Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
I GUSTI AYU AGUNG ISTRI ADNYASWARI
0902105045
3. Klasifikasi
Cedera kepala bisa diklasifikasikan atas berbagai hal. Untuk kegunaan praktis, tiga
jenis klasifikasi akan sangat berguna, yaitu berdasar mekanisme, tingkat beratnya cedera
maupun
tusukan
benda-
bendatajam/runcing.
2. Berdasarkan Beratnya Cedera
Intra Kranial).
Subrachnoidalis Haematoma
Terjadi karena perdarahan pada pembuluh darah otak, yaitu perdarahan
pada permukaan dalam duramater. Bentuk paling sering dan berarti
pada praktik sehari-hari adalah perdarahan pada permukaan dasar
jaringan otak, karena bawaan lahir aneurysna (pelebaran pembuluh
4. Berdasarkan Patofisiologi
a. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi-decelerasi rotasi) yang
menyebabkan gangguan pada jaringan. Pada cedera primer dapat terjadi gegar
kepala ringan, memar otak dan laserasi.
b. Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti hipotensi sistemik,
hipoksia, hiperkapnea, edema otak, komplikasi pernapasan, dan infeksi /
komplikasi pada organ tubuh yang lain
4. Gejala Klinis
Secara umum gejala klinis yang muncul pada trauma kepala adalah hilangnya kesadaran
kurang dari 30 menit atau lebih, kebingungan, iritabel, pucat mual dan muntah, pusing
kepala, terdapat hematoma, kecemasan, sukar untuk dibangunkan. Bila fraktur, mungkin
adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea)
bila fraktur tulang temporal.
Gejala klinis trauma kepala adalah sebagai berikut:
Kehilangan
penginderaan
seperti
pengecapan,
penciuman
dan
pendengaran, wajah tidak simetris, refleks tendon tidak ada atau lemah, kejang, sangat
sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan
dalam menentukan posisi tubuh.
Wajah menyeringai, respon pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa
beristirahat, merintih.
Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas berbunyi,
stridor, terdesak, ronchi, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi).
Fraktur atau dislokasi, gangguan penglihatan, kulit : laserasi, abrasi, perubahan warna,
adanya aliran cairan (drainase) dari telinga atau hidung (CSS), gangguan kognitif,
gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami
paralisis, demam, gangguan dalam regulasi tubuh.
Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, berbicara berulang ulang.
Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Perubahan prilaku, kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
timbul dengan segera atau secara lambat.
Sesuai dengan lokasi perdarahannya, gejala dan tanda dari cedera kepala adalah:
a. Epidural hematoma
Tanda dan gejalanya adalah penurunan tingkat kesadaran, nyeri kepala, muntah,
hemiparesa, dilatasi pupil ipsilateral, pernapasan dalam dan cepat kemudian dangkal,
irreguler, penurunan nadi, peningkatan suhu.
b. Subdural hematoma
Tanda dan gejala: Nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir lambat,
kejang dan edema pupil.
c. Perdarahan intraserebral
Tanda dan gejala: Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegi
kontralateral, dilatasi pupil, perubahan tanda-tanda vital.
d. Perdarahan subarachnoid
Tanda dan gejala: Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil
ipsilateral dan kaku kuduk.
5. Patofisiologi
Adanya trauma yang mengenai kepala seperti pada kecelakaan lalu lintas, tertimpa
benda yang jatuh, terhantam benda tumpul menyebabkan kerusakan pada jaringan otak
dan jaringan lunak. Cedera kepala dapat terjadi bersamaan dengan cedera servikal yang
mungkin disebabkan oleh gerakan hiperekstensi mendadak. Kerusakan pada otak dapat
menyebabkan gangguan neurologi baik berupa gangguan kesadaran, alat-alat vital tubuh
maupun motorik. Gangguan neurologis ini disebabkan oleh terbentuknya hematoma
serebral yang dapat menimbulkan mekanisme desak ruang yang dapat meningkatkan
tekanan intracranial.
Manifestasi yang timbul pada cedera servikal sesuai dengan letak terjadinya cedera.
Cedera pada C1 dan C2 menyebabkan Dislokasi atlanto-servikalis sehingga kepala tidak
dapat melakukan gerakan menggangguk, pusat ventilasi otonom akan terganggu. Cedera
pada C3 - C5 menyebabkan gangguan pada otot pernapasan. Sedangkan cedera pada
servikal C4 C5 menyebabkan gangguan pada otot pernapasan. Patway terlampir.
6. Pemeriksaan Fisik
:4
:3
:2
:1
:3
:2
:5
:1
Mengikuti perintah
:6
Melokalisir nyeri
:5
Fleksi normal
:4
Fleksi abnormal
:3
Ekstensi abnormal
:2
:1
8. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah rutin: Hb, hematokrit, lekosit, trombosit, elektrolit, ureum,
penurunan kesadaran
CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan
9. Penatalaksanaan
Cedera otak sering diperburuk akibat cedera sekunder. Dalam suatu penelitian
terhadap 100 penderita yang berurutan dengan cedera kepala berat yang dilakukan
evaluasi pada saat tiba di UGD diperoleh data 30% penderita dengan hipoksemia
(P02 < 65 mm Hg atau 8,7 kPa), 13% dengan hipotensi (tekanan darah sistolik <
95 mm Hg), dan 12% anemia (Ht < 30%). Penderita cedera kEpala berat dengan
hipotensi mempunyai mortalitas 2 kali lebih banyak dart pada penderita tanpa
hipotensi (60% vs 27%). Adanya hipoksia pada penderita yang disertai dengan
hipotensi akan menyebabkan mortalitas mencapai 75%. Oleh karena itu tindakan
stabilisasi kardiopulmoner pada penderita cedera kepala berat harus dilaksanakan
secepatnya.
1. Airway dan Breathing
Pada cedera kepala sering terjadi gangguan terhentinya pernafasan yang
sementara. Apnea yang berlangsung lama sering merupakan penyebab
kematian langsung di tempat kecelakaan. Aspek yang sangat penting pada
penatalaksanaan segera penderita cedera kepala berat ini adalah Intubasi
endotrakeal. Penderita mendapat ventilasi dengan oksigen 100% sampai
diperoleh hasil pemeriksaan analisis gas darah dan dapat dilakukan
penyesuaian yang tepat terhadap Fio2. Tindakan hiperventilasi harus
dilakukan secara hati-hati pada penderita cedera kepala berat. Walaupun hal
ini dapat digunakan sementara untuk mengkoreksi asidosis dan menurunkan
secara cepat TIK pada penderita dengan pupil yang telah berdilatasi, tindakan
hiperventilasi ini tidak selalu menguntungkan (Lihat VIII.B, Hiperventilasi),
Hiperventilasi dapat di lakukan secara hati-hati pada penderita cedera kepala
berat yang menunjukkan perburukan GCS atau timbulnya dilatasi pupil. pCO2
harus dipertahankan antara 25-35 mm Hg (3,3 - 4,7 kPa).
2. Sirkulasi
Seperti telah diuraikan di atas, hipotensi dan hipoksia adalah penyebab utama
terjadinya perburukan pada penderita cedera kepala berat. Karenanya bila
terjadi hipotensi maka harus segera dilakukan tindakan untuk menormalkan
tekanan darahnya. Hipotensi biasanya tidak disebabkan oleh cedera otak itu
sendiri kecuali pada stadium terminal dimana medula oblongata sudah
mengalami gangguan. Yang lebih sering terjadi adalah bahwa hipotensi
merupakan petunjuk adanya kehilangan darah yang cukup berat, walaupun
tidak tampak. Penyebab lainnya adalah Trauma Medula Spinalis (Tetraplegia
atau Paraplegia), kontusio jantung atau tamponade jantung dan tension
(Diagnostik
Peritoneal
Lavage,
DPI)
atau
pemeriksaan
prognosis
yang
lebih
tepat.
Namun
untuk
dapat
mengikuti
AIRWAY
Identitas
Tgl/ Jam
Triage
Transportasi
:
: P1/ P2/ P3
: Ambulan
No. RM
Diagnosis Medis
:2
: CEDERA KEPALA
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Agama
Status Perkawinan
Pendidikan
Sumber Informasi
Pekerjaan
Hubungan
Suku/ Bangsa
Keluhan Utama
Jalan Nafas
: Paten
Tidak Paten
Obstruksi
: Lidah
Cairan
Benda Asing
Darah
Oedema
Gurgling
crowing
Muntahan
Suara Nafas : Snoring
Tidak Ada
Tidak ada
BREATHING
Nafas
: Spontan
Tidak Spontan
Asimetris
Irama Nafas
: Cepat
Dangkal
Normal
Pola Nafas
: Teratur
Tidak Teratur
Jenis
: Dispnoe Kusmaul
Suara Nafas
: Vesikuler
Sesak Nafas
: Ada
Cyene Stoke
Wheezing
Ronchi
Tidak Ada
Tidak Ada
Pernafasan Perut
Lain
Nadi
: Teraba
Tidak teraba
N: x/mnt
CIRCULATION
: Ya
Tidak
Sianosis
: Ya
Tidak
CRT
: < 2 detik
> 2 detik
Akral
: Hangat
Dingin
Pendarahan
Turgor
: Elastis
Diaphoresis: Ya
S: 36,5 oC
Tidak ada
Lambat
Tidak
DISABILITY
: Eye: 3
Verbal: 4
Motorik: 4
Pupil
: Isokor
Anisokor
Pinpoint
Tidak Ada
EXPOSURE
Resiko Cedera
Deformitas
: Ya
Tidak
Contusio
: Ya
Tidak
Medriasis
Abrasi
: Ya
Tidak
Lokasi: Kepala
Penetrasi
: Ya
Tidak
Laserasi
: Ya
Tidak
Edema
: Ya
Tidak
Luka Bakar
: Ya
Tidak
: 3 cm
: 1 cm
: ... ...
(H 10 SAMPLE
GIVE COMFORT
FIVE INTERVENSI
Masalah Keperawatan:
Monitoring Jantung : Sinus Bradikardi
Sinus Takikardi
Saturasi O2 : %
Kateter Urine : Ada
Tidak
Tidak
Tidak
Problem
: ... ...
Qualitas/ Quantitas
: ... ...
Regio
: ... ...
Skala
: ... ...
Timing
: ... ...
Lain-lain
: ... ...
Masalah Keperawatan:
Keluhan Utama
: kesadaran
Allergi
:-
Medication/ Pengobatan
: -
:-
: -
:-
Leher
Dada
:-
:-
:-
Ekstremitas
Masalah Keperawatan:
:-
2. Analisa Data
NO
1
Penyebab/Etilogi
Cedera kepala
Pembentukan Hematoma intracranial
Masalah
Keperawatan
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
nafas
Hematoma subdural
Kompresi pada korteks cerebri
Penurunan kesadaran (somnolen)
Lidah jatuh ke belakang
Menutupi jalan nafas
Suara nafas tambahan (Snoring)
Ketidakefektifan Bersihan
Jalan nafas
2
DS : DO :
- Perdarahan (+)
dengan jumlah
500 cc
- Riwayat trauma
kepala
- Akral Dingin
Cedera Kepala
Kerusakan jaringan
lunak
Terdapat luka
terbuka
Risiko Perdarahan
Perdarahan < 15%
BB ideal
Risiko Perdarahan
DS : DO :
- Penurunan
Kesadaran (GCS :
11/Somnolen)
Cedera kepala
Risiko Cedera
Risiko
Cedera
3. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul (sesuai pathway) :
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
(statis cairan tubuh yaitu darah)
2. PK : Perdaran berhubungan dengan riwayat trauma kepala ditandai dengan adanya
perdarahan
3. PK : Anemia berhubungan dengan perdarahan akibat trauma
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (perdarahan)
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan sistem saraf pusat
ditandai dengan pasien tidak mampu bicara dan dispnea
6. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan materi asing dalam jalam
nafas (lidah) ditandai dengan adanya suara nafas tambahan (snoring), tampak
obstruksi jalan nafas oleh lidah, RR 30 x/menit, sesak nafas (+), dan irama nafas
cepat.
7. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trauma (trauma kepala) ditandai dengan
perdarahan 500 cc dan riwayat trauma kepala.
4. Rencana Tindakan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan materi asing dalam
jalam nafas (lidah) ditandai dengan adanya suara nafas tambahan (snoring),
tampak obstruksi jalan nafas oleh lidah, RR 30 x/menit, sesak nafas (+), dan irama
nafas cepat.
TUJUAN
INTERVENSI
Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC Label >>> Airway Management
selama . X . jam, diharapkan jalan Activities:
napas klien efektif dengan kriteria hasil :
NOC LABEL >> Respiratory Status :
Airway Patency
potensial ventilasi
Pertahankan kepatenan jalan napas pasien
Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan
napas
Tidak ada retraksi dinding dada
adventif
Menggunakan air oksigen humidifier yang
benar
Monitor pernapasan dan status oksigen yang
sesuai
Pemberian
therapy
oksigen
dan
memonitoring efektivitas
Activities:
panaskan humidifier
Mengelola oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan
Monitor aliran oksigen
Monitor efektivitas terapi oksigen seperti
cheyne-stokes dll
Palpasi kesamaan ekspansi paru
Monitor kelelahan otot diafragma (gerak
paradoks)
Auskultasi suara paru setelah pengobatan
diberikan
Monitor tingkat kegelisahan, kecemasan
Catat nilai SaO2, tidal CO2 dan ABG yang
sesuai
Tempatkan pasien sesuai indikasi untuk cegah
aspirasi serta log roll jika dicurigai respirasi
servikal
frekuensi napas
b. Monitor warna kulit
c. Monitor adanya sianosis ferifer dan sentral
(110-130/70-90 mmHg)
NOC Label>>> Wound care
NOC Label>>> Fluid Balance
a. Intake dan output cairan seimbang
b. Turgor kulit elastic
c. Membran mukosa lembab
a. Monitor
karakteristik
luka,
termasuk
jika diperlukan
Gunakan salep
yang
dianjurkan
untuk
lingkungan
yang
berpotensi
megancaman kesehatan
3. Perbaikan status kesehatan
reaksi.
Monitor status kesadaran.
Monitor GCS.
Monitor Vital Sign.
Monitor respiraratory status.
Monitoring respon terhadap medikasi.
5. EVALUASI
NO
1
DIAGNOSA
EVALUASI
Risiko
Perdarahan
dengan
trauma
napas
6. Tidak ada retraksi dinding dada
1.
2.
3.
4.
5.
(trauma
kepala)
dalam
batas
normal
(16-
20x/mnt)
3. Tekanan darah dalam batas normal
(110-130/70-90 mmHg)
(somnolen).
DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeon Committee on Trauma. Cedera Kepala. Dalam:
Trauma Life Support fo Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia.
Advanced
Komisi trauma
IKABI, 2004.
Kurniawan, Doni. 2011. Cedera Kepala (online) (http://id.scribd.com/doc/52376929/CederaKepala) di akses 21 November 2012
PERDOSSI cabang Pekanbaru. Simposium trauma kranio-serebral tanggal 3
November
2007. Pekanbaru.
Price, SA, Wilson, LM, 2006, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jakarta:
EGC.
Smeltzer & Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner &
Suddarth,