Vous êtes sur la page 1sur 6

PROSPEK PENGGUNAAN ALAT TANAM PAD!

TIPE TARIK
HAND TRACTOR DI LAHAN PASANG SURUT
(The prospect of Utilization Rice Planting Machine Pull Tipe of Hand Tractor
at Tidal Swamplands)
Rustan Massinai*), A. Bhermana, dan Rukayah*)
ABSTRACT

One of the constraints of farming in tidal is limited human labor. Tidal swamplar
Indonesia have the potency to produce food crops. Especially, in Central Kalimantan, tidal swam
areas cover almost 5.5 million hectares and they have potency for developing food crops s
rice, maize and soybean. The technology is urgently required to minimize labor, cost and
economically. The assessment of planting machine for rice seed at tidal swampland in Bungai
l3asarang district, Kapuas regency is carried out to solve that problem. The assessment was cond
in one hectare area using the farmers as cooperator. The seeds were planted in rainy s
(November). The planting machine as tools that is operated using hand tractor was modified by
Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong. The purpose of this assessment is to knov
performance of agricultural machinery and the prospect of planting machine. The result show
the capacity of field activities for planting rice seeds using machine can be done in 6 hours
hectare with two farmers.
Key words: planting machine, tidal swampland, rice, Kapuas regency

PENDAHULUAN

pangan seperti padi, palawija, (jagung, ke

Luas lahan pasang surut di Kalimantan

Tengah adalah 5,5 juta hektar dan merupakan


lahan potensial untuk pengembangan pertanian.

Potensi lahan yang demikian tidak ditunjang


ketersediaan
penduduk

tenaga

kerja,

dimana

jumlab

Kalimantan Tengah adalah 1,8 juta

dcngan jumlah angkatan kcrja 60 % dan jum)ah


penduduk (BPS Kalteng, 1998).

Kabupaten Kapuas sendiH memiliki Jahan


pasang surut yang terluas yaitu 1.696.071 ha,
dan

luas

berpotensi

tersebut
untuk

623.000

ha

pengembangan

diantaranya
tanaman

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah

kacang

tanah)

sayuran,

buah-buahan

peternakan (Kantor Statistik Kabupaten Ka

2000).
Kalimaritan

Tengah

sekitar 40.000 ton,

kekurangan

jagung 11.000 ton

kedelai 6.000 ton (BPS Kalteng, 1998).


menanggulangi

kekurangan

pangan

U
ter

sebagian besar dipenuhi dan pulau Jawa. Us


usaha ekstensifikasi maupun intensifikasi

lahan-lahan di luar pulau Jawa diantar


dengan memanfaatkan lahan kering yang ac
Kalimantan

Tengab.

Masalah

utama

dihadapi adalah kekurangan tenaga kerja.

36

Ziraaah Vol.9 No.1 Pebruari 2004 halaman 35-40

Menurut

data

statistik

tahun

1998,

produksi yang menyerap tenaga kerja cukup

produksi gabah kering giling (GKG) pada tahun

besar, disamping kegiatan pengolahan tanah dan

1997 sebanyak 49,377 juta ton atau setara

pemanenan (Astanto dan Ananto, 1994).

dengan 29,626 juta ton beras rendemen 60 %),

Kegiatan

pengkajian

bertujuan

untuk

sedang pada tahun 1998 menurun 6,25 %, dan

mengetahui prospek pengembangan alat tanam

sampai tahun 2000 produksi padi mengalami

padi berkaitan dengan upaya membantu petani

penurunan dengan rata-rata pertumbuhan 5,6%

mengatasi

per

melaksanaka usahataninya.

tahun.

Penurunan

produksi

terutama

disebabkan turunnya areal tanam di Jawa yang


diperkirakan

35.000-50.000

(Nasoetion

dan

Winoto,

ha

per

1995

tahun
dalan

Alihamsyah ci al., 1997).

Kondisi lahan pasang surut yang terdapat


di

Kalimantan

Tengah

umumnya

diwarnai

dengan adanya lapisan gambut dan tanah sulfat


masam yang mengandung pint (FeS), tanah

tanah gambut memiliki sifat kering tak balik


(irreversible

diying)

dan

kan

mengalami

penciutan atau subsidence apabila dikeringkan


dan tidak akan berubah kembali kebentuk atau

volume awal apabila kemudian dialiri air


kembali atau turun hujan. Lahan-lahan yang

memiliki

lapisan

gambut

secara

mekanis

umumnya mempunyai daya dukung yang relatif


rendah dibanding kondisi lahan usahataninya.

Kondisi dengan karakteristik lahan tersebut,


perlu dijadikan acuan dalam pernilihan alat dan

mesin pertanian yang akan diterapkan agar


diperoleh unjuk kerja lapang yang efisien dan
efektif.
Alat dan mesin pertanian dapat membantu
petani dalam mengatasi masalab keterbatasan

tenaga kerja. Selain itu dapat pula memperluas


garapan dan intensitas tanam serta pelaksanaan
kegiatan yang tepat waktu (Alihamsyah, 1991).
Penanaman merupakan salah satu tahap kegiatan

kekurangan

tenaga

kerja

dalam

BAHAN DAN METODE

mi

Kegiatan

dilaksanakan dengan metode

on farm research dimana petani

sebagai

pelaksana

dan

kooperator

kegiatan

di

lahan

usahanya. Sebelum kegiatan dilakukan survei


dan PRA (Partisipaioiy Rural Appraisal) oleh

tim interdisipliner. Kabupaten yang mewakili


lahan pasang surut adalah kabupaten Kapuas.
Metode

yang

digunakan

adalah

metode

observasi.

Pengkajian dilaksanakan di lahan pasang


surut desa Bungai Jaya, kecamatan Basarang,
kabupaten Kapuas. Alat tanam benih yang dikaji
adalah alat tanam benih padi

yang ditarik

dcngan hand tractor menggunakan 2 orang


operator

atau

modi fikasi

HOK

Balai

per

Besar

hektar,

hash

Pengembangan

Mekanisasi Pertanian Serpong.


ben I h

Penanaman
mekanisme

penakar

yang

menggunakan
berputar

mcnurut

putaran roda. Jarak tanam benih di dalam alur

diatur oleh jumlah lubang pada roll penakar


benih.

Benih jatuh pada alur yang dibuat oleh

pembuka alur pada kedalaman 3

5 cm, benih

yang jatuh di dalam alur ditutup oleh operator.


Alat tanam
untuk

menanam

mi

hanya dapat digunakan

padi

dan

dilengkapi

roll

37

pcnakar benih yang dibuat dan

bahan nUon

Lahan-lahan

mi

banyak didominasi oeh

berdianieter 90 mm dan jumlab 7 buah. Hopper

tanah gambut atau histosols dan

benih dibuat dan bahan plat besi baja seteba

masam yang merupakan tanah-tanah bermasalah

I ,2 mm, mampu menampung benib 2-3 kg. Roll

apabla digunakan untuk budidaya pertanian.

pcnakar benih berada dan dihubungkan dengan

Lahan-lahan

sebuah batang as yang digerakkan oleh roda besi

masam dengan

yang terletak di kin dan kanan alat.

unsur hara N, P, K, dan Ca kadang-kadang Mg,

Mat tanam ml juga dilengkapi dengan plat

mi

memiliki

tanah sulfat

pH

rendah

atau

kandungan dan kctersediaan

Zn, Cu, Mo, dan Bo umurnnya rendah.


Faktor-thktor utama

baja yang terdapat dan menempel pada bagian

yang berpengaruh

bawah alat tanam untuk menahan alat agar tidak

dalam pengembangan lahan pasang surut untuk

tenggelam.

pertartian

Kapasitas kerja alat

dapat

bekerja

sesual

mi

dirancang untuk

dengan

kapasitas

meliputi

kemasaman

genangan

air,

tingginya

tanah, salinitas, adanya zat racun

Al, Fe, rendahnya

kesuburan

tanah dan

pengolahan tanah menggunakan hand traktor

keragaman yang tinggi serta kondis topografi

yaltu

lahan

berkisar 5

6 jam/ha.

Keragaman

keluaran benih dan penakar benih berkisar 4

(Noorsyamsi

dan

Sarwani,

1989;

Abdurabman dan Suriadikarta, 2000).

bij i/lubarig.

Produktivitas lahan pasang surut tergolong

Parameter yang diukur adaah: kecepatan

marjinal

schingga

pc-manfaatannya

untuk

kcrja pada saat tanam, jumlah biji tertanam per

memerlukan

luhang, kebutuhan benih per hektar, dan jumlah

pengelolaan lahan (land management). Menurut

lubang yang tidak tertanami

Sawiyo

et at.

memiIki
I IASI L I)AN PEMBAHASAN

rcklarnasi

(2000).

potcnsi

dirnaniaatkin

unitik

kendala-kcndalanya.

untuk

di daerah

untuk

pengembangan

tata air,

pasang surutnya air Iaut atau meIa1u

tanaman

sungai.
di

Kalimantan Tengah sebagian besar terdapat di


bagian

selatan

menghadap

(Puslittanak, 1997).

ke

iaut

Ian ul

menurut

Jawa

bud idaya

pertanian

tanaman pangan, hal-ha) yang perlu diperhatikan

sungal yang selalu atau seringkali tergenang


dan kondisi genangannya dipengaruhi oleh
ml

dan

dengan

pcrtanian

Lcbih

dalam pcngelolaan lahan

lahan-lahan

surut

dikcmbangkan

usaha

cekungan antara sungai atau di belakang beting

penyebaran

pasang

dan

Noorsyamsi dan Sarwani (1989), dalarn upaya

Lahan pasang surut merupakan Jahan rawa

Daerah

lahan

lahan

mcnerapkan teknoJogi tertentu guna mengatasi

Kondisi Biofisik dan Potensi Lahan Pasang


Suriit

dengan kondisi fisiografis berada

upaya

meliputi

pengawran

pemberian amelioran dan pemupukan

yang berimbang serta pemilihan varietas/jenis


yang

adaptif untuk

kondisi

lahan

pasang surut.

Cara tanam sistem sebar dapat menghemat


penggunaan tenaga kerja di-bandingkan dengan
cara tanarn pndah yang biasa dilakukan petani.

Prospek Periggunaan Alat Tanam Padi Tipe Tank Hand Tractor di Lahan Pasang Surut
(Rustan Massinai, A. Bhermana dan Rukayah)

Ziraaah Vol.9 No.1 Pebruari 2004 halaman 35-40

38

Namun cara sebar mempunyal risiko benih padi

Mat tanam tipe tank hand-tractor dapat

hanyut oleh air, bcnili dimakan burung atau

diaplikasikan di

tikus, dan lanarnan mudah rebah. Cara tersebut

selain bisa menernpatkan benih padi secara

juga

larikan, prinsip kerjanya sederhana dan mudah

akan

tanarnan

mempersulit
turnbuh

penyiangan

secara

tidak

kareria

beraturan

lahan pasang surut, karcna

dilakukan.
Penggunaan

(Masganti dan Fawziati, 1996).

alat

dan

mesin

tanam

Alat tanam tipe tank tenaga hand-tractor

nierupakan salah satu alternatif untuk mengatasi

merupakan alat yang dapat menabur benih padi

keterbatasan tenaga kerja (Astanto dan Ananto,

secara

larikan

dapat

dan

rncnghcmat

1994),

karena

dalarn

sistcm

usahatan

padi

penggunaan tenaga. Tetapi penggunaannya di

penanarnan merupakan salab satu kegiatan yang

lapangan harus rncrncnuh bcbcrapa pcrsyaratan

banyak

yaitu

dipcrlukan keccpatan waktu tanarn agar didapat

(I)

tanah

harus

dioluh

sempurna;

(2)

menyita

tenaga

tanaman.

kcrja,

1-lash

selain

pcngkaj Ian

itu

pcrmukaaii tanab rata dan tdak tcrgcnang air;

keseragaman

alat

dan (3) drainascnya baik. Jika alat dioperasikan

tanam padi rnenggunakan tenaga hand traktor di

pada kondisi tanah tidak rata, dapat rncngurangi

lahan pasang surut disajikan dalam Tabel 1.

eIisicns kcrja alat tanam.


Penggunaan mes in tanam rnenycbabkan
jum!ah bcnih semua jatub pada alur tanarnnya.
Permasalahan

adalah

masuk

tersebut pada lubang tanam.

tidaknya

bcnih

Hasil pengamatan

Tabel 1. Kinerja alat tanam tipe tank hand


tractor dan beberapa cara tanam padi di
lahan
pasang
surut,
Kapuas,
Kalirnantan Tcngah, MI-I 2003/2004
(Massinai et al., 2003)

rnenunjukkan bahwa pengolahan tanah sangat


berpengaruh ter-hadap hash tanam, karena alat

tanam memerlukan tanah yang rata dengan lebar


alat tanam. Tanah yang tidak rata menyebabkan
sebagian alat tanarn ada yang tidak sampai ke

At Tanam

Benih yang tidak masuk dalam

Kebutuhan
IJcn,h
(kgfba)

Jam Kcrja
Menyiang.
(JOKiha)

Produksi
Pad i
(L/Iiu)

30 kg
40kg
40kg

60
180,3
65,2

3.7
3,8
3,9

(JOKlha)

Alat tanam
Cara ham bur
Tanam pindah

tanah, akibatnya bcnih tidak masuk ke dalarn


lubang tanam.

Jam
Kerja
Tanam

6
9.4
392.2

Tabel I menunjukkan bahwa penggunaan


alat tanam tipe tank hand traktor waktu yang

lubang tanam akan larut terbawa air pada waktu

digunakan

hujan atau dimakan burung. Keberhasilan alat

dalam

tanam sangat dipengaruhi oleh kebersihan lahan

dibandingkan dengan cara tanarn hambur dan

dan tunggul/bekas tanaman dan kerataan tanah.

tanarn pindah.

I-lasH pengamatan terhadap kcrcbahan tanaman

tanarn padi lebih baik dan cara manual. Tabel I

tidak terlihat nyata,

juga

dengan baik.
Kin crja Alat Tanani

98 % tanarnan turnbuh

untuk

luasan

menanam
satu

Hal

menunjukkan

dengan

sistim

mi

dan

hektar

menyiangi

Iebih

sedikit

disebabkan kinerja alat

bahwa cara
hambur/sebar

tanam

padi

langsung

menyebabkan jumlah jam kerja untuk menyiang


paling banyak disusul cara tariam pindah dan

mi

terendah pada cara tanam menggunakan alat

alat

tanam. Hal

surut dengan B/C ratio

mi

mem-buktikan bahwa cara tanam

menggunakan alat tanam paling eknomis dan


segi pengendalian gulma.

Peranan alat tersebut dalam prapanen adalah


mendukung

peningkatan

meningkatkan

indeks

produksi,

yaitu

pertanaman

(I P).

Disamping itu juga meningkatkan produktivitas


lahan dan tenaga kerja dalam hal mengatasi
keterbatasan tenaga kerja yang tersedia.

Agar

alat tanam dan mesin pertanian dapat bekerja

dengan efektif maka harus dipilih kesesuaian


dengan

lahan

budidayanya.

Dalam

pengoperasian alat dan mesin tersebut selain


pertimbangan teknis, maka faktor ekonomis
berupa biaya operasi alat tersebut perlu menjadi

bahan pertimbangan. Hal tersebut dimaksudkan


agar alat dan mesin pertanian dapat bekerja
secara

efektif dengan

efisiensi

teknis

dan

ekonomis yang tinggi.


Fiasi I

pengkaj ian

dengan

menggunakan

alat tanam, produksi padi tidak ber-beda nyata


yaitu

3,7

ton/ha,

sementara

dengan

menggunakan tenaga manusia tanam pindah

produksi padi mencapal 3,9 ton/ha.


Berdasarkan

perhitungan

analisis

2,!.

KESIMPULAN

Mat dan mesin pertanian berfungsi sebaga


salah satu sarana pendukung produksi pertanian.

dapat dikembangkan di daerah pasan

HasI

pengujian

penggunaan

alat

dibandingkan

menunjukkan

tanam

dengan

benih

bahw

padi

menggunakan

bik
tenag

manusia sangat berbeda pada efisiensi wakt


yang digunakan, penanaman dapat dilakukar

secara

serempak

dan

meng-hemat

sehingga prospektif dikembangkan

di

biay
lahar

pasang surut.
Penghematan

dapat

waktu

berdampak

terhadap

intensitas pertanaman
surut,

sehingga

tanam

di harapkar

peningkatar

padi di lahan

pendapatan

petani

pasan
dapa

meningkat dan mampu meningkatkan cadangar


pangan secara nasional.
Karena respon petani terhadap alat tanan
yang menggunakan hand traktor
dan selama

mi

mi

sangat baik

yang menjadi masalah adalal

keterbatasan tenaga kerja, maka dengan alai


tanam

ml

dapat

mendukung

pengembangan

usahatani di lahan pasang surut. OIeh karena itu


disarankan

agar pemerintah

setempat

dapal

meng-usahakan pengadaan alat tanam iiii.


DAFTAR PUSTAKA

usahatani, uji alat tanam mampu menekan biaya

produksi dan jumlaJi han kcrja yang diperlukan,


sehingga

diperoleh

240.000/ha.

keuntungan

sebesar

Rp

Pengurangan biaya tanam dapat

menngkatkan pendapat-an petani menjadi Rp


I .240.000/ha dibandingkan dengan sistem tanam

pindah hanya Rp 990.0000/ha. Oleh karena itu,

Abdurahman, A., dan D. A. Suriadikarta. 2000.


Pemanfaatan Lahan Rawa Eks PLG

Kalimantan Tengah untuk Pengembangan


Pertanian Berwawasan Lingkungan. Jurnal
Badan Litbang Pertanian 19 (3): 7781.

Alihamsyah, T.1991. Analisis Biaya dan


Penggunaan Alat dan Mesin Pertanian
dalam Suatu Usahatani. Dalam Kumpulan

Prospek Penggunaan Alat Tanam Padi Tipe Tank Hand Tractor di Lahan Pasang Surut
(Rustan Massinai, A. Bhermana dan Rukayah)

Ziraa ah VoL 9 No.1 Pebruari 2004 halaman 35-40

Materi Latihan Peningkatan Keterampilan


Pelaksanaan Penelitian Pengembangan
Sistem Usahatani.
Proyek Penelitian
Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa
(SWAMP-Il) Halaman: 108-17.
Alihamsyah, T., E. E. Ananto dan I. G. Ismail.
1997. Penelitian dan Pengembangan Alat
dan Mesin Pertanian Menunjang Pertanian
Tanaman Pangan di Lahan Pasang Surut.
Prosiding Simposium Penelitian Ianaman
Pangan 111 JakartalBogor 2325 Agustus
1997.
Astanto E. dan E. Ananto.1994. Alat Penanam

Padi Sebar Langsung Sederhana. Buletin


Teknik Pertanian. Sukamandi No.2.

BPS Kalteng. 1998. Biro Pusat Statistik Provinsi


Kalimantan Tengah.
Kantor Statistik Kabupaten Kapuas. 2000. Biro
Pusat Statistik Kabupaten Kapuas.
Masganti dan N. Fauziati. 1996. Propek dan
kendala
pengembangan
padi
sebar
langsung di lahan pasang surut. Dulain
Prayudi B., M.Y. Maamun, S. Sutaiman,
D. I. Saderi dan I. Noor (Eds.). Prosidin
Seminar Sistem Usahatani Lahan Rawa
dan Kering. Bal itbangtan, Pusi itbangtan.
Balittra Banjarbaru. Halaman: 183-194.
Massinai, R., Susilawati, M. Sabran, R. Ramli
dan Rukayah. 2003. Pengkajian Sistern
Usahatani Terpadu Padi-Kedelai/Sayuran
dan Ternak di Lahan Pasang Surut.
Laporan
Hasil
Pengkaj Ian.
Balal
Pengkajian
Teknologi
Pertanian
Kalimantan Tengab.

Noorsyamsi, H., dan M. Sarwani. 1989.


Management of Tidal Swampland for
Food Crops: Southern Kalimantan
Experiences. Indonesian Agricultural

40

Research and Development Journal (pp: 18

24).

Puslittanak. 1997. Lahan Rawa. Departcmcn


Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Sawiyo, Subardja, D. dan Djaenuddin. 2000.


Potensi Lahan Rawa di Daerah Kapuas
Murung dan Kapuas
Barat untuk
Pengembangan Pertan Ian. J urnal Badun
Litbang Pertanian 19(I): 916.

Vous aimerez peut-être aussi