Vous êtes sur la page 1sur 46

0|P age

I.
1.1.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian, ditetapkan
bahwa pembangunan transmigrasi dilaksanakan berbasis kawasan yang memiliki
keterkaitan dengan kawasan di sekitarnya membentuk suatu kesatuan sistem
pengembangan ekonomi wilayah. Kawasan Transmigrasi dibangun dan
dikembangkan di kawasan perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam yang memiliki keterkaitan fungsional dan hierarki
keruangan dengan pusat pertumbuhan dalam satu kesatuan sistem
pengembangan.Pembangunan Kawasan Transmigrasi dirancang secara holistik dan
komprehensif sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Pedesaan/Wilayah
Kabupaten dalam bentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi atau Lokasi
Permukiman Transmigrasi.
Dalam UU No 29 tahun 2009 juga disebutkan bahwa perencanaan kawasan
transmigrasi adalah perencanaan kawasan
yang mempunyai fungsi utama
budidaya, dalam bentuk Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT), Perencanaan
Kawasan Transmigrasi pada setiap Kawasan Transmigrasi, yang menghasilkan :
a. Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) berupa R-WPT dan R-LPT
b. Rencana Perwujudan Kawasan Transmigrasi.
RKT dapat berupa Rencana Tata Ruang WPT atau Rencana LPT.
Pengembangan Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) diarahkan untuk
mewujudkan pusat pertumbuhan baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru,
sedangkan pengembangan Lokasi Permukiman Transmigrasi diarahkan untuk
mendukung pusat pertumbuhan yang telah ada atau yang sedang berkembang
sebagai Kawasan Perkotaan Baru.
Wilayah Pengembangan Transmigrasi merupakan bentuk kawasan transmigrasi
yang dikembangkan dari kawasan perdesaan menjadi sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumberdaya alam yang memiliki keterkaitan fungsional dan hierarki
keruangan dengan pusat pertumbuhan baru sebagai KPB.Wilayah Pengembangan
Transmigrasi terdiri atas: beberapa SKP, dan salah satu SKP yang dikembangkan
menjadi KPB.
Sedangkan Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT) merupakan bentuk
kawasan transmigrasi yang dikembangkan daripusat pertumbuhan yang ada atau
yang sedang berkembang menjadi KPB yang memiliki keterkaitan fungsional dan
hierarki keruangan dengan beberapa SKP sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumberdaya alam.
Rencana Perwujudan Kawasan Transmigrasi merupakan rencana
pelaksanaan kegiatan
pembangunan dan pengembangan untuk mewujudkan
1|P age

kawasan transmigrasi menjadi satu


kesatuan sistem pengembangan ekonomi
wilayah, yang terdiri atas Rencana pembangunan
kawasan
transmigrasidanRencana pengembangan masyarakat dan kawasan transmigrasi
Dalam PP No.3 Tahun 2014 disebutkan bahwa Rencana Pembangunan Kawasan
Transmigrasi meliputi :
a. Rencana pembangunan SKP yang merupakan rencana rinci SKP.
b. Rencana pembangunan KPB
c. Rencana pembangunan SP
d. Rencana pembangunan Pusat SKP
e. Rencana pembangunan Prasarana dan Sarana
Yang keseluruhannya dilaksanakan dengan mengikut sertakan masyarakat
setempat melalui musyawarah.
Setiap SKP yang dimaksud diatas terdiri atas sekurang-kurangya tiga SP dan
sebanyak-banyaknya 6(enam) SP, yang salah satunya disiapkan menjadi Desa
Utama sebagai pusat SKP atau menjadi pusat KPB.Saat ini ketersediaan lahan
untuk pembangunan kawasan transmigrasi baru sudah sangat terbatas dan masih
adanya desa-desa setempat yg terisolir. Maka salah satu upaya yang dilakukan
pemerintahadalahmerencanakan pemukiman yang terintegrasi dengan
penduduk lokal/
desa dalam satu kesatuanadministrasi desa, berupa SP Pugar
. Untuk desa-desa yang berada disekitar calon pemukiman transmigrasi dan tidak
memiliki akses ke pusat pertumbuhan akan dihubungkan ke pemukiman
transmigrasi dan akan dimasukkan dalam deliniasi SKP dan SP tersebut selanjutnya
disebut SPTempatan, SP-SP baik SP baru, SP Pugar maupun SP tempatan
direncanakan mengarah ke pembentukan satu-kesatuan kawasan ekonomi dalam
sistem pengembangan ekonomi wilayah , sehingga wujud SKP tidak hanya berupa
SKP baru akan tetapijuga berupa SKP yang terintegrasi antara SP baru, SP Pugar.
Dengan demikian Satuan-satuan Pemukiman yang akan direncanakan dalam
SKP dapat berbentuk :
a. SP-Baru;
b. SP-Pugar;
c. SP-Tempatan.
1.2.

Maksud ,Tujuan Dan Sasaran Penyusunan Rencana Rinci SKP


Maksud dari penyusunan Rencana Rinci SKP adalah mewujudkan rencana

tata ruang SKP yang mendukung terciptanya Kawasan Transmigrasi secara aman,
produktif dan berkelanjutan yang dapat mengintegrasikan antara permukiman
penduduk setempat dengan permukiman transmigrasi.

2|P age

Adapun tujuannya adalah menyusun:


1. Rencana Tata Ruang SKP (Struktur Ruang dan Rencana Peruntukan SKP);
2. Rencana Pengembangan Usaha Pokok;
3. Rencana Jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan;
4. Rencana Penataan Persebaran penduduk dan kebutuhan SDM sesuai
dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan SKP;
5. Indikasi program utama pembangunan SKP;
6. Rencana tahapan pembangunan SKP.
Sasaran dari perencanaan ini adalah untuk :
1. Terwujudnya keterpaduan program pembangunan kawasan transmigrasi
dengan sektor terkait;
2. Tersedianya informasi areal yang dapat dilanjutkan studi RTSP beserta
prakiraan daya tampung dan pola kegiatan usahanya;
3. Terarahnya pembangunan pemukiman-pemukiman transmigrasi;
4. Terciptanya keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan
permukiman transmigrasi dan desa-desa setempat dalam kawasan;
5. Terciptanya investasi masyarakat di dalam kawasan;
6. Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan
masyarakat/swasta;
Adapun fungsi /manfaat perencanaan SKP ini adalah ;
1. Mengetahui prioritas sarana dan prasarana kawasan yang perlu dibangun;
2. Mengetahui typetype SP transmigrasi (SP Baru, SP Pugar, SP Tempatan) di

dalam SKP ;
3. Mengetahui batas areal yang perlu dilaksanakan konsolidasi lahan untuk

pembangunan pemukiman transmigrasi;


4. Mengetahui areal-areal yang dapat dilakukan studi RTSP ;
5. Mengetahui perkiraan kualifikasi SDM yang dibutuhkan untuk pembangunan

kawasan transmigrasi;
1.3.

Landasan Hukum
Acuan yang dipergunakan untuk penyusunan rencana rici SKP ini disusun

dan dilandasi oleh berbagai peraturan perundang-undangan, khususnya:


1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang
No.15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik
3|P age

Indonesia Tahun 2009 Nomor 131); dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun


1997 Tentang Ketransmigrasian (Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3682, Transmigrasi Penduduk, Swakarsa, Wilayah, dan
Daerah, Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 37);
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 30, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472);
4. PP No 3 Tahun 2014 TentangPelaksanaan UU No15 Tahun 1997Tentang
Ketransmigrasian Sebagaimana Telah Diubah dengan UU Nomor 29 Tahun
2009

TentangPerubahan

Atas

UU

No

15

Tahun

1997Tentang

Ketransmigrasian
5. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Kawasan
Perkotaan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);
6. Undang Undang no 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman berupa KPB.
II.

RUANG LINGKUP

2.1.

Ruang Lingkup Wilayah Studi

Areal yang direncanakan SKP meliputi 5.000 ha s/d 10.000 ha (didalam


batas administrasi kecamatan), Untuk SKP yang didominasi calon SP-SP pugar,
luas potensial untuk

pembangunan

kurangnya 30% dari luas areal SKP


disempurnakan dengan batas-

Permukiman

Transmigrasi

sekurang-

dan mengacu pada hasil R-WPT yang

batas alam yang didapat dari

peta dasar baru

skala 1 : 20.000.
2.2.

Ruang Lingkup kegiatan penyusunan Rencana-SKP

Secara singkat ruang lingkup kegiatan penyusunan Rencana SKP mengikuti


tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan;
4|P age

2. Pengumpulan data sekunder;


3. Sosialiasi di Lapangan mengenai Rencana SKP Integrasi;
4. Survai Pendahuluan ( Pengumpulan data Primer);
a. Survai Topografi
b. Survai Tanah
c. Survai Iklim dan Hidrologi
d. Survai Potensi Hutan
e. Survai Penggunaan Lahan dan Konsolidasi Lahan
f. Survai ketata ruangan
g. Survai demografi dan Sos-budaya (FGD, Interview)
h. Survai potensi ekonomi (potensi pasar , FGD, Interview)
i.

Survai sarana dan prasarana

5. Analisa awal di lapangan;


a. Analisa kontek regional
b. Analisa Kesesuaian Lahan
c. Analisis Tata Ruang
d. Analisis areal potensial
6. Penyusunan draft Struktur SKP Integrasi;
Rekomendasi Type SP Baru, SP Pugar dan SP Tempatan
7. Musyawarah tentang rencana SP Pugar;
8. Identifikasi lahan yang akan diserahkan ;
a. Pemetaan lokasi
b. Survai pengunaan lahan
c. Batas kepemilikan lahan bila ada
d. Pengecekan kondisi fisik
9. Analisis lanjutan ;
a. Analisis kebutuhan sarana dan prasarana
b. Analisis Potensi ekonomi
c. Analisis demografi dan sosial budaya
d. Analisis Penentuan Komoditas unggulan/potensial
e. Analisis Pra kelayakan usaha
10. Penyusunan Rencana Teknis Satuan Pengembangan Kawasan;
a. Tujuan, sasaran dan konsep perwujudan SKP
b. Luasan SKP
5|P age

c. Rencana Struktur Ruang SKP Integrasi


d. Prakiraan Daya Tampung
e. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang SKP
f. Rencana Pengembangan Pola Usaha Pokok
g. Rencana Jenis Transmigrasi Yang akan dilaksanakan
h. Rencana Penataan Persebaran penduduk dan kebutuhan SDM
sesuai dengan Daya Dukung Alam dan Daya Tampung Lingkungan
SKP
i.

Rencana Pembangunan/Pengembangan Prasarana dan Sarana SKP

j.

Tahapan pembangunan SKP dan Indikasi Program

11. Rekomendasi konsolidasi lahan.


Secara lebih detail setiap tahapan diatas dapat diuraikan sebagai berikut.
2.2.1. Persiapan
1. Studi Literatur

Pada tahap persiapan, perlu dilakukan Studi literatur. Hal ini dimaksudkan
untukmengetahui informasi awal mengenai kawasan yang akan di studi.
2. Pembuatan Peta Dasar skala 1 : 20.000 dengan luasan 5.000 10.000 Ha

Menggunakan citra penginderaan jauh sebagai sumber peta dasar seperti


citra foto udara maupun citra satelit (Landsat, SPOT, IKONOS, Quickbird,
World View 2, Geoeye).
3. Interpretasi Citra lansat

Tujuan Interpretasi Citra Satelit adalah untuk mengetahui kondisi penutupan


lahan awal areal studi melalui kunci interperetasi.Kelas-kelas penutupan
lahan yang akan diinterpretasi dari citra satelit mengikuti kenampakan yang
ada di lokasi.
2.2.2. Pengumpulan data sekunder
Data sekunder untuk kawasan dan desa-desa yang masuk kawasan studi ,
meliputi:
1. Fisik ;
2. Sebaran desa dan batas administrasi nya;
3. Data sosial;
4. Data sebaran sarana data pertanian.

6|P age

2.2.3. Sosialisasi Lapangan mengenai Rencana SKP


Melakukan

pertemuan

dengan

aparat-aparat

kecamatan,

desa

dan

tokoh/kelompok masyarakat yang ada di dalam areal SKP untuk :


1. Sosialisasi hasil RWPT/RLPT;
2. Sosialisasi konsep SKP Integrasi;
3. Kesepakatan pelaksanaan survei R-SKP Integrasi;
4. Menuangkan hasil kesepakatan dalam Berita Acara.

2.2.4. Survai Lapangan Pendahuluan


1. Survai Topografi
Survei topografi untuk R-SKP Integrasi ada 2 hal yaitu survei
pengukuran kemiringan dan survei identifikasi lahan yang diusulkan untuk
dilaksanakan konsolidasi lahan Hasil pengkuran lahan adalah berupa Data
dan peta Kemiringan Lahan dengan format dan skala sesuai Peta Dasar.
Survai Lapangan dengan melakukan pengukuran kemiringan lahan
untuk memastikan kemiringan lahan dengan teknik pemetaan sebagai berikut:
a. Membuat kerangka pemetaan
Agar pemetaan areal berada dalam Sistem Pemetaan Dasar Nasional
maka Kerangka pemetaan harus diikatkan kepada titik referensi berupa
Titik Kontrol Nasional yang berada didekat lokasi. Apabila tidak ditemukan
titik kontrol nasional, maka dapat dipilih suatu titik pada peta dasar yang
dapat dikenali pada peta dan mudah dicari di lapangan.
Pengukuran kerangka pemetaan dilakukan sebagai berikut:
1) Direncanakan kerangka pemetaan sedemikian rupa, dapat berupa loop
tertutup atau berupa base line. Bila areal survai luas, untuk
memudahkan

pengambilan

data

lapangan

dan

memudahkan

interpolasi data di atas peta, maka lebih baik menggunakan base line
sebagai kerangka pemetaan.
2) Jarak base line ke batas areal survai tidak boleh lebih dari 3 Km, bila
lebih harus dibuat base line yang sejajar dengan base line pertama.
3) Pemasangan Patok Beton (BM) setiap jarak 3 Km atau sekitar 60 titik
polygon, sebagai titik control pengukuran. Sebagai titik control bantu
dibuat dari Bahan PVC di cor beton (BL), dipasang setiap jarak 1 Km.

7|P age

4) Patok BM dibuat dengan ukuran 15 cm x 15 cmx 80 cm, ditanam


dengan bagian didalam tanah 60 cm. Patok BL menggunakan pipa
PVC diameter 4 inchi, panjang 80 cm, ditanam dengan bagian didalam
tanah 50 cm.
5) Pengukuran Base line menggunakan alat ukur theodolite dengan
kelengkapannya.

Ketelitian

pembacaan

theodolite

untuk

sudut

horizontal minimal 30".


6) Pengukuran base line dilakukan pulang pergi atau merupakan loop
tertutup.
7) Sudut horizontal diamati dengan pembacaan ke target belakang
bacaan biasa, lalu ke target depan bacaan biasa, lalu dengan posisi
teropong luar biasa target depan dibaca luar biasa, kemudian
diarahkan ke target belakang bacaan luar biasa (B B,LB LB).
8) Bersamaan dengan pengukuran horizontal dilakukan pengukuran beda
tinggi dengan metoda tachymetry. Selisih beda tinggi

pembacaan

Biasa dan Luar Biasa ke target belakang tidak boleh lebih dari 2 mm,
demikian juga untuk target depan.
9) Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur pulang pergi.
10) Jarak antara dua titik polygon yang berurutan 50 m maksimum 100m.
11) Tingkat ketelitian pengukuran base line disyaratkan sebagai berikut:
- Ketelitian sudut: 4n (n= jumlah titik polygon)
- Ketelitian linier jarak: 1/2000
- Ketelitian beda tinggi: 60 mmDKm (D= jumlah jarakdalam Km)
b. Membuat jalur pengamatan rintisan dengan interval 500 meter, jalur
rintisan dibuat tegak lurus terhadap base line dimaksudkan agar
memudahkan dalam menginterpolasi data yang diperoleh dilapangan.
Data yang diperoleh melalui jalur pengamatan adalah data topografi,
kemiringan lahan, tanah, penggunaan tanah dan hutan. Salah satu data
yang perlu diamati adalah data kemiringan lahan yang akan digunakan
sebagai masukan dalam perencanaan permukiman.
1) Data kemiringan lahan yang diperoleh dari data DEM maupun citra
satelit perlu dilakukan pengcekan lapangan , pengamatan merata pada
setiap kelas kemiringan lahan dan menyebar di seluruh areal survai.

8|P age

Setiap kelas kemiringan minimal diamati sebanyak 5 titik yang


posisinya menyebar..
2) Pengamatan kemiringan lahan dilakukan pada jalur rintisan per 500 m
dengan memperhatikan kelas kemiringan yang akan dicek.
3) Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat ukur clinometer,
kompas , pita ukur dan GPS.
4) Pengamatan kemiringan dilakukan dengan jarak 50 m ke depan, ke
kanan dan kiri. Dari data prosentase kemiringan (%) yang didapat baik
positip/tanjakan maupun negatip/lereng, akan diambil nilai yang
maksimum.
5) Tempat berdiri pengamatan dan titik target diamati koordinatnya
dengan menggunakan GPS, koordinat dalam UTM
6) Berdasarkan hasil pengamatan kemiringan lahan tadi di lakukan
perbaikan terhadap peta kemiringan lahan hasil DTM.
7) Pengelompokan kemiringan lahan berdasarkan bentuk topografinya
terbagi atas beberapa kelas kemiringan lahan
03%

Datar

Landai/ berombak

Bergelombang

8 15 %

Agak Berbukit

15 25 %

Berbukit 25 40 %

Bergunung

3- 8%

> 40 %

2. Survai Tanah
Survai tanah merupakan kegiatan pengumpulan data kimia, fisik, dan
biologi dilapangan maupun dilaboratorium, dengan tujuan pendugaan
penggunaan lahan umum maupun khusus.
Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan
memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah, sama sifatnya
kedalam satuan peta tanah tertentu. Sifat dari satuan peta secara singkat
dicantumkan dalam legenda, sedang uraian lebih detail dicantumkan dalam
laporan

survei

tanah

yang

selalu

menyertai

peta

tanah

tersebut

(Hardjowigeno, 1995). Hasil survei tanah ini selanjutnya akan digunakan


dalam proses penilaian kesesuaian lahan.
9|P age

Survei tanah baruakan memiliki kegunaan yang tinggi jika teliti dalam
memetakannya. Hal itu berarti :

1. Tepat mencari site yang representatif, tepat meletakkan site pada peta
yang harus didukung oleh peta dasar yang baik
2. Tepat dalam mendeskripsi profil atau benar dalam menetapkan sifat-sifat
morfologinya.
3. Teliti dalam mengambil contoh dan
4. Benar melakukan analisis laboratorium.

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam survei tanah :


1. Sistem grid : dilakukan pada lahan yang relatif datar dan atau peta dasar
kurang lengkap
2. Sistem bebas dilakukan bila peta dasar dan data penunjang lengkap,
acuan dapat diguanakan berdasarkan interporetasi citra satelit/foto udara
dan atas dasar landsystem
3. Sistem sistematik : dilakukan bila hampir sama seperti sistem grid tetapi
jarak pengamatannya tidak sama jauh, peta dasar dan data penunjang
lengkap
4. Sistem bebas sistematik dilakukan untuk mengatasi kekurangan waktu
pengamatan dilapangan. Peta dasar dan peta penunjang lengkap serta
didukung dengan hasil penafsiran citra satelit/foto udara.
Pemetaan tanah yang akan dilakukan adalah untuk menghasilkan peta
tanah di wilayah perencanaan pada skala 1: 20.000 dengan menggunakan
klasifikasi tanah sistem taksonomi tanah USDA/FAO pada kategori famili atau
seri dengan fasenya. Satuan peta yang diperoleh adalah Konsosiasi,
beberapa kompleks dan asosiasi, satuan tanah yang ditampilkan adalah
Famili atau Seri. Pola penyebaran tanah berdasarkan homogenitas
karakteristiknya sehingga terbentuk soil mapping unit atau Satuan Peta
Tanah (SPT).
Survai Pemetaan dan pengamatan tanah ini dilakukan dengan
menggunakan unsur-unsur dari satuanunsur satuan peta tanah yang terdiri
dari satuan tanah, landform, relief dan bahan induk.
Untuk mempermudah dalam pemetaan dan pengamatan tanah serta
mempercepat waktu pelaksanaan survei ,digunakan citra satelit yang jenisnya
10 | P a g e

sama dengan digunakan untuk survei topografi yaitu data SPOT 5 atau Allos ,
untuk melakukan identifikasi satuan-satuan peta tanah.
Sebelum dilakukan survei pengamatan tanah terlebih dahulu dibuatkan
peta kerja pengamatan tanah/Peta Satuan Lahan Homogen sementara yang
selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar evaluasi lahan setelah
dilakukan revisi delineasi berdasarkan kondisi lapangan. Unsur-unsur
pembentuk satuan lahan homogen adalah suatu lokasi wilayah yang
mempunyai satuan tanah yang homogen terdiri dari relief, landform, bahan
induk (peta geologi), penggunaan tanah. Peta satuan Lahan Homogen ini
selanjutnya akan dilakukan proses evaluasi kesesuaian lahan.
Peta satuan lahan homogen disusun terdiri dari landform, relief, bahan
induk dan penggunaan tanah.
a. Pengamatan pemboran dan diskripsi profil mengikuti pedoman Soil
survai manual (Soil Survai staff, 1951, 1961) atau Pedoman
Pengamatan tanah di lapang (Dok LPT, 1969).
b. Pemetaan tanah/satuan lahan dilakukan pada tingkat semidetail untuk
seluruh

areal

survai

pekarangan/pangan

dan

fasilitas

tingkat

detail

umum

dengan

untuk

calon

klasifikasi

lahan
menurut

terminologi dari Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983) dan disebutkan


padanannya menurut sistem Soil Taxonomy (USDA, 1977) dan FAOUnesco (1985). Pada setiap macam tanah sekurang-kurangnya dibuat 2
profil,

salah

satu

profil

pewakil

diambil

contoh

tanah

setiap

lapisan/horizon untuk dianalisa di laboratorium.


c.

Peta Satuan Tanah/satuan lahan disajikan pada skala 1:20.000 untuk


seluruh

areal

survai

dan

skala

1:10.000

untuk

calon

lahan

pekarangan/pangan dan fasilitas umum berdasarkan pengamatan di


lapangan dan jika ada dilengkapi hasil interpretasi foto udara.
d. Peta tanah (Peta tanah dan kesesuaian lahan) Skala 1:20.000 dilengkapi
dengan klasifikasi menurut 3 sistem tersebut di atas dan penilaian
kesesuaian lahan untuk setiap Satuan Peta Lahan (SPL) tersebut. Peta
Satuan Lahan skala 1 : 10.000 dilengkapi dengan legenda satuan
tanah/lahan dengan menunjukkan deskripsi (skema) yang meliputi
kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah, struktur, konsistensi,
reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB).
11 | P a g e

Setiap titik observasi tanah baik pemboran, profil, komposit dan contoh
fisik/undistrub-sample (jika ada) di plotkan pada peta yang disajikan.
e. Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil pada lokasi
yang dicalonkan untuk pekarangan (LP) dan Lahan

Usaha I (LU.I),

dengan kerapatan satu contoh untuk setiap blok/kelompok lahan


pekarangan atau minimal per 25 ha (50 kk) diambil dari kedalaman 0-30
cm. Sedangkan untuk Lahan Usaha II dengan kerapatan satu contoh per
50 Ha pada kedalaman0-30 cm dan 30-60 cm.
f.

Jenis analisa yang perlu dilakukan untuk contoh profil dan kesuburan
seperti terlihat pada tabel :
Tabel
Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi
CONTOH
PROFIL

CONTOH
KESUBURAN

Tekstur dalam 3 fraksi

pH (H2O dan Kel 1 : 1)


Total P
Total K
Kapasitas Tukar Kation
(KTK)
Kejenuhan Basa (KB)
Ca, Mg, K, Na dapat ditukar
Total N
C Organik
P Tersedia
Toksisitas & kekahatan *
A1, H dapat ditukar

V
V
V
V

V
V
V
V

V
V

V
V

V
V

V
V
V

JENIS ANALISA

KETERANGAN
Contoh

kesuburan
secara
kwalitatif dapat
dilakukan
di
lapangan (Soil
Test Kit)

*)untuk

tanah
bermasalah

Penyajian Satuan Peta Lahan (SPL)

Disajikan pada skala 1 : 20.000 untuk seluruh areal survai dan


pada skala 1 : 10.000 untuk Lahan Pekarangan / Pangan dan
Fasilitas Umum.
Dilengkapi dengan Legenda Satuan Lahan yang menunjukkan
deskripsi yang meliputi : macam tanah, kedalaman efektif, tekstur
lapisan atas dan bawah, struktur, konsistensi, reaksi tanah (pH),
Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), status
kesuburan dan kondisi factor pembatas yang menonjol seperti :
alumunium, gambut, banjir, erosi, sulfar masam dan sebagainya.

12 | P a g e

Setiap titik pengamatan tanah dan pemboran profil diplotkan pada


peta SPL yang dilengkapi dengan kedalaman efektif, tekstur
lapisan atas dan bawah serta kedalaman drainase.

3. Survai Iklim dan Hidrologi


Pengertian hidrologi mencakup Sumberdaya Air pada seluruh media
dimana ketersediaan air itu berada, baik berupa hujan di permukaan maupun
di bawah permukaan tanah.
Penelitian diarahkan pada tiga unsur utama yang berkaitan dengan
media dimana SDA. berada, serta dikaitkan dengan disiplin keahlian masingmasing, yaitu :
a. Klimatologi / Agroklimat
b. Hidrologi permukaan / Civil Engineering
c. Hidrologi Bawah Permukaan / Hidrogeologi
Penelitian hidrologi secara keseluruhan ditujukan untuk mengetahui
Potensi Sumberdaya Air, baik untuk pertanian dan tambak / irigasi maupun
untuk persediaan air bersih / air minum.
Selain itu pada fase II ini, segi kuantitas memegang peranan sangat
penting, baik prediksi pada musim kemarau, terutama di daerah-daerah
dimana kondisi iklim/ morfologi/ DAS, serta struktur bawah permukaan yang
kurang mendukung (namun segi kualitas harus tetap diperhatikan).
Kajian hidrologi pada lingkup Satuan Kawasan Pengembangan, calon
pemukiman transmigrasi meliputi cakupan beberapa unsur :
a. Unsur

Klimatologi,

unsur

ini

diarahkan

pada

perhitungan

evapotranspirasi, untuk mengetahui water balance/ neraca air daerah


penelitian yang dapat dikaitkan dengan pola tanam jenis tanaman, serta
ketersediaan air hujan untuk air bersih sepanjang tahun;
b. Khusus untuk pola perikanan diarahkan untuk mengetahui saat-saat tidak
dapat melaut;
c.

Unsur Morfologi diarahkan pada pola/ arah aliran air permukaan/ air
sungai, dan sedimentasi pada alur pelayaran yang memprediksi pola /
letak cekungan / lembah, serta kemungkinan memprediksi adanya
genangan banjir;

13 | P a g e

d. Unsur Daerah Aliran Sungai (DAS), untuk mengetahui daerah cakupan


(Catchment Area), baik cachtment area air permukaan/ air tanah, serta
untuk memprediksi kemungkinan adanya banjir/ genangan air;
e. Unsur

Lithologi

(sedimentasi

batuan

induk

disertai

teksturnya),

dimaksudkan untuk mengetahui reserve aquifer bawah permukaan;


f.

Unsur Geologi (mencakup struktur geologi / jenis / umur batuan induk)


disertai peta geologi dengan diskripsi legenda peta geologi yang lengkap,
serta penampang melintang secara vertikal yang mewakili diskripsi
bawah

pemukaan

lokasi

tersebut,

minimal

skala

250.000,

dimaksudkan untuk mengetahui diskripsi bawah permukaan / kondisi


geologi dan struktur geologi daerah studi;
g. Unsur Kualitas Air, kajian ini diarahkan pada kualitas untuk air bersih/ air
minum sepanjang tahun, penelitian diarahkan pada unsur-unsur kimia/
biologi/ fisik yang terkandung, yang masih dapat ditolerir untuk
dikonsumsi

manusia

Standart

Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia, yang dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat air, seperti


DHL, Salinitas dan sebagainya.
Penelitian hidrologi dibuat sampai pada daerah aliran sungai (Catchment
Area) didaerah tersebut, berdasarkan interpretasi foto udara, pengecekan
lapangan dan data yang ada.
Daerah aliran sungai yang berdekatan dengan batas SKP harus diteliti
juga. Tingkat ketelitian harus cukup untuk menentukan konservasi tanah dan
air di dalam SKP. Penelitian hidrologi aliran permukaan perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Pola aliran sungai harus diplot di atas peta dasar. Batasan daerah aliran
sungai utama harus diplot berdasarkan interpretasi foto udara / citra
satelit dan pengamatan di lapangan dan ditunjukkan diatas peta dalam
laporan. Daerah aliran sungai untuk semua sungai yang mempengaruhi
daerah SKP harus didaftar dan dijelaskan secara ringkas.
b. Frekuensi,

kedalaman

waktu

dan

lama

genangan

air

harus

dipertimbangkan berdasarkan analisis data curah hujan, luas daerah


aliran sungai, morpologi bentuk sungai dan taksiran dari data air limparan
(Run Off). Data tambahan harus dicari dari penduduk setempat dan
pengamatan lapangan.
14 | P a g e

c. Pengamatan fluktuasi (naik turun pasang surut) air laut harus


dilaksanakan dan harus disajikan dimana perlu garis-garis batas
rembesan air asin (salt intrusion), minimal secara indikasi melalui
pengamatan pada saluran navigasi atau sungai Pendangkalan di alur
pelayaran.
d. Studi hidrologi dilaksanakan untuk mengamati sumber daya air dan
kondisi

hidrologi

kawasan

yang

bersangkutan

studi

dilakukan

berdasarkan data yang ada, data Geologi, data lapangan (Geolistrik dan
sumur) dan pengalaman penduduk setempat. Juga diteliti pengamatan
sifat

air

(pH,

DHL,

Salinitas

sifat-sifat

penting

lainnya)

dan

diidentifikasikan kedalam air tanahnya. Apabila perkiraan ketersediaan air


minum yang dibutuhkan tidak dimungkinkan, harus disebutkan dengan
jelas langkah apa yang harus dilakukan.
e. Pada akhir tahap II ini, harus sudah menampilkan sistem tata air
potensial serta desain teknis beberapa alternatif penyediaan air bersih
untuk pertimbangan kebijaksanaan untuk perencanaan transmigrasi.
Untuk pola

tambak dapat menampilkan

sistem

drainase dan

penyediaan air tawar dan air asin. Untuk pola nelayan, juga dapat
menentukan kapan tidak dapat melaut karena iklim yang sangat buruk,
kondisi alur pelayaran, terutama pada saat air surut.
4. Survai Penggunaan Lahan Dan Konsolidasi Lahan
Survai ini dilakukan dalam dua tahap:
1. Survai tahap pertama dilaksanakan bersama-sama survai pendahuluan
topografi awal mengidentifikasi penggunaan lahan kawasan studi,
2. Survai tahap ke dua dilakukan setelah disusun draft struktur ruang RSKP
dan dilaksanakan musyawarah untuk mengetahui kepemilikan lahan yang
direkomendasikan unttuk dilakukan konsolidasi lahan.
a. Survai tahap I (pertama)
Jenis Pengunaan lahan yang didapatkan dari hasil penafsiran citra satelit
(pada tahap persiapan) dilakukan ground checkdi lapangan. Tipe citra
satelit yang dapat digunakan dalam pekerjaan penyusunan RSKP adalah
citra satelit yang memiliki resolusi medium-tinggi misal citra spot, alos,
15 | P a g e

formosat, Ikonos,quickbird, world-view dan lainnya dengan padanan


output hasil peta skala 1:20.000.Tujuan survei penggunaan lahan adalah
untuk melakukan pengecekan hasil penafsiran penutupan lahan dengan
melakukan

pengamatan

pada

lokasi-lokasi

yang

diragukan.Hasil

pengecekan lapangan, penggunaan lahan dikatagorikan sebagai berikut


Desa/Pemukiman, Perladangan, Persawahan, Perkebunan, Alang-alang,
Belukar, Padang Rumput, Rawa Semak dan Hutan ( Hutan Primer Lahan
Kering, Hutan Primer Lahan Basah, Hutan Bakau / Nipah dan Hutan
Karet).
b. Survai tahap ke 2 (kedua)
Survai dilakukan setelah draft tata ruang SKP dan Musyawarah dengan
pemilik lahan yang bersedia menyerahkan sebagian lahannya untuk
pemukiman transmigrasi selesai dilaksanakan.Survai ini meliputi:
a) Identifikasi batas areal milik lahan masyarakat yang akan diserahkan
untuk

pemukiman

transmigrasi

(merupakan

batas

yang

akan

direkomendaikan untuk dilaksanakan konolidasi lahan);


b) Identifikasi nama pemilik lahan;
c)

Identifikasi penggunaan lahan saat ini.

5. Survai Potensi Hutan


Survei ini bertujuan untuk mengetahui survei potensi hutan meliputi survei
potensi tegakan hutan, kerapatan, jenis hutan dan status hutan. Untuk
melakukan proses cepat dapat digunakan analisa dari citra satelit kemudian
diuji sampling lapangan.
1. Untuk mengetahui status hutan digunakan peta kawasan hutan dan
perairan yang dikeluarkan oleh Badan Planologi Kementerian Kehutanan,
status hutan dimaksudkan sebagai masukan bagi penyelesaian status
calon lokasi (pelepasan hutan).
2. Status dan fungsi kawasan hutan menunjukkan sebagai hutan produksi,
hutan produksi konservasi dan hutan lindung serta izin-izin kehutanan.
Data tersebut harus dikonsultasikan dengan Dinas Kehutanan dan atau
Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Setempat.
16 | P a g e

3. Buku Hijau Departemen Kehutanan sangat diperlukan konsultan untuk


masukan identifikasi jenis pohon dan sebagai panduan untuk mentransfer
nama pohon lokal ke mana botanisnya.
6. Survai Ketata Ruangan
Survai ketata ruangan dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran:
1. Desa-desa yang ada yang masuk dalam delinasi SKP yg di studi
2. Pusat pusat Pertumbuhan yg ada atau mulai tumbuh
3. Sarana dan prasarana yang ada ( sarana

peribadatan, sarana

pendidikan,sarana kesehatan , sarana perekonomian, jaringan listrik,


jaringan komunikasi, jaringan air bersih )
4. Jaringan transportasi yang menghubungkan:
-

Internal SKP studi yang menghungkan antar desa;

Eksternal yang menghubungkan SKP studi dengan SKP lainnya dalam


WPT, dengan Pusat WPT dan Pusat terdekat lainnya yang sudah atau
sedang berkembang.

7. Survai Demografi Dan Sosial Budaya


Pada tahap pendahuluan survai demografi dan sosial budaya

dilakukan

dengan menginterview masyarakat,survai ini dimaksudkan untuk :


1. Mengetahui adat istiadat dan hukm adat
2. Mengetahui kesediaan masyarakat bila menerima penduduk pendatang
bergabung dalam satu desa,
3. Kecenderungan masyarakat untuk melakukan integrasi sosial budaya,
4. Toleransi terhadap kebudayaan yang berbeda, dsb.
Metode, sumber data dan teknik sampling untuk setiap jenis data yang
diperlukan dapat dilihat sebagai berikut :
Metode pengumpulan data
Metode wawancara mendalammerupakan metode pengumpulan data yang
sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam secara
umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara.
17 | P a g e

Metode Focus Group Discussiondapat dikatakan sebagai metode diskusi


yang direncanakan dan bertujuan untuk menjaring persepsi serta sikap atas
topik yang didiskusikan secara terbuka dalam suasana proaktif. Peserta
diskusi saling mempengaruhi atas ide dan pendapat yang diutarakan dalam
diskusi tersebut. Pelaksanaan Focus Group Discussion tidak bertujuan
mencari konsensus, tidak mencari pemecahan masalah, dan tidak bertujuan
memberikan rekomendasi atau membuat keputusan.
Metode angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui
formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.

8. Survai Potensi Ekonomi (Potensi Pasar , FGD, Interview)


Dalam penyusunan rencana SKP, diperlukan survey lapangan potensi
ekonomi untuk mendapatkan data primer yang berkaitan dengan rencana
pengembangan usaha kawasan. Survei potensi ekonomi mencakup satuan
wilayah administrasi kecamatan potensial dengan berbasis kepada potensi
desa dan orientasi ekonomi perdesaan,yang meliputi aspek :
1. Data Kesesuaian Lahan;
2. Data Ketersediaan Pasar;
3. Data Ketersediaan dan Penguasaan Teknologi Budidaya dan Pasca
Panen;
4. Data Produksi dan Produktivitas Komoditi;
5. Data Sarana dan Prasarana Penunjang;
6. Data Akses Modal Usaha;
7. Data Kebijakan Pemerintah;
8. Data Minat dan Partisipasi Masyarakat;
9. Data Kelembagaan Ekonomi.

9. Survai Sarana Dan Prasarana


Survai ini untuk mengetahui jenis sarana dan prasarana pemukiman yang
ada dan sebarannya. Sarana permukiman adalah fasilitas penunjang, yang
berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi,
sosial dan budaya. Saranaadalah kelengkapan kawasan permukiman daerah
18 | P a g e

yang berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga,


pemerintahan dan pelayanan umum,peribadatan, rekreasi dan kebudayaan,
olah raga dan lapangan terbuka, serta pemakaman umum;
Yang dikategorikan/termasuk dalam prasarana pada kegiatan Perencanaan
Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) meliputi :
1. PrasaranaJalan;
2. Prasarana Terminal;
3. Prasarana Pengairan;
4. Prasarana Drainase;
5. Prasana Kelistrikan;
6. Prasarana Telekomunikasi.
Sedangkan yang dikategorikan dengan Sarana pada Perencanaan Satuan
Kawasan Pengembangan (SKP) adalah
1. Sarana Pendidikan;
2. Sarana Kesehatan;
3. Sarana Pemerintahan Dan Pelayanan Umum;
4. Sarana Peribadatan;
5. Sarana Olahraga Dan Rekreasi;
6. Sarana Perdagangan Dan Jasa;
7. Sarana Keamanan.

2.2.5. Analisa Awal Kawasan SKP (Di lapangan)


Analisis ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran struktur awal SKP
yang mengarahkan sebaran ke 3 type SP (SP baru, SP pugar dan SP Tempatan).
1. Analisa Kontek Regional
Analisis konteks regional ditujukan untuk mengetahui kedudukan SKP yang di
studi dalam lingkup yang lebih luas .
2. Analisa/Evaluasi Kesesuaian Lahan
a. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada masing-masing SPL di seluruh
areal survai. Penilaian kesesuaian lahan harus dilakukan berdasarkan
prinsip sesuai seperti yang diterapkan dalam A Frame Work Land
Evaluation (FAO1976).

19 | P a g e

b. Penilaian kesesuaian lahan tersebut minimal diarahkan untuk penggunaan


Padi Sawah (PS), Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) dan Tanaman
Tahunan (TT). Selanjutnya dilakukan penilaian kesesuaian lahan untuk
beberapa komoditi, sehingga dapat ditentukan jenis komoditi yang paling
sesuai.
c. Kelas kesesuaian yang digunakan adalah tingkat sub kelas, dimana hasil
penilaian kesesuaian lahan ditentukan oleh faktor pembatas S1, S2, S3
dan N.
d. Penilaian kesesuaian lahan dinilai terhadap :
-

Kesesuaian Lahan Aktual


Yaitu dinilai berdasarkan kondisi saat ini dengan berdasarkan kriteria
standar dari Pedoman Pengelompokkan Kelas Kesesuaian Lahan.

Kesesuaian Lahan Potensial


Yaitu dinilai setelah mempertimbangkan masukan (input) baik
Rendah, Sedang atau Tinggi (Low Input, Medium Input, High Input).
Dalam hal ini (pembatas utama) yang perlu diperhatikan adalah faktor
kunci penentuan kelas kesesuaian lahan yang secara potensial dapat
ditingkatkan menjadi kelas yang lebih tinggi

e. Penilaian kesesuaian lahan secara spesifik untuk setiap komoditi tanaman


pangan pokok dan tanaman lainnya pangan pokok dan tanaman lainnya
yang direkomendasikan oleh konsultan berpedoman menurut sistem Atlas
Format Procedures (CSR/FAO-Staff, 1983).
f. Lahan yang dapat direkomendasikan untuk perencanaan tata ruang
adalah yang memiliki kelas sesuai secara aktual. Dalam hal tertentu jika
Konsultan akan merekomendasikan lahan kelas sesuai secara potensial,
terlebih dahulu perlu mendapat persetujuan dari Direktorat Perencanaan
Pembangunan

dan

Pengembangan

Kawasan

Transmigrasi,

Ditjen

PKP2Trans.
g. Penyajian Peta Kesesuaian Lahan
-

Pada skala 1 : 10.000 untuk seluruh areal survai dengan kesesuaian


lahan actual dan potensial.

Pada skala 1 : 5.000 untuk Lahan Pekarangan dengan Kesesuaian


Lahan Aktual dan Potensial berikut input yang direkomendasikan.

20 | P a g e

3. Analisa Areal Potensial.


Berdasarkan hasil anlaisis kesesuaian lahan dan hasil survai hutan dan survai
tataguna lahan dianalisa lahan :
a. Areal untuk pemukiman transmigrasi memperhatikan kriteria sebagai
berikut:
-

Kemiringan lahan.
Kemiringan lahan yang direkomendasikan untuk LP, LU I, LU II
mempertimbangkan aspek lingkungan dan keamanan.
Tabel
Kemiringan Lahan
Standar tidak Rata-

Keterangan

Peruntukan

Standar Rata-Rata

LP

08%

0 15 %

Diatas 8 % memerlukan

LU I

08%

0 15 %

perlakuan teknis

Rata

Diatas 8 % perlu dibuat


teras bangku
LU II

0 25 %

0 15 %

Diatas 15 % perlu dibuat


teras bangku

Kesesuaian lahan
Kesesuaian

lahan

yang

dapat

direkomendasikan

untuk

pengembangan usaha transmigran masuk kedalam klas S1 S3.


Lahan yang dikategorikan N1 dapat direkomendasikan, namun
harus ada perbaikan terlebih dahulu menjadi klas S, sebelum
dilakukan studi lebih detail. Areal yang direkomendasikan untuk
Lahan Usaha dalam lingkup SKP, memenuhi skala ekonomi usaha
untuk kegiatan pertanian yang diusulkan.
-

Kualitas air minum dan air bersih


Air yang direkomendasikan untuk air bersih memenuhi persyaratan
Permenkes RI No. 907/ Menkes/ SK/ VII/2002

No
I

21 | P a g e

Parameter
Fisika
Bau
Rasa

Tabel
Penentuan Kualitas Air
Kadar Maksimum yang
Diperbolehkan
Satuan
Air Minum
Air Bersih
-

Tidak Berbau
Tidak Berasa

Tidak Berbau
Tidak Berasa

Kekeruhan
TDS
Kimia
Besi
Kesadahan (CaCO3)
Klorida
Mangan
Nitrat + sbg N
Nitrit + sbg N
pH
Sulfat
Raksa

II

Skala NTU
Mg/L

5
1.000

25
1.000

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

0,3
500
250
0,1
10
1,0
6,5 8,5
250
1,0

0,02
75,00
2,25
0,00
0,64
0,20
7,80
2,05
<0,004

1. Kependudukan dan Sosial Budaya


a. Jumlah penduduk desa untuk dijadikan SP pugar minimal 100 KK dan
maksimal 200 KK.
b. Kriteria TPS yang dikatagorikan masuk sebagai Transmigran adalah :
- Penduduk Setempat yang menyerahkan lahan dan punya rumah;
- Penduduk Setempat yang punya lahan tetapi tidak punya rumah;
- Penduduk Setempat yang tidak punya lahan juga tidak punya rumah.
2. Penyusunan Struktur SKP
a. Deliniasi SKP
Sebagai rangkuman dari kriteria - kriteria diatas, maka dalam mendeliniasi
batas SKP adalah sebagai berikut:
- Berdasarkan RTRWK, masuk kawasan budidaya;
- Mengacu hasil RKT;
- Secara status hutan masuk kawasan Hutan APL/HPK;
- Terdapat desa desa eksisting;
- Lahan sesuai dengan yang akan dikembangkan untuk

program

transmigrasi, dengan luas minimal 5.000 s/d 10.000 ha;


- Batas delinasi memanfaatkan batas alam/buatan yang mudah
diidentifikasi dilapangan;
- Skala kedetailan 1 : 10.000.
b. Dalam penyusunan struktur SKP harus mempertimbangkan :
- Letak Pusat SKP diupayakan mempunyai jarak jangkau sama dari tiap
SP yang berada dibawahnya;

22 | P a g e

- Kemudahan

hubungan

dengan

pusat-pusat

pertumbuhan

yang

direncanakan atau yang ada dalam RKT (RWPT atau RLPT) melalui
penyediaan akses jalan serta prasarana pendukung transportasi
lainnya;
- Sebaran lahan yang direkomendasikan dalam setiap calon SP telah
mempertimbangkan jarak jangkau yang direncanakan untuk LP ke LU
I dan LU II memenuhi kriteria jarak sebagai berikut:
Jarak LP ke PD, Lahan Usaha

1)
2)
3)
4)

LP ke PD
LP ke LU I
LP ke LU
Antar SP

Mak 1,5 Km
Mak 2,5 Km
Mak 3,5 Km
Mak 7,0 km

c. Untuk yang diprediksi akan dijadikan desa pugar, pada peta perlu
ditunjukkan mana yang akan tetap sebagai tanah milik penduduk desa
setempat, mana tanah milik yang disepakati akan dikonsolidasi untuk
pembangunan pemukiman transmigrasidengan disertai surat penyerahan
tanah dari penduduk.
d. Untuk yang diprediksi akan dijadikan SP baru, perlu adanya dukungan
surat penyerahan tanah dari penduduk setempat yang akan di proses
nantinya untuk penerbitan SK-HPL.
e. Untuk yang diprediksi akan dijadikan desa tempatan , ditunjukkan surat
kesepakatan dari kepala desa nya, dan bila desa tersebut akan dijadikan
sebagai pusat SKP sudah ada surat kesediaan untuk menyediakan areal
untuk pusat SKP seluas 8 12 ha.
f. Areal HGU yang telah disepakati untuk plasma dan sesuai untuk
dikembangkan perkebunan:
1.

Peta Geologi. Untuk areal yang direkomendasikan untuk pemukiman


transmigrasi bukan areal rawan bencana (banjir, longsor, gempa,
daerah patahan geologi, dll)

2.

Rencana Lintas Sektor. Untuk area-areal yang telah direncanakan


sektor lain dan tidak mendukung atau tidak dapat diintegrasikan

23 | P a g e

dengan rencana pembangunan transmigrasi dikeluarkan dari areal


potensial.
Berdasarkan uraian diatas maka deliniasi Kawasan memenuhi kriteria sbb:
-

Berdasarkan RTRWK,masuk kawasan Budidaya;

Bedasarkan RKT;

Secara status hutan masuk kawasan Hutan APL/HPK;

Lahan sesuai dengan yang akan dikembangkan untuk

program

transmigrasi, dengan luas minimal 5.000 s/d 10.000 ha;


-

Batas delinasi memanfaatkan batas alam/buatan yang mudah


diidentifikasi dilapangan;

Skala kedetailan 1 : 10.000.

2.2.6. Penyusunan Draft Struktur Ruang SKP


Berdasarkan sebaran lahan potensial dan sebaran pemukiman penduduk
setempatdibuat struktur SKP dengan memperhatikan :
1. Penentuan SP-SP;Kriteria SP Baru, SP Pugar dan SP Tempatan
a. SP baru
- Desa yang dipilih masih terdapat potensi lahan pengembangan
pemukiman transmigrasi baru (untuk LP, LU1, LU2, Pusat Desa dan
Fasum )
- Jumlah daya tampung SP Baru 300-500 KK.
b. SP Pugar

- Desa penduduk pugar 100 200 KK;


- Desa yang dipilih masih terdapat potensi lahan pengembangan
pemukiman transmigrasi baru daya tampung 100 200 KK;
- Permukiman lama dan permukiman baru berdampingan dengan jarak
maksimal 1,5 km.
c. SP Tempatan

- Desa yang dipilih sebagai SP Tempatan secara fisik tidak


memungkinkan adanya penambahan KK baru, atau masyarakat
tidak mau adanya tambahan KK baru;

24 | P a g e

- memerlukan aksesibilitas dengan permukiman/SP transmigrasi,


dapat diintegrasi dalam satu satuan SKP dengan jarak maksimal
7km.
2. Penentuan

Pusat-pusat

(Pusat

SKP

dan

Pusat

SP),

dengan

mempertimbangkan:
-

Posisi strategis dari SKP ke pusat pertumbuhan terdekat;

Posisistrategis SP sebagai Pusat SKP untuk melayani SP-SP yang


berada di bawahnya.

Kelengkapan saranadan prasarana yang dimiliki.

3. Arahan Jalan poros dan Penghubung


-

Jalan Poros yang menghubungkan antar SP;

Jalan penghubung yang menghubungkan Pusat SKP dengan pusat


pertumbuhan terdekat.

Dengan diketahui adanya desa yang potensial menjadi SP Pugar , maka


perlu dilakukan musyawarah untuk mengetahui kesediaan penduduk
setempat untuk menyerahkan sebagian lahannya.
2.2.7. Musyawarah
Musyawarah pada tahap ini ditujukan untuk
-

Mensosialisasikan konsep pemukiman transmigrasi SP Pugar;

Menginformasikan lahan potensial untuk pemukiman transmigrasi;

Mengetahui kesediaan menerima warga transmigran dari luar daerah


tersebut ;

Menyatakan kesediannya menyerahkan lahan dan setuju dilaksanakan


konsolidasi lahan;

Bila bersedia dibuat berita acara penyerahan lahan yang ditanda tangani
minimal 85 % dari pemilik tanah yang meilput minimal 85 % dari luas yang
akan diserahkan;

Membuat berita acara.

2.2.8. Identifikasi

Dan

PemetaanLahan

Yang

Direkomendasikan

Untuk

Dilakukan Konsolidasi Lahan.


Lahan yang direkomendasikan untuk konsolidasi lahan dilakukan identifikasi
batas Blok-blok yang direkomendasikan dikonsolidasi lahan perlu dipasang
25 | P a g e

beberapa patok permanen yang dapat mewakili batas lahan. di Pilar/patok


permanen tersebut harus diikatkan pada patok jalur rintisan dan posisinya
dapat mudah diidentifikasikan di lapangan (misalnya pada ujung-ujung blok,
di dekat sungai dan lain sebagainya). Pengukuran pilar-pilar permanen
tersebut dilakukan dengan spesifikasi sebagai berikut :
Spesifikasi pengukuran poligon dan sebagai berikut :
-

Sudut horizontal/poligon diukur dengan theodolite To atau yang sederajat


sebanyak 1 seri ganda (B-B-LB-LB).

Jarak titik-titik poligon diukur dengan pita untuk seraha dan di cek dengan
jarak optis ke muka dan ke belakang.

Salah penutup sudut tidak lebih dari 4 n; (n = jumlah titik polygon).

Ketelitian linier tidak lebih dari 1/2.500.

Salah penutup beda tinggi tachimetri 60 mm D Km (D = Jumlah jarak


jalur pengukuran beda tinggi).

Syarat PemasanganPatok Batas Konsolidasi :


-

Tentukan koordinat sementara patok-patok Batas Konsolidasi di atas Peta


Areal Terekomendasi;

Hitung Azimuth dan Jarak dari Patok BM terdekat terhadap patok-patok


Batas Konsolidasi di Peta Areal Terekomendasi;

Dengan menggunakan alat ukur T 0 dan Pita Ukur dilakukan pengukuran


staking out dari BM terdekat ke patok-patok Batas Konsolidasi sesuai
azimuth dan jarak. Harus diperhatikan besar deklinasi magnetis di daerah
tersebut;

Peta Areal Terekomendasi disajikan pada peta berskala 1 : 5.000 yang


menyajikan patok-patok BM, patok-patok Batas Konsolidasi beserta garis
batas konsolidasi sesuai dengan arah azimuth dan jaraknya;

Sebagai pengikat titik polygon batas lahan tersebut, diambil titik Bench
Mark (BM) pada base line terdekat.

2.2.9. Menyusun Analisa Kawasan Lanjutan


Merupakan pekerjaan di studio untuk mempertajamhasil lapang :

26 | P a g e

2.2.9.1.

Analisis Arahan Pengembangan Kawasan


Pengembangan

Kawasan

Transmigrasi

harus

terintegrasi

dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) dan hasil Rencana


sebelumnya yang telah disusun berupa Rencana Kawasan Transmigrasi
(RKT). Oleh karena itu untuk mengetahui arah pengembangan kawasan
studi perlu dikaji arahan pola ruang RTRW kabupaten terkait kawasan
studi dan arahan sistem kota-kotanya untuk menentukan orientasi
pengembangan kawasan studi nya. Bila sudah ada RKT maka pola
pengembangan

usaha

dan

yang

menjadi

orientasi

pusat

pengembangannya mengacu pada hasil RKT.


2.2.9.2.

Analisis Persebaran Penduduk


Kondisi sebaran penduduk di kawasan studi perlu dikaji, untuk mengetahui
desa-desa yang sudah maju atau desa-desa yang sudah cukup padat
yang sudah tidak memerlukan program transmigrasi dan desa-desa yang
dinilai masih kurang memenuhi standard untuk menjadi desa definitif dan
perlu tambahan penduduk dan masih memiliki lahan potensial untuk
diprogramkan transmigrasi

2.2.9.3.

Analisis kesesuaian Pemukiman


Lahan yang dapat direkomendasikan untuk pembangunan pemukiman
transmigrasi ada beberapa harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
-

Secarakesesuaian lahan dapat dikembangkan untuk pertanian;

Menurut hasil analiss daya dukung lahan dan daya tampung


lingkungan, Kawasan tersebut masih memungkinkan untuk ditambah
penduduk dan kegiatan usahanya. Besaran daya dukung alam dan
daya tampung lingkungan, diperhitungkan dari luasan sumberdaya
lahan dan ketersediaan sumberdaya air permukaan dan air tanah,
dibagi dengan setiap luasan sumberdaya alam yang akan dialokasikan
kepada setiap keluarga transmigran, sesuai dengan pola usaha pokok
yang akan dikembangkan dalam SKP;

Ditinjau status hutan nya merupakan APL ( Hutan Produksi yang dapat
dikonversiinas perlu koordinasi dengan Dinas Kehutanan dan secara

27 | P a g e

kepemilikan /pengusaan lahan tidak menimbulkan konflik sosial. Hasil


Musyawarah merupakan dasar yang diacu untuk analisa ini;
-

Menurut hasil sumur sumur uji dan sumur penduduk menunjukkan


adanya ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan minum para calon
transmigran.

2.2.9.4.

Analisis Tata Ruang


Analisis ini ditujukan mengarahkan struktur ruang dan pola ruang SKP
yangdirencanakan. Untuk struktur ruang ada 2 aspek penting yang perlu
direncanakan adalahsistem pusat permukiman dan sistem jaringan
transportasi, sedangkan untuk pola ruang SKP yang perlu direncanakan
adalahperuntukkan lahan SKP.
Sistem Pusat pemukiman di SKP terdiri atas Pusat SKP yang disebut
Desa

Utama

dan

Pusat

Desa,

desa-desa

yang

masuk

SKP

kemungkinannya ada beberapa alternatif:


a) SemuaCalon SP-SPbaru;
b) SP Baru dan SP Tempatan;
c) Desa Pugar, Calon SP-SPbaru dan desa tempatan;
d) Desa Pugar dan desa tempatan;
e) Semuanya desa pugar.
Untuk mengarahkan SP atau Desa mana yang potensial menjadi Pusat
Kawasan, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan adalah:
a) Sebaran desa /SP dan Prakiraan jumlah penduduk desa / daya
tampung calon SP;
b) Jaringan transportasi;
c) Aksesibilitas ke pusat pemasaran;
d) Kelengkapan sarana dan prasarana sosek yang ada di calon SP atau
Desa yang masuk SKP.
2.2.9.5.

Areal Terekomendasi (Untuk SP Baru, SP Pugar Dan SP Tempatan).


Berdasarkan hasil analisis Kesesuaian pemukiman dan analisis tata
ruang,dihasilkan areal terekomendasi untuk dilakukan studi lebih lanjut
(RTSP) dengan merumuskan type SP dan menghitung luasannya.

28 | P a g e

Khusus untuk areal yang direkomendasi untik SP Pugar diidentifikasi lebih


lanjut kondisi penggunaan lahannya.
Areal yang direkomendasikan untuk di SP pugar harus dirembug dengan
masyarakat agar bersedia untuk dikonsolidasi lahan.
2.2.9.6.

Analisis Kebutuhan Prasarana Lainnya Dan Sarana Sosial Ekonomi


Pengembangan Prasarana dan Sarana Permukiman:
a) Mengarahkan Pertumbuhan Kawasan transmigrasi
b) Mendukung Kebutuhan Pengembangan Permukiman
c) Menunjang Kegiatan Ekonomi Kawasan
d) Menunjang Kegiatan Pelayanan kepada Masyarakat
e) MewujudkanPermukiman Yang Layak dalam Lingkungan Sehat,
Aman,Serasi,danTeratur
Analisa

kebutuhan

prasaranadan

sarana

didasarkan

prediksi

penduduk yang akan bermukim di masing-masing calon SP dan total


penduduk di SKP yang direncanakan dan mengikuti Standard Nasional
Indonesia.
Analisa kebebutuhan prasarana meliputi :
1) Prasarana Terminal;
2) Prasarana Pengairan ;
3) Prasarana Drainase Kawasan;
4) Prasarana Listrik ;
5) Prasarana Telekomunikasi ;
Analisa kebutuhan Sarana Sosial-ekonomi meliputi :
1) Pendidikan;
2) Sarana Peribadatan;
3) Sarana Kesehatan;
4) Sarana Perdagangan dan Jasa;
5) Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum;
6) Sarana Olah Raga Dan Rekreasi.

2.2.10. Analisis Potensi Ekonomi


Dalam penyusunan rencana SKP, diperlukan analisis potensi ekonomi untuk
merumuskan dan menyusun arahan dan pola pengembangan usaha
29 | P a g e

kawasan. Analisis potensi ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui


hubungan pengaruh setiap aspek/parameter dengan melakukan penilaian
atas keberadaan variabel/kriteria dari potensi desa dan orientasi ekonomi
perdesaan terhadap rencana arahan pengembangan usaha kawasan,
meliputi aspek :
1.

Analisis Kesesuaian Lahan;

2.

Analisis Pasar;

3.

Analisis Ketersediaan dan Penguasaan Teknologi;

4.

Analisis Produksi dan Produktivitas;

5.

Analisis Sarana dan Prasarana Penunjang;

6.

Analisis Akses Modal Usaha;

7.

Analisis Kebijakan Pemerintah;

8.

Analisis Minat Dan Partisipasi Masyarakat;

9.

Analisis KelembagaanEkonomi;

10. Analisis Penentuan Komoditas Unggulan.

2.2.11. Analisis Kelayakan Usaha


Analisis kelayakan usaha, dimaksudkan untuk mengetahui apakah
pengembangan

komoditas

direncanakan

atau

unggulan

yang

atau

sedang

usaha
berjalan

ekonomi
layak

yang
untuk

dilaksanakan/dipertahankan kelangsungan usahanya dan atau layak untuk


dikembangkan. Analisis kelayakan usaha ekonomi yang berorientasi
pertanian harus mempertimbangkan aspek-aspek antara lain

aspek

Finansial.
Aspek ini berkaitan dengan perkiraan biaya investasi, perkiraan biaya
operasi dan pemeliharaan,kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan,
perkiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi. Selain perhitungan ini,
juga perluditampilkan perhitungan break even point beserta pay back
period, proyeksi laba/rugi, proyeksi aliran kas dan dampak kegiatan usaha
pertanian terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan.
2.2.12. Analisis demografi dan sosial budaya
Analisis data demografi

akan menghasilkan kuantitas, komposisi, dan

distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu serta perubahan30 | P a g e

perubahannya. Analisis data demografi juga dapat menjelaskan keterkaitan


antara pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan keragaman penduduk
berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan/matapencaharian, etnis, agama,
lokal/pendatang, mobilitas

geografis, dan

sebaran penduduk dengan

integrasi sosial dalam konteks kebutuhan penyusunan rencana SKP.


Metode analisis demografi akan dilakukan dengan analisis kualitas
data dan

analisis tren. Saat ini data demografi bisa dengan mudah

didapatkan, baik secara online maupun dari data-data yang dapat diperoleh
dari instansi-instansi terkait. Sedangkan analisis sosial budaya akan
menghasilkan profil masyarakat lokal berdasarkan unsur-unsur kebudayaan
dan kecenderungan sikap toleransi terhadap kebudayaan yang berbeda dan
faktor-faktor sosial-budaya yang berpotensi menjadi konflik sosial.
Berdasarkan
dihasilkan

hasil

aspek-aspek

analisis
sosial

memberikan pertimbangan

sosial-budaya
budaya

dan

dan

demografi

demografi

akan

yang

dapat

dalam perencanaan SKP, terutama

yang

terkait dengan aspek : prakiraan daya tampung, pola pemanfaatan ruang


SKP, pengembangan Pola usaha pokok, jenis transmigrasi yang akan
dilaksanakan, dan penataan sebaran penduduk dan kebutuhan SDM sesuai
dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan SKP.

2.3.

Musyawarah
Hasil analisis terekomendasiuntuk desa-desa yang potensial untuk dijadikan

SP pugar di lakukan musyawarah dengan penduduk setempat untuk menyepakati


lahan-lahan yang potensial untuk pemukiman transmigrasi bersedia untuk
diserahkan dan dikonsolidasi oleh BPN.

2.4.

Penyusunan Rencana SKP


Rencana SKP terdiri atas:

1. Tujuan dan sasaran penyusunan Rencana SKP


2. Luasan SKP
3. Rencana Struktur Ruang SKP
Rencana Struktur SKP terdiri sistem permukiman dan sistem jaringan transportasi.

31 | P a g e

A. Sistem pemukiman dalam lingkup SKP terdiri atas:


a) Beberapa satuan pemukiman dan desa, minimal 3 SP maksimal 6 SP;
b) Pusat Kawasan yang disebut Desa Utama;
c) Pusat Satuan Pemukiman yang disebut Pusat Desa.
B. Sistem Jaringan transportasi lingkup SKP terdiri atas:
a) Jalan penghubung yaitu jalan yang menghubungkan pusat SKP dengan
kawasan lainnya.
b) Jalan Poros yang menghubungkan pusat SKP dengan pusat desa, dan yang
menghubungkan antar pusat desa.
Dalam penyusunan Rencana Struktur SKP, perlu dideliniasi SP SP sesuai
dengan potensi dan batasan batasan yang ditemui;
a. Banyaknya jumlah SP yang dideliniasi mengacu pada hasil analisis tata ruang.
b. Luas Satu SP antara 1.000 Ha 1.600 Ha (lihat sub bab analisa tata ruang).
c. Idealnya dalam batas administrasi satu desa.
d. SP yang dideliniasi bisa dikategorikan dalam 3 jenis yaitu:
-

SP Baru adalah SP yang berdiri sendiri pada areal potensial yang status
lahannya bebas dari peruntukan lahan lainnya atau perolehan lahannya
berasal dari tanah adat / ulayat yang telah diserahkan untuk permukiman
transmigrasi, atau berasal dari tanah negara.

SP Pugar adalah SP yang merupakan gabungan / integrasi dari desa /


kampung setempat yang ditata / dipugar melalui proses konsolidasi lahan
dengan permukiman baru yang dapat dibagun sebagai pengembangan dari
permukiman desa / kampung setempat. Perolehan lahan permukiman
pengembangan adalah dari proses konsolidasi lahan dan atau tanah negara
bebas yang dapat diintegrasikan menjadi satuan permukiman dengan desa /
kampung setempat tersebut.

SP Tempatan adalah permukiman desa / kampung setempat yang berdasar


potensi dan pengembangan masyarakat dan pemerintahan desanya dapat
memenuhi syarat sebagai satu kesatuan SP dan dimasukkan kedalam
deliniasi SKP.

4. Prakiraan Daya Tampung


Berdasarkan deliniasi SP dihitung perkiraan daya tampung masing-masing
SP.
32 | P a g e

5. Rencana Peruntukan Lahan SKP


Rencana Peruntukan lahan SKP terdiri atas:
a. Areal pusat pelayanan Fasum dan Fasos;
b. Areal permukiman (Areal yang direkomendasikan PTA, Pecahan KK
areal pemukiman yg dipugar);
c.

Ruang untuk sarana dan prasarana;

d. Areal untuk pengembangan usaha pokok;


e. Ruang terbuka hijau;
f.

Areal konservasi;

g. Areal cadangan untuk pengembangan.

6. Rencana Pengembangan Pola Usaha Pokok


Rencana

pengembangan

usaha

di

kawasan

merupakan

integral

pembangunan perdesaan harus berbasis pertanian yang dilaksanakan secara


terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir sesuai dengan sistem-sistem input
produksi dan keluaran/output. Berdasarkan hasil analisis aspek-aspek
tersebut diatas terhadap pengembangan komoditas unggulan di kawasan,
maka pengembangan usaha di kawasan dilakukan dengan sistem agribisnis.
Dalam perencanaan dan pemanfaatan sumber daya kawasan secara tepat
dan efisien untuk peningkatan pendapatan petani yang mengusahakan
komoditas unggulan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah/nasional,
dilakukan pendekatan dasar Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas
Unggulan (SPAKU), Penyusunan rencana SPAKU di kawasan meliputi :
a.

Subsistem Input;

b.

Subsistem Produksi (Farming);

c.

Subsistem Pasca Panen dan Agro-Industri;

d.

Subsistem Pemasaran (Marketing);

e.

Subsistem Jasa dan Penunjang.

7. Rencana Jenis Transmigrasi Yang Akan Dilaksanakan


Sesuai dengan pola usaha yang diusulkan dijelaskan mengenai jenis
transmigran yang sesuai ditempatkan dimasing masing SP.
8. Rencana Penataan Persebaran Penduduk dan Kebutuhan SDM Sesuai
dengan Daya Dukung Alam dan Daya Tampung Lingkungan SKP
33 | P a g e

Sesuai dengan sebaran SP yang sirencanakan dirumuskan rencana


persebaran penduduk sesuai dengan kulaitas SDM yang diperlukan.
9. Indikasi Program dan Pentahapan Pembangunan SKP
Indikasi program selanjutnya yang diperlukan terkait pembangunan kawasan
transmigrasi perlu dibuat, meliputi:
a. Pelaksanaan Konsolidasi Lahan;
b. Penerbitan SK HPL ( sesuai hasil kesepakatan konsolidasi lahan antara
masyarakat dengan Pemerintah daerah);
c. Penyusunan RTSP (sesuai hasil rencana struktur ruang SKP

: RTSP

Pugar, RTSP baru dan RTSP Tempatan) dan Rencana Teknis Detail Jalan
dari SP ke pusat SKP ;
d. Penyusunan Rencana Jalan Penghubung antara Pusat SKP ke jalan
kabupaten terdekat;
e. Penyusunan Rencana Teknis Detail Prasarana (Jembatan, Dermaga,
Saluran Drainase) dan Sarana sesuai kebutuhan (Rumah Transmigran,
Fasum/Fasos, SAB Non Standar, Tenaga Listrik, Sub Terminal, Shelter);
f. Pembangunan jalan penghubung/poros ;
g. Pelaksanaan pembukaan Lahancalon pemukiman transmigrasi pendatang;
h. Pembangunan jalan desa baik di lahan Calon transmigran dan di desa
Pugar;
i. Pembangunan Fasum , rumah transmigran , pemugaran rumah-rumah
transmigran, dan pembangunan pecahan KK;
j. Penempatan transmigran. Prioritas penduduk setempat yang berhak
menjadi TPS (transmigran dari penduduk setempat) untu SP Pugar : dapat
dilihat pada tabel.
III.

TENAGA AHLI
Untuk menyusun R-SKP perlu melibatkan beberapa Tenaga ahli yang

profesional. Untuk melaksanakan kegiatan R-SKP. Tenaga ahli yang dibutuhkan


dengan komposisi sebagai berikut :

34 | P a g e

Tabel
Tenaga Ahli
No

Profesi/Keahlian

Ahli Perencanaan
Wilayah
Ahli Geodesi

Ahli Hidrologi

Ahli Tanah
Ahli Ekonomi
Pertanian/
Ahli Kehutanan
Ahli Sosial Budaya

Pengalaman
Kerja
(Tahun)

Latar Belakang Pendidikan


S1 Planologi

Jabatan
Dalam
Proyek

S1 Geodesi
S1 Geologi/ Agrometerologi/
Geografi/Sipil Hidrologi
S1 Ilmu Tanah
S1 Sosek Pertanian

Ketua Tim

Anggota

2,5

Anggota

Anggota

Anggota

6
S1 Kehutanan
2
7
S1 Sosiologi
3
Catatan :
-Salah satu dari tenaga ahli harus mempunyai sertifikat Amdal minimal A untuk melakukan Telaahan Lingkungan.

Anggota
Anggota

- TA diatas untuk Pola Tanaman Pangan dan Tanaman Perkebunan , untuk pola lain , tenaga ahli ditambah /dikurangi sesuai kebutuhan.

No.

Profesi/Keahlian

Bulan
III

II

IV

OB

Ahli Perencanaan
Wilayah

Ahli Geodesi

Ahli Hidrologi

2,5

Ahli Tanah

Ahli Sosek Pertanian

Ahli Kehutanan

Ahli Sosiologi

Tugas tenaga ahli antara lain:

a. Ahli perencanaan wilayah (ketua tim)


- Mengkoordinasikan penyusunan laporan dari berbagai disiplin ilmu;
- Melakukan analisis tata ruang kawasan;
- Melakukan analisis jaringan transportasi dan analisis kebutuhan
sarana dan prasarana untuk menunjang rencana pengembangan
kawasan transmigrasi;
- Bertanggungjawab terhadap peta RWPT, peta analisis tata ruang dan
peta RSKP.

b. Ahli geodesi
- Melakukan

analisis

kelerengan

untuk

mendapatkan

klasifikasi kelerengan beserta posisi dan luasannya;


- Melakukan koordinasi di bidang kegiatan topografi;
35 | P a g e

informasi

- Mengkoordinasikan penggambaran semua peta;


- Bertanggungjawab terhadap peta orientasi dan peta kemiringan
lereng.

c. Ahli tanah
- Mengarahkan, mengevaluasi dan memberi petunjuk kepada surveyor
tanah;
- Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya dalam melakukan pekerjaan
penilaian kondisi fisik dan kimia tanah;
- Bertanggungjawab terhadap analisa tanah dan penyusunan peta
kesesuaian lahan.

d. Ahli hidrologi
- Mengidentifikasi daerah-daerah bahaya banjir, pengamatan pasang
surut dan intrusi air laut serta genangan-genangan yang ada di
daerah survai;
- Mengevaluasi ketersediaan sumber daya air untuk keperluan air
minum transmigran dan keperluan lainnya;
- Menganalisa data iklim, minimal 10 tahun terakhir;
- Bertanggungjawab terhadap perhitungan dan peta sumber daya air.

e. Ahli kehutanan
- Melakukan survai tentang flora dan fauna;
- Menghitung perkiraan potensi kayu;
- Melakukan deliniasi status dan fungsi kawasan, serta kelas hutan;
- Bertanggungjawab terhadap analisa penggunaan lahan dan peta
status hutan.

f. Ahli ekonomi pertanian/sosiologi


- Melakukan survai kependudukan dan ekonomi masyarakat setempat;
- Melakukan

analisa

pasar

terhadap

komoditas

yang

akan

dikembangkan;
- Menganalisa usaha tani;
- Bertanggungjawab terhadap evaluasi kelayakan pengembangan
kawasan dan peta penyebaran fasilitas sosial dan ekonomi.

36 | P a g e

g. Ahli Sosiologi
- Melakukan pengumpulan data sebagai bahan fasilitator dalam
musyawarah;
- Melaksanakan analisa data untuk sasaran pengarahan (desa-desa)
untuk menjadi saran perpindahan penduduk;
- Melaksanakan analisa data bkesesuaian kultural untuk calon TPS
dengan TPA;
- Melaksanakan analisa potensi SDM calon transmigran penduduk
setempat dan penataan persebaran penduduk;
- Melaksanakan analisa data sesuai dengan aspek demografi, aspek
sosiografi, aspek geografi dan aspek psikografi;

IV.

JADWAL PELAKSANAAN

Waktu pelaksanaan untuk penyusunan Rencana SKP ini adalah 4(empat ) bulan:
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
No.

JENIS KEGIATAN
Bulan I

Tahap Persiapan

Presentasi Laporan
Pendahuluan

Tahap Survai Lapang

Presentasi Laporan
Lapang
Penyusunan Draft
Laporan Akhir

V.

Bulan II

Presentase Draft
Laporan Akhir

Penyempurnaan
Laporan

Penyerahan Laporan

KELUARAN RENCANA RINCI SKP:

Keluaran Rencana SKP terdiri atas dokumen laporan


1.1.

Dokumen Laporan dengan outline terlampir

1.2.

Peta-peta

37 | P a g e

Bulan III

Bulan IV

Format Peta disajikan dalam Kertas berukuran A1 A0, terkecuali pada


laporan akhir dilengkapi peta-peta dalam format A-3, (full color). Peta-peta
yang disajikan meliputi:
a.

Peta orientasi (lingkup pulau/provinsi dalam 1 lembar peta, skala


menyesuaikan)
Peta konteks Regional (lingkup provinsi/kabupaten dalam 1 lembar
peta, skala menyesuaikan)
Peta RKT
1 : 20.000
Peta sebaran fasilitas sosial-ekonomi
1 : 20.000
Peta Kemiringan;
1 : 20.000
Peta Satuan Lahan
1 : 20.000
Peta Potensi Sumberdaya Air
1 : 20.000
Peta Kesesuaian Lahan;
1 : 20.000

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.

VI.

Peta Penggunaan Lahan, Penguasaan


Lahan dan Status Hutan
1 : 20.000
Peta sebaran pemukiman penduduk
1 : 20.000
Peta analisa tata ruang
1: 20.000
Peta Areal terekomendasi untukkonsolidasi lahan
1 : 20.000
Rencana Struktur SKP
1 : 20.000
Sebaran SP-SP (SP Baru, SP Pugar dan SP tempatan)
Lokasi pusat SKP (Desa Utama) dan pusat SP;
Rencana blok LP, LU I dan LU II (untuk pola TPLK);
Alinemen jalan penghubung dan jalan poros;
Batas daerah yang diusulkan untuk studi Tahap III.
Rencana peruntukan Lahan SKP.
Peta Rencana Pembangunan/Pengembangan Prasaranan dan Sarana
SKP

PELAPORAN
Mekanisme pelaporan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Laporan Pendahuluan, yang berisi metode dan rencana pelaksanaan
pekerjaan, yang juga dilengkapi dengan pemahaman dan tinjauan awal
terhadap substansi pekerjaan. Laporan pendahuluan diserahkan 1 (satu)
bulan semenjak diterbitkannya SPMKsebanyak 5 eksemplar;
2. Laporan Antara, yang berisi hasil laporan survai lapangan dan berita
acara hasil musyawarah dan berita acara penyerahan lahan yang akan
dikonsilodasi lahan;

38 | P a g e

3. Laporan Antara diserahkan 2 (dua)

bulan semenjak diterbitkannya

SPMK sebanyak 5 eksemplar;


4. Draft Laporan Akhir, yang berisi hasil rumusan rencana

luas SKP,

rencana Struktur Tata Ruang dan perkiraan daya tampung, Rencana pola
pemanfaatan ruang, rencana pengembangan usaha dan kelayakan
usahanya, rencana jenis transmigrasi yang dilaksanakan, rencana
persebaran penduduk dan indikasi program. Draft Laporan Akhir
diserahkan 4 (empat ) bulan semenjak diterbitkannya SPMK 5 eksemplar.
5. Laporan Akhir,yang merupakan penyempurnaan draf laporan akhir
Laporan akhir diserahkan 5 lima) bulan semenjak diterbitkannya SPMK
sebanyak 10 eksemplar;
6. Buku Executive Summary.
VII.

BIAYA PELAKSANAAN PEKERJAAN

Kegiatan ini diselenggarakan secara kontraktual dengan sumber pendanaan


APBN. Biaya pelaksanaan pekerjaan ini adalah Rp. 2,825,022,200, dengan uraian
sebagai berikut.
NO
1

3
4

39 | P a g e

Uraian
Kawasan
Dampala
SKP.
A
Kabupaten
Morowali
Provinsi
Sulawesi Tengah
Kawasan Rauta SKP. A Kabupaten
Konawe
Provinsi
Sulawesi
Tenggara
Kawasan Taliabu SKP A Kabupaten
Taliabu Provinsi Maluku Utara
Kawasan
Tomage
SKP
A
Kabupaten Fak-Fak Provinsi Papua
Barat
Kawasan
Bunguran
SKP
A
Kabupaten
Natuna
Provinsi
Kepulauan Riau

Biaya
Rp 558,164,200,-

Rp 542,251,600,-

Rp 594,279,400,Rp 604,054,000,-

Rp 526,273,000,-

VIII.

PENUTUP

Demikian kerangka acuan pekerjaan ini dibuat agar dapat digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Rinci SKP
TahunAnggaran2015.

Direktur
Perencanaan Pembangunan
Dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Jajang Abdullah, SPd, M.Si


NIP.19620704 198503 1 002

40 | P a g e

OUTLINE LAPORAN RENCANA RINCI SKP

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

BAB. I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Tujuan
1.3. Sasaran
1.4. Manfaat
1.5. Luaran
1.6. Peristilahan
1.7. Metode pendekatan
1.7.1. Kerangka penyusunan SKP
1.7.2. Metode pelaksanaan pekerjaan

BAB. II ASPEK FISIK LINGKUNGAN DAN SOSEK


2.1. Daerah Studi
2.1.1. Letak administrasi dan geografis
2.1.2. Perhubungan dan pencapaian lokasi
2.1.3. Regional konteks
2.2. Iklim dan Hidrologi
2.2.1. Metode klasifikasi iklim
2.2.2. Karakteristik iklim
2.2.3. Analisis curah hujan
2.2.4. Neraca air
2.2.5. Sumber daya air

41 | P a g e

2.2.5.1.

Sungai

2.2.5.2.

Air tanah dangkal

2.2.5.3.

Sumber air potensial

2.2.5.4.

Kualitas air

2.3. Geologi geomorfologi dan fisiografi


2.3.1. Geologi
2.3.2. Geomorfologi
2.3.3. Fisiografi dan satuan Lahan
2.3.4. Sistem lahan
2.4. Topografi
2.4.1. Pengukuran kemiringan lahan
2.4.2. Pengukuran jalur base line
2.5. Sumber daya lahan
2.5.1. Bahan induk tanah
2.5.2. Klasifikasi tanah
2.5.3. Deskripsi tanah
2.5.4. Satuan peta tanah
2.5.5. Kesuburan tanah
2.5.6. Evaluasi kesesuaian lahan
2.5.7. Hasil penilaian kesesuaian lahan
2.5.7.1. Kesesuaian lahan aktual
2.5.7.2. Kesesuaian lahan potensial
2.5.8. Rekomendasi pemupukan dan pengapuran
2.5.8.1. Pemupukan
2.5.8.2. Waktu pemberian pupuk
2.5.8.3. Pengapuran
2.5.9. Bahaya erosi tanah
2.6. Sumber daya hutan
2.6.1. Potensi tegakan dan kelas hutan
2.6.2. Flora dan fauna
2.6.3. Status hutan
2.6.4. Penggunaan lahan
2.6.5. Telahaan lingkungan
2.7. Keadaan pertanian yang ada sekarang
2.7.1. Keadaan pertanian secara umum
2.7.1.1. Tanaman pangan
2.7.1.2. Keadaan tanaman hortikultura
2.7.1.3. Keadaan tanaman perkebunan
42 | P a g e

2.7.2. Keadaan peternakan dan perikanan


2.7.2.1. Peternakan
2.7.2.2. Perikanan
2.7.3. Pola dan jadwal tanam
2.7.4. Ketersediaan dan pemakaian input
2.7.5. Ketersediaan dan penggunaan tenaga kerja
2.7.6. Perkiraan produksi dan kebutuhan konsumsi
2.8. Keadaan Kependudukan, sosial budaya dan ekonomi
2.8.1. Jumlah dan kepadatan penduduk
2.8.2. Penduduk berdasarkan umur
2.8.3. Penduduk berdasarkan agama dan budaya
2.8.4. Pendapatan dan pengeluaran
2.8.5. Pendapatan penduduk
2.8.6. Pengeluaran penduduk
2.8.7. Fasilitas sosial dan prasarana ekonomi
2.8.8. Aspirasi Masyarakat terhadap program Transmigrasi
2.8.9. Jumlah Potensi Sasaran
2.8.10. Sebaran Penduduk menurut Desa /Kecamatan
2.8.11. Kelompok Masyarakat Calon Penghuni Permukiman Transmigrasi :
2.8.11.1. Penetapan Persyaratan Bagi Calon Transmigrasi
2.8.11.2. Arahan Jumlah dan Komposisi Penduduk
2.8.11.3. Arahan Sebaran Tempat Tinggal
2.8.11.4. Arahan Karakteristik Sosial Budaya
2.8.11.5. Komposisi TPS : TPA serta Daerah Asal TPA yang
diinginkan

BAB III RENCANA TATA KAWASAN PENGEMBANGAN


3.1.

Analisis Arahan Pengembangan Kawasan


3.1.1. Arahan pola ruang menurut RTRWK/RK
3.1.2. Orientasi pengembangan kawasan

3.2.

Analisis Persebaran Penduduk


3.2.1. desa-desa yang sudah maju
3.2.2. desa -desa yang perlu tambahan penduduk

43 | P a g e

3.3.

Analisis kesesuaian Pemukimam


3.3.1. Kesesuaian lahan
3.3.2. status hutan/pengusaan lahan
3.3.3. Indikasi ketetersediaan air

3.4.

Analisis Tata Ruang


3.4.1. Arahan Struktur ruang SKP
3.4.2. Arahan peruntukan Lahan

3.5.

3.6.

3.7.

3.8.

Areal Terekomendasi (untuk SP baru, SP pugar dan SP tempatan)


3.5.1.

luasan untuk masing-masing tipe SP

3.5.2.

kondisi tutupan lahan

Analisis kebutuhan prasarana dan sarana dasar


3.6.1.

Kebutuhan prasarana (air bersih, dll)

3.6.2.

Kebutuhan sarana (pendidikan, kesehatan, peribadatan, dll)

Rencana struktur satuan kawasan pengembangan


3.7.1.

sebaran SP

3.7.2.

Sebaran pusat-pusat

3.7.3.

Rencana jaringan poros/penghubung

Rencana Pengembangan Pertanian ( Lahan Pekarangan dan Lahan Usaha )


3.8.1. Jenis tanaman yang diusulkan
3.8.2. Pola dan jadwal tana
3.8.3. Ketersediaan dan penggunaan tenaga kerja
3.8.4. Perkiraan kebutuhan masukan pertanian
3.8.5. Kebutuhan masukan pertanian di lahan usaha
3.8.6. Perkiraan dan nilai produksi
3.8.7. Perkiraan pendapatan dan pengeluaran
- Pendapatan kotor
- Pengeluaran kegiatan usaha tani
- Perkiraan pendapatan bersih

3.9.

Indikasi Program dan rencana pentahapan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
44 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR ALBUM PETA RSKP


1. Peta Orientasi

skala 1 :1.000.000/1 : 500.000

2. Peta RWPT

skala 1 :50.000

3. Peta Penyebaran Fasilitas Sosial Ekonomi skala 1 :100.000


4. Peta Kemiringan Lahan

skala 1 : 25.000

5. Peta Satuan Lahan

skala 1 : 25.000

6. Peta Penggunaan Lahan dan Status Hutan skala 1 : 25.000


7. Peta Potensi Sumber Daya Air

skala 1 : 25.000

8. Peta Kesesuaian Lahan

skala 1 : 25.000

9. Peta Konteks Regional

skala 1 :100.000

10. Peta Analisis Tata Ruang

skala 1 : 25.000

11. Peta Areal Terekomendasi

skala 1 : 25.000

12. Peta RSKP

skala 1 : 25.000

45 | P a g e

Vous aimerez peut-être aussi