Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO

A. ANATOMI FISIOLOGI

1. Anatomi Vertigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a) Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
Reseptor mekanis divestibulum
Resptor cahaya diretina
Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b) Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
Saraf vestibularis
Saraf optikus
Saraf spinovestibulosrebelaris.
c) Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri,
hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis

B. DEFINISI VERTIGO
Vertere suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari
vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan

pusing (Wahyono, 2007). Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau linier), atau
gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti
dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh saraf otonom dan mata
(nistagmus) (Jenie, 2001).
Sedangkan menurut Gowers Kapita Selekta neurologi, 2005, mendefinisikan
vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau objek-objek
disekitar penderita yang bersangkutan dengan gangguan sistem keseimbangan
(ekuilibrum). Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh
yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular,
system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan
keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus
difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya
bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya
berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi
bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya
nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban
Tobing, 2003).
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa
lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang
menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh
gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah
telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan
penderita

merasa

tak

mampu

berdiri

dan

kadang

terjatuh

karena

masalah

keseimbangan. Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat


informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan
penglihatan (Putranta, 2005)

Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala
yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya
langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau
penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009)
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak
naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan
Nurbaiti, 2002).
C. KLASIFIKASI VERTIGO
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi
suatu ketika serangan tersebutdapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita
sama sekali bebas keluhan.Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus
Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom

Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.


Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah :
Serangan iskemi

sepintas

arteriavertebrobasilaris,

Epilepsi,

Migren

ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigode Lenfance), Labirin picu (trigger

labyrinth).
Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi :Termasuk di sini
adalah

Vertigo

posisional

paroksismal

laten,

Vertigo posisional

paroksismal benigna.
2. Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin
Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis
Tb,labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik,

tumor serebelopontin.
Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom
pascakomosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel,
kelainanokuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler,

kelainanendokrin.
Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsurangsur mengurang, dibedakan menjadi :

Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus,


labirintitisakuta,

perdarahan

labirin,

neuritis

n.VIII,

cedera

pada auditivainterna/arteria vestibulokoklearis.


Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteriavestibularis
anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosismultipleks,
hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.

D. ETIOLOGI VERTIGO
Tubuh merasakan posisi

dan

mengendalikan

keseimbangan

melalui

organ

keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di
dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam
otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba.
Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008)
1. Keadaan lingkungan : Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan : Alkohol, Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi : Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara
karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral
dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga : Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
Herpes zoster
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
Peradangan saraf vestibuler
Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multiple
Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya

atau keduanya
Tumor otak
Tumor yang menekan saraf vestibularis.

E. PATOFISISIOLOGI VERTIGO
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere,
parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga
tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena
penyebaran bakteri maupun virus (otitis media). Selain dari segi otologi, vertigo juga
disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan

serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo
juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya

penglihatan

sehingga

mata

menjadi

kabur

dan

menyebabkan

sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan


keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan
yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga
akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan
darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga
sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi
tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan
dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor
fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang
berbeda-beda.

F. PATHWAY VERTIGO

G. TANDA DAN GEJALA VERTIGO

NO

VERTIGO PERIFERAL

VERTIGO SENTRAL

(VESTIBULOGENIK)

Pandangan gelap

(NON-VESTIBULER)
Penglihatan ganda

Rasa lelah dan stamina menurun

Sukar menelan

Jantung berdebar wajah

Kelumpuhan otot-otot

Hilang keseimbangan

Sakit kepala yang parah

Tidak mampu berkonsentrasi

Kesadaran terganggu

Perasaan seperti mabuk

Tidak mampu berkata-kata

Otot terasa sakit

Hilangnya koordinasi

Mual dan muntah-muntah

Mual dan muntah-muntah

Memori dan daya pikir menurun

Tubuh terasa lemah

10

Sensitif pada cahaya terang dan Suara

11
Berkeringat
H. KOMPLIKASI
1. Cidera fisik
Pasien

dengan

terganggunya

vertigo

saraf

VIII

ditandai

dengan

(Vestibularis),

kehilangan
sehingga

keseimbangan
pasien

tidak

akibat
mampu

mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.


2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih
sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak
yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot
I.

PEMERIKSAAN PENUNJANG VERTIGO


1. Pemeriksaan Radiologi
Foto mastoid, foto vertebra servikal, CT scan, MRI dsb (atas indikasi).
2. Pemeriksaan Laboratorium dan EKG
3. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih
4. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)

Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.


Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter
atau badan berputar lebih dari 30 derajat
5. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)
kemudian kembali kesemula
6. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala
lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi
nistagmus

7. Tes Kalori dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita


8. Elektronistagmografi Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang
timbul
9. Posturografi Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual,
vestibular dan somatosensorik.
J. PENATALAKSANAAN VERTIGO
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan
kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur,
kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo
posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula.
Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya
sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika
muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek
(nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping
obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien
bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular

Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika
dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat
bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan
berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan
dari terapi medik yang diberi adalah:

Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan


upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo.
Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan
mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi terhadap

serangan berikutnya.
Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih
jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang
menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan

vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang baik.


Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan
oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat

bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.


4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan
vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi. Misalnya
Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan latihan
gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat
dan kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat
ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada
penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih

sempurna dalam kurun waktu 24 jam


RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna
terjadi lebih dari 24 jam.

Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan
yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa
meninggalkan cacat.

K. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring
diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
2. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan
subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya
neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir
pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari
yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua
mata ditutup.
3. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya
vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai
fiksasi visual yang kuat.
4. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.
5. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut
yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua.
Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi
penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien
bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya
adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak
untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
6. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan
ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan
vestibular akut
Latihan fisik vestibular pada penderita vertigo:
Tujuannya:
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium

untuk

meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lamban laun


2. Melatih gerakan bola mata, latihan viksasi pandangan mata
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
contoh latihan:
Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup
Olah raga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, eksfensi, gerak

miring)
Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup

Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata

tertutup
Berjalan tandem
Jalan menaiki dan menuruni lereng
Melirikkan mata kearah horizontal dan vertical
Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan juga
menfiksasi pada objek yang diam

Semua gerakan tersebut diatas harus dilakukan hati-hati

LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO

L. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO


1. PENGKAJIAN VERTIGO
a) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien
vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
c) Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit
tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik,
aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik
e) Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise
Keterbatasan gerak
Ketegangan mata, kesulitan membaca
Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
f) Sirkulasi
Riwayat hypertensi
Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
Pucat, wajah tampak kemerahan.
g) Integritas Ego
Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

h) Makanan dan cairan


Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog,
MSG (pada migrain).
Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
Penurunan berat badan5.
i) Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala)

Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.


Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
Perubahan pada pola bicara/pola pikir
Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
Penurunan refleks tendon dalam
Papiledema.
j) Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
Fokus menyempit
Fokus pada diri sendiri
Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
k) Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi
Demam (sakit kepala)
Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8.
l) Interaksi social
Perubahan
dalam
tanggung
jawab/peran
interaksi
sosial
yang berhubungan dengan penyakit.
m) Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone,
menopause.
n) Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
1) Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
2) Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
3) Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
4) Sistem Kardiovaskuler

Adakah terjadi gangguan jantung.


5) Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
6) Sistem integument
7) Sistem Reproduksi
8) Sistem Perkemihan
o) Pola Fungsi Kesehatan
1)
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien
dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
2)
Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya
vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.
3)
Pola nutrisi metabolism
Adakah nausea dan muntah
4)
Pola eliminasi
5)
Pola tidur dan istirahat
6)
Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
7) Persepsi diri atau konsep diri
8) Pola toleransi dan koping stress
9) Pola sexual reproduksi
10) Pola hubungan dan peran
11) Pola nilai dan kenyakin
DIANOGSA KEPERAWATAN VERTIGO
1.
2.
3.
4.

Resiko jatuh berhubungan dengan d kerusakan keseimbangan (N. VIII


Nausea berhubungan dengan penyakit meniere, labirintitis
Defisit self care: toileting, bathing, feeding.
Defisit pengetahuan tentang penyakit pengobatan dan perawatan berhubungan

dengan kurangnya paparan informasi.


5. Perfusi jaringan tidak efektif; cerebral berhubungan dengan aliran arteri terhambat.

IV
NO
1.

RENCANA KEPERAWATAN VERTIGO


DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Resiko jatuh berhubungan
dengan

pusing

menggerakkan kepala

ketika

TUJUAN
Setelah

INTERVENSI
dilakukan

tindakan
1.

Environmental Management: Safety: awasi dan

keperawatan selama x 24 jam

gunakan

pasien diharapakan tidak jatuh

keamanan

NOC:

2. Falls Prevention:

a. Safeti

fisik

untuk

meningkatkan

Kaji penurunan kognitif dan fisik pasien yang


Falls mungkin dapat meningkatkan resiko jatuh

status:

Occurrence

b. Falls prevention: know ledge

personal safety
c. Safety

lingkungan

beheviour:

prevention

Kaji tingkat gait, keseimbangan dan kelelahan


dengan ambulasi
Instruksikan pasien agar memanggil asisten
ketika melakukan pergerakan

3. Teaching: disease proles


Falls

jelaskan pada pasien tanda dan gejala dari


penyakit yang diderita

Dengan kreteria:

Anjurkan pasien untuk bedrest pada fase akut


Jelaskan pada pasien tentang terapi rehabilitatif

a. pasien

mampu

berdiri,

uduk, berjalan tanpa pusing


b. Klien mampu menjelaskan jika
terjadi

serangan

mengantisipasinya

dan

cara

pada pasien vertigo

2.

Nausea

berhubungan

Setelah dilakukan tindak keperawatan


1.

Patient / family teaching

dengan stimulasi visual yang

selamax24 jam, nausea berkurang / -Anjurkan pasien agar pelen-pelan nafas dalam dan

tidak

hilang

menelan untuk menurunkan rasa mual dan muntah.

N.O.C:

-Ajarkan pasien untuk tidak minum 1 jam sebelum,1

mengenakkan,

meniere, labirintitis
a.

Comfort level

b.

Hidration

jam setelah dan sewaktu makan.


2.NUTRITIONAL MONITORING

-Monitor tipe kehilangan berat badan dan pertumbuhan


c. Nutritional status food finid -Monitor kelembaban,turgor kulit dan depigmentasi.
intake
-Monitor tingkat energi,malaise,fatigue dan kelemahan
pasien.

Dengan kreteria:
b.

Terdapat

tanda-tanda

fisik

dan

psikologik membaik
c.
d.

Turgor kulit, mukosa mulut baik


Tidak panas dan tidak terdapat
edeme perifer
Intake makanan dan minuman baik

-Monitor asupan kalori dan nutrisi.


-Kolaborasi;
kelola pemberian anticmetic

sebelum makan atau

sesuai jadwal
3. Fluid managmen:

Awasi secara akurat intake dan output

Monitor vital sign

Monitor status nutrisi pasien

Monitor status hydrasi misal kelembaban

membranmukosa,

tekanan

nadi

dan

orthostatic BP
Kelola pemberian terapi IV
3

Kurang

perawatan

diri:

Setelah

dilakukan

tindakan

NIC:Membantu perawatn diri pasien mandi dan

makan, mandi, berpakaian,

keperawatan selama ... x 24 jam

toileting

toileting

diharapkan kebutuhan mandiri klien

Aktifitas:

b.d

kerusakan

neurovaskuler

terpenuhi,

Batasan Karakteristik :

NOC;PERAWATAN DIRI 1.Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang mudah

(Mandi,makan,toileting,berpakaian)

dikenali dan mudah dijangkau klien

Dengan kriteria :

2.Libatkan klien dan danpingi

Kelumpuhan wajah atau Klien dapat makan de-ngan bantuan 3.Berikan


anggota

badan

sehingga

Ketidakmampuan dalam

orang lain

menyuap, memegang alat


makan

membasuh

badan,

mongering-kan,

keluar

masuk kamar mandi


Ketidakmampuan pergi ke
mandi,

kan pispot

Klien

klien

tidak

mampu

dalam

memilih

NIC : ADL berpakaian


Aktifitas :

dapat

memakai

pakaian

dengan bantuan orang lain / mandiri

Ketidakmampuan dalam

kamar

Klien

selama

mengerjakan sendiri

Klien dapat mandi de-ngan bantuan

menyebab-kan :

orang lain / mandiri

bantuan

dapat

bantuan alat

toileting

de-ngan

1. Informasikan

pada

klien

pakaian selama perawatan


2. Sediakan pakaian ditempat yang mudah
dijangkau
3. Bantu berpakaian yang sesuai

mengguna4. Jaga privasi klien

5. Berikan pakaian pribadi yang digemari dan


sesuai
NIC : ADL Makan
Aktifitas :
1. Anjurkan klien duduk dan berdoa bersama
teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum mampu dan beri
contoh
4. Beri rasa nyaman saat makan
4.

Defisit pengetahuan ten-tang

Setelah

dilakukan

penjelasanTeaching individual (5606)

penyakit, pengobatan dan

selama ...x pertemuan, pe-ngetahuan


1.

perawatan

klien

b.d

klien tentang pe-nyakit, pengobatan


2.

keterbatasan

kognitif,

ku-

dan pe-rawatan klien meningkat

rang paparan atau mudah


lupa

4.

Knowledge : Disease process


(1803)

Kaji tingkat pengetahuan dan pemahaman klien


tentang vertigo

3.
NOC :

Tentukan kebutuhan pembelajaran klien

5.

Knowladge : Illness care (1824)

Kaji tingkat pendidikan


Kaji kesiapan klien dalam mempelajari informasi
spesifik
Atur agar realita tujuan pembelajaran dengan klien
saling menguntungkan

6.

Pilih metode / strategi mengajar yang sesuai

Dengan kriteria :
Klien

dan

menjelaskan

7.
keluarga

mam-pu

penger-tian,

proses
8.

penyakit, penyebab, tanda dan gejala,


9.

Sediakan

lingkungan

yang

kondusif

untuk

pembelajaran
Koreksi adanya kesalahan informasi
Sediakan waktu untuk bertanya pada klien

efek penyakit, tindakan pencegahan,


10.
pe-ngobatan dan perawatan vertigo

Teaching : disease process (5602)


1.

Nilai tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya

2.

Jelaskan patofisiologi vertigo

3.

Jelaskan tanda dan gejala vertigo

4.

Jelaskan kemungkinan penyebabnya

5.

Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin


dapat mencegah komplikasi dimasa yang akan
datang

6.

Diskusikan pilihan-pilihan terapi pe-ngobatan dan


perawatan

7.

Jelaskan alasan rasional dari terapi pengobatan


yang direkomendasikan

8.
5.

Perfusi jaringan tidak efektif

Setelah

dilakukan

tindakan

(spesifik: cerebral) b.d aliran

keperawatan selama ..... x 24 jam1.

darah arteri terhambat

diharapkan

Nyeri kepala / vertigo

sumber-sumber

pendukung

yang

memungkinkan
Monitorang neurologis (2620)
Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk
pupil

Nyeri kepala / vertigo berkurang2.


Batasan Karakteristik :

Kaji

Monitor tingkat kesadaran klien

sampai de-ngan hilang

3.

Monitir tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital stabil

4.

Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah

Perubahan status mental

5.

Monitor respon klien terhadap pengobatan

perubahan respon motorik

6.

Hindari aktivitas jika TIK meningkat

dis-artria

7.

Observasi kondisi fisik klien

Kelumpuhan wa-jah

Terapi oksigen (3320)


Bersihkan jalan nafas dari sekret
Pertahankan jalan nafas tetap efektif
Berikan oksigen sesuai intruksi
Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem
humidifier
Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya
pemberian oksigen
Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama
aktifitas dan tidur

DAFTAR PUSTAKA
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Malang : Perdossi

Vous aimerez peut-être aussi