Vous êtes sur la page 1sur 20

AUTOIMUN HEMOLITIK ANEMIA (AIHA)

A. Definisi
Anemia hemolitik adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat destruksi sel darah
merah yang berlebihan. Sel darah merah yang tersisa bersifat normositik dan
normokromik. pembentukan sel darah merah disumsum tulang akan meningkat untuk
mengganti sel-sel yang mati, lalu peningkatan sel darah merah yang belum matur atau
retikulosit yang dipercepat masuk ke dalam darah (Corwin, 2009).
Hemolisis adalah kerusakan sel darah merah pada sirkulasi sebelum 120 hari (umur
eritrosit normal). Hemolisis mungkin asymptomatic, tapi bila eritropoesis tidak dapat
mengimbangi kecepatan rusaknya sel darah merah dapat terjadi anemia. (Gurpreet, 2004)
Anemia hemolitik autoimun (aiha) atau autoimmune hemolytic anemia ialah suatu
anemia hemolitik yang timbul karena terbentuknya aotuantibodi terhadap eritrosit sendiri
sehingga menimbulkan destruksi (hemolisis) eritrosit (Bakta, 2006).
Autoimmune hemolytic anemia (aiha) adalah suatu kondisi dimana imunoglobulin
atau komponen dari sistem komplemen terikat pada antigen permukaan sel darah merah
dan menyebabkan pengrusakan sel darah merah melalui sistem retikulo endotelial (SRE).
Antibodi yang khas pada aiha antara lain igg, igm atau iga dan bekerja pada suhu yang
berbeda-beda. (Lanfredini, 2007).
Anemia hemolitik autoimun (aha) atau autoimmune hemolytic anemia ialah suatu
anemia hemolitik yang timbul karena terbentuknya aotuantibodi terhadap eritrosit sendiri
sehingga menimbulkan destruksi (hemolisis) eritrosit (Bakta, 2006). Dan sebagian
referensi ada yang menyebutkan anemia hemolitik autoimun ini merupkan suatu kelainan
dimana terdapat antibody terhadp sel-sel eritrosit sehingga umur eritrosit memendek
(Sudoyo,2006)
Anemia hemolitik autoimun (atau anemia hemolitik autoimun; aiha)terjadi ketika
antibodi yang ditujukan terhadap orang itu sendiri sel darah merah (sel darah merah)
menyebabkan mereka meledak (melisiskan), menyebabkan konsentrasi plasma tidak
mencukupi. Umur dari sel darah merah berkurang dari 100-120 hari biasa hanya beberapa
hari dalam kasus-kasus serius. Komponen intraseluler dari sel darah merah yang

dilepaskan ke dalam sirkulasi darah dan dalam jaringan, menyebabkan beberapa gejala
karakteristik

kondisi

ini. Antibodi

biasanya

ditujukan

terhadap-kejadian

yang

tinggi antigen , karena itu mereka juga sering bertindak pada sel darah merah alogenik (sel
darah merah yang berasal dari luar orang itu sendiri, misalnya dalam kasus transfusi
darah) AIHA adalah suatu kondisi yang relatif jarang.
B. Etiologi
Anemia hemolitik autoimun memiliki banyak penyebab, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). kadang-kadang tubuh mengalami gangguan
fungsi dan menghancurkan selnya sendiri karena keliru mengenalinya sebagai bahan asing
(reaksi autoimun), jika suatu reaksi autoimun ditujukan kepada sel darah merah, akan
terjadi anemia hemolitik autoimun
Etiologi pasti dari penyakit hemolitik autoimun memang belum jelas kemungkinan
terjadi kerena gangguan central tolerance dan gangguan pada proses pembatasan limfosit
autoreaktif residual. Terkadang system kekebalan tubuh mengalami gangguan fungsi dan
menghancurkan selnya sendiri karena keliru mengenalinya sebagain bahan asing (reaksi
autoimun).
Penyebab AIHA yang kurang dipahami. Penyakit ini dapat bersifat primer, atau
sekunder terhadap penyakit yang mendasari lain. Penyakit utama adalah idiopatik (dua
istilah yang digunakan secara sinonim). idiopatik aiha menyumbang sekitar 50% dari
kasus. Aiha sekunder dapat hasil dari banyak penyakit lainnya. Hangat dan tipe dingin aiha
masing-masing memiliki sendiri penyebab yang lebih umum sekunder. Penyebab paling
umum

dari

sekunder

tipe

hangat

aiha

termasuk

gangguan

limfoproliferatif

(misalnya, leukemia limfositik kronis , limfoma ) dan gangguan autoimun lainnya


(misalnya, lupus

eritematosus

sistemik , rheumatoid

arthritis , skleroderma , kolitis

ulserativa ). Penyebab kurang umum dari pemanasan jenis aiha termasuk neoplasma selain
limfoid, dan infeksi. jenis dingin sekunder aiha juga disebabkan terutama oleh gangguan
limfoproliferatif, tetapi juga sering disebabkan oleh infeksi, terutama oleh mycoplasma,
radang paru-paru, infeksi mononucleosis, dan infeksi pernapasan lainnya. kurang umum,
dapat disebabkan oleh gangguan autoimun bersamaan.

Akibat obat aiha, meskipun jarang, dapat disebabkan oleh sejumlah obat, termasuk metildopa dan penisilin . Ini

adalah

respon

imun

tipe

II dimana

obat

mengikat

makromolekul pada permukaan sel darah merah dan bertindak sebagai antigen.antibodi
diproduksi

melawan

sel

darah

merah,

yang

mengarah

untuk

melengkapi

aktivasi. melengkapi fragmen, seperti c3a, c5a dan c4a, mengaktifkan leukosit granular
(misalnya, neutrofil), sementara komponen lain dari sistem (c6, c7, c8, c9) baik dapat
membentuk kompleks serangan membran (mac) atau dapat mengikat antibodi , membantu
fagositosis oleh makrofag (c3b). ini adalah salah satu jenis "alergi penisilin".
Pada sebagian besar kasus, fungsi imun yang abnormal dapat menyebabkan tubuh
menyerang sel darah merah yang normal. Beberapa penyebab tidak normalnya system
imun antara lain:
1. Obat-obatan:
a. Alpha-methyldopa
b. I-dopa
2. Infeksi
a. Infeksi virus
b. Mycoplasma pneumonia
c. Keganasan
d. Leukemia
e. Lymphoma (non-hodgkins tapi kadang juga pada hodgkins)
f. Penyakit collagen-vascular (autoimun) misal: lupus
Kerusakan sel eritrosit pada anak maupun dewasa sering disebabkan oleh adanya
mediator imun, baik autoimun maupun aloimun antibodi. berbagai faktor yang berperan
dalam proses kerusakan eritrosit :
a. Antigen sel eritrosit
b. Antibodi-anti sel eritrosit
Komponen non imunoglobulin, misalnya protein komplemen serum sistem fagosit
mononuklear, khususnya reseptor fc pada makrofag limpa adapun klasifikasi anemia
hemolitik autoimun berdasarkan sifat reaksi antibodi, aha dibagi 2 golongan sebagai
berikut: anemia hemolitik autoimun hangat atau warm aha (yang sering terjadi) dan
anemia hemolitik dingin atau cold AIHA.

Anemia hemolitik autoimun hangat (warm aha) yakni suatu keadaan dimana tubuh
membentuk autoantibody yang bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu tubuh.
autoantibody melapisi sel darah merah, yang kemudian dikenalinya sebagai benda asing
dan dihancurkan oleh sel perusak dalam limpa atau kadang dalam hati dan sumsum tulang.
Dan suhu badan pasien pada anemia hemolitik aotuimun hangat ini >37c. Anemia
hemolitik autoimun dingin (cold aha) yakni suatu keadaan dimana tubuh membentuk
aotoantibodi yang beraksi terhadap sel darah merah dalm suhu ruangan atau dalam suhu
yang dingin, dan suhu tubuh pasien pda anemia hemolitik aotuimun dingin ini < 37c.
C. Klasifikasi
Aiha adalah diklasifikasikan sebagai anemia hemolitik autoimun hangat atau anemia
hemolitik autoimun dingin , yang meliputi penyakit aglutinin dingin , dan hemoglobinuria
paroxysmal dingin . Klasifikasi ini didasarkan pada karakteristik autoantibodi yang terlibat
dalam patogenesis penyakit. masing-masing memiliki penyebab yang berbeda yang
mendasari, manajemen, dan prognosis, membuat klasifikasi penting ketika merawat pasien
dengan AIHA.
Gambaran klinis anemia hemolitik autoimun dikelompokkan berdasar autoantibodi
spesifik yang dimilikinya atau reaksi warm atau cold yang terjadi.
klasifikasi anemia hemolitik autoimun :
1. Reaksi antibody hangat
a. Primer (idiopatik)
b. Sekunder :

Kelainan limfoproliferatif

Kelainan autoimun (sistemik lupus eritematosus/sle)

c. Infeksi mononucleosis:

Sindroma evan

Hiv

2. Reaksi antibody dingin


a. Idiopatik (cold agglutinin diseases)
b. Sekunder :

Atipikal atau pneumonia mikoplasma

Kelainan limfoproliferatif

Infeksi mononukleosis

3. Paroksimal hemoglobinuria dingin

Sifilis

Pasca infeksi virus

4. Obat menginduksi anemia hemolitik


a. imun komplek (kinin)
b. true autoimmune anti rbc type
c. Pemdorong metabolisme
D. Gejala atau manifestasi klinik
Gejala dan tanda yang timbul tidak tergantung dari beratnya anemia tetapi juga proses
hemolitik yang terjadi. Anemia hemolitik autoimun menunjukkan gejala berupa mudah
lelah, malaise, demam, ikterus dan perubahan warna urine. seringkali gejala disertai
dengan nyeri abdomen dan gangguan pernafasan. tanda-tanda lain yang ditemukan ialah
hepatomegali dan splenomegali. gambaran klinis anemia hemolitik dengan antibodi tipe
warm berupa pucat, ikterik, splenomegali dan anemia berat. dua per tiga dari kasus
dihubungkan dengan igg, merupakan antibodi langsung yang bereaksi terhadap antigen
sel eritrosit dari golongan RH. Berbeda dengan igG autoantibodi, igM pada cold reactive
antibody tidak menimbulkan kerusakan secara langsung terhadap sel retikuloendotelial
pada sistem imun.
Gejala menurut Bakta.
1. Anemia hemolitik aotuimun tipe hangat:
Biasanya gejala anemia ini terjadi perlahan-lahan, ikterik, demam, dan ada yang
disertai nyeri abdomen, limpa biasanya membesar, sehingga bagian perut atas sebelah
kiri bisa terasa nyeri atau tidak nyaman dan juga bisa dijumpai splenomegali pada
anemia hemolitik autoimun tipe hangat. urin berwarna gelap karena terjadi
hemoglobinuri.
Pada AIHA paling terbanyak terjadi yakni idiopatik splenomegali tarjadi pada 5060%, iketrik terjadi pada 40%, hepatomegali 30% pasien san limfadenopati pada 25%
pasien. hanya 25% pasien tidak disertai pembesaran organ dan limfonodi.
2. Anemia hemolitik aotoimun tipe dingin:
Pada tipe dingin ini sering terjadi aglutinasi pada suhu dingin. hemolisis berjalan
kronik. anemia ini biasanya ringan dengan hb: 9-12 g/dl. sering juga terjadi akrosinosis
dan splenomegali. pada cuaca dingin akan menimbulkan meningkatnya penghancuran

sel darah merah, memperburuk nyeri sendi dan bisa menyebabkan kelelahan dan sianosis
(tampak kebiruan) pada tangan dan lengan.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Peningkatan kerusakan sel darah merah
b. Serum bilirubin (tak terkonjugasi)
c. Kemih kelebihan urobilinogen
d. Mengurangi plasma haptoglobin
e. Dibesarkan serum dehidrogenase laktat (ldh)
f. Hemosiderinuria
g. Methemalbuminemia
h. Sferositosis
i. Peningkatan produksi sel darah merah:

Retikulositosis

Hiperplasia eritroid dari sumsum tulang

Investigasi khusus
Positif langsung tes Coombs. Gambaran darah tepi menunjukkan adanya proses
hemolitik berupa sferositosis, polikromasi maupun poikilositosis, sel eritrosit berinti,
retikulositopeni pada awal anemia. Kadar hemoglobin 3-9 g/dl, jumlah leukosit bervariasi
disertai gambaran sel muda (metamielosit, mielosit dan promielosit), kadang disertai
trombositopeni. Gambaran sumsum tulang menunjukkan hiperplasi sel eritropoitik
normoblastik.kadar bilirubin indirek meningkat.
Pemeriksaan direct antiglobulin test (dat) atau le\bih dikenal dengan direct coombs
test menunjukkan adanya antibodi permukaan / komplemen permukaan sel eritrosit. pada
pemeriksaan ini terjadi reaksi aglutinasi sel eritrosit pasien dengan reagen anti igg
menunjukkan permukaan sel eritrosit mengandung igg (dat positif).

direct coombs' test.

F. Komplikasi
Menurut corwin,2009
1. insiden vasoklusif mengakibatkan infark jaringan yang dapat mengakibatkan rasa
nyeri yang intens dan disabilitas
2. terperangkapnya darah secara tiba-tiba didalam limpa, yang disebut sekuestrasi limpa,
dapat mengakibatkan hipovolemia, syok, dan potensi kematian.
3. stroke yang menyebabkan kelemahan, kejang, atau ketidakmampuan berbicara dapat
terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah otak
4. krisis aplastik, dapat terjadi selama sumsum tulang menghentikan sementara proses
eritropoiesis.

G. Penatalaksanaan
Menurut corwin, 2009
1. Ibuprofen atau asetaminofen harus diberikan untuk meredakan nyeri minor, dan obat
nyeri yang lebih poten jika perlu.
2. Meningkatkan hidrasi setidaknya 1,5 sampai 2kali dari kebutuhan normal dapat
menurunkan tingkat keparahan kejadian vasoklusif atau sumbatan pembuluh darah.
3. Mengindari situasi yang menyebabkan kadar oksigen rendah atau aktifitas yang
memerlukan banyak oksigen.

4. Tranfusi sel darah merah sering kali diperlukan tetapi harus dibatasi jika mungkin
untuk menurunkan resiko penyebaran agen infeksi.
5. Tranpalntasi sumsum tulang dengan hla donor yang sesuai dapat mengeliminasi
produksi sel sabit, tetapi tidak akan memperbaiki kerusakan organ. Memerlukan
imunosupresan seumur hidup untuk menghambat reaksi penolakan.
6. Inhalasi oksida nitrat mungkin digunakan untuk mencegah hipertensi pulonalis yang
berkaitan dengan anemia sel sabit.
Literatur banyak ada mengenai pengobatan aiha. khasiat pengobatan tergantung pada
diagnosis yang benar baik hangat-atau-tipe dingin aiha.Hangat-jenis aiha biasanya
penyakit yang lebih berbahaya, tidak dapat diobati dengan hanya mengeluarkan
penyebab.

Terapi

lini

pertama

seperti prednisolone . Setelah

ini,

untuk

ini

biasanya

imunosupresan

seperti rituximab , danazol , siklofosfamid , azathioprine ,

dengan kortikosteroid ,
lainnya

atau siklosporin.

dianggap,
Penyakit

agglutinin dingin diperlakukan dengan menghindari dingin atau kadang-kadang dengan


rituximab. penghapusan penyebab juga penting. Paroksismal hemoglobinuria dingin
diperlakukan dengan menghilangkan penyebab, seperti infeksi. Penderita dengan anemia
hemolitik autoimun igg atau igm ringan kadang tidak memerlukan pengobatan spesifik,
tetapi kondisi lain di mana terdapat ancaman jiwa akibat hemolitik yang berat
memerlukan pengobatan yang intensif.
Tujuan pengobatan adalah mengembalikan nilai-nilai hematologis normal, mengurangi
proses hemolitik dan menghilangkan gejala dengan efek samping minimal.
penatalaksanaan yang dapat diberikan :
1. Kortikosteroid
Penderita dengan anemia hemolitik autoimun karena igg mempunyai respon yang baik
terhadap pemberian steroid dengan dosis 2-10mg/kgbb/hari. Bila proses hemolitik
menurun dengan disertai peningkatan kadar hb (monitor kadar hb dan retikulosit), maka
dosis kortikosteroid diturunkan secara bertahap. Pemberian kortikosteroid jangak panjang
perlu mendapat pengawasan terhadap efek samping, dengan monitor kadar elektrolit,
peningkatan nafsu makan, kenaikan berat badan, gangguan tumbuh kembang, serta risiko
terhadap infeksi.
2. Gammaglobulin Intravena
pemberian gammaglobulin intravena dengan dosis 2g/kgbb pada penderita anemia
hemolitik autoimun dapat diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid.

3. Tranfusi Darah
Pada umumnya, anemia hemolitik autoimun tidak membutuhkan tranfusi darah. tranfusi
sel eritrosit diberikan pada kadar hemoglobin yang rendah, yang disertai dengan tandatanda klinis gagal jantung dengan dosis 5ml/kgbb selama 3-4jam.
4. Plasmafaresis atau Tranfusi Tukar
Plasmafaresis untuk pengobatan anemia hemolitik autoimun yang disebabkan oleh igg
kurang efektif bila dibandingkan dengan hemolitik yang disebabkan oleh igm meskipun
sifatnya hanya sementara
5. Splenektomi
Penderita yang tidak responsif terhadap pemberian kortikosteroid dianjurkan untuk
splenektomi. tetapi mengingat komplikasi splenektomi (seperti sepsis), maka tindakan ini
perlu dipertimbangkan.
H. Pemeriksaan
1. Aha tipe panas
Pada aha tipe panas ini dijumpai kelainan laboratarium sebagai berikut:
1. Darah Tepi
anemia ini juga dijumpai kelianan diantaranya, pada darh tepi terdapat
mikrosferosit, pliikromasia, normoblast dalam darh tepi. morfologi anemia ini
pada umumnya ialah normokoromik normositer dan juga di dapat terjadinya
peningkatan retikulosit.
2. Bilurubin serum meningkat 2-4 mg/dl, dengan bilurubin indierk lebih tinggi dari
bilurubin direk.
3. Tes coombs direk (dat) positif.

Gambar: Hapusan darah tepi penderita aha: menunjukan eritrosit normokromik normositer, mikrosferosit,
fragmentosit dan sebuah normoblast (panah)

4. Hemoglobin dibawah 7gr/dl.


5. Yang paling menonjol pada pemeriksaan darah tepi pada tipe hangat ini yakni
ditemukan sferositosis yang menonjol dalam darah tepi.

gambar: menuujukan sedian apus darah tepi pada anemia hemolitik autoimun tipe hangat, terdapat
banyak mikrosferosit dan sel polikromatik yang lebih besar (retikulosit).

2. Aha Tipe Dingin


tes aglutitinasi dingin dijumpai titer tinggi dan tes coombs direk positif. dan juga tes
darah tepi yakni menghitung jumlah lekosit yang kadang sampai >50 rb/mmk yang
biasanya dijumpai pada yang akut, sealin itu juga jmenghitung jumlah trombosit
meningkat.

Gambar: Sedian apus darah pada anemia hemolitik autoimun tipe dingin. aglutinasi eritrosit

yang jelas terdapat pada sediaan apus darah yang dibuat pada suhu ruangan. latar
belakangnya disebabkan oleh kosentrasi protein plasma yang meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
http://poetriezhuzter.blogspot.com/2012/20/asuhan-keperawatan-anemia.html
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S (editor)., 2006. Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Made IB., 2006. Hematologi Klinik Dasar. Jakrta: Buku kedoketran EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI., 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fk UI.
wikipedia.org/wiki/Autoimmune hemolytic anemia

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Data demografi
b. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat kimia atau mendapatkan pengobatan


seperti anti kanker, analgetik dll

Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar ionisasi
yang besar

Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung asam


folat,fe dan vit12.

Kemungkinan klien pernah menderita penyakit-penyakit infeksi

Kemungkinan klien pernah mengalami perdarahan hebat

c. Riwayat kesehatan keluarga


Penyakit anemia dapat disebabkan olen kelainan/kegagalan genetik yang berasal dari
orang tua yang sama-sama trait sel sabit.

Riwayat kesehatan sekarang

Klien terlihat keletihan dan lemah

Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi

Mengeluh nyeri mulut dan lidah

d. Kebutuhan dasar

Pola aktivitas sehari-hari

Keletihan, malaise, kelemahan

Kehilangan produktibitas : penurunan semangat untuk bekerja

e. sirkulasi

Palpitasi, takikardia, mur mur sistolik, kulit dan membran mukosa (konjungtiva,
mulut, farink dan bibir) pucat

Sklera : biru atau putih seperti mutiara

Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer dan


vasokonstriksi (kompensasi)

Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok

Rambut kering,mudah putus,menipis dan tumbuh uban secara prematur

f. Eliminasi

Diare dan penurunan haluaran urin

g. Integritas ego

Depresi, ansietas, takut dan mudah tersinggung

h. Makanan dan cairan

Penurunan nafsu makan

Mual dan muntah

Penurunan bb

Distensi abdomen dan penurunan bising usus

Nyeri mulut atau lidah dan kesulitan menelan

i. Higiene

Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi

j. Neurosensori

Sakit kepala, pusing, vertigo dan ketidak mampuan berkonsentrasi

Penurunan penglihatan

Gelisah dan kelemahan

k. Nyeri atau kenyamanan

Nyeri abdomen samar dan sakit kepala

l. Pernafasan

Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas (takipnea, ortopnea dan dispnea)

m. Keamanan

Gangguan penglihatan, jatuh, demam dan infeksi

n. Seksualitas

Perubahan aliaran menstruasi ( menoragia/amenore)

Hilang libido

Impoten

2. Diagnose
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun, mual
3. Konstipasi b.d penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping
terapi obat.
4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan, kelemahan fisik.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi tentang penyakit.

C.

Intervensi

NO Diagnosa
1.

Tujuan

Keperawatan
Perubahan
perfusiPeningkatan
jaringan b.d

Intervensi
perfusi Awasi

jaringan

Penurunan

Rasional
tanda

pengisian

vital

kapiler,

kulit/membrane

komponen

selulerKriteria hasil:

yang

diperlukan
Keadaan umum

untuk

pengiriman
TD : 120/80 mmHg

oksigen

kaji Memberikan
warnatentang

dasar kuku.

menetukan

Tinggikan

kepala

tempatintervensi.

tidur sesuai toleransi.

Meningkatkan ekspansi

dan memaksimalkan oksig

Jumlah Eritrosit 5000 -

untuk kebutuhan seluler. Ca

nyeri

punggung

dan

lambung, serta sesak


lelah
beraktivitas.
DO : -

kebu

Suhu 36,50 C 370 C

menggigil,

dan

derajat/keadek

mukosa,perfusi jaringan dan mem

DS : pusing, lemas,9000 sel/mm3

nafas

info

kontraindikasi

bila

Awasi upaya pernapasan ;hipotensi.


auskultasi

bunyi

napas Gemericik

perhatikan bunyi adventisius. gangguan

mudah

menununju
jajntung

regangan

saat

jan

lama/peningkatan
Selidiki

keluhan

kompe

nyericurah jantung.

dada/palpitasi.

Iskemia seluler mempeng

jaringan miokardial/ pote


Hindari penggunaan botolrisiko infark.
penghangat atau botol air Termoreseptor
panas. Ukur suhu air mandidermal
dengan thermometer.

dangkal

hasil
laboraturium.

gangguan oksigen
Mengidentifikasi

Kolaborasi

jar

pengawasandan

kebutuhan

defis

pengo

pemeriksaan/respons terhadap terapi.


Berikan

sel

darah merah lengkap/packed


produk darah sesuai indikasi.

Memaksimalkan

Berikan oksigen tambahanoksigen ke jaringan.


sesuai indikasi.

tran

Meningkatkan
Berikan
2.

sesuai indikasi
nutrisiKebutuhan nutrisi sesuai Kaji
riwayat

Gangguan
kurang
nafsu

Observasi

makanKriteria hasil:

menurun, mual

Keadaan

DS

: mengatakan
dapat

tidak

ada

muntah
DO : -

nutrisi, Mengidentifikasi

mual,

nafsuporsi

dan

defis

catat Mengawasi masukkan k

masukkan makanan pasien


umum

membaik

makan,

darahdarah merah

daridengan kebutuhan tubuh termasuk makan yang disukai memudahkan intervensi

kebutuhan tubuh.
b.d

transufi

jumlah

kualitas

kekura

konsumsi makanan
Timbang berat badan setiap Mengawasi penurunan

menghabiskanhari
makan

badan atau efektivitas inter

yang

nutrisi

dandiberikan

Menurunkan

Mengalami peningkatan
BB

atau

kelem

meningkatkan pemasukkan
Berikan

makan

sedikitmencegah distensi gaster

dengan frekuensi sering dan Gejala GI dapat menunju


atau makan diantara waktuefek anemia (hipoksia)
makan

organ.

Observasi

dan

catat Meningkatkan nafsu m

kejadian mual/muntah, flatusdan

pemasukkan

dan dan gejala lain yangMenurunkan


berhubungan

pertumb

bakteri,

meminim

Berikan dan Bantu hygienekemungkinan

infeksi.

mulut yang baik ; sebelumperawatan

mulut

dan sesudah makan, gunakanmungkin


sikat

gigi

penyikatan

halus
yang

kh

diperlukan

untukjaringan rapuh/luka/perda
lembut.dan nyeri berat.

Berikan pencuci mulut yang

Membantu dalam rencan

di encerkan bila mukosa oraluntuk


luka.

memenuhi

kebu

individual
Meningkatakan

efekt

Kolaborasi pada ahli giziprogram pengobatan, term


untuk rencana diet.

sumber

diet

nutrisi

dibutuhkan.
Kolaborasi ; pantau hasil

Kebutuhan

pengga

pemeriksaan laboraturium

tergantung pada tipe anemi


atau adanyan masukkan
yang buruk dan defisiensi

Kolaborasi; berikan obatdiidentifikasi.


3.

Konstipasi

sesuai indikasi
b.dMembuat/kembali pola Observasi warna

penurunan masukannormal dari fungsi usus konsistensi,


diet;
proses

perubahan

feses, Membantu

frekuensi

danpenyebab /factor pembera

jumlah

pencernaan;Kriteria hasil :

mengidenti

intervensi yang tepat.

Auskultasi bunyi usus

bunyi

usus

secara

efek samping terapi


mengatakan

meningkat

obat.

menurun pada konstipasi

lambungnya tidak nyeri


lagi

DS : lambung
nyaWarna
nyeri

Awasi intake dan output dapat


urine

normal,(makanan dan cairan).

diare

mengidenti

dehidrasi, kehilangan berle

dan warna feses normal

atau alat dalam mengidenti

DO : Urine pekat danserta konsistensi yang


feses

pada

defisiensi diet

normal

hitam,Auskultasi Bunyi usus normal.

Dorong masukkan cairan membantu

terdengar bunyi usus

2500-3000

ml/hari

menurun.

toleransi jantung

dalammemperbaiki konsistensi

bila konstipasi. Akan mem

memperthankan status h
Hindari

makanan

yangpada diare

membentuk gas

menurunkan distress g

Kaji kondisi kulit perianaldan distensi abdomen


dengan

sering,

catat mencegah ekskoriasi kuli

perubahan kondisi kulit ataukerusakan


mulai

kerusakan.

perawatan

perianal

Lakukan
setiap

defekasi bila terjadi diare.


Kolaborasi ahli gizi untuk
diet seimbang dengan tinggi
serat dan bulk.

serat

menahan

pencernaan dan mengabs

air dalam alirannya sepa

traktus intestinal dan de


demikian menghasilkan

yang
Berikan

pelembek

stimulant

ringan,

bekerja

se

feses,perangsang untuk defekasi.


laksatif mempermudah defekasi

pembentuk bulk atau enemakonstipasi terjadi.


sesuai

indikasi.

Pantau

keefektifan. (kolaborasi)
Berikan

obat

misalnya

antidiare,
Defenoxilat

menurunkan motilitas

Hidroklorida dengan atropinebila diare terjadi.


(Lomotil)

dan

obat

mengabsorpsi air, misalnya


4.

Intoleransi

Metamucil. (kolaborasi).
Kaji kemampuan ADL Mempengaruhi

aktifitasDapat

b.d

mempertahankan

pasien.

intervensi/bantuan

ketidakseimbangan /meningkatkan
antara suplai oksigenambulasi/aktivitas
(pengiriman)

dan

kebutuhan,

Manifestasi

kelemahan fisik. dapat

dan

sesudahuntuk membawa jumlah ok

aktivitas.

adekuat ke jaringan

beraktivitas

Meningkatkan istirahat u

dengan normal.
DS

menurunkan kebutuhan ok

: mengeluhkan
TD : 120/80 mmHg

pusing, lemas, serta

kardiopulm

Observasi tanda-tanda vitaldari upaya jantung dan


sebelum

Kriteria hasil :

pi

tubuh dan menurunkan rega


Berikan lingkungan tenang,jantung dan paru

sesak

nafas

dan

batasi

mudah

lelah

saat

kurangi

pengunjung,
suara

dan

bising, Meningkatkan aktivitas s

beraktivitas.

pertahankan tirah baring bilabertahap sampai normal

DO : -

di indikasikan

memperbaiki tonus otot/sta

tanpa kelemahan. Meingk


Rencanakan
aktivitas

dengan

termasuk
pasien

kemajuanharga diri dan rasa terkontro

aktivitas
pandang

pasien,

yang Mendorong pasien melak


perlu.banyak

aktivitas

Tingkatkan tingkat aktivitasmembatasi


sesuai toleransi.
Gunakan

energi
teknikkelemahan.

de

penyimpa
dan

menc

menghemat energi,

Regangan/stress
kardiopulmonal
dapat

Anjurkan

pasien

berle

menimb

untukdekompensasi /kegagalan

mengehentikan aktivitas bila


palpitasi, nyeri dada, nafas
pendek,
5.

Kurang pengetahuanPasien
b/d

mengerti

kurangmemahami

tentanganemia spesifik. Diskusikanpengetahuan

penyakit,

interpretasi

diagnostic dan rencanatergantung

informasi, tidak

pengobatan.

pada

tipe

Kriteria hasil :

dantepat. Menurunkan ansietas

dapat meningkatkan kerja

untuk pemeriksaan diagnostic

menyatakan

: mengatakanpemahamannya

Kaji tingkat pengetahuanPengetahuan

yang

bertamabah parah.

pola hidup.

menuru

klien dan keluarga tentangansietas.


megetahui

makan tidak teratur,penyebab.


penyakitnya

selanj

meningkatkan beban jan

bekerja dan jadwal


Mengidentifikasi factorpenyakitn
tapi lama kelamaan
Melakukan

te

meningk

stress,

dan

kelelahanpenyakit.

ansietas/ketakutan
ketidaktahuan

proses

mengira kalau diapenatalaksanaan

DO : -

terapidapat membuat pilihan

beratnya anemia.

bahwa awalnya diapenyakit


hanya

bahwa

sehingga

Tinjau tujuan dan persiapandalam program terapi

Pasien
DS

prosedurkenyataan

sumber

informasi.

atau

pusing terjadi.
dan Berikan informasi tentang memberikan

mengingat, salah

mengenal

kelemahan,

seberapa

pengalaman dan pengeta


tiindakan

klien

perlu/perubahan Berikan

penjelasan

dan

keluarga

te

padapenyakitnya

klien tentang penyakitnya dan dengan mengetahui pen


kondisinya sekarang.

dan kondisinya sekarang,

akan tenang dan mengu


Minta klien dan keluargarasa cemas
mengulangi kembali tentang Mengetahui
materi yang telah diberikan

seberapa

pemahaman klien dan kel

serta menilai keberhasilan


tindakan yang dilakukan

Vous aimerez peut-être aussi