Vous êtes sur la page 1sur 16

REFARAT

SINDROM PIRIFORMIS

DISUSUN OLEH :
MUTIARA NATASHA FAUZIA 0961050086
SANIA TOHATTA 0961050107
Pembimbing :
dr. Hadi Soeprapto G, Sp.S, M.Kes
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF
PERIODE 01 SEPTEMBER 2014 04 OKTOBER 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2014

A.

Definisi

Sindrom piriformis adalah gangguan neuromuskular yang terjadi ketika N.Ischiadicus


terkompresi atau teriritasi oleh M.Piriformis. Piriformis merupakan otot datar , otot ini terletak
di bagian bokong dekat bagian atas dari sendi pinggul . Otot ini penting dalam gerakan tubuh
bagian bawah karena menstabilkan sendi pinggul dan menyangga saat berputar dimana tumpuan
pada paha .Sehingga dengan otot ini memungkinkan kita untuk berjalan , menggeser berat badan
dari satu kaki ke kaki lain , dan menjaga keseimbangan. Sindrom Piriformis merupakan
peradangan pada cabang saraf ischiadica disebabkan oleh tekanan dari trauma ataupun iritasi dari
otot piriformis.
Gejala pada sindrome ini biasanya terdapat nyeri pada bokong menjalar sampai ke
pinggul, paha bagian belakang dan bagian proksimal dari tungkai bawah. Pada umumnya,nyeri
bertambah saat duduk ataupun posisi jongkok, tetapi penderita piriformis sindrom bisa juga
mengalami kesulitan dalam berjalan ataupun menjadi terbatasnya aktivitas. Piriformis sindrome
juga jarang sekali menunjukkan defisit neurologi seperti hiporefleks ataupun kelemahan otot.
Piriformis juga digunakan dalam olahraga yang melibatkan mengangkat dan memutar
paha. Di hampir setiap gerakan pinggul dan kaki sangat memerlukan otot ini.
Saraf sciatica adalah saraf tebal dan panjang dalam tubuh . Melewati samping atau
berjalan melalui otot piriformis , turun bagian belakang kaki , dan akhirnya bercabang ke saraf
yang lebih kecil yang berakhir di kaki . Kompresi saraf sciatica dapat disebabkan oleh spasme
otot piriformis. Secara khas, sindrom piriformis meningkat dengan adanya kontraksi pada otot
piriformis, duduk yang lama, atau tekanan langsung pada otot. Nyeri pada pantat adalah gejala
utamanya.
Sindrom piriformis dapat menyebabkan kesulitan berjalan, karena adanya nyeri pada
pantat atau ekstremitas bawah. Sindrom piriformis adalah salah satu yang menyebabkan kondisi
siatika.

B. Anatomi
Nervus ischiadicus merupakan serabut saraf yang terbesar di dalam tubuh manusia yang
berasal dari fleksus sacralis. Fleksus sacralis dibentuk oleh rami anterior L5-S1, yang kadangkadang mendapat tambahan dari L4-S4. Fleksus sacralis berada di sebelah ventral dari musculus
piriformis. Dari sini fleksus sacralis akan mempercabangkan diri menjadi N. Ischiadicus, N.
Gluteus Superior, N. Gluteus Inferior, N. Cutaneus Femoris posterior, N. Clunialis Medialis
Inferior dan N. Musculare.
Nervus Ischiadicus meninggalkan pelvic lewat forament ischiadica major, di bawah
musculus piriformis dan berjalan ke distal diantara trochanter major os femur dan tuberositas
Ischiadica makin ke distal N. Ischiadicus berada di anterior musculus biceps femoris dan
musculus semimembranosus, kemudian masuk ke pusat poplitea dimana N. Ischiadicus berakhir
dan bercabang menjadi dua yaitu : N. Tibialis dan N. Peroneus Communis.
1.

N. Tibialis
Dibentuk oleh sleuruh bagian anterior fleksus sacralis. Serabut saraf ini menerima
serabut-serabut dari dua segmen spinalis lumbal bawah dan tiga segment sacral
bagian atas, perjaanan saraf ini dimulai pada bagian atas fossa poplitea serta dorsum
tungkai menuju sisi dorso media pergelangan kaki. Pada daerah ini N. Tibialis akan
mengeluarkan cabang-cabang terminalisnya, yaitu N. Plantaris medialis dan lateralis
yang terus berjalan ke dalam kaki.

2.

N. Peroneus Communis

Merupakan cabang lateral dari N. Ischiadicus yang dibentuk oleh akar saraf L4L5 dan S1-L2. Nervus ini berjalan ke arah distal agak lateral pada dinding lateral
fossa poplitea dekat tepi medial M. Biceps femoris dengan caput lateral M.
Gastrocnemius kemudian melindungi collum fibulae pada M. Pereneus longus.
Selanjutnya akan bercabang dua, yaitu N. Peroneus superfisialis dan N.
Peroneusprofundus
Pirifirmosis beroriga pada permukaan anterior sacrum ( S2-S4) dan berinsersi pada
bagian superior dari trochanter mayor. Otot ini mempunya pembuluh darah utama yaitu
arteri gluteus inferior , arteri sakralis lateralis, arteri gluteus superior. Dengan persarafan
dari akar L5,S1 & S2)
Otot ini berfungsi sebagai eksternal rotasi pada paha, otot pembantu saat ekstensi
pinggul dan membantu menstabilisasikan pelvis dan femur. Ischialgia merupakan nyeri
menjalar sepanjang pejalanan Nervus Ischiadicus atau nyeri terasa di pinggang yang
menjalar ke belakang paha sampai ke tungkai. Ischialgia umumnya di dahului dengan
nyeri inggang bawah dan hubungannya langsung dengan L4-L5 dabn S1-S2 di
percabangan oleh Nervus Tibialis Communis dan Nervus Preneus. Ischialgia timbul
akibat perangsangan serabut saraf sensoris yang berasal dari radiks posterior lumbal
sampai S3 dn ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus ischialgia.Kondisi ini terjadi
karena hernia pada lumbal menekan salah satu akar saraf dari Nervus Ischialgia. Gejala
yang paling sering terjadi pada ischialgia adalah nyeri menjalar pada bagian posterior
tungkai bawah sampai ke kiri dimana dapat menjadi lebih buruk dari pada LBP.

B.

Etiologi dan Faktor Resiko

Berdasarkan etiologi, sindrom piriformis dapat dibagi atas penyebab primer dan
sekunder. Penyebab primer terjadi akibat kompresi saraf langsung akibat trauma atau factor
intrinsik musculus piriformis, termasuk variasi anomali anatomi otot, hipertrofi otot, inflamasi
kronik otot, dan perubahan sekunder akibat trauma semacam perlengketan. Penyebab sekunder
termasuk gejala yang terkait lesi massa dalam pelvis, infeksi, anomali pembuluh darah atau
simpai fibrosis yang melintasi saraf, bursitis tendon piriformis, inflamasi sacroiliaca, dan adanya
titik-titik picu myofascial.
Penyebab lain dapat berasal dari: pseudoaneurysma arteri gluteus inferior, sindrom
piriformis bilateral terkait dengan posisi duduk yang berkepanjangan, cerebral palsy terkait
dengan hipertonus dan kontraktur, arthroplasti panggul total, dan myositis ossificans.

Berdasarkan penyebabnya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


Primer
Trauma

Sekunder
Hematoma

Pyomyositis

Bursitis

Myositis ossificans

Pseduoaneurisma

Dystonia musculorum

Pronasi berlebihan

deformans

Massa

Hipertrofi

Anomali vassa

Adhesi

Simpai fibrosis

Fibrosis
Variasi anatomi
C.

Patofisiologi
Hiperlordosis lumbal dan kontraktur panggul pada posisi fleksi meningkatkan regangan

musculus piriformis juga cenderung menyebabkan gejala sindrom piriformis. Pasien dengan
kelemahan otot-otot abductor atau ketimpangan panjang tungkai bawah juga cenderung
mengalami sindrom ini.
Perubahan biomekanika gaya berjalan (gait) sebagai penyebab hipertrofi musculus
piriformis dan inflamasi kronik, juga akan memunculkan sindrom piriformis. Dalam proses
melangkah, saat fase berdiri (stance phase) musculus piriformis teregang sejalan dengan beban
pada panggul yang dipertahankan dalam posisi rotasi internal. Saat panggul memasuki fase ayun
(swing phase), musculus piriformis berkontraksi dan membantu rotasi eksternal. Musculus
piriformis tetap dalam kondisi teregang selama proses melangkah dan cenderung lebih hipertrofi
dibanding otot lain di sekitarnya. Setiap abnormalitas proses melangkah yang melibatkan
panggul dengan posisi rotasi internal atau adduksi yang meningkat dapat semakin meregangkan
musculus piriformis.
Otot piriformis sangat rentan untuk terjadi cedera berulang akibat gerakan (repetitive
motion injury / RMI). RMI terjadi apabila otot bekerja diluar kemampuannya, atau tidak diberi
cukup waktu untuk fase recovery, akibatnya, otot menjadi memendek

Trauma tumpul dapat menyebabkan hematom dan fibrosis di antara nervus ischiadicus
dan otot-otot rotator eksternal pendek, salah satu pemicu gejala sindrom ini. Radikulopati lumbal
bagian bawah mengakibatkan iritasi sekunder musculus piriformis yang nantinya akan
memperumit diagnosis dan memperlambat fisioterapi metode peregangan punggung bawah dan
panggul karena memperberat gejala-gejala sindrom piriformis.

D.

Gambaran Klinis
Keluhan yang khas adalah kram atau nyeri di pantat atau di area hamstring, nyeri

ischialgia di kaki tanpa nyeri punggung, dan gangguan sensorik maupun motorik sesuai
distribusi nervus ischiadicus. Keluhan pasien dapat pula berupa nyeri yang semakin menjadi saat
membungkuk, berlama-lama duduk, bangun dari duduk, atau saat merotasi internal paha, juga
nyeri saat miksi/defekasi dan dispareunia.

E.

Pemeriksaan Diagnostik
Penegakan diagnosis sindrom piriformis sering dibuat setelah mengeksklusi penyebab

ischialgia lain. Robinson pertama kali menyusun penegakan diagnosis berdasar 6 ciri:
1.

Riwayat jatuh pada pantat;

2.

Nyeri pada area sendi sacroiliaca, foramen ischiadicum majus, dan otot piriformis;

3.

Nyeri akut yang kambuh saat membungkuk atau mengangkat;

4.

Adanya massa yang teraba di atas piriformis;

5.

Tanda Laseque positif

6.

Atrofi gluteus.

Hampir 50% pasien sindrom piriformis pernah mengalami cedera langsung pada pantat
ataupun trauma torsional pada panggul atau punggung bagian bawah, sisanya terjadi spontan
tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.
Beberapa pemeriksaan fisik dapat mendukung diagnosis sindrom piriformis:
1.

Pada posisi telentang, pasien bertendensi menjaga posisi tungkainya sedikit

terangkat dan berotasi eksternal (tanda piriformis positif).


2.

Spasme musculus piriformis dapat dideteksi dengan palpasi dalam yang

cermat di lokasi otot ini melintasi nervus ischiadicus dengan melokalisir titik tengah
antara coccyx dan trochanter major.
3.

Pemeriksaan colok dubur menunjukkan area yang lebih lunak di dinding

lateral sisi pelvis yang terkait.


4.

Nyeri ischialgia dan turunnya tahanan otot ditunjukkan dengan cara menahan

gerakan abduksi/rotasi eksternal pasien (tes Pace).


5.

Pada posisi telungkup, tes Freiberg memicu nyeri dengan merotasi internal

tungkai bawah saat panggul ekstensi dan lutut fleksi 90.

6.

Beatty mendeskripsikan teknik yang membedakan antara radikulopati lumbal,

penyakit panggul primer, dan nyeri akibat sindrom piriformis. Tes Beatty dapat pula
member hasil positif pada kasus herniasi lumbal dan osteoarthritis panggul. Pasien tidur
miring dengan tungkai diangkat beberapa menit, maka di sisi tungkai yang mengalami
sindrom piriformis akan terasa nyeri pada pantat bagian dalam.
Tak satupun pemeriksaan fisik tersebut bersifat patognomonis; kombinasi riwayat
dan beberapa pemeriksaan fisik akan menunjang penegakan diagnosis sindrom
piriformis. Sindrom piriformis dapat dibedakan dengan herniasi diskus intervertebra
karena minimnya defisit neurologis pada sindrom piriformis, namun literature lain
menyebutkan sebelas dari 28 kasus (40%), pasien masih mengalami defisit neurologis.
Gejala-gejala termasuk nyeri memancar di pantat, paha posterior dan kaki bagian
bawah. Rasa sakit ini diperparah dengan aktivitas, duduk atau berjalan lama.

Pemeriksaan fisik akan mengungkapkan nyeri di daerah skiatik.


Diagnosis sebagian besar klinis dan merupakan salah satu pengecualian.
Penyebab lain sciatica harus disingkirkan. CT, MRI, ultrasound, dan elektromiografi
berguna dalam termasuk kondisi lain dan membantu dalam mencapai di diagnosis.

Magnetic resonance neurography


Ini adalah teknik pencitraan medis yang dapat menunjukkan adanya iritasi saraf
siatik pada tingkat skiatik mana saraf lewat di bawah otot piriformis.
Neurography juga dapat menentukan apakah atau tidak pasien memiliki saraf
sciatic split atau otot piriformis perpecahan - ini mungkin penting dalam mendapatkan
hasil yang baik dari suntikan atau operasi.

F. Diagnosa Banding
a) Sindroma Stenosis Spinalis
Merupakan Ischialgia kedua sisi yang diakibatkan oleh penyempitan kanalis,
sebab tulang lamina dan periostenum menebal dan mengeras, ini akibat lanjutan dari
spondilosis, rasa tidak nyaman pada kedua tungkai yang menjalar sepanjang bagian
tulang belakang paha dan berkelanjutan ke bagian samping luar bawah, kalau berjalan
dalam waktu yang lama
b) Sindroma Meralgia Parestetika
Merupakan parastesia yang dirasakan pada bagian anterolateral paha. Trauma,
peninggian pelvis sesisi karena pemendekan salah satu tungkai, duduk sila terlampau
lama, obesitas, kehamilan, penggunaan korset yang ketat atau tali pinggang yang terlalu
lebar merupakan factor etiologic yang bersifat mekanik dari munculnya sindroma
meralgia parastetika ini.
c)

Sindroma Neuritis Obturatorius

Merupakan nyeri yang terasa berpangkal pada daerah medial inguinal dan
menjalar sepanjang medioventral dari paha. Jika hernia yang menjadi penyebabnya, maka
rasa nyeri itu dapat diprovokasi oleh bersin atau batuk.
d) Klaudikasio Intermitten
Merupakan nyeri yang menjalar pada tungkai satu sisi. Kedua sisi yang timbul
sewaktu berjalan kurang lebih 100 m. Bila dipakai untuk berjalan rasa sakit/nyeri itu
timbul dan rasa itu hilang sewaktu dipakai untuk istirahat, hal ini dsebabkan gangguan
peredaran darah pada tungkai.

G.

Penatalaksanaan
Pendekatan tatalaksana yang pertama dan utama adalah rehabilitasi dimulai dari

aktifitas dan terapi fisik, penekanannya pada komponen-komponen yang melibatkan otot
piriformis. Tujuannya selain meregangkan dan menguatkan otot-otot abductor/adductor

panggul juga mengurangi efek lingkaran setan nyeri dan spasme. Peregangan mandiri dapat
dibantu dengan diatermi, ultrasound, stimulasi elektrik, ataupun teknik-teknik manual terapi
lainnya. Bila teknik-teknik tersebut diaplikasikan sebelum peregangan otot piriformis, maka
akan memudahkan pergerakan kapsul sendi panggul ke anterior dan posterior dan otot-otot
abdomen untuk meregang, dengan demikian tendon piriformis akan mengalami relaksasi dan
peregangan yang efektif. Adapun modalitas-modalitas yang dapat digunakan antara lain
1.

MWD : Ini sebagai pre-eliminary exercise, ini selain untuk sirkulasi darah, cocok

2.

untuk menurunkan nyeri


Infra Red : Juga sebagai pre-eliminary exercise, panas yang dihasilkan memilki
efek fisiologis dan efek terapeutik yang dapat meningkatkan sirkulasi darah dan
proses metabolism, mengurangi nyeri oleh efek sedative yang dihasilkannya, serta

3.

dapat menimbulkan relaksasi otot sehingga dapat menurunkan spasme otot.


Interferensi : penetrasi yang dihasilkan lebih dalam dibandingkan dengan infra red,
sehingga dapat menembus jaringan yang lebih dalam. Efek terapeutik yang

4.
5.

dihasilkan yaitu mengurangi nyeri, dan relaksasi otot.


Friction : untuk melemaskan otot yang spasme dengan menekan pada titik nyerinya.
Stretching : Dapat berupa teknik hold relax , untuk mengulur otot yang mengalami

6.

pemendekan (kontraktur)
Strengtening : Ini di lakukan untuk penguatan otot-otot yang mengalami kelemahan.

7.

Dapat dilakukan dengan teknik briedging exercise, maupun bugnet exercise.


Mobilisasi saraf : untuk melepaskan saraf yang terjepit atau terkompresi.

pengobatan
Menjelaskan penyebab gejala dan meyakinkan pasien bahwa gejala biasanya
berkurang seiring waktu tanpa langkah-langkah khusus
Memberikan saran untuk tetap aktif dan melanjutkan kegiatan sehari-hari; beberapa
jam istirahat dapat memberikan beberapa bantuan gejala tetapi tidak menghasilkan
pemulihan lebih cepat
Obat Resepkan, jika perlu, menurut empat langkah: (1) parasetamol; (2) obat antiinflamasi non-steroid; (3) tramadol, parasetamol, atau non-steroid anti-inflamasi dalam
kombinasi dengan kodein; dan (4) morfin

DAFTAR PUSTAKA
1. Barton PM. Piriformis syndrome : a rational approach to management. Pain.1991:47 :
345-352.

2. Tonley,Jason C. Treatment ofan individual with Piriformis Syndrome Focusing on Hip


Muscle strengthening and movement reeducation: A Case report . Journal of Orthopaedic
& Sports PhysicalTherapy. February 2010: 40 :2; 103-111
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Piriformis_syndrome diunduh tanggal 14 september 2014,
pukul 18.30 wib
4. Shidharta P, Mardjono M. Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2009.

Vous aimerez peut-être aussi