Vous êtes sur la page 1sur 7

Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan

Berorientasi Objek (Studi Kasus: Poliklinik IPB)


RESMI IMANDASARI*, IRMAN HERMADI

Inventori

Obat

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi dalam dua puluh tahun terakhir selalu mengalami
peningkatan yang pesat. Teknologi informasi menjadi salah satu perkembangan teknologi
yang berperan banyak dalam meningkatkan kinerja di berbagai sektor kehidupan manusia
(S Fuad 2008). Teknologi informasi memberikan kemudahan dalam pengaksesan dan
pengolahan data menjadi suatu informasi yang dibutuhkan secara cepat, efisien, dan akurat
(Noerlina 2009). Dukungan teknologi informasi yang ada sekarang membuat pengolahan
data secara manual dapat digantikan dengan suatu sistem informasi berbasis komputer.
Sistem informasi akan mengubah data/informasi yang mentah melalui satu atau lebih
proses transmutasi, kemudian membentuk suatu informasi sebagai produk/keluaran
(Adekeye dan Adeoti 2000).
Poliklinik IPB sebagai institusi pelayanan kesehatan membutuhkan suatu sistem
informasi yang menyimpan, mengolah, dan memelihara data untuk meningkatkan kinerja
pelayanan dan manajemen di Poliklinik IPB. Salah satu unit pelayanan dan manajemen di
Poliklinik IPB adalah bagian pengelolaan inventori obat. Berdasarkan hasil observasi,
sistem pengelolaan obat yang saat ini berjalan dilakukan secara manual, sehingga
membutuhkan waktu yang lama dan akan mempersulit pencarian data obat pada waktu
tertentu. Selain itu, proses monitoring kualitas obat berdasarkan yang tercantum pada
tanggal kadaluarsa obat akan semakin sulit diketahui. Demikian pula dengan proses
monitoring persediaan obat jika sudah memasuki batas minimum persediaan, atau bahkan
mengalami penumpukkan persediaan.
Pengembangan sistem informasi berorientasi objek semakin berkembang seiring
dengan keunggulan yang dimiliki jika dibandingkan dengan pengembangan sistem
prosedural. Pada pengembangan sistem informasi berorientasi objek, perangkat lunak lebih
mudah dipelihara karena strukturnya diuraikan secara inheren. Hal ini mengurangi efek
samping yang mungkin terjadi bila perubahan harus dilakukan terhadap sistem. Sistem
berorientasi objek juga lebih mudah untuk disesuaikan dan lebih mudah untuk diskala,
terutama sistem yang menerapkan subsistem reuseable (Pressman 2010).
Perumusan Masalah
Sistem pengelolaan obat Poliklinik IPB yang saat ini berjalan memiliki beberapa
kendala. Masalah-masalah seperti dokumentasi persediaan obat, monitoring tanggal
kadaluarsa obat, dan monitoring persediaan obat akan mengakibatkan kinerja pelayanan
dan manajemen pengelolaan obat tidak berjalan secara optimal. Penerapan sistem
informasi berorientasi objek akan mempermudah dan mempercepat pengolahan data
menjadi informasi. Selain itu, pengembangan sistem berorientasi objek akan
mempermudah pemeliharaan sistem guna pengembangan atau perbaikan sistem
berikutnya. Oleh karena itu, diperlukan studi mengenai sistem informasi pengelolaan obat
dalam menyelesaikan kendala-kendala yang terjadi pada sistem yang sedang berjalan.
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

2
Bagaimana mengembangkan sistem informasi pengelolaan inventori obat
berorientasi objek pada studi kasus Poliklinik IPB?.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kebutuhan pengguna dan sistem pada sistem informasi pengelolaan
inventori obat berorientasi objek pada studi kasus Poliklinik IPB.
2. Merancang dan membangun sistem informasi pengelolaan inventori obat
berorientasi objek pada studi kasus Poliklinik IPB.
Manfaat Penelitian
1. Bagi staf pelayanan obat:
a. Meningkatkan kinerja pelayanan bagian pengelolaan inventori obat di
Poliklinik IPB
b. Mempermudah dokumentasi obat, monitoring persediaan obat, dan monitoring
tanggal kadaluwarsa obat di Poliklinik IPB
2. Bagi pasien:
Pasien dapat memperoleh pelayanan obat-obatan yang dibutuhkan secara cepat, aman, dan
tersedia secara terus-menerus.
Ruang Lingkup Penelitian
Sistem informasi pengelolaan inventori obat berorientasi objek pada studi kasus
Poliklinik IPB ini memiliki beberapa batasan sebagai berikut:
1.

Sistem informasi pengelolaan inventori obat pada studi kasus Poliklinik IPB
yang dikembangkan merupakan sistem informasi berbasis web.

2. Sistem informasi pengelolaan inventori obat pada studi kasus Poliklinik IPB
dikembangkan dengan teknik pemrograman berorientasi objek.
3. Data obat yang digunakan merupakan obat-obatan yang tercatat pada daftar obat
di Poliklinik IPB.
4. Pasien atau konsumen obat merupakan civitas akademika IPB yang telah
terdaftar pada basis data Poliklinik IPB.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Inventori Obat
Menurut Handoko (1984) melalui Indrakusuma (2001) inventori atau persediaan
adalah kegiatan yang menunjukkan sumberdaya yang disimpan serta antisipasinya
terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan sumberdaya dapat secara internal dan
eksternal. Sistem inventori merupakan serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang
memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan
persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini
bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumberdaya yang tepat, dalam kuantitas,

3
waktu, jenis, dan kualitas yang tepat, serta meminimalkan biaya total melaluipenentuan
apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara optimal.
Rangkuti (2000) melalui Indrakusuma (2001) mengatakan bahwa pada prinsipnya
persediaan akan mempermudah dan memperlancar jalannya operasional perusahaan, yang
harus dilakukan dalam memproduksi barang-barang, untuk selanjutnya menyampaikannya
kepada pelanggan atau konsumen.
2.1.1 Jenis Inventori Menurut Fungsinya
1. Batch stock/Lot Size Inventory/Economic Lot Sizing
Persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang
dibutuhkan saat itu, untuk mengurangi biaya-biaya per unit dengan pertimbangan
adanya potongan harga pada harga pembelian, efisiensi produksi dan penghematan
biaya angkutan
2. Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan. Fluctuation stock juga disebut decoupling,
yaitu persediaan yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen tanpa
tergantung pada pemasok.
3. Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang sudah dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman dan data-data
yang lalu.
2.1.2 Inventori Obat
Menurut Suryawati (1997) melalui Indrakusuma (2001), pengelolaan dan
pengendalian inventori obat, diperlukan fungsi-fungsi inventori, yaitu:
1. Perencanaan
2. Pengadaan/pembelian
3. Pendistribusian dan penyimpanan
4. Penggunaan
5. Pengendalian dan evaluasi
Perencanaan bertujuan untuk menentukan jumlah dan jenis obat-obatan
yang dibutuhkan. Pengadaan/pembelian adalah proses untuk mendapatkan obatobatan untuk menunjang kegiatan pelayanan rumah sakit. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan obat-obatan dengan harga layak, mendapatkan barang dengan mutu
yang baik, pengiriman barang terjamin tepat waktu, proses berjalan dengan lancar
dan tidak memerlukan tenaga dan waktu yang berlebihan. Penyimpanan dan
distribusi merupakan langkah lebih lanjut dari siklus pengelolaan obat-obatan.
Kegiatan penyimpanan sering disebut storage atau pergudangan, dimulai dari
datangnya barang yang diadakan sampai adanya permintaan untuk digunakan atau
distribusi.
Penggunaan obat-obatan kepada pasien dikatakan tidak rasional apabila
kemungkinan obat-obatan tersebut untuk memberikan manfaat kecil atau tidak ada
manfaatnya sama sekali atau kemungkinan resiko terhadap efek samping atau
biayanya tidak seimbang dengan manfaatnya. Penggunaan obat-obatan kepada
pasien oleh dokter harus rasional, mengutamakan prinsip 4T dan 1W, yaitu tepat
indikasi, tepat penilaian terhadap kondisi pasien, tepat pemilihan obat, tepat cara
pemakaian dan dosis obat serta waspada terhadap efek samping. Penggunaan obat
yang tidak memenuhi kriteria tersebut diatas dapat dikategorikan penggunaan obat
yang tidak rasional.
Pengendalian pemakaian obat-obatan meliputi:

4
a. Pengendalian kelengkapan jenis, jumlah, dekat kadaluwarsa dan
rusak.
b. Pengendalian penyimpanan, penyalahgunaan, dan sesuai dengan
jumlah
c. Pengendalian terhadap pemasok.
Evaluasi pemakaian obat-obatan meliputi:
a. Laporan persediaan obat-obatan di Poliklinik
b. Laporan stok barang yang mendekati kadaluwarsa
c. Laporan adanya obat baru, obat lama dengan kekuatan yang berbeda
dan obat yang kosong pada distributor (Indrakusuma 2001).
2.2 Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan
kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan
pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses
tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap
kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar
informasi untuk pengambilan keputusan yang cerdik (Hartono 2000).
Model sistem informasi menggambarkan hubungan antara komponen dan aktifitas
dari sistem informasi. Komponen-komponen dari sistem informasi, yaitu:
1. People Resources
Manusia merupakan komponen terpenting dalam menjalankan sistem informasi.
Terdapat dua penggolongan pada komponen ini, yakni end user dan IS specialist. End user
merupakan orang yang menggunakan sistem informasi atau informasi dari sistem
informasi. IS spesialist merupakan orang yang membangun dan mengoperasikan sistem
informasi.
2. Hardware Resources
Hardware merupakan perangkat fisik yang digunakan untuk memproses informasi.
Perangkat yang dimaksud termasuk mesin, media, dan peripherals.
3. Software Resources
Sumber daya software mencakup semua instruksi pemrosesan informasi termasuk
program dan prosedur-prosedur.
4. Data Resources
Sumber daya data merupakan fakta mengenai transaksi bisnis dalam sistem
informasi, informasi yang telah diproses dan terstruktur, atau basis data dari data yang
terstruktur.
5. Network Resources
Sumber daya jaringan menghubungkan antar perangkat dengan media komunikasi
dan dikontrol dengan media perangkat lunak komunikasi.
Selain komponen, terdapat lima aktivitas utama dalam model sistem informasi,
yaitu inputan, proses, keluaran, penyimpanan, dan pengendalian. Inputan merupakan
aktifitas pengambilan data dari sumber data yang akan diproses menjadi informasi. Data
yang telah dimasukkan kemudian dilakukan pengolahan data seperti penghitungan,
pembandingan, pengurutan, pengklasifikasian, dan peringkasan. Aktivitas ini akan
menyusun, menganalisis, dan memanipulasi data, kemudian di konversi menjadi informasi
untuk pengguna. Output merupakan aktifitas yang mencakup pengiriman hasil pengolahan
data dalam berbagai representasi (pesan, laporan, formulir, grafik). Data dan informasi
disimpan untuk kemudian dapat digunakan atau dipanggil kembali pada waktu tertentu.
Sistem informasi akan memberikan umpan balik dalam setiap aktifitas penginputan,
pemrosesan, output, dan penyimpanan. Umpan balik tersebut harus di monitoring dan

5
dievaluasi untuk memastikan bahwa sistem berjalan pada standar performa yang
diinginkan (O Brien 2007).
2.3 Object oriented
Object oriented merupakan suatu paradigma yang menggunakan objek dengan
identitas yang membungkus properties, operasi, melewatkan pesan, class, inheritance,
polymorphism, dan dynamic binding untuk menyelesaikan domain permasalahan.
Paradigma object oriented memiliki karakteristik yaitu abstraksi, enkapsulasi, pewarisan,
reusability, spesialisasi, generalisasi, komunikasi antar objek, dan polymorphisme.
Komunikasi atau relasi antar kelas atau objek terdiri dari pewarisan dan client
suplier. Pewarisan merupakan relasi antar dua kelas yang berbeda level, dimana induk
disebut super kelas dan anak disebut sub kelas. Client suplier merupakan relasi antar dua
kelas berdasarkan kontrak, dimana client akan meminta layanan suplier. Abstraksi
merupakan proses memfokuskan masalah inti dan meninggalkan hal-hal yang tidak
relevan pada suatu permasalahan. Enkapsulasi merupakan pembungkusan data dan
prosedur pengolah data tersebut. Tujuan dari enkapsulasi adalah data yang ada dalam satu
kelas hanya dapat diakses oleh anggota kelas tersebut. Sedangkan kelas lain hanya dapat
meminta layanan yang disediakan oleh kelas tersebut dalam mengakses data. Pewarisan
memungkinkan penggunaan kelas yang telah dibuat sebelumnya pada pembuatan program
(Bennet et al. 2002).
2.4 Unified Modeling Language (UML)
Unified modeling language merupakan notasi pemodelan dari paradigma object
oriented yang telah disahkan oleh Object Management Group (OMG) sebagai standar
teknik pemodelan. Kebutuhan sistem pada paradigma object oriented dispesifikasikan dan
didokumentasikan melalui proses perancangan model. UML terdiri atas pengelompokan
diagram-diagram sistem yang menggambarkan permasalahan dan solusi suatu sistem.
Diagram UML terdiri atas use case diagram, class diagram, system sequence diagrams,
activity diagrams, dan state machine diagrams. Proses pemodelan dimulai dengan
mengidentifikasi use cases dan kelas-kelas domain masalah. (Satzinger et al. 2007)

METODE
Metode pengembangan sistem yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode
prototyping. Menurut Pressman (2010) terdapat lima tahapan yang dilakukan pada metode
pengembangan prototyping yakni komunikasi, perencanaan cepat, pemodelan perancangan
cepat, pembuatan prototype, serta penyebaran, pengiriman, dan umpan balik (Gambar 1).

Gambar 1 Metode pengembangan prototyping


Sumber: Software Engineering A Practitioner's Approach 7th Edition Roger Pressman 2010
3.1 Komunikasi
Tahapan komunikasi merupakan proses interaksi antara peneliti dengan staf
pelayanan obat untuk mendefinisikan keseluruhan sasaran dalam pengembangan sistem
informasi pengelolaan obat di Poliklinik IPB. Pada penelitian ini komunikasi dilakukan
melalui wawancara dengan staf pelayanan obat untuk memperoleh identifikasi kebutuhan
dan batasan sistem.
3.2 Perencanaan Cepat
Identifikasi kebutuhan dan batasan sistem yang dihasilkan pada tahapan komunikasi
kemudian dianalisis untuk mendapatkan fungsi-fungsi yang akan dikembangkan pada
sistem. Tahapan ini bertujuan untuk memahami lebih dalam mengenai spesifikasispesifikasi kebutuhan sistem informasi pengelolaan obat di Poliklinik IPB. Hasil analisis
digambarkan dalam use case diagram dan activity diagram. Use case diagram
merepresentasikan serangkaian jalan cerita yang membantu untuk menyusun,
menghubungkan, dan memahami kebutuhan utama sistem. Activity diagram menunjukkan
alur aktifitas dari setiap use case yang dideskripsikan dalam bentuk workflows.
3.3 Pemodelan Perancangan Cepat
Tahap pemodelan perancangan cepat berfokus pada representasi dari berbagai aspek
perangkat lunak yang dapat dilihat oleh pengguna (Pressman 2010). Pada tahapan ini akan
menghasilkan beberapa diagram yang membantu dalam menyelaraskan spesifikasi
kebutuhan sistem antara pengguna dan peneliti. Diagram yang dihasilkan diantaranya
sequence diagram, class diagram, dan state diagram. Sequence diagram menggambarkan
interaksi pesan dan data antar objek secara sekuensial. Class diagram mendeskripsikan
berbagai objek yang terdapat pada sistem beserta hubungan statis antar objek. Sementara
state diagram menggambarkan status dan transisi dalam kelas (Satzinger et al. 2007).
3.4 Pembuatan Prototype
Tahapan ini merupakan proses untuk menghasilkan suatu prototype berdasarkan
rancangan yang telah dimodelkan pada tahap sebelumnya. Prototype yang dibuat pada

7
penelitian ini merupakan prototype yang nantinya akan menjadi sistem operasional
(prototype tidak dibuang). Pembuatan prototype merupakan tahapan implementasi yang
terdiri atas lingkup operasi dan implementasi antarmuka. Pada lingkup operasi terdiri atas
dua jenis yakni implementasi dan operasional. Lingkup operasi implementasi merupakan
spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam implementasi
sistem. Lingkup operasi operasional merupakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat
lunak minimal yang digunakan dalam operasional sistem. Sementara implementasi
antarmuka merupakan tampilan sistem yang berhubungan langsung dengan pengguna.
3.5 Penyebaran, Pengiriman, dan Umpan Balik
Pada tahap ini prototype yang telah dibuat diberikan kepada pengguna untuk
dilakukan pengujian. Hasil pengujian merupakan umpan balik dari pengguna yang
nantinya akan digunakan untuk memperbaiki atau menambah fungsi baru. Perbaikan dan
penambahan fungsi baru akan dilakukan pada pengulangan selanjutnya.

JADWAL PENELITIAN
No
.
1
2
3
4

Kegiatan

Minggu keDesember

Januari

Februari

Maret

Mei

Perancangan
proposal
Kolokium
Skripsi
Seminar

DAFTAR PUSTAKA
Adekeye, Adeoti WB. 2000. The Importance of Management Information Systems. Nigeria
(NG): University of Ilorin.
Hartono, Jogiyanto. 2000. Pengenalan Komputer : Dasar Ilmu Komputer, Pemograman,
Sistem Informasi, dan Intelegensi Buatan Edisi 3. Yogyakarta (ID): Andi.
Indrakusuma TR. 2011. Analisis manajemen inventori obat-obatan untuk perancangan
sistem informasi farmasi di instalasi farmasi RSJ Dr Amino Gondohutomo Semarang
[tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Noerlina. 2009. Rancangan sistem informasi rumah sakit subsistem: pengelolaan inventory
dan transaksi obat. CommIT 3(1):12-19.
OBrien JA, Marakas GM. 2007. Introduction to Information System Fifteenth Edition.
New York (US): McGraw-Hill.
Pressman R. 2010. Software Engineering A Practitioners Approach Seventh Edition. New
York (US): McGraw-Hill.
Rustiyawan GJ. 2011. Rancang bangun sistem e-learning pada sistem perkuliahan di
program sarjana alih jenis manajemen (PSAJM) IPB [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Satzinger J et al. 2007. System Analysis and Design in a Changing World, Fourth Edition.
Canada (CA): Thomson Course Technology.
S Fuad Noor. 2008. Implementasi sistem informasi rumah sakit untuk subsistem farmasi
[skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Vous aimerez peut-être aussi