Vous êtes sur la page 1sur 7

CRITICAL APPRAISSAL

PERAN SIMULASI SEBAGAI TEKNIK PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN


PERAWAT S1
Disusun untuk memehuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Keperawatan Klinik

Disusun Oleh:
Adelheid Riswanti Herminsih

156070300111047

Ratna Roesdayanti

1560703001110

Reni Nurhidayah

156070300111028

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

IDENTITAS JURNAL
JUDUL :
The role of simulation for learning within pre-registration nursing education A
literature review
Penulis:
Barry Ricketts
School of Health and Social Care, Oxford Brookes University, Jack Straws lane, Marston Road, Oxford OX3 0FL, United Kingdom

Tahun:
2011
Nama Jurnal:
Elsevier: Nurse Education Today 31 (650-645) www.elsevier.com/nedt

A. Identifikasi Masalah
Kemampuan psikomotor mahasiswa perawat masih menjadi permasalahan
tersendiri dalam kurikulum pendidikan perawat. Rendahnya kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan teori kedalam aplikasi keterampilan yang dimiliki
masih jelas terlihat. Kemampuan komunikasi terapeutik dan keterampilan
laboratorium lain dinilai masih sangat kurang. Hal ini tentu akan menjadi masalah
tersendiri bagi mahasiswa saat mulai memasuki fase praktek. Masalah ini telah
dirasakan hamper diseluruh dunia. Sehingga banyak Negara yang mulai
menyediakan anggaran untuk modifikasi kurikulum keperawatan agar mampu
mendorong peningkatan keterampilan mahasiswa (Rickets, 2011).
Diperlukan pengembangan atau inovasi dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan

kemampuan

psikomotor

atau

keterampilan

mahasiswa.

Keterampilan mahasiswa erat kaitannya dengan kompetensi yang harus dicapai.


Kompetensi yang dimiliki mahasiswa akan menentukan angka kelulusan dalam
uji kompetensi setelah berakhirnya masa pendidikan. Salah satu inovasi dalam
kurikulum pendidikan perawat adalam simulasi. Simulasi mulai dikembangkan
oleh banyak negara untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa. Simulasi
dinilai memaparkan mahasiswa dengan scenario nyata yang terjadi di lahan,
sehingga mampu mendorong mahasiswa berpikir kritis, mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah dan memperagakan atau melakukan
keterampilan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut
(Rickets, 2011).
Penggunaan metode simulasi dalam pendidikan keperawatan mengalami
peningkatan. Metode simulasi memiliki berbagai macam bentuk antara lain
metode kasus, role play, game, debat dan lain sebagainya. Penggunaan metode
simulasi dinilai sangat efektif dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa.
Sehingga penulis melakukan kritisi jurnal ini untuk mengetahui seberapa besar
peran simulasi dalam meningkatkan kemampuan klinis mahasiswa perawat.
B. Analisis Hasil Penelitian
Jurnal ini metode yang digunakan dalam penelitian adalah literature riview.
Peneliti melakukan literature riview dengan mencari berbagai literature dari
sumber-sumber terpercaya sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi yang telah
ditetapkan. Kemudian peneliti melakukan kritisi jurnal terlebih dahulu untuk
memastikan kelayakan dari jurnal tersebut untuk dipakai sebagai literature.
Masing-masing literature dikritisi isi, besar sampel, metode pengumpulan data,

hasil dan keterbatasan penelitian. Kritisi dilakukan untuk mengurangi bias dari
literature untuk mendapatkan hasil sintesis sesuai standar yang telah ditetapkan.
Hasil literature review dalam jurnal menjelaskan bahwa sebagian besar
hasil penelitian menjukkan besarnya peran simulasi dalam meningkatkan
kemampuan psikomotor mahasiswa. Adanya simulasi maka mahasiswa akan
lebih banyak terpapar dengan skenario kasus yang sering terjadi pada dunia
nyata. Seringnya terpapar dengan kasus nyata akan meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam berpikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dan
keterampilan praktis yang harus dikuasai untuk menyelesaikan kasus tersebut
namun dalam setting pembelajaran.
Beberapa literature yang direview oleh peneliti memperdebatkan setting
yang paling tepat dalam melakukan simulasi. Beberapa literatur (Knight and
Mowforth, 1998; Snyder et al., 2000; Redford and Klein, 2003; Alinier et al., 2006)
menyebutkan bahwa setting yang paling baik digunakan adalah setting nyata
pada klinik atau pusat pelayanan kesehatan. Setting klinik akan mempermudah
mahasiswa dalam melakukan tindakan dengan setting asli dan menyediakan
kesempatan bagi mahasiswa untuk mengulangi ketrampilan tersebut hingga
mahir. Namun, literarur lain (Hogg et al., 2006, p. 222; Pike and O'Donnell, 2010)
menyebutkan bahwa pada setting nyata, keselamatan pasien dapat terganggu.
Selain itu, apabila pusat pelayanan kesehatan tersebut menanamkan teknologi
yang canggih maka mahasiswa tidak akan menjadi pusat pembelajaran karena
dimudahkan dengan teknologi yang ada. Literature lain yang direview oleh
peneliti (Alinier et al., 2006; Haskvitz and Koop, 2004) memberikan dukungan
bahwa proses simulasi yang baik tidak harus dilakukan pada setting nyata.
Lingkungan yang dibuat sangat mirip dengan situasi klinis dapat membuat
mahasiswa terstimulasi tanpa membawa dampak buruk bagi pasien. Lingkungan
laboratorium yang ditata sedemikian ruma hingga mahasiswa mampu merasakan
suasana klinis yang nyata akan membantu mahasiswa dalam meningkatkan
kepercayaan diri dan kemampuan dalam melakukan tindakan. Pasien simulasi
juga memberikan peran yang besar
komunikasi

terapeutik

mahasiswa

dan

dalam

meningkatkan kemampuan

meningkatkan

kepercayaan

diri

mahasiswa dalam memberikan asuhan.


C. Pembahasan/ Kritisi Hasil Jurnal
Studi lain mengenai simulasi juga menunjukkan hal serupa bahwa simulasi
memberikan kesempatan yang luas bagi mahasiswa untuk mengembangkan

kemampuan kognifif, afektif dan psikomotor dalam lingkungan yang aman.


Simulasi akan memfasilitasi mahasiswa untuk mengeksplor kemampuan karena
tidak semua skill atau keterampilan dapat dilakukan langsung pada pasien.
Simulasi juga mampu memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk
mencapai tujuan belajar secara maksimal, karena simulasi dapat dikelola untuk
memaksimalkan pencapaian learning objective, pemberian feed back oleh
pengajar dan memaksimalkan dalam ekplorasi teori kedalam aplikasi kasus
(Bland, Topping, & Wood, 2011).
Bland et al (2011) juga memberikan penekanan yang sama tentang aspek
lingkungan pembelajaran dalam simulasi. Simulasi tidak dilakukan secara nyata
kepada pasien, melainkan dilakukan dalam suatu lingkungan yang domodifikasi
semirip mungkin dengan lingkungan nyata. Simulasi yang efektif merupakan
simulasi yang mampu merefleksikan kondisi nyata semirip mungkin. Hal ini
dikarenakan simulasi adalah alat untuk melakukan pendidikan dengan
pendekatan otentik pada masalah klinis diberbagai setting lingkungan. Ketika
simulasi disusun secara tepat, maka simulasi akan mampu memfasilitasi
pembelajaran yang merefleksikan kondisi nyata.
Selain efek positif dari simulasi, penelitian mengenai simulasi juga
membawa efek negative yaitu kecemasan mahasiswa selama simulasi. Adanya
scenario dan pengaturan lingkungan serta pengawasan dari pembimbing
meningkatkan level stress mahasiswa selama simulasi. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa tingkat ansietas mahasiswa saat simulasi dapat lebih tinggi
dari pada saat melakukan praktek nyata ke pasien. Hal ini dikarenakan
mahasiswa merasa diawasi dan takut melakukan kesalahan selama simulasi
berlangsung (Bland et al., 2011).
Meskimun mempunyai efek negative, simulasi telah terbukti secara empiris
sebagai konsep pembelajaran yang dinamis. Simulasi mampu memberikan
kesempatan kepada mahasiswa perawat untuk mengembangkan kemampuan
kognitif melalui berpikir kritis dan pemecahan problem solving. Simulasi juga
menjadi satu strategi yang mampu meningkatkan kemampuan psikomotor
mahasiswa dengan meningkatkan kemampuan klinis dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Selain itu simulasi juga telah terbukti mampu
meningkatkan

kemampuan

afektif

dengan

meningkatkan

percaya

diri,

kemampuan komunikasi terapeutik mahasiswa dalam memberikan asuhan


keperawatan (Bland et al., 2011). Paparan diatas sejalan dengan studi yang
dilakukan oleh Harder (2010) yang menyatakan bahwa simulasi khususnya role

play dalam pendidikan kesehatan memiliki dampak positif kepada mahasiswa.


Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa simulasi telah digunakan dalam
meningkatkan kenyamanan dan keamanan serta mengurangi kesalahan dalam
penilaian

klinis.

Selain

itu

simulasi

juga

mempunyai

manfaat

dalam

meningkatkan keterampilan psikomotor termasuk keterampilan komunikasi


terapeutik.
D. Aplikasi Hasil Jurnal di Indonesia
Di Indonesia aplikasi metode simulasi telah banyak dilakukan. Berbagai
aplikasi dari simulasi seperti role play, game maupun bentuk dari simulasi lainnya
telah banyak diteliti keefektifannya. Seperti penelitian yang dilakukan pada
mahasiswa keperawatan di Universitas Indonesia tentang aplikasi metode
simulasi modifikasi. Metode pembelajaran simulasi modifikasi adalah metode
yang dikembangkan melalui integrasi antara tiga jenis metode simulasi (role play,
debat dan case study) dengan teknik reflektif. Metode ini diterapkan ketika
mahasiswa belajar dua mata pelajaran Keperawatan Dasar pada semester
pertama studi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Dengan
menggunakan metode simulasi modifikasi ini, dikembangkan sejumlah skenario
yang berkaitan dengan subjek materi untuk memberikan simulasi kasus nyata
pada siswa dan dikembangkan pula pedoman untuk mencapai tujuan
pembelajaran sebagai perawat yang kompeten dengan mempertimbangkan
aspek budaya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa p value 0,000 yang berarti
terdapat peningkatan yang berarti pada kognitif, afektif dan psikomotor setelah
diberikan metode simulasi modifikasi (Novieastari, Murtiwi, & Wiarsih, 2012).
Aplikasi metode simulasi untuk meningkatkan ketrampilan komunikasi
terapeutik telah banyak dilakukan di Indonesia. Salah satu penelitian tentang
pengaruh metode role play untuk meningkatkan ketrampilan komunikasi
terapeutik dilakukan di Stikes A. Yani Yogyakarta. Hasil menelitian menunjukkan
bahwa p value ketrampilan komunikasi terapeutik mahasiswa 0,000

setelah

dilakukan simulasi dengan role play. Peningkatan nilai keterampilan mahasiswa


disebabkan penggunaan metode role play, karena metode pembelajaran ini
dapat mendorong mahasiswa untuk memainkan peran yang berkaitan dengan
pokok kajian yang akan disampaikan, baik topik sosial maupun sains atau
eksakta(Zaki, Werdati, & Dewi, 2009) . Penelitian sejenis juga dilakukan di
Universitas Udayana yang menunjukkan hasil p value 0,01, sehingga terdapat
peningkatan pada keterampilan komunikasi terapeutik mahasiswa setelah
pemberian metode role play. Peningkatan dapat terjadi karena simulasi

khususnya role play membawa aspek positif pada psikomotor, karena


mahasiswa dapat mersakan secara langsung peran sebagai perawat sehingga
dapat terimplementasi dan tereksplorasi tanpa perlu membahayakan pasien
(Sukadarma & Sri, 2012).
E. Kesimpulan dan Saran
F. Daftar Pustaka
Bland, A. J, Topping, A, & Wood, B. (2011). A concept analysis of simulation as a
learning strategy in the education of undergraduate nursing students.
Elsevier: Nursing Education Today, 31, 664-670.
Novieastari, E, Murtiwi, & Wiarsih, W. (2012). Modified simulation learning
method on knowledge and attitude of nursing students cultural
awareness at universitas indonesia. Makara Kesehatan, 16(1), 23-28.
Rickets, B. (2011). The role of simulation for learning within pre-registration
nursing education A literature review. Elsevier: Nursing Education
Today, 31, 650-654.
Sukadarma, A. K, & Sri, K. M. (2012). Perbedaan kemampuan komunikasi antara
penggunaan metode pembelajaran ceramah dengan kombinasi ceramah
dan bermain peran pada mahasiswa reguler psik fk unud. Jurnal
Kesehatan Udayana, 12(2), 25-30.
Zaki, R, Werdati, S, & Dewi, F. S. T. (2009). Efektivitas role play, penayangan vcd
dan modul dalam meningkatkan keterampilan komunikasi terapeutik
mahasiswa stikes jenderal ahmad yani yogyakarta. Berita Kedokteran
Masyarakat, 25(3), 125-132.

Vous aimerez peut-être aussi