Vous êtes sur la page 1sur 14

LAPORAN KEGIATAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI SENSORI (TERAPI SENI : SENI RUPA


MENGGUNAKAN MEDIA PLASTISIN)

RUANG : NAKULA
KELOMPOK I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

RIANSYAH, S.Kep
PASMI ALUDI, S.Kep
PIVIT ARRIANI, S.Kep
SITI SOLEHA, S.Kep
SRI HANDAYANI, S.Kep
SUTRISNO, S.Kep
TERISA APRILENI, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2014
RENCANA TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI SENSORI (TERAPI SENI : SENI RUPA MENGGUNAKAN


MEDIA PLASTISIN)
A. TOPIK
Stimulasi Sensori
Sesi 1 : Membentuk Plastisin menjadi bentuk benda sesuai yang dipikirkan
pasien
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat berespon terhadap stimulus sensori dan motorik
2. Tujuan Khusus
-

Melatih kreativitas klien

Meningkatkan interaksi sosial klien

Melatih sistem motorik klien

C. LANDASAN TEORI
Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang memengaruhi persepsi
klien, cara berpikir, bahasa,emosi, dan perilaku sosialnya (Neurogical disease
that effect a persons perception, thinking, language, emotion, and social
behavior) (Yosep, 2009).
Plastisin merupakan salah satu keterampilan tangan yang menggunakan
beberapa bahan tepung yang dibuat menjadi adonan dan diberi warna sesuai
dengan keinginan. Dari adonan tersebut dapat dibentuk sesuai yang kita
inginkan seperti miniatur sayur sayuran, buah buahan kue, boneka, dsb.
Dan pastinya semua orang menyukai hiasan yang cantik. Apalagi bila hiasan
itu dibuat oleh tangan sendiri, hiasan itu menjadi bukan hanya sekedar barang
pajangan, akan tetapi memiliki makna yang mendalam. Plastisin merupakan
kerajinan yang unik, karena bahannya dapat dibentuk menjadi berbagai kreasi
dengan berbagai fungsi. Kerajinan tangan ini mudah dipelajari siapa saja
mulai anak anak sampai dewasa.
Manfaat Plastisin

1. Melatih kreatifitas dan imajinasi Alam pikiran seseorang dipenuhi


dengan imajinasi tanpa batas. Plastisin, seperti halnya Lego, bisa menjadi
media bagi mereka untuk menuangkan kreatifitasnya. Apa yang mereka
punya dalam kepala, direalisasikan ke dalam bentuk-bentuk lucu dan
menarik lewat lilin ini.
2. Meningkatkan interaksi sosial seseorang yang bermain plastisin bersamasama saudara atau temannya dengan

bermain bersama membuatnya

berinteraksi dengan teman yang sama-sama asyik membentuk plastisin.


Ia jadi punya kesempatan untuk belajar berkomunikasi menggunakan
suara atau bahasa tubuh.
3. Terapi Menekan, meremas, serta memilin adonan plastisin dapat menjadi
sebuah cara untuk menyalurkan emosi. Kemarahan atau kekecawaan
yang biasanya ditunjukkan dengan memukul atau membanting, kini bisa
dialihkan dengan menekan keras plastisin yang elastis. Selain dapat
melepaskan stres dan emosi, pelampiasan kemarahan ini tidak akan
membawa kerusakan atau dampak negatif bagi orang lain dan dirinya
sendiri.
4. Menyenangkan Ini merupakan poin terakhir sekaligus mendasar dari
bermain plastisin, yaitu menyenangkan alias FUN! Beragam warna yang
tersedia serta kebebasan berekspresi menjadi kelebihan utama yang
membuat aktivitas ini begitu mengasyikkan.
Menurut suratno (2005) kreativitas merupakan bentuk aktivitas imajinatif
yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat asli
Menurut Nursisto (1999) kreativitas adalah kemampuan untuk berkhayal.
Misalanya seseorang berkhayal merayakan ulang tahunnya, maka dengan
sendirinya pikiran yang terbayang adalah kue ulang tahun.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru sesuai
imajinasi atau khayalannya.
Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa
pesan untuk komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa

neurokimiawi ini, dikenal sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua


fungsi otak. Sebagai pembawa pesan, mereka datang dari satu tempat dan
pergi ke tempat lain untuk menyampaikan pesan-pesannya. Bila satu sel syaraf
(neuron) berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu neuron mengirimkan
pesan dengan mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit neuron di
dekatnya melalui celah sinaptik, ditangkap reseptor-reseptor pada celah
sinaptik tersebut.
Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di
antara neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum
dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi. Neurotransmitter
dalam bentuk zat kimia bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh
jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh. Secara sederhana, dapat
dikatakan neurotransmiter merupakan bahasa yang digunakan neuron di otak
dalam berkomunikasi. Neurotransmiter muncul ketika ada pesan yang harus di
sampaikan ke bagian-bagian lain.
Seluruh aktivitas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur
melalui tiga cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut
neurotransmitter dan hormon yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh
aktivitas di otak memanfaatkan neurotransmitter.
Beberapa neurotransmiter utama, antara lain:
Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina
Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin,
melatonin
Bentuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll.
Puluhan jenis neurotransmiter yang telah teridentifikasi di bentuk melalui
asupan yang berbeda. Bahan dasar pembentuk neurotransmiter adalah asam
amino.Asam amino merupakan salah satu nutrisi otak terpenting, yang
berfungsi meningkatkan kewaspadaan, mengurangi kesalahan, dan memacu
kegesitan pikiran.
Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini
terdiri atas badan sel, ujung axon dan dendrit. Antara ujung sel neuron satu
dengan yang lain terdapat celah yang disebut celah sinaptik atau sinapsis. Satu

neuron menerima berbagai macam informasi yang datang, mengolah atau


mengintegrasikan informasi tersebut, lalu mengeluarkan responsnya yang
dibawa suatu senyawa neurokimiawi yang disebut neurotransmiter. Terjadi
potensial aksi dalam membran sel neuron yang memungkinkan dilepaskannya
molekul neurotransmiter dari axon terminalnya (prasinaptik) ke celah sinaptik
lalu ditangkap reseptor di membran sel dendrit dari neuron berikutnya.
Terjadilah loncatan listrik dan komunikasi neurokimiawi antar dua neuron.
Pada

reseptor

bisa

terjadi

supersensitivitas

dan

subsensitivitas.

Supersensitivitas berarti respon reseptor lebih tinggi dari biasanya, yang


menyebabkan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik lebih banyak
jumlahnya yang berakibat naiknya kadar neurotransmiter di celah sinaptik
tersebut. Subsensitivitas reseptor adalah bila terjadi sebaliknya. Bila reseptor
di blok oleh obat tertentu maka kemampuannya menerima neurotransmiter
akan hilang dan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik akan berkurang
yang menyebabkan menurunnya kadar (jumlah) neurotransmiter tertentu di
celah sinaptik.
Suatu kelompok neurotransmiter adalah amin biogenik, yang terdiri atas
enam neurotransmiter yaitu dopamin, norepinefrin, epinefrin, serotonin,
asetilkholin dan histamin. Dopamin, norepinefrin, dan epinefrin disintesis dari
asam amino yang sama, tirosin, dan diklasifikasikan dalam satu kelompok
sebagai katekolamin. Serotonin disintesis dari asam amino triptofan dan
merupakan satu-satunya indolamin dalam kelompok itu. Serotonin juga
dikenal sebagai 5-hidroksitriptamin (5-HT).
Selain kelompok amin biogenik, ada neurotransmiter lain dari asam
amino. Asam amino dikenal sebagai pembangun blok protein. Dua
neurotransmiter utama dari asam amino ini adalah gamma-aminobutyric acid
(GABA) dan glutamate. GABA adalah asam amino inhibitor (penghambat),
sedang glutamate adalah asam amino eksitator. Kadang cara sederhana untuk
melihat kerja otak adalah dengan melihat keseimbangan dari kedua
neurotransmiter tersebut.
Bila oleh karena suatu hal, misalnya subsensitivitas reseptor-reseptor pada
membran sel paskasinaptik, neurotransmiter epinefrin, norepinefrin, serotonin,

dopamin menurun kadarnya pada celah sinaptik, terjadilah sindrom depresi.


Demikian pula bila terjadi disregulasi asetilkholin yang menyebabkan
menurunnya kadar neurotransmiter asetilkolin di celah sinaptik, terjadilah
gejala depresi.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas
yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Tujuan dari terapi aktivitas kelompok antara
lain membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah
perilaku yang destruktif dan maladaptif.
TAK dibagi menjadi 4 diantaranya adalah terapi aktivitas kelompok
stimulasi sensori. TAK stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua
panca indera(sensorik) agar memberi respon yang adekuat.
Terapi Seni menurut The American Art Therapy Association atau AATA
(Keegan, 2001) adalah profesi pelayanan terhadap manusia dengan
menggunakan media seni, gambaran, proses kreatif dan respon pasien atau
klien dibuat dalam bentuk produk yang merupakan refleksi perkembangan
individu, kemampuan, kepribadian, ketertarikan, dan konflik. McCloskey
(1996) menyebutkan Terapi Seni menggunakan proses kreatif untuk menolong
pasien mengekspresikan emosi, meningkatkan kesadaran, mengurangi stres,
mampu

menghadapi

trauma,

menguatkan

kemampuan

kognitif

dan

meningkatkan kesenangan dalam kehidupan.


D. KLIEN
1. Karakteristik
-

Klien dengan diagnosa medis Skizofrenia

Kooperatif

Berusia 18 tahun atau lebih

Bersedia mengikuti TAK

2. Proses Seleksi
Setelah melakukan observasi, ketiga pasien tersebut sudah dapat berpikir/
kohern, memberi pendapat tentang apa yang dibentuk atau dibuat dari

plastisin, berkomunikasi dengan baik sehingga dapat mengikuti TAK


komunikasi sensori.
E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
Hari / Tanggal : Selasa, 10 September 2014
Pukul

: 10.00-10.45 WIB

Tempat: Ruang TAK Instalasi Yankeswa


2. Tim Terapis
a. Leader
Tugas

: Pivit Arriani, S.Kep


:
-

Memotivasi klien

Menciptakan suasana

Mengarahkan tim dalam menjalani TAK

Menetapkan tata tertib

b. Co Leader : Riansyah, S. Kep


Tugas

:
-

Membantu leader dalam memimpin TAK

Mengingatkan leader bila diskusi menyimpang

Role model kerja sama

Siti Soleha, S. Kep

Sri Handayani, S.Kep

Sutrisno, S.Kep

Pasmi Aludi, S.Kep

Memotivasi klien

Membantu leader dalam memfasilitasi permainan

c. Fasilitator :

Tugas

d. Observer : Terisa Epriyani, S. Kep


Tugas

:
-

Mengamati atau mengobservasi respon klien

Mencatat perilaku klien

Mengobservasi jalannya TAK

e. Pengorganisasian

Keterangan :
:

Leader

Co Leader

Observer

Peserta/Pasien

Fasilitator

3. Metode dan Media


-

Metode Ceramah dan Praktek

Membentuk benda sesuai dengan keinginan atau yang dipikirkan


pasien pasien

Media : Plastisin berbagai warna, Musik Klasik, Handphone.

F. PROSES PELAKSANAAN
1. Orientasi
a. Salam Perkenalan
- Leader memperkenalkan tim terapis
- Leader mempersilahkan pasien untuk memperkenalkan diri
masing-masing
b. Penjelasan tujuan
- Leader menjelaskan tujuan terapi aktivitas kelompok
c. Aturan main
- Waktu klien membuat benda 20 Menit
- Semua klien dilarang merokok selama TAK
- Semua klien dilarang meninggalkan tempat selama acara
berlangsung
- Semua klien dilarang bertengkar dengan teman yang lain
- Antisipasi masalah :
-

Fasilitator mendekati klien untuk menegur klien yang merokok

atau meninggalkan tempat


Meminta bantuan perawat ruangan jiwa jika ada perilaku

kekerasan (PK)
Memberikan sangsi pada klien yang melanggar peraturan yaitu
dengan mengeluarkan klien

2. Kerja
a. Langkah-langkah kegiatan
- Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
- Ruangan nyaman dan tenang
- Kegiatan

Pembukaan, perkenalan perawat dan klien sesuai dengan


kontrak waktu kontrak waktu.

Terapi mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri


(nama dan nama panggilan) dimulai dari terapis secara
berurutan searah jarum jam

Terapi mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri


(nama dan nama panggilan) dimulai dari terapis secara
berurutan searah jarum jam

Terapi mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri


(nama dan nama panggilan) dimulai dari terapis secara
berurutan searah jarum jam

Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis


mengajak semua klien untuk bertepuk tangan

Terapis dan klien memakai papan nama

Terapis memperagakan dan menunjukan contoh plastisin yang


telah dibentuk

Terapis menjelaskan bahwa akan klien mulai membentuk


plastisin sesuai dengan keinginan

Saat klien memulai membentuk benda dari plastisin, terapis


memutar lagu instumental klasik yang bertujuan untuk
menstimulasi system neurotransmitter.

3. Terminasi
a. Evaluasi respon subjektif klien
-

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti


permainan

Terapis mengeksplorasi tujuan klien membentuk plastisin


menjadi benda

b. Evaluasi Objektif klien


-

Observer menilai klien saat proses TAK berlangsung

c. Tindak Lanjut
-

Terapis menyarankan kepada klien setelah pulang dari rumah


sakit, klien dapat melakukan mengaplikasikan kegiatan yang
telah diikuti selama TAK tetapi dalabentuk lain misalnya
menolong dalam pembuatan kue atau mebuat kerajinan tangan
sesuai kemampuan klien.

EVALUASI DAN DOKUMENTASI TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


(TAK) STIMULASI SENSORI (TERAPI SENI : SENI RUPA
MENGGUNAKAN MEDIA PLASTISIN)

Evaluasi :

TAK Stimulasi Sensori (Terapi Seni : Seni Rupa


Menggunakan Media Plastisin)

No

Inisial
Klien

Perkenalan
Ya

1
2
3
4
5
6

Tn A
Tn D
Tn H
Ny S
Ny S
NyE

1. Deskripsi Lingkungan

Tidak

Keaktifan
sosialisasi
Ya

Tidak

Menyampaikan
Perasaan seletah
membentuk plastisin
Ya
Tidak

Menyampaikan
Makna dari Benda
yang dibentuk
Ya
Tidak

Pada saat pelaksanaan TAK stimulasi sensori (terapi seni : seni rupa
menggunakan media plastisin) yaitu klien dan terapis duduk dengan
membentuk leter U, suasana cukup kondusif, kegiatan TAK dilakukan diruang
TAK RSU Banyumas.
2. Deskripsi Klien
Kegiatan TAK stimulasi sensori (terapi seni : seni rupa menggunakan media
plastisin) diikuti oleh 6 klien, semua klien dapat mengikuti kegiatan TAK dari
awal sampai akhir, klien kooperatif, ada satu klien yang kurang atau tidak aktif
bersosialisasi bersama klien yang lain.
a. Tn A
Klien aktif saat kegiatan, klien mampu menyebutkan nama, alamat, hobi,
klien juga aktif untuk bersosialisasi dengan peserta lain, klien juga mapu
menyampaikan perasaaan serta mampu menyampaikan makna dari benda
yang dibentuk/dibuat.
b. Tn D
Klien aktif dalam kegiatan TAK, klien mampu penyebutkan nama, alamat,
hobi, klien juga mapu dan cukup aktif untuk bersosialisasi dengan peserta
lain,

klien

juga

mapu

menyampaikan

perasaaan

serta

mampu

menyampaikan makna dari benda yang dibentuk/dibuat.


c. Tn H
Klien aktif saat kegiatan, klien mapu dala perkenalan diri, klien juga aktif
untuk bersosialisasi dengan peserta lain, klien juga mampu menyampaikan
perasaaan setelah mengikuti TAK serta mampu menyampaikan makna dari
benda yang dibentuk/dibuat.

d. Ny S
Klien kurang aktif saat kegiatan, klien kurang mampu dalam menyebutkan
nama, alamat, hobi, klien kurang aktif dalam bersosialisasi dengan peserta

lain, tertapi klien mampu menyampaikan perasaaan serta mampu


menyampaikan makna dari benda yang dibentuk/dibuat.

3. Deskripsi Kegiatan
Kegiatan TAK stimulasi sensori (terapi seni : seni rupa menggunakan media
plastisin) berlangsung selama 30 menit mulai dari pukul 10.20 10.50 WIB,
waktu tersebut mundur dari rencana awal dikarenakan jam 10.00 WIB klien
karena pada saat terapis menunggu CI. Kegiatan berlangsung sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.

4. Tim Terapis
Semua tim terapis dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan tugas atau
peranya masing masing.
Leader

Tidak

menyampaikan

maksud

dan

tujuanserta

tidak

menyebutkan atauran main pada saat sebelum TAK


berlangsung
Co Leader

Kurang membantu dala tugas leader, tidak mengingatkan


tujuan

Observer
Fasilittator

:
:

dan

aturan

ain

kepada

leader,

dan

kurang

mengingatkan lear saat acara berlangsung


Masih kurang aktif
Kurang memotivasi peserta TAK, terlalu aktif dalam tugas
leader, dan aktif dalam kegiatan

Vous aimerez peut-être aussi