Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Fahlian Wisnu Al maarif
08711074
Pembimbing :
dr. Iwan Danardono, Sp.Rad
dr. Lesi Yalestiati, Sp. Rad
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan pola hidup menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit
infeksi dan penyakit rawan gizi ke penyakit-penyakit degeneratif kronik seperti
penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling tinggi prevalensinya dalam
masyarakat umum dan berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.
Penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan menjadi penyebab utama
kematian secara menyeluruh dalam waktu lima belas tahun mendatang, meliputi
Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal tersebut dimungkinkan dengan
adanya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler secara cepat di negaranegara berkembang dan Eropa Timur.
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
Gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya terutama pada
lansia. Gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure) adalah ketidak
mampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Risiko CHF akan
meningkat pada lansia karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini
dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit lain seperti
hipertensi, penyakit jantung katup, kardiomiopati, penyakit jantung koroner, dan
lain-lain.
Masalah kesehatan dengan gangguan system kardiovaskuler termasuk
didalammya Congestive heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang
tinggi, menurut data WHO dilaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika
menderita CHF. American Heart Association (AHA) tahun 2004 melaporkan 5,2
juta penduduk Amerika menderita gagal jantung, asuransi kesehatan Medicare
USA paling banyak mengeluarkan biaya untuk diagnosis dan pengobatan gagal
jantung dan diperkirakan lebih dari 15 juta kasus baru gagal jantung setiap
tahunnya di seluruh dunia. Walaupun angka yang pasti belum ada untuk seluruh
Indonesia, tetapi dengan bertambah majunya fasilitas kesehatan dan pengobatan
dapat diperkirakan jumlah penderita gagal jantung akan bertambah per tahunnya.
Dari radiologi sendiri, foto thorax merupakan elemen penting yang harus
dipertimbangkan untuk dilakukan. Foto thorax atau sering disebut chest x-ray
(CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendagnosis kondisikondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto
thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang
digunakan pada orang dewasa unuk membentuk radiografer adalah sekitar 0,06
mSv. Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan
dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax
termasuk paru-paru, jantung, dan saluran-saluran yang besar.
Gagal jantung dan pneumonia sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR
sering digunakan untuk skrining penyakit paru yang terkait dengan pekerjaan di
industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu.
Secara umum kegunaan foto thorax adalah:
-
Pada beberapa kondisi, CXR baik untuk skrining tetapi buruk untuk
diagnosis. Pada saat adanya dugaan kelainan berdasarkan CXR, pemeriksaan
imaging thorax tambahan dapat dilakukan untuk mendiagnosis kondisi secara
pasti atau mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada pada diagnosis yang
diperoleh dari CXR.
Gsmbsrsn ysng berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah
orientasi relatif tubuh dan arah pancaran x-ray. Gambaran yang paling umum
adalah posteroanterior (PA), anteroposterior (AP) dan lateral.
1. Posteroanterior (PA)
Pada PA, sumber x-ray diposisikan sehingga x-ray masuk melalui
posterior dari thorax dan keluar dari anterior dimana x-ray tersebut
terdeteksi.
2. Anteroposterior
Pada AP posisi sumber x-ray dan detector berkebalikan dengan PA.
AP chest x-ray lebih sulit diintrepetasikan dibanding dengan PA dan
oleh karena itu hanya dipakai jika pasien tidak dapat bangun dari
tempat tidur.
3. Lateral
Gambaran lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan PA
namun pada lateral pasien berdiri dengan kedua lengan naik dan
sisi kiri dari thorax ditekan ke permukaan datar (flat).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jantung
2.1.1. Anatomi Jantung
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di
rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.
Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira
250-300 gram.
keaktifan tubuhnya. Curah jantung orang dewasa pada keadaan istirahat lebih
kurang 5 liter dan dapat meningkat atau menurun dalam berbagai keadaan.
2.1.4. Denyut Jantung dan Daya pompa Jantung
Pada saat jantung normal dalam keadaan istirahat, maka pengaruh system
parasimpatis dominan dalam mempertahankan kecepatan denyut jantung sekitar
60 hingga 80 denyut per menit. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat
dipengaruhi oleh pekerjaan, tekanan darah, emosi, cara hidup dan umur. Pada
waktu banyak pergerakan, kebutuhan oksigen (O2) meningkat dan pengeluaran
karbondioksida (CO2) juga meningkat sehingga kecepatan jantung bisa
mencapai150 x/menit dengan daya pompa 20-25 liter/menit. Pada keadaan normal
jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama
sehingga tidak teradi penimbunan. Apabila pengembalian dari vena tidak
seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka
vena-vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam
vena naik dalam jangkawaktu lama, bisamenjadi edema.
Rennin-Angiotensin-Aldosteron
(RAA)
bertujuan
untuk
darah yang dipompa dari masing-masing ventrikel bergantung pada volume darah
yang diterima oleh ventrikel tersebut.
b. Gagal Jantung High Output dan Low Autput
Apabila curah jantung normal atau melebihi normal tetapi tidak mampu
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akan darah teroksigenasi disebut gagal
jantung high output. Tanda khas dari gagal jantung high output adalah mudah
lelah dan lemah. Apabila curah jantung menurun di bawah nilai normal disebut
gagal jantung low output. Tanda khas dari gagal jantung low output adalah edema
karena terjadi aliran balik darah akibat gagal ventrikel.
c. Gagal Jantung Akut dan Kronik
Gagal jantung akut disebabkan bila pasien secara mendadak mengalami
penurunan curah jantung dengan gambaran klinis dispnea, takikardia serta cemas,
pada kasus yang lebih berat penderita tampak pucat dan hipotensi. Sedangkan gagal
jantung kronik terjadi jika terdapat kerusakan jantung yang disebabkan oleh iskemia
atau infark miokard, hipertensi, penyakit jantung katup dan kardiomiopati sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung secara bertahap.
d. Gagal jantung Forward dan backward
Gagal jantung forward terjadi oleh karena suplai darah tidak cukup ke aorta.
Rasa lelah terutama sewaktu melakukan pekerjaan adalah gejala yang khas pada
gagal jantung forward. Gagal jantung backward terjadi apabila ventrikel kiri tidak
mampu memompakan darah yang datang dari vena vulmonalis dan atrium kiri
sehingga terjadi pengisian yang berlebihan di paru-paru. Gagal jantung backward
biasanya mangakibatkan edema paru.
dalam paru ketika sedang tidur dan merupakan manifestasi spesifik dari
gagal jantung kiri.
4. Batuk
Penderita gagal jantung dapat mengalami keluhan batuk pada
malam hari, yang diakibatkan bendungan pada paru-paru, terutama pada
posisi berbaring. Batuk yang terjadi dapat produktif, tetapi biasanya kering
dan pendek. Hal ini bisa terjadi karena bendungan mukosa bronkial dan
berhubungan dengan adanya peningkatan produksi mukus.
5. Rasa mudah lelah
Penderita gagal jantung akan merasa lelah melakukan kegiatan
yang biasanya tidak membuatnya lelah. Gejala mudah lelah disebabkan
kurangnya perfusi pada otot rangka karena menurunya curah jantung.
Kurangnya oksigen membuat produksi adenisin tripospat (ATP) sebagai
sumber energi untuk kontaksi otot berkurang. Gejala dapat diperberat oleh
ketidakseimbangan
cairan
dan
elektrolit
sehingga
dapat
disertai
paru akan terjadi bila mekanisme normal untuk menjaga paru tetap kering
terganggu seperti tersebut di bawah ini (Flick, 2000; Alpert 2002) :
- permeabilitas membran yang berubah.
- tekanan hidrostatik mikrovaskuler yang meningkat.
- tekanan peri mikrovaskuler yang menurun.
- tekanan osmotik / onkotik mikrovaskuler yang menurun.
- tekanan osmotik / onkotik peri mikrovaskuler yang meningkat.
- gangguan saluran limfe.
2.6. Faktor resiko
a. Umur
Umur berpengaruh terhadap kejadian gagal jantung walaupun
gagal jantung dapat dialami orang dari berbagai golongan umur tetapi
semakin tua seseorang maka akan semakin besar kemungkinan menderita
gagal jantung karena kekuatan pembuluh darah tidak seelastis saat muda
dan juga timbulnya penyakit jantung yang lain pada usia lanjut yang
merupakan faktor resiko gagal jantung. Menurut penelitian Siagian di
Rumah Sakit Haji Adam Malik (2009) proporsi penderita gagal jantung
semakin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia yaitu 9,6% pada usia
15tahun, 14,8% pada usia 16-40 tahun dan 75,6% pada usia > 40 tahun.
b. Jenis kelamin
Pada umumnya laki-laki lebih beresiko terkena gagal jantung
daripada perempuan. Hal ini disebabkan karena perempuan mempunyai
hormon
estrogen
yang
berpengaruh
terhadap
bagaimana
tubuh
risiko koroner seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor yang
dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu berat
badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga
dikatakan sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal jantung.
Menurut Whelton dkk di amerika (2001) penyakit jantung koroner memiliki
resiko reatif sebesar 8,11 (P=0,001) untuk terjadinya gagal jantung.
d. Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan tekanan
darah yang tinggi terus-menerus. Ketika tekanan darah terus di atas 140/80,
jantung akan semakin kesulitan memompa darah dengan efektif dan setelah
waktu yang lama, risiko berkembangnya penyakit jantung meningkat.
Penurunan berat badan, pembatasan konsumsi garam, dan pengurangan
alkohol dapat membantu memperoleh tekanan darah yang menyehatkan.
Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme,
termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan
disfungsi ventrikel kirisistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko
terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik
itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel. Ekokardiografi yang menunjukkan
hipertrofi ventrikel kiri berhubungan kuat dengan perkembangan gagal
jantung. Menurut Whelton dkk di amerika (2001) hipertensi memiliki resiko
reatif sebesar 1,4 (P=0,001) untuk terjadinya gagal jantung.
alkohol
yang
berlebihan
dapat
menyebabkan
yang
signifikan
pada
paru-paru
dengan
BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesis
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
: Ny. M
: 63 tahun
: Perempuan
: Mirit, Kebumen
: Ibu rumah tangga
: tidak sadar
: E1 M2 V1 koma
:
: 160/120 mmHg
Temperatur
Nadi
Respirasi
: mesochepal, simetris
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(2mm/2mm)
Leher
Jantung
Paru
Abdomen
Nilai Normal
11,7 15,5 g/dl
3.6 11.0/ L
Hematokrit
Eritrosit
33%
35 47 %
Hemoglobin
Leukosit
3.7 /
3.80 5.20 /
Trombosit
310/
150 - 400/
MCV
MCH
MCHC
Lym
Neutrofil
93 fl
31 pq
35 g/dl
2.90%
53.30 %
L
L
80 100 fl
29 34 pq
32 36 g/dl
22 40 %
50 70 %
2. Glukosa Darah
Glukosa darah sewaktu 654 mg/dl (Nilai normal : 70-120mg dl)
3. Kimia klinik
Kalium
Natrium
Chlorida
Hasil
2.5 mmol/L
142 mmol/L
101 mmol/L
4. HBSAg
Hasil Negative
Deskripsi
Corakan vaskular meningkat dan mengabur
BAB IV
PEMBAHASAN DAN RADIOLOGI
Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit
kencing manis adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme
dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin
sesuai kebutuhan tubuh. Kemudian glukosa tidak mampu mensuplai ke sel-sel
karena glukosa tetap berada dalam darah sehingga yang nantinya akan
menyebabkan badan lemas. DM mempunyai beberapa komplikasi, diantaranya di
jantung yang pada prosesnya akan merusak dinding pembuluh darah yang
menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan
pembuluh darah. Jika pembuluh darah koroner menyempit, otot jantung akan
kekurangan oksigen dan makanan akibat suplai darah yang kurang. Selain
menyebabkan suplai darah ke otot jantung berkurang, penyempitan pembuluh
darah
juga
mengakibatkan
tekanan
darah
meningkat,
sehingga
dapat
tekanan vena pulmonalis yang terjadi pada gagal jantung kongestif, dalam hal ini
berkaitan dengan keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari
pembuluh darah, pada gambaran radiologi terliat sinus costofrenicusnya tumpul,
padahal seharusnya membentuk sudut lancip. Gambaran konsolidasi merupakan
gambaran yang khas untuk menunjukkan adanya bronkhopneumonia.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, S. Kabo, P. 2002. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung
untuk Dokter Umum. Jakarta : Balai Penerbit UI
Purwohudoyo, S. 1984. Pemeriksaan Kelainan-Kelainan Kardiovaskular Dengan
Radiografi Polos. Jakarta : UI Press
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6. Jakarta. EGC
Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi II. Jakarta : FK UI
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V, jilid I. Jakarta: FK
UI