatu transaksi masyarakat dimana seorang anggota mempengaruhi yang
lainnya.
2.2 Wewenang Kepemimpinan
Wewenang Kepemimpinan yaitu hak untuk bertindak atau mempengaruhi
tingkah laku orang yang dipimpinnya. Wewenang kepemimpinan didapat dari
luar diri pemimpin itu. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
Secara umum, ada dua konsep pemberian wewenang kepemimpinan
dilihat dari arahnya, yaitu dari atas dan dari bawah. Wewenang dari atas
umumnya berasal dari atasan, misalnya seorang direktur rumah sakit
3

menunjuk seorang perawat yang dinilai mampu untuk menjadi kepala bagian
perawatan dan kemudian diberi wewenang untuk memerintah. Cara demikian
ini disebut top-down authority, atau kewenangan dari atas ke bawah. S.
Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).

Manajemen Puncak
Manajer yang lebih
bawah

Pegawa

Pegawai

Pegawai

Pegawa
i

i
Gambar 2.1
Top-Down authority (Kewenangan dari atas ke bawah)
Konsep yang kedua adalah bottom-up authority, atau kewenangan dari
bawah ke atas, yang berdasarkan pada teori penerimaan (receptance theory).
Pada konsep ini, pemimpin dipilih oleh mereka yang akan menjadi
bawahannya. Apabila seseorang diterima sebagai pimpinan dan diberi
wewenang untuk memimpin, maka para bawahan akan menghargai
wewenang tersebut. Pemimpin tersebut bisa juga merupakan seorang wakil
yang mewakili nilai-nilai yang mereka anggap penting. Sesuai dengan teori
pembinaan, para staf/bawahan mengakui bahwa bimbingan dan dorongan
dapat diperoleh dari kepemimpinan atau kewenangan berkonsep bottom-up
authority. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).

Manajer
Gambar 2.2
Bottom-Up authority (Kewenangan dari bawah ke atas)

Pegawa

Pegawa4

Pegawai

Pegawa
i

Meskipun kedua konsep diatas tampaknya saling bertentangan, tetapi


masing-masing mempunyai manfaat sendiri-sendiri. Top-Down Authority
diperlukan bila tingkat koordinasi dan pengawasan layak dan perlu dicapai.
Paling tidak suatu tingkat kewenangan yang terpusat diperlukan untuk
mencapai perencanaan dan pengambilan keputusan yang diperlukan. S. Suarli
dan Yanyan Bahtiar (2007).
Dalam pandangan Bottom-Up Authority, pemimpin formal dapat
menjalankan pekerjaannya dengan efektif apabila ia mendapat dukungan dan
diterima oleh staf/bawahannya. Apabila staf/pegawai menghargai atau
menaruh hormat pada pemimpinnya, mereka akan mengikuti pimpinan
dengan kooperatif dan gembira. Dengan demikian, hubungan atasan-bawahan
akan menjadi lebih erat dan harmonis. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
2.3 Kriteria Pemimpin
Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin
menelaah dengan sistem yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif adalah
seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja
sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya perubahan yang
bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
Swansburg, Russel C (2000)
1. Ruth M. Trapper (1989), membagi menjadi 6 komponen :
a) Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok.
Memilih pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam
bidang profesinya.

b) Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami


kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
c) Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
d) Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
e) Mengambil tindakan
2. Hellander (1974)
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang
yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif
kegiatan.
3. Bennis (Lancaster dan Lancaster, 1982)
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu
:
a) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem
manusia ( hubungan antar manusia ).
b) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan
bawahan.
c) Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam
mempengaruhi orang lain.
d) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan
seseorang mengenal orang lain dengan baik.
4. Gibson (Lancaster dan Lancaster,1982)
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
a) Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin
mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah
membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.
b) Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi :
norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi
dan keakraban kelompok.
c) Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena
setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang
berbeda.
2.4 Pendekatan Kepemimpinan
Secara umum, ada tiga pendekatan kepemimpinan untuk memimpin
suatu unit organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan sifat (traits theory),
6

pendekatan berdasarkan perilaku kepemimpinan (behaviour theory), dan


pendekatan berdasarkan situasi (contingency theory). S. Suarli dan Yanyan
Bahtiar (2007).
1. Berdasarkan Sifat (traits theory)
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dapat dilakukan
dengan cara :
a. Membandingkan sifat-sifat dari mereka yang menjadi pemimpin dan
mereka yang bukan pemimpin.
b. Membandingkan sifat-sifat dari pemimpin yang efektif dan pemimpin
yang tidak efektif.
Sifat-sifat pemimpin yang diharapkan dari pendekatan ini antara lain :
a. Selalu antusias
b. Mengenal dirinya sendiri
c. Waspada
d. Mempunyai rasa percaya diri yang kuat
e. Merasa bertanggung jawab
f. Mempunyai rasa humor
2. Berdasarkan Perilaku Kepemimpinan (behaviour theory)
Intisari dari pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku seperti di
bawah ini :
a. Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang
menjadi pemimpin yang efektif
b. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan cara-cara
yang

dapat

mendelegasikan

mewujudkan
tugas,

sasarannya.

mengadakan

Misalnya,

komunikasi

yang

dengan
efektif,

memotivasi bawahannya, dan melaksanakan kontrol.


3. Berdasarkan Situasi (contingency theory).
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi.
Terdapat

tiga

variabel

situasional

yang

dapat

membantu

gaya

kepemimpinan yang efektik, yaitu :


a. Hubungan atasan dengan bawahan
b. Struktur tugas yang harus dikerjakan
c. Posisi kewenangan seseorang
Pendekatan berdasarkan situasi dapat dimanifestasikan sebagai berikut :
a. Dapat memberi perinah yang akan dilaksanakan
b. Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan
c. Menaati peraturan
7

d.
e.
f.
g.

Disiplin
Mendengarkan informasi dari bawahan
Tanggap terhadap situasi
Membantu bawahan.

2.5 Gaya Kepemimpinan


Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan
dalam suatu organisasi antara lain: Swansburg, Russel C (2000)
a) Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan
melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan
kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh
faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin
memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika
dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan
tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan
menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya
partisipasinya.
b) Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem
yaitu:
1. Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah
terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau
hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
2. Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi
bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan
membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide
bawahan

dan

mendelegasikan

wewenang,

meskipun

dalam

pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.


3. Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar.
Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan

dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi


dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
4. Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
menggunakan

insentif

ekonomi

untuk

memotivasi

bawahan.

Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok


kerja.
c) Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human
Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam
suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu
sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu
tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung
jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada
memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu
senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu
mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya
kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan
serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari
pelaksanaan Teori X.
2. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya
kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan
berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada
dasarnya sesuai dengan Teori Y.

4. Gaya Kepemimpinan Santai


Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan
diserahkan pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)
d) Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House
Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam
Nursalam (2002) mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:
1. Direktif
Pemimpin

menyatakan

kepada

bawahan

tentang

bagaimana

melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin


selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
2. Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap
ramah terhadap bawahan.
3. Parsitipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan
dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
4. Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal
mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)
e) Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:
1. Instruksi
a. Tinggi tugas dan rendah hubungan
b. Komunikasi sejarah
c. Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat
minimal
d. Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang
spesifikserta mengawasi dengan ketat
2. Konsultasi
a. Tinggi tugas dan tinggi hubungan
b. Komunikasi dua arah

10

c. Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan


keputusan cukup besar
3. Parsitipatif
a. Tinggi hubungan rendah tugas
b. Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam
pengambilan keputusan
4. Delegasi
a. Rendah hubungan dan rendah tugas
b. Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan
dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk
mengambil keputusan
f) Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White
Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu
otoriter, demokrasi, liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
1. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Wewenang mutlak berada pada pimpinan
b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan
para bawahan dilakukan secara ketat
f. Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
g. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

pertimbangan atau pendapat


Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
Lebih banyak kritik daripada pujian
Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
Kasar dalam bersikap
Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh

pimpinan
2. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain agar besedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
11

a. Wewenang pimpinan tidak mutlak


b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
c.
d.
e.
f.
g.

bawahan
Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
Komunikasi berlangsung timbal balik
Pengawasan dilakukan secara wajar
Prakarsa datang dari bawahan
Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan

pertimbangan
h. Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan daripada instruktif
i. Pujian dan kritik seimbang
j. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing-masing
k. Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
l. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
m. Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan
saling menghargai
n. Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara
bersama-sama
3. Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan
lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan


Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
Prakarsa selalu berasal dari bawahan
Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan

g) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang

12

Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang


dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:
1. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan.
Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin.
Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada
kepentiungan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.
2. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan
setiap staf. Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk
mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan
tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya.
Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
3. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin
yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan
tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran dan kritiknya
serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan
akhir ada pada kelompok.
4. Bebas Tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan
tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi
pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai
sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
2.6 Tugas Kepemimpinan dalam Keperawatan
Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah: Swansburg,
Russel C (2000)
a. Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat
harus mampu bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi,
berperan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi, serta mengkaji
setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang baru serta

13

mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat


menghasilkan.
b. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan,
ataupun hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan
keluarganya.
c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya
pemimpin untuk memotivasi bawahan
d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan
konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat
memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah
pencapaian tujuan.
e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan
berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu
masih dapat dihargai oleh bawahan.
f. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam
rangka memperlancar pencapaian tujuan.
g. Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik
mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan
dengan baik pula sehingga produktivitas kerja menjadi meningkat.
2.7 Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan
Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan
yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan
tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan
kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi : Swansburg,
Russel C (2000)
1. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan
diorganisasikan.

Semua

kegiatan

hendaknya

direncanakan

dikoordinasikan

sehingga

dan
dapat

dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai
seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di
ruangan.
2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para
perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan
14

jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus mampu


membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai
tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan
dengan benar.
3. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan
berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metode mengajar dan
konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi pengetahuan dan
keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan dalam
melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi
perawat dan klien.
4. Medorong Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan
keperawatan. Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan
bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan.
Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap
individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan
mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu
mengetahui

bahwa

pemimpin

mempercayai

kemampuan

mereka.

Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama.


Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk
berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai
termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi
setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.
5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang
penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu
mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah
melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan.
Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu
perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan
sumber-sumber yang ada.

15

6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja


Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap
staf dan pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan
untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan staf sehingga dapat
mendorong

mereka

mempertahankan

pekerjaan

yang

baik

dan

memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat


menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri
sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur.
Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat
melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif.
Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan, kepala ruangan
sebagai seorang pemimpin bertanggung jawab dalam :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan


Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
Penyelesaian pekerjaan dengan benar
Pencapaian tujuan keperawatan
Kesejahteraan bawahan
Memotivasi bawahan

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengumpulan Data


a. Karakteristik Ruangan Penyakit Dalam
RSUD Surya Kencana Kabupaten Bandung

16

Profil Ruang penyakit dalam adalah Salah satu bangsal perawatan


yang ada di RSUD Surya Kencana Kabupaten Bandung, kapasitas TT 30
bed yang terdiri dari 15 bed untuk Kamar Perawatan Pria dan 15 bed
untuk Kamar Perawatan Wanita. Jadi total keseluruhan 30 Pasien.
Penyakit-penyakit yang sering dirawat di Ruang Penyakit Dalam
seperti

Pasien

dengan

Penyakit

Degeneratif,

Infeksi,

Sistem

Kardiovaskuler, Pencernaan, Perkemihan Non Bedah, Persyarafan,


Gangguan Metabolisme, dan Pernafasan
Jumlah ketenagaan yang ada di Ruang Penyakit Dalam yakni
terdiri dari 21 orang dengan rincian 18 orang tenaga perawat termasuk
Kepala Ruangan dan Supervisor, 1 Petugas Administrasi dan 2 orang
Petugas Kebersihan. Pendidikan terakhir mereka adalah 2 orang S1
Keperawatan, 16 orang D III Keperawatan, 1 orang SLTA dan 2 orang
SLTP.
Ruang penyakit dalam RSUD Surya Kencana Kabupaten Bandung
menerapkan dalam hal Manajemen Keperawatan yang mana Metoda
Asuhan Keperawatan yang di adop adalah SP2KP ( Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional ). Ruangan ini menggunakan pola
Modifikasi Tim-Primer (Moduler) yang mana terbagi atas 2 Tim/Grup.
Masing-masing Tim/Grup diketuai oleh 1 Orang PP ( Perawat Primer ),
dan dibawahnya lagi ada 7 Orang PA ( Perawat Asosiate ) atau Perawat
Pelaksana.

3.2 Analisis Masalah


Diruang dalam berfokus pada penyakit:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Degenerative
Infeksi
system kardiovaskuler
system pencernaan
system syaraf
system perkemihan non bedah
Gangguan metabolism
System pernafasan

4
3
4
3
2
2
3
5
17

26
BOR: 26/30 X 100%= 86,66%
3.3 Pemecahan Masalah
Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan ruang penyakit dalam adalah
gaya kepemimpinan partisipatif dan demokratif. Karena pemimpin dengan
gaya partisipatif akan mendengarkan, menerima dan menilai hasil pemikiran
bawahannya sejauh pemikiran tersebut bisa dipraktikkan. Pemimpin seperti
ini akan mendorong staf agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri
dan menerima tanggung jawab yang lebih luas. Pemimpin akan menjadi leih
suportif dalam kontak dengan para staf dan bukan bersikap diktator meskipun
wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan ada pada pemimpin.
Sedangkan dalam gaya kepemimpinan demokratis pengambilan keputusan
diambil dengan cara musyawarah sehingga para bawahan ikut terlibat
langsung dalam pengambilan keputusan.
1. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus membantu perawat lain mencapai
tujuan yang ditentukan, karena selain membantu mencapai tujuan kepala
ruangan juga lah yang membuat tujuan tersebut sedangkan perawat
pelaksana membantu menjalankan dan mencapai tujuan tersebut.
2. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus memberikan arahan kepada
perawat pelaksana dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan keperawatan,
contohnya ditandai dengan adanya pembagian tugas dari kepala ruangan
untuk masing-masing perawat pelaksana.
3. Kepala Ruangan di Rawat Dalam bertanggungjawab atas tindakan
keperawatan yang dilakukan, karena setiap tindakan-tindakan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat pelaksana merupakan tanggung jawab kepala
ruangan di ruang tersebut.
4. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus melaksanaan tindakan
keperawatan berdasarkan standar , karena
kepada perawat

untuk memberikan contoh

pelaksana agar dapat melaksanakan setiap tindakan

keperawatan sesuai dengan standar


5. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus menyelesaikan pekerjaan dengan
benar , karena sebagai bentuk tanggung jawab dan role model untuk
bawahannya agar dapat bekerja dengan baik dan benar.

18

6. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus mensejahterakan bawahannya,


karena untuk mencapai suatu tujuan di butuhkan kesejahteraan daripada
bawahannya.
7. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus memotivasi bawahannya, karena
untuk suatu tujuan dibutuhkan motivasi yang sangat kuat agar perawat
mampu menjalakan tugasnya dengan baik.
8. Rasio dan karakteristik pasien dan perawat (tingkat ketergantungan pasien)
a. Minimal care 5 pasien
b. Intermediate care 14 pasien
c. Total care 7 pasien

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1

Gaya dan karakteristik pemimpin


Dari hasil penelitian tentang gaya dan karakteristik pemimpin
menujukan

belum maksimalnya dalam memimpin karyawanya atau

bawahanya dan pemimpin kurang berkomunikasi dengan perawat ruangan


penyakit dalam.
2

Kinerja Perawat
Dari hasil penelitian diruangan penyakit dalam kinerja yang ada di
ruangan penyakit dalam sudah cukup baik dengan adanya tugas pokok dan
fungsi tenaga perawat yang sudah sesuai dengan standar operasional yang
ada di ruangan.

19

Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja perawat


Kepemimpinan kepala ruangan dalam kinerja perawat menujukan
berpengaruh yang positif atau baik kerena pemimpin yang baik akan
meningkatkan kinerja perawat pelaksana.

DAFTAR PUSTAKA

C. Swansburg, Russel. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan untuk Perawat Klinis. (Samba Suharyati, et.al, Penerj.) Jakarta:
EGC
C. Swansburg, Russel. 2001. Pengembangan Staf Keperawatan. (Waluyo Agung,
et.al, Penerj.) Jakarta: EGC
Kuntoro,Agus.2010.Buku Ajar Manajemen Keeperawatan. Yogyakarta:Muha
Medika
L. La Monica, Elaine. 1998. Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan.
(Nurachman Elly, et.al, Penerj.) Jakarta: EGC.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : penerapan dalam praktik
keperawatan profesional. Jakarta : Salemba Medika

20

S. Suarli, Yanyan Bahtiar. 2009. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

DAFTAR LAMPIRAN

Gambaran Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan di Ruang


Rawat Dalam Rumah Sakit Surya Kencana Kab. Bandung

Pemeran :
Kepala Ruangan

: Sofan Hardi Fratama

Perawat Primer 1

: Imas Nurwati

Perawat Primer 2

: Resti Rizkika Aftortia

Perawat 1

: Joannisa Rismawati Arisona

Perawat 2

: Nur Fazriany

Perawat 3

: Iskandar Zulkarnaen Sababa

21

Perawat 4

: Emira Saidah Nurfildzah

Perawat 5

: Wilva Ulva Latifah

Perawat 6

: Fitriani Fauziyah Zein

Perawat 7

: Asri Mariparilah Permanasari

NASKAH ROLEPLAY
Di sebuah rumah sakit Surya Kencana di Ruang Penyakit Dalam kelas 3
yang terdiri dari 30 bed , pasien pria 12 orang dan pasien wanita 14 orang.
Terdapat pasien yang minimal care 5 orang, intermediate 14 orang dan total care 7
orang.
Terdapat pasien dengan penyakit gangguan sistem pernafasan dan
membutuhkan perawatan intermediate care. Setelah dilakukan beberapa
pemeriksaan ternyata pasien tersebut menderita BTA positif. Pasien seharusnya di
pindahkan ke ruang isolasi tetapi di ruangan tersebut penuh. Karena kejadian ini
sudah berulang beberapa kali maka diadakan rapat ruangan untuk memecahkan
masalah ini agar tidak terulang kembali.
Diruang Perawat..
Perawat 1

: Bu, pasien bernama Tn. X telah keluar hasil


pemeriksaan Radiologi dan laboratorium ternyata pasien
22

ini positif TBC paru dengan BTA positif, menurut ibu


bagaimana ? soalnya ruangan isolasi sudah penuh.
Perawat Primer 1

: Oh gitu yah, boleh saya lihat hasil pemeriksaannya ?


kalau gitu nanti saya bicarakan dengan kepala ruangan

Perawat primer menghampiri ruang kepala ruangan


Perawat Primer 1

: (mengetuk pintu) Assalammualaikum wr. wb

Kepala Ruangan

: Waalaikumsalam, Masuk... Silahkan Duduk, ada apa ?

Perawat Primer 1

: Terimakasih Pak, begini Pak pasien bernama Tn. X


sudah ada hasil pemeriksaannya dan hasilnya pasien
positif TBC paru dengan BTA positif, sedangkan Ruang
Isolasi sudah penuh. Bagaimana pendapat Bapak
mengenai hal ini karena sudah sering terjadi kasus
seperti ini ?

Kepala Ruangan

: Oh Begitu, Yasudah untuk sementara diruangan itu saja


dulu, karena tidak memungkinkan untuk dipindahkan ke
ruang Isolasi.

Perawat Primer 1

: Baik pak, terimakasih. Assalammualaikum wr. wb

Kepala Ruangan

: Ya, Waalaikumsalam wr. wb

Perawat primer 1 meninggalkan ruangan.....


Di Ruangan Perawat,

perawat primer 1 membicarakan dengan perawat

associate mengenai pasien bernama Tn. X yang didiagnosa menderita TBC paru
BTA positif
Perawat Primer 1

: Saya sudah konfirmasi dengan kepala ruangan, menurut


kepala ruangan pasien bernama Tn. X dirawat diruangan
itu saja, pasien dipindahkan apabila ruangan isolasi ada
yang kosong.
23

Perawat 1

: Bagaimana dengan pasien yang berada di ruangan


tersebut ?

Perawat 2

: Lalu bagaimana dengan perawat sendiri, sedangkan


untuk penggunaan masker dibatasi yaitu hanya untuk
ruangan isolasi saja ?

Perawat 3

: Jadi kalau keputusannya seperti itu maka APD kita


harus ditambah

Perawat Primer 1

: Iya , untuk sementara keputusan ini yang akan kita


laksanakan untuk yang lainnya saya akan konsultasi
kembali dengan kepala ruangan.

Pada saat sedang membicarakan hal itu perawat jaga siang sudah berada
diruangan dan mendengar apa yang dibicarakan dan mereka pun ikut berbicara.
Perawat 4

: Tapi bagaimana apabila Rumah Sakit menolak untuk


menambah jumlah Stok APD kita ?

Perawat 5

: Belum lagi, keluarga pasien yang lain komplain apabila


mengetahui ruangannya disatukan dengan pasien yang
memiliki penyakit menular.

Perawat primer 2

: iya kan hal ini sedang dibicarakan lagi kepada kepala


ruangan, kita tunggu saja hasilnya.

Diruang kepala ruangan...


Perawat primer 1

: Assalamualaikum wr. wb

Kepala ruangan

: Waalaikumsalam wr. wb silahkan masuk

Perawat primer 1

: Pak bagaimana masalah pasien yang terkena penyakit


TBC ? perawat-perawat kita sudah komplain kalau harus
tetap diruangan itu, karena APD bagi perawat dibatasi,
Mereka takut tertular.
24

Kepala ruangan

: Yasudah jika hal ini menjadi masalah bagi perawat


mungkin baiknya kita adakan rapat saja untuk mencari
penyelesaian masalah ini, mungkin waktunya besok saja
agar semua perawat hadir. Kira-kira jam 12.00 diruang
perawat.

Perawat primer 1

: Baik pak akan saya sampaikan kepada rekan-rekan saya


yang lain.

Perawat primer 1 meninggalkan ruang kepala ruangan dan menghampiri


perawat primer 2.
Perawat primer 1

: Bu kepala ruangan akan mengadakan rapat besok jam


12.00 siang untuk membahas masalah ini, tolong nanti
rekan-rekan yang lain beri tahu.

Perawat primer 2

: Iya baik nanti saya akan kasih tau kepada tim saya

Keesokan harinya diruang perawat rapat dimulai....


Kepala ruangan

: (membuka acara rapat) assalamualaikum wr.wb

Staf

: waalaikumsalamm wr.wb

Kepala ruangan

: Terimakasih kepada rekan-rekan sejawat yang telah


beresedia hadir dalam rapat kali ini, hari ini kita akan
membahas beberapa hal mengenai masalah yang perawat
sampaikan kepada perawat primer diantaranya tentang
APD dan ruang isolasi. Baiklah kita langsung saja, disini
kita mempunyai pasien yang seharusnya dirawat diruang
isolasi tetapi ruangannya penuh sehingga pasien tersebut
masih dirawat bersama dengan pasien lain yang tidak
berpenyakit menular serta APD yang disediakan pihak
rumah sakit terbatas bagi perawat. Bagaimana pendapat

25

rekan-rekan mengenai masalah ini ? Agar ada jalan


keluar dan tidak ada masalah bagi kita semua.
Perawat 6

: Begini Pak, apakah kasus seperti ini harus selalu


dibiarkan dan pastinya akan berdampak untuk kita semua
dan juga para pasien disini.

Perawat 7

: Iya Pak, jika terus dibiarkan seperti ini BOR rumah


sakit akan semakin turun khususnya di ruang penyakit
dalam karena kurangnya ruangan isolasi

Perawat 3

: Lalu apabila Tn. X di biarkan di ruangan itu, maka APD


kita harus ditambah, masalahnya apakah rumah sakit
mengizinkannya ?

Perawat 1

: Terus nanti apabila keluarga pasien yang lain tahu


bahwa keluarganya disatukan dengan pasien yang
menderita TBC bagaimana ?

Perawat 4

: Terus apabila perawat disini tertular bagaimana ?

Perawat Primer 2

: Baik, kita pecahkan bersama-sama, bagaimana baiknya


agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara kita. Saya
serahkan kepada bapak bagaimana baiknya.

Kepala Ruangan

: Baik, saya tampung pendapat rekan-rekan, terimakasih


sudah mau menyampaikan pendapatnya. Kita akan bahas
satu persatu, untuk masalah APD mungkin saya akan
mengajukan kepada pihak rumah sakit apakah boleh
untuk menambah jumlah APD. Untuk pasien yang
disatukan dengan pasien yang terisolasi mungkin kita
menyekat bed dengan bed yang lain, jadi ada salah satu
bed yang kosong. Untuk keluarga pasien sendiri kita
akan bicarakannya dengan musyawarah agar keluarga

26

pasien menggunakan masker pada saat berada dalam


ruangan.
Perawat 1

: lalu bagaimana jika saat kita memberitahu tentang


penggunaan masker kepada keluarga pasien, dan
keluarga pasien bertanya untuk apa masker itu, kita harus
menjawab apa?

Perawat 2

: Nah iya, apabila kita memberitahu kepada keluarga


pasien yang ada di ruangan itu bahwa ada pasien lain
yang mempunyai penyakit menular apa tidak melanggar
privasi klien?

Kepala Ruangan

Mungkin

ada

rekan-rekan

disini

yang

dapat

memberikan masukan untuk mengatasi masalah yang


ditanyakan oleh perawat 1 dan 2?
Perawat 6

: kalau masukan dari saya saat kita beritahu saja bahwa


penggunaan masker ini untuk mencegah terjadinya
infeksi nosokomial karena tetapi tidak menuntut
kemungkinan bahwa kita tidak tertular penyakit yang ada
di lingkungan ruangan rumah sakit.

Perawat 7

: saya cukup sependapat dengan perawat 6, intinya


bagaimana caranya kita menjelaskan kepada keluarga
pasien yang sedang menunggu bahwa penggunaan
masker di lingkup rumah sakit adalah penting agar tidak
terjadi penularan penyakit.

Perawat 4

: tapi kan masalahnya untuk APD sendiri belum ada


kejelasan dari pihak rumah sakit apakah Rumah Sakit
bersedia untuk menambah APD.

Kepala Ruangan

: baik, terimakasih kepada rekan-rekan yang telah


memberikan masukannya. Insya Alloh dari hasil rapat
27

ini saya akan mengutarakan semua pertanyaan dan


keluhan dari apa yang kita bahas hari ini.
Perawat Primer 2

: baiklah, untuk rapat hari ini mungkin kita cukupkan


sampai disini, apabila masih ada pertanyaan maupun
keluhan dapat ditampung dulu dan dapat dibahas di rapat
selanjutnya setelah ada keputusan yang jelas untuk
penggunaan APD dari pihak Rumah Sakit.

Kepala Ruangan

: untuk rapat selanjutnya nanti saya akan beritahu


secepatnya melewati perawat primer 1. Terimakasih atas
waktu luangnya menghadiri rapat hari ini dan semoga
ada titik terang dari masalah ini. baiklah, saya cukupkan
rapat hari ini, wassalamualaikum. wr. wb

Staf

: waalaikumsalam. wr. wb

Setelah kepala ruangan membahas masalah yang sedang terjadi di ruang


penyakit dalam kelas 3 dengan kepala Rumah Sakit, kepala ruangan pun
memberitahukan kepada perawat primer 1 agar diadakan rapat kembali.
Perawat primer 1

: Bu, tadi kepala ruangan telah membahas masalah yang


kemarin kita bahas dalam rapat bersama kepela Rumah
sakit, dan kepala ruangan meminta hari ini jam 14.00
diadakan rapat yang kedua, tolong sampaikan kepada
semua perawat diruang penyakit dalam kelas 3.

Perawat primer 2

: baik bu saya akan informasikan kepada semua perawat


yang ada di ruang penyakit dalam kelas 3 agar
menghadiri rapat hari ini.

Saat rapat
Kepala ruangan

: (membuka acara rapat) assalamualaikum wr.wb

Staf

: waalaikumsalamm wr.wb
28

Kepala ruangan

: terimakasih kepada rekan-rekan sejawat yang telah


beresedia hadir dalam rapat kedua hari ini, hari ini kita
akan membahas dan memecahkan semua masalah yang
telah kita diskusikan saat rapat kemarin, untuk itu saya
persilahkan kepada perawat Primer 1 untuk menjadi
notulen rapat hari ini.

Perawat Primer 1

: terimakasih kepada Bapak kepala ruangan, baiklah


mungkin yang pertama kita bahas masalah APD,
bagaimana

pak

apakah

dari

pihak

rumah

sakit

menyetujui tentang penambahan APD terutama masker?


Kepala Ruangan

: untuk pihak Rumah Sakit, Alhamdulillah setelah kami


berdiskusi mereka menyetujui penambahan APD karena
darurat, tetapi setelah masalah ini selesai, mungkin
peraturan APD bahwa digunakan hanya di ruang isolasi
akan berlaku kembali.

Perawat 2

: nah untuk masalah APD sudah dipecahkan

Perawat 3

: berarti tinggal kita menginformasikan kepada setiap


keluarga pasien agar menggunakan masker selama ada di
ruangan rumah sakit.

Perawat 7

kalau

begitu

masalahnya

tinggal

pasien

yang

seharusnya diisolasi tetapi berada di ruang penyakit


dalam bagaimana, apakah sudah ada keputusan dari
kepala rumah sakit?
Kepala ruangan

: ya masalah itu juga sudah ibu bicarakan, dari pihak


rumah sakit akan memberikan beberapa ruangan
tambahan untuk kamar di ruang isolasi.

29

Perawat 6

: tetapi untuk penambahan ruangan kan perlu waktu?


Sedangkan pasien yang seharusnya di ruang isolasi
masih ada di ruang penyakit dalam?

Kepala ruangan

: ya itu juga sudah saya pikirkan, nanti di ruang penyakit


dalam kita buat sekat untuk pasien yang mengalami
penyakit menular untuk sementara waktu sebelum dibuat
ruang isolasi yang baru. Mungkin kurang efektif, dan
cukup sedikit membuat repot perawat, tetapi dengan cara
itu mungkin penyebaran penyakit akan lebih bisa
diminimalisir.

Perawat Primer 1

: bagaimana forum? Apakah setuju dengan usulan kepala


ruangan, atau ada sanggahan atau memberi tambahan?

Perawat 2

: kalo saya pribadi setuju karena menurut saya mungkin


dengan cara itu yang paling efektif untuk sementara ini
selagi pihak rumah sakit menyediakan ruangan tambahan
untuk ruang isolasi.

Perawat Primer 1

: untuk teman-teman yang lain bagaimana?

Staff

: setuju ..

Perawat associate

: baik, telah diputuskan dan ini telah disepakati bersama


untuk masalah ini kita anggap clear. Saya kembalikan
kepada kepala ruangan

Kepala ruangan

: terimakasih untuk

perawat associate yang telah

mengatur jalannya rapat hari ini, mungkin telah


disepakati bersama dan saya anggap masalah ini clear
dan dapat jalan keluarnya. Apabila dari rekan-rekan
sejawat ada ide yang lebih baik bisa langsung bicara
dengan saya.

30

Staff

: Baik Pak..

Kepala Ruangan

: nah sekarang, rekan-rekan bisa kembali untuk


menyelesaikan tugasnya masing-masing.

Setelah ditemukan jalan keluarnya perawat di ruang penyakit dalam pun


tidak khawatir tertular penyakit lagi karena sudah mendapat tambahan APD dari
pihak Rumah Sakit. Sementara itu untuk pasien nya sendiri tetap berada di
ruangan biasa namun disekat, dan keluarga pasien di beritahu untuk
mengggunakan masker saat sedang berkunjung atau menunggu pasien agar tidak
tertular penyakit.

31

Vous aimerez peut-être aussi